Anda di halaman 1dari 26

Presentasi Kasus

REHABILITASI MEDIK

SEORANG LAKI-LAKI 76 TAHUN DENGAN HEMIPARESE


SINISTRA, DISATRIA, PARESE N VII CENTRAL, PARESE
N XII DAN BATUK PRODUKTIF

Oleh :
Kiki Dwi Qori Ayatulloh
G 0004132

Pembimbing
Dr. dr. Noer Rachma, Sp.RM

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2009
STATUS PENDERITA

I. ANAMNESIS

A. Identitas Pasien
Nama :
Umur : 76 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Menuran 3/8 Baki, Surakarta
Status : Menikah
Tanggal Masuk :
Tanggal Periksa :
No RM :
B. Keluhan Utama :
Anggota gerak kiri terasa lemas dan sulit digerakan
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan ini dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Saat itu pasien
terbangun pada tidur malamnya (sekitar jam 1 malam), pasien
merasakan lemas pada tangan dan kaki kirinya. Keluhan ini disertai
dengan bicara pelo, pasien masih bisa memahami pembicaraan orang
lain. Karena dirasa keluhan semakin memeberat maka pasien dibawa
ke RSDM. Pasien juga merasakan mual, tidak disertai muntah, batuk
berdahak, tidak ada demam, tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada
keluhan tersedak saat makan maupun minum.
Sekitar 1 minggu yang lalu pasien mengeluh cengeng pada
lehernya, kemudian pasien dibawa berobat ke dokter umum, saat itu
tensinya 190, kemudian pasien diberi obat penurun tensi yang tidak
diketahui namanya oleh pasien, namun keluhan tidak berkurang.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : (+) sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat DM : disangkal

2
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat alergi makanan dan obat : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat DM : disangkal
F. Riwayat Kebiasaan dan gizi
Pederita makan 3 kali sehari dengan sepiring nasi dan lauk pauk
berupa tempe, tahu, sayur dan kadang daging. Penderita jarang makan
buah-buahan.
- Riwayat merokok : (+) sejak 50 tahun yang lalu, 4 batang
perhari
- Riwayat minum alkohol : disangkal
- Riwayat olah raga teratur: disangkal
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang bapak dengan seorang istri dan 2 orang anak
yang telah berkeluarga. Saat ini pasien sudah tidak bekerja lagi. Pasien
berobat dengan SKTM.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 7 September 2009
A. Keadaan Umum
Keadaan umum tampak sedang, compos mentis, gizi kesan cukup
B. Tanda Vital
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Nadi : 88 kali/mnt,isi cukup, irama teratur, simetris
Respirasi :22 kali/mnt, irama teratur, tipe thorakoabdominal
Suhu : 36,8 0C per aksiler
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),
spider nevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).

3
D. Kepala
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut hitam, tidak mudah rontok, dan
sukar dicabut, turgor kulit dahi baik, atrofi otot (-).
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung (-/-), refleks cahaya
langsung dan tak langsung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem
palpebra (-/-), sekret (-/-).
F. Telinga
Bentuk normal, darah (-/-), sekret (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)
G. Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), darah (-/-), sekret (-/-),
epistaksis (-)
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-) stomatitis (-), mukosa pucat
(-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-), lidah tremor (-).
I. Tenggorokan
Tonsil hipertrofi (-), farng hiperemis (-)
J. Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak
membesar, tiroid tidak membesar, pulsasi a. carotis tidak tampak, nyeri
tekan (-)
K. Thorak
Normochest, simetris, retraksi (-), spider nevi (-), venectasi (-),
pernafasan tipe thorakoabdominal.
L. Jantung
Inspeksi : ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler, bising
(-)
M. Paru

4
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
N. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut // dinding dada,spider nevi(-),venectasi (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani, pekak beralih (-)
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
O. Punggung
Vulnus ekskoriasi (-), kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri tekan (-)
P. Pinggang
Bulging (-), ballotement (-), nyeri ketok kostovertebral (-)
Q. Ekstremitas

- -
- -
Oedem Akral Dingin

R. Range of Motion (ROM)

NECK ROM Aktif ROM Pasif


Flexi 0-300 0-300
Ekstensi 0-200 0-200
Lateral bending ka/ki 0-500 0-500
Rotasi ka/ki 0-600 0-600
Ekstremitas ROM AKTIF ROM pasif
Superior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Shoulder Fleksi 0-60 0 0-60 0-70
Ekstensi 0-20 0 0-20 0-30
Abduksi 0-50 0 0-50 0-60
Adduksi 0-75 0 0-75 0-90
External Rotasi 0-60 0 0-60 0-90

5
Internal Rotasi 0-60 0 0-60 0-90
Elbow Fleksi 0-90 0 0-90 0-90
Ekstensi 0 0 0 0
Pronasi 0-90 0 0-90 0-90
Supinasi 0-90 0 0-90 0-90
Wrist Fleksi 0-90 0 0-90 0-90
Ekstensi 0-70 0 0-70 0-80
Ulnar deviasi 0-30 0 0-30 0-40
Radius deviasi 0-20 0 0-20 0-30
Finger MCP I fleksi 0-50 0 0-50 0-50
MCP II-IV 0-90 0 0-90 0-90
fleksi
DIP II-V fleksi 0-90 0 0-90 0-90
PIP II-V fleksi 0-60 0 0-60 0-60
MCP I ekstensi 0-30 0 0-30 0-30

Ekstremitas ROM AKTIF ROM pasif


Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Hip Fleksi 0-70 0 0-70 0-70
Eksorotasi 0-60 0 0-60 0-80
Endorotasi 0-50 0 0-50 0-60
Knee Fleksi 0-90 0 0-90 0-90
Ekstensi 0 0 0 0
Ankle Dorsofleksi 0-20 0 0-20 0-20
Plantarfleksi 0-30 0 0-30 0-30

S. Manual Muscle Testing (MMT)

Ekstremitas Superior Dextra Sinistra


Shoulder Fleksor M Deltoideus anterior 4 0

6
M Biseps 4 0
Ekstensor M Deltoideus anterior 4 0
M Teres mayor 4 0
Abduktor M Deltoideus 4 0
M Biceps 4 0
Adduktor M Lattissimus dorsi 4 0
M Pectoralis mayor 4 0
Internal M Lattissimus dorsi 4 0
Rotasi
M Pectoralis mayor 4 0
Eksternal M Teres mayor 4 0
Rotasi
M Infra supinatus 4 0
Elbow Fleksor M Biceps 4 0
M Brachialis 4 0
Ekstensor M Triceps 4 0
Supinator M Supinator 4 0
Pronator M Pronator teres 4 0
Wrist Fleksor M Fleksor carpi 4 0
radialis
Ekstensor M Ekstensor 4 0
digitorum
Abduktor M Ekstensor carpi 4 0
radialis
Adduktor M ekstensor carpi 4 0
ulnaris
Finger Fleksor M Fleksor digitorum 4 0
Ekstensor M Ekstensor 4 0
digitorum

Ekstremitas inferior Dextra Sinistra


Hip Fleksor M Psoas mayor 4 0
Ekstensor M Gluteus maksimus 4 0
Abduktor M Gluteus medius 4 0
Adduktor M Adduktor longus 4 0
Knee Fleksor Harmstring muscle 4 0
Ekstensor Quadriceps femoris 4 0
Ankle Fleksor M Tibialis 4 0
Ekstensor M Soleus 4 0

INDEX BARTHEL
AKTIVITAS SKOR URAIAN TANGGAL

7
7/9/09
Berak 2 Mampu mengendalikan 2
1 Kadang tidak mampu
0 Tidak mampu
Kencing 2 Mampu mengendalikan 2
1 Kadang tidak mampu
0 Tidak mampu
Merawat diri 1 Mandiri 0
0 Tidak mampu
Ke kamar 2 Mandiri 0
kecil 1 Kadang perlu bantuan
0 Tidak mampu
Makan 2 Mandiri 0
1 Kadang perlu bantuan
0 Tidak mampu
Pindah 3 Mandiri 0
tempat 2 Perlu sedikit bantuan/pengawasan
1 Perlu bantuan, mampu duduk
0 Perlu bantuan tidak mampu duduk
Mobilitas 3 Mandiri (dengan/tanpa bantuan alat) 0
2 Barjalan dengan bantuan/pengawasan
1 Mampu bergerak dengan kursi roda
0 Tidak mampu
Berpakaian 2 Mandiri 0
1 Mampu melakukan sebagian
0 Tidak mampu
Naik/turun 2 Mandiri 0
tangga 1 Dengan bantuan/pengawasan
0 Tidak mampu
Mandi 1 Mandiri 0
0 Tidak mampu
Jumlah 4

Keterangan :
Skor 0-4 : cacat sangat berat

8
Skor 5-9 : cacat berat
Skor 10-14 : cacat sedang

Skor 15-19 : cacat ringan


Skor 20 : mandiri dalam melakukan ADL
T. Status Ambulasi
dependent
U. Status Neurologis
Kesadaran : GCS E4 V5 M6
Fungsi luhur : disatria
Pemeriksaan nn. craniales : parese n VII central , parese n XII central
Fungsi vegetatif : terpasang iv line, NGT
Fungsi sensorik : kesan dalam batas normal

Fungsi motorik :
Atas Tengah
Bawah
Ka/Ki Ka/Ki
Ka/Ki
a. Lengan
- Kekuatan 4/0 4/0 4/0
- Tonus N/ N/ N/
- Reflek fisiologis
Biseps +2/+1
Triseps +2/+1
- Reflek Patologis
Hoffman -/+
Trommer -/+
b. Tungkai
- Kekuatan 4/0 4/0 4/0
- Tonus N/ N/ N/

9
- Klonus
Lutut -/-
Kaki -/-
- Reflek fisiologis
Patella +2/+1
Achilles +2/+1
- Reflek Patologis
Babinsky -/+
Chaddock -/-
Oppenheim -/-
Schaeffer -/-
Gordon -/-

Nervi kranialis
Paralisis N VII dan N XII sentral (S)
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Laboratorium 3/9/2009
Hb : 12,9 gr/dl Golongan darah : AB

Hct : 37 % Glukosa sewaktu : 100 gr/dl

AE : 4,08 x 106µL albumin : 3,8 gr/dl

AL : 9,5 x 103µL globulin : 2,5 gr/dl

AT : 152 x 103 µL SGOT : 25 u/L

Kolesterol total : 135 mg/dL SGPT : 16 u/L

HDL : 52 mg/dL HbsAg : non reaktif

LDL: 70 mg/dL

- Foto thorax

Cor : CTR > 50%

Pulmo : corakan vesikuler normal

10
Sudut costoprenicus kanan dan kiri lancip

Kesan : foto thorax dalam batas normal

IV. ASSESSMENT

K: hemiparese sinistra, disartria, parese N VII dan N XII central, batuk


produktif

T: kapsula interna

E: suspect CVA Infark

IV. DAFTAR MASALAH


1. Problem Medis
− Hemiparese sinistra
− Disatria
− Parese NVII dan N XII central (S)
− Batuk produktif
2. Problem Rehabilitasi Medik
− Fisioterapi : kelemahan pada ekstremitas
atas dan bawah (S)
− Terapi Wicara : disartria, kelemahan otot
penggerak lidah
− Terapi Okupasi : gangguan dalam
melaksanakan aktifitas sehari-
hari
− Sosiomedik : memerlukan bantuan
untuk melaksanakan
aktivitas sehari-hari
− Ortesa-protesa : memerlukan alat bantu
untuk mobilitas pasien setelah fase akut

11
terlampaui
− Psikologis : stres akibat penyakit
yang dideritanya

VI. PENATALAKSANAAN
A. Terapi Medikamentosa
- O2 3 L/mnt

- inf RL 20 tpm
- inj citicolin 250 mg/8j
- inj vit B1 1amp/24j
- inj ranitidin 1amp/12j
- ambroxol 3 x cth1
B. Terapi Rehabilitasi Medik
- Edukasi pasien dan keluarganya tentang penyakit pasien
- Fisioterapi :
• Positioning dan turning
• ROM exercise aktif dan pasif
• Strengthening exercise otot
yang lemah
- Terapi okupasi :
latihan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
- Terapi wicara :
latihan terapi wicara dan terapi bahasa
- Sosiomedik :
motivasi dan konseling keluarga pasien untuk selalu berusaha
menjalankan home program maupun program di RS.
- Orthesa protesa: diberikan alat bantu jalan (Wheel Chair)
Psikologi : memberikan motivasi kepada pasien agar selalu
melaksanakan program rehabilitasi
- Lain-lain : terapi rekreasi

12
VII. IMPAIRMENT, DISABILITY DAN HANDICAP
Impairment : hemiparese sinistra, parese N VII dan N XII central
sinistra, disatria
Disability : penurunan fungsi tungkai dan lengan kiri, keterbatasan
melakukan komunikasi
Handicap : keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari,
keterbatasn melakukan sosialisasi

a. PLANNING
Planning diagnostik : pemeriksaan CT Scan
Planning terapi: penatalaksanaan bagian neurologi
Planning monitoring : evaluasi hasil medika mentosa dan rehabilitasi
medik

VIII. TUJUAN
− Mencegah agar pasien tidak jatuh ke dalam keadaan yang lebih buruk
− Meminimalkan impairment, disability dan handicap yang dialami
− Membantu penderita sehingga mampu mandiri dalam menjalankan
aktifitas sehari-hari
− Edukasi perihal home exercise

a. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia

TINJAUAN PUSTAKA

13
STROKE

A. PENDAHULUAN

Stroke merupakan salah satu bentuk penyakit serebrovaskuler yang


berpengaruh pada suplai aliran darah ke otak dimana dapat menyebabkan
gangguan fungsi otak yang dapat bersifat permanen, baik berupa sumbatan
maupun pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan kondisi
emergency yang dapat menyebabkan kematian atau dapat menimbulkan defisit
neurologis yang bersifat permanen.

Di dunia stroke merupakan penyebab kematian nomor dua setelah


serangan jantung. 95% kasus stroke terjadi pada usia diatas 45 tahun dan dua
per tiga kasus tersebut terjadi pada usia diatas 65 tahun. Perbandingan antara
pria dan wanita yaitu 5 : 4, serta 60% kematian terjadi pada wanita. Kejadian
stroke iskemik lebih banyak dari pada stroke hemoragik, yaitu sebesar 80%.
Dalam menjalankan fungsinya otak kita ditunjang oleh tiga komponen
penting yakni pembuluh darah, oksigen dan glukosa, jika terjadi gangguan
dari salah satu komponen tersebut, dimana dalam hal stroke ini adalah terdapat
gangguan dari pembuluh darah, maka ada bagian dari otak yang mengalami
gangguan fungsi. Jika gangguan ini bersifat serius dan berlangsung cukup
lama maka dapat menyebabkan kematian sel-sel otak yang diikuti kerusakan
permanen dari bagian otak yang terkena tersebut. Karena berbagai fungsi
gerak dan berbagai macam fungsi tubuh lainnya diatur oleh sel-sel otak maka
fungsi-fungsi tersebut juga akan mengalami gangguan atau kerusakan
tergantung dari bagian sel otak mana yang terkena.
Dahulu penyakit stroke hanya menyerang kaum lanjut usia (lansia).
Seiring dengan berjalannya waktu, kini ada kecenderungan bahwa stroke
mengancam usia produktif bahkan di bawah usia 45 tahun. Penelitian
epidemiologi di Amerika Serikat mengatakan bahwa setiap tahunnya terdapat
500.000 orang yang terkena serangan stroke, tiga diantaranya meninggal

14
beberapa bulan setelah serangan, sebanyak 10% kembali dapat beraktivitas
seperti biasanya, 50% dapat beraktivitas cukup dengan alat bantu minimal
sedangkan 40% lainnya sangat bergantung pada alat bantu untuk menjalankan
aktivitas sehari-hari. Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat
kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam
dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih
produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas
serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga.

B. DEFINISI

Menurut WHO (1970), stroke adalah gangguan fungsi otak yang


mengakibatkan defisit neurologik fokal (atau global), timbul mendadak (akut),
berlangsung selama lebih dari 24 jam (atau terkadang berakhir dengan
kematian sebelum 24 jam), yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak.

C. FAKTOR RESIKO

Berbagai macam faktor resiko dilaporkan pada patogenesis terjadinya


stroke namun faktor usia, hipertensi, merokok, dan diabetes dikatakan sebagai
faktor resiko yang mendahului pada semua jenis stroke. Penyakit jantung juga
banyak didapatkan dalam kaitan dengan stroke iskemik. Faktor resiko
terjadinya stroke dapat dibagi dalam :
1. Faktor resiko yang tak dapat diubah
("nonmodifiable")
• Usia
Insiden stroke akan meningkat secara eksponensial menjadi dua hinggá
tiga kali lipat setiap dekade diatas usia 50 tahun dan ada data yang
menyebutkan 1 dari 3 orang yang berusia diatas 60 tahun akan tenderita
salah satu jenis stroke.
• Jenis kelamin

15
Ternyata pria lebih berisiko kena serangan stroke, demikian hasil
penelitian. Tetapi lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke.
Serangan stroke pada pria umumnya terjadi pada usia lebih muda
dibanding wanita, sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih
tinggi. Wanita, meski jarang kena stroke, namun serangan itu datang
pada usia lebih tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih besar. Selain
itu, gejala pada wanita sangat berbeda dengan gejala umum, sehingga
terabaikan.
• Genetik
Riwayat stroke pada orang tua (baik ayah maupun ibu) akan
meningkatkan resiko stroke. Peningkatan resiko stroke ini dapat
diperantarai oleh beberapa mekanisme, yaitu:
o penurunan genetis faktor
resiko stroke,
o penurunan kepekaan terhadap
faktor resiko stroke,
o pengaruh keluarga pada pola
hidup dan paparan
lingkungan,
o interaksi antara faktor genetik
dan lingkungan.
• Ras
Di Amerika Serikat, berbagai laporan epidemiologi menunjukkan adanya
perbedaan yang berarti dalam hal insidensi untuk semua jenis stroke dan
infark serebri lebih besar pada kelompok berkulit hitam. Lebih banyak
dijumpai faktor resiko seperti hipertensi dan diabetes pada kelompok
berkulit hitam.

2. Faktor resiko yang dapat diubah ("modifiable")


• Hipertensi

16
Kurang lebih 70% penderita stroke adalah pengidap hipertensi. Pada
penderita hipertensi, resiko relatif untuk menderita stroke adalah sebesar
1,5 hingga 2 kali. Hipertensi memegang peranan penting dalam
patogenesis terjadinya baik perdarahan otak, infark otak, serta
mikroangiopati intrakranial namun kurang berpengaruh pada
mikroangiopati ekstrakranial. Dampak hipertensi terhadap penyakit
pembuluh darah kecil otak akan menyebabkan iskemik otak (91%) atau
hematoma otak (72%).

• Penyakit jantung
Dalam penelitian Framingham pada follow up selama 30 tahun
dilaporkan dari 600 kasus stroke dari TIA 60% penderita mempunyai
tekanan darah tinggi, 32,7% terdapat PJK sebelumnya, 14,6% dengan
gagal jantung kongestif, 14,5% dengan atrial fibrilasi dan hanya 13,6%
tidak menunjukkan kelainan diatas.
• Diabetes mellitus
Diabetes Mellitus akan memacu terjadinya atherosklerosis dan
meningkatkan prevalensi faktor-faktor resiko atherogenic seperti
obesitas, hipertensi, dan dislipidemia. Diabetes Mellitus ( DM ) memberi
resiko relatif bagi terjadinya stroke sebesar 1,5 sampai 3 kali. DM adalah
faktor resiko bagi stroke iskemik pada pembuluh darah besar; pada
pembuluh darah kecil belum pasti. Diabetes Mellitus mengganggu secara
menahun autoregulasi otak sehingga penderita diabetes sangat peka
terhadap tekanan perfusi dan juga terhadap timbulnya stroke progresif.
Menurut WHO, DM yang terkendali tidak mengurangi insidensi strok,
akan tetapi hiperglikemia yang terkontrol dapat mengurangi kerusakan
neuron otak pada fase akut stroke
• Merokok
Dasar patofisiologinya adalah rokok menaikkan kadar fibrinogen darah,
hematokrit dan menambah agregasi trombosit dan viskositas darah.
Secara keseluruhan resiko relatif stroke pada perokok adalah 1,5 hingga

17
4 kali dibandingkan dengan bukan perokok.
• Dislipidemia
Kelainan lipid serum berupa peninggian kolesterol total, Low Density
Lipoprotein (LDL), Trigliserida, dan penurunan High Density Lipoprotein
(HDL) dianggap sebagai faktor risiko aterosklerosis.
• TIA
TIA dan riwayat stroke adalah faktor resiko yang penting bagi stroke,
makin sering terjadi TIA, makin tinggi resiko untuk stroke; adanya
riwayat stroke lebih besar resikonya dari pada TIA sendiri untuk
terjadinya stroke berikutnya.
• Alkohol
Terdapat bukti-bukti (14 studi dari tahun 1989-1997) bahwa alkohol
adalah faktor resiko stroke. Peminum alkohol berat adalah penyandang
faktor resiko yang independen bagi semua jenis stroke (Medika
Nusantara, 2004). Alkohol berlebihan menambah agregasi trombosit,
mengaktivasi kaskade koagulasi, hematokrit dan viskositas darah
meningkat, hipertensi, serta penurunan aliran darah ke otak.
• Riwayat migrain
Beberapa penelitian epidemiologi terdahulu menunjukkan peningatan
resiko stroke pada penderita migren. Mekanisme yang mendasari
kejadian stroke pada penderita migren adalah kondisi hiperkoagubilitas
dan pengurangan aliran darah serebral pada saat fase aura.
• Kontrasepsi oral
Peningkatan resiko stroke akibat penggunaan kontrasepsi oral terutama
teramati pada preparat yang mengandung estradiol tinggi (= 50 µg).
Hasil berbagai penelitian terdahulu tentang hubungan antara pemakaian
kontrasepsi oral dan stroke masih sangat kontroversial. Analisis
stratifikasi menunjukkan bahwa peningkatan resiko stroke pada pemakai
kontrasepsi oral terutama teramati pada wanita > 35 tahun, perokok
sigaret, hipertensi, diabetes, penderita migren, dan wanita dengan

18
riwayat penyakit thromboembolik.
• Penyalahgunaan obat
Penyalahgunaan obat merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penyalahgunaan obat,
termasuk kokain, amfetamin, dan heroin berhubungan dengan
peningkatan risiko stroke. Berbagai obat tersebut dapat mengganggu
aliran darah, menginduksi vaskulitis, menyebabkan embolisasi,
endokarditis infektif, mengganggu agregasi platelet, dan meningkatkan
viskositas darah.
• Malformasi arteriavenosa
AVM adalah kumpulan arteria dan vena abnormal yang saling
berhubungan tanpa adanya bed kapiler dan sering mengandung
parenkhim neuronal didalamnya. Pembuluhnya secara patologi sangat
abnormal, mungkin menebal, mengalami hialinisasi atau mengandung
kalsium. Aliran darah melalui kelainan ini sangat kuat hingga
mengalihkan darah dari otak sekitarnya dengan akibat defisit
neurologis.
• Diskrasia darah
• Stres
Stres bisa menyebabkan peningkatan kadar hormon epinefrin yang
mengakibatkan naiknya tekanan darah dan denyut jantung sehingga
mempermudah kerusakan pada dinding pembuluh darah.

D. KLASIFIKASI

Stroke dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu : stroke hemoragik
(perdarahan) dan stroke iskemik (iskemik).

Stroke iskemik secara pathogenesis dapat dibagi menjadi :

1. Stroke trombotik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena

19
thrombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke arteria
serebri media.

2. Stroke embolik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena emboli
yang pada umumnya berasal dari jantung.

Di klinik, stroke iskhemik lazim dibagi menjadi :

1. TIA (Transient Ischemic Attact), semua gejala neurologis sembuh dalam


24 jam.

2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Defisit), lama defisit neurologis


lokal lebih dari 24 jam tetapi sembuh sempurna dalam waktu 1-2 minggu.

3. PRIND (Prolonged Reversible Ischemic Neurologic Defisit), lama defisit


neurologis local lebih dari 24 jam tetapi sembuh sempurna dalam waktu
kurang dari 2 minggu.

4. Progressive Stroke, gejala neurologis bertambah lama bertambah berat

5. Completed Stroke, gejala neurologis dari permulaan sudah amksimal


(stabil).

Sedangkan stroke hemoragik, dibagi menjadi :

1. Perdarahan intraserebral, yaitu perdarahan di dalam jaringan otak.

2. Perdarahan subaraknoidal, yaitu perdarahan di ruangan subaraknoid, yang


disebabkan oleh karena pecahnya suatu aneurisma atau arterio-venous
malformation (AVM).

20
E. GAMBARAN KLINIK DAN DIAGNOSIS STROKE

Menurut prof B Chandra dad perbedaan klinis antara stroke Iskemik dan
Perdarahan yang tercantum dalam tabel berikut:

KLINIS STROKE ISKEMIK STROKE HEMORAGIK


Permulaan serangan Sub akut Akut
Waktu serangan Bangun pagi aktivitas
Tanda peringatan ++ --
Nyeri kepala +/- ++
Muntah -- ++
Kejang -- ++
Kesadaran menurun + ++
Bradikardi Hari ke 4 Sejak awal
serangan
Papiledema -- +
Rangsangan meningeal -- ++

21
Ptosis -- ++
lokasi Kortikal/subkortikal Subkortikal

Pada kondisi tertentu, tidak bisa dibedakan antara stroke iskemik atau
hemoragik hanya berdasar gambaran klinisnya saja. Pada kondisi tersebut,
dibutuhkan pemeriksaan penunjang CT scan atau MRI yang nantinya dapat
ditemukan lesi iskemeik atau hemoragik beserta letakny, sehingga kedua
pemeriksaan tersebut merupakan Gold Standart untuk stroke. Namun bila
tidak ada peralatan tersebut, bisa digunakan Siriraj Skorring dengan rumus:
(2,5 x DK) + (2 X MT) + (2 X NK) + (0,1 X TD) – (3 X TA) – 12

Keterangan:

DK : derajat kesadaran, 0=sadar

1=mengantuk

2=semi koma/koma

MT : muntah, 0=tidak muntah

1=muntah

NK : nyeri kepala, 0=tidak nyeri

1=nyeri

TD : tekanan darah diastolik

TA : tanda aterom, seperti DM, angina, penyakit pembuluh darah perifer.

0=tidak ada

1=ada

Bila skor total > 1 maka stroke perdarahan

22
Skor total < -1 maka stroke iskemik

F. PENATALAKSANAAN STROKE ISKEMIK

1. medikamentosa

 obat yang memperbaiki perfusi ke daerah penumbra, yaitu


golongan trombolitik (streptokinase, urokinase, aktivator
plasminogen)

 obat yang melindungi daerah penumbra agar tidak mengalami


kematian sel, yaitu golongan neuroprotektan (citikolin, piracetam,
nimodipin)

2. rehabilitasi medik

Rehabilitasi pasien stroke dimulai sesegera mungkin sesuai kondisi pasien.


Hal ini bertujuan untuk membantu memaksimalkan kualitas hidup pasien
pasca serangan stroke, baik dalam aktifitas sehari-hari (ADL), adaptasi
dengan lingkunganya, mencegah komplikasi, serta edukasi kapada
keluarga pasien agar memberikan dukungan bagi perbaikan kondisi pasien.
Penggunaan indeks Barthel (terlampir pada halaman 8) untuk mengetahui
seberapa mampu pasien mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

 Okupasi terapi, terfokus pada latihan dalam ADL, termasuk makan,


minum, mandi, menulis, dll.

 Fisio terapi, terfokus pada latihan perpindahan, mobilisasi, dan


kegiatan-kegiatan gross motor lainya.

 Terapi wicara, untuk pasien yang mengalami gangguan dalam


berbicara dan menelan.

 Petugas sosiomedik, memotivasi dan melakukan konseling keluarga


pasien untuk selalu menjalankan home program atau pun program di
RS.

23
 Ortesa protesa, pemakaian kursi roda, walkers, dll.

 Psikoterapi, untuk memberikan dukungan pada kondisi psikis pasien,


karena pada pasien stroke biasanya terdapat kondisi psikis yang tidak
stabil, depresi, dll.

Berikut ini merupakan pedoman dasar rehabilitasi pasien pasca stroke:

Hari 1-3 (di sisi tempat tidur) • Kurangi penekanan pada daerah yang
sering tertekan (sakrum, tumit)

• Modifikasi diet, bed side, positioning

• Mulai PROM dan AROM

Hari 3-5 o Evaluasi ambulasi

o Beri sling bila terjadi


subluksasi bahu
Hari 7-10 • Aktifitas berpindah

• Latihan ADL:
perawatan pagi hari

• Komunikasi,
menelan
2-3 minggu o Team/family
planing

o Therapeuthic
home
evaluation
3-6 minggu • Home

24
progr
am

Independent ADL, tranfer, mobility


10-12 minggu o F

Review functional abilities

G. KOMPLIKASI

Pasien yang menderita stroke beresiko terjadinya komplikasi-komplikasi


yang muncul akibat imobilisasi, seperti deep vein thrombosis, ulkus dekubitus,
inkontinensia uri et alvi, kejang, dll. Bahkan pasien tersebut juga mempunyai
resiko terjadi serangan stroke berulang yang memperburuk prognosis pasien
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anthoni, R & Charles, W . 2002. Aetiology and pathology of stroke.


www.pharmj.com/pdf/hp/200202/hp_200202_stroke1.pdf

Brass, L. M, 2004. Stroke.www.med.yale.edu/library/heartbk/18.pdf

Chandra, B.1994. Neurologi Klinik. Surabaya : Airlangga university press.

Garrison, Susan J. 1996. Dasar-Dasar Terapi Dan Rehabilitasi Fisik : Stroke.


Jakarta : Hipokrates.

Global Team. 2009. Stroke Mengancam Usia Produktif. www.century-


indonesia.com/berita1.php.

Islam, M. S.1998. Stroke diagnosis dan penatalaksanaannya. Lab/SMF Ilmu

25
Penyakit Saraf FK Universitas Airlangga/ RSUD DR Soetomo.

Kirshner, H. 2003. Oppurtunities And Guidelines For Aggressive Prevention Of


Secondary Stroke. www.princetoncme.com/public/2006-174/report2.php

Medika Nusantara, 2004. Faktor Resiko Stroke Pada Beberapa Rumah Sakit Di
Makassar. Jurnal Medika Nusantara Vol 25 No 1

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2007. Guidelines Stroke. Jakarta :


Perdossi.

Price, S.A, Wilson, L.M. 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Rahmawan, 2008. Tentang Stroke.


www.pharos.co.id/cfu/indeks.php?option=iom_content&view=section&ai
d18&item.

Susilo H, 1997. Stroke : Pendekatan Segi Epidemiologi dan Faktor Resiko. SMF
Ilmu Penyakit Saraf FK Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.

University Of Maryland Medical Center. 2009. Stroke Prevention.


www.umm.edu/patiented/articles/how_strokes_treatment

Widjaja, D, 1995. Stroke-Masa Kini dan Masa Yang Akan Datang. Cermin Dunia
Kedokteran.No.102.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13Stroke102.pdf/13Str
oke102.html.

Wikipedia. 2009. Stroke. http://en.wikipedia.org/wiki/Stroke.

26

Anda mungkin juga menyukai