Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penyu adalah salah satu jenis satwa laut yang banyak dimanfaatkan secara langsung oleh manusia. Di Indonesia, daging dan telur penyu banyak diperdagangkan untuk dipergunakan dalam berbagai aspek kebudayaan atupun sebagai bahan makanan (Tropika, 2008 cit. Wibowo, 2012). Pemanfaatan penyu tidak hanya pada daging dan telurnya, tapi kulit sisik (tortoise shell) penyu juga dimanfaatkan untuk souvenir karena motif dan warna karapasnya indah (Damanti, 2001). Banyaknya pemanfaatan penyu oleh manusia tidak seimbang dengan tingkat reproduksi penyu yang rendah. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak 13% yang berhasil mencapai dewasa. Lokasi peneluran penyu yang banyak berubah menjadi lokasi wisata juga menyababkan berkurangnya persentase populasi penyu. Selain itu, pertumbuhan penyu juga sangat lambat dan memerlukan berpuluh-puluh tahun untuk mencapai usia reproduksi (sekitar 20-50 tahun) (Dermawan et al., 2009). Banyaknya pemanfaatan penyu yang tidak diimbangi dengan tingkat reproduksi menyebabkan penyu terancam punah dan dilindungi secara nasional maupun internasional. Secara internasional penyu masuk ke dalam daftar merah (red list) IUCN (International Union for Conservation of Nature) dan Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) yang berarti bahwa keberadaan penyu di alam telah terancam punah sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat perhatian secara serius. Terdapat 6 jenis penyu yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor: 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa, yaitu: Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Tempayan (Caretta caretta), dan Penyu Pipih (Natator depressus).

Selain kebijakan tersebut, kegiatan penangkaran penyu telah dilakukan di berbagai tempat di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan populasi penyu, diantaranya berada di: Pulau Pramuka-Kepulauan Seribu, Delung Sari-Tanjung Benoa, Batavia Bangka Beach-Bangka Belitung, Pantai Pengumbahan-Ujung Genteng Sukabumi, Pantai Sukamade-Banyu Wangi, Tanjung BelimbingKalimantan Barat, Pulau Serangan-Bali, Batu Hiu-Pangandaran dan khusus di Provinsi Nusa Tenggara Barat kegiatan penangkaran penyu dilakukan di Gili Meno, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tengara Barat (Gili Matra) (Anonim, 2013). Upaya penangkaran yang dilakukan di Gili Matra adalah penetasan semi alami dan pembesaran. Kegiatan penangkaran penyu Gili Matra secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan penduduk karena menjadi salah satu obyek wisata yang menarik. Salah satu program di lokasi penangkaran penyu Gili Matra adalah pelepasan penyu oleh wisatawan. Setiap ekor penyu yang dilepas oleh wisatawan akan dikenakan biaya operasional. Dengan adanya biaya operasional diharap dapat meringankan beban pengelola penangkaran penyu Gili Matra selama proses penangkaran. Beberapa penelitian tentang panangkaran penyu yang telah dilakukan di Nusa Tenggara Barat, diantaranya: Penetasan Telur Penyu Semi Alami dan Karateristik Lokasi Peneluran Penyu (Syarif, 2012). Namun tingginya persentasi kematian penyu yang disebabkan oleh sifat kanibalisme dan lambatnya pertumbuhan tukik penyu menjadi permasalahan penting yang dihadapi selama penangkaran penyu di Gili Matra. Ikenoue (1983) cit. Naulita (1990) & Prihanta (2007) menjelaskan bahwa kegiatan penangkaran mengalami permasalahan yaitu masih tingginya persentasi kematian tukik (50% 60%) yang dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan. Untuk menunjang keberhasilan penangkaran penyu khususnya pembesaran tukik Penyu Sisik (E. imbricata) di Gili Matra, maka perlu dilakukan penelitian mengenai jenis pemberian pakan yang dapat mempercepat pertumbuhan dan mudah diperoleh di alam. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menemukan tingkat pertumbuhan tukik Penyu Sisik (E. imbricata) yang terbaik.

1.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tukik Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dengan pemberian pakan yang berbeda.

1.3. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pakan yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan tukik Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) sehingga upaya pengelolaan dapat ditingkatkan.

1.3. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian pakan yang berbeda akan menghasilkan pertumbuhan tukik penyu sisik (Eretmochelys imbricata) yang berbeda nyata.

1.4. Kerangka Pikir


Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)
Pemanfaatan tinggi Reproduksi rendah Tarmasuk di dalam daftar merah (red list) IUCN Digolongkan Appendix I oleh CITES

Pertumbuhan Lambat Tingkat Kelangsungan Hidup Rendah

Penangkaran Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)

Pakan
Ikan rucah Udang
Udang +Rumput laut (9:1)

Asosiasi Alga

Udang +Rumput laut (7:3)

Pertumbuhan Terbaik

Gambar 1.1. Kerangka pikiran

Anda mungkin juga menyukai