Lapas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR Pertama-tama Penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya, Penulis

dapat menyelesaikan laporan ini. Selain itu, Penulis juga ingin berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini, terutama Bapak Satria Braja Hariandja, S.H., M.H., dan Ibu Rahmayanti,S.H. selaku dosen pembimbing. Tulisan ini merupakan laporan kegiatan pada tanggal 23 Oktober 2013 untuk memberi hasil pengamatan terhadap warga lapas wanita tentang keadaan, sebab, dan akibat, narapidana yang menjalani masa hukuman pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita KLS II.A Medan. Harapan Penulis adalah agar dapat menyikapi hal positif dalam melakukan suatu tindakan. Kiranya pembaca dapat memberikan tanggapan pada karya Penulis ini sehingga menacu dari Penulis untuk membuat karya ini menjadi lebih baik lagi.

Medan, 1 November 2013 Hormat Penulis,

Mahasiswa/I Semester VII Fakultas Hukum UNPRI Medan

PENJABARAN KASUS TINDAK PIDANA A. PERISTIWA HUKUM Dalam hal ini Terpidana telah mengakui perbuatannya dalam penyalahgunaan wewenang dalam kejahatan tindak pidana korupsi terhadap dana insentif / dana lauk pauk untuk Pemko Pematang Siantar yang diberikan dari Dinas Pendapatan kepada atasan beliau dan dititipkan kepada beliau selaku Bendahara dengan maksud sebagai titipan. Terpidana memberikan keterangan bahwa beliau menerima titipan dana insentif / dana lauk pauk tersebut pada tanggal 30-31 Desember 2010 sebesar 3.8 Milyar rupiah melalui telepon pada saat di luar jam kerja, karena biasanya pada akhir tahun tutup buku. Terpidana mengakui bahwa karena merupakan perintah atasan, ia tidak bisa menolaknya. B. KESIMPULAN Tindak pidana korupsi adalah bagian dari hukum pidana khusus sebagai lawan dari hukum pidana umum atau tindak pidana umum. Namun, penyalahgunaan wewenang dalam tindak pidana korupsi merupakan upaya menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Terpidana melakukan tindakan tersebut didasari oleh perintah atasan. Pada kasus penyalahgunaan tindak pidana korupsi ini telah melanggar ketentuan hukum, sebagaimana dinyatakan pada pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi No. 31 Tahun 1999 yang berbunyi setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,- dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-. C. SARAN 1. Seharusnya Terpidana lebih mengerti posisi kewenangannya dan karena telepon yang diterima dari sang atasan merupakan diluar dari jam kerja terpidana. 2. Terpidana seharusnya lebih teliti sebelum menerima tawaran penitipan uang tersebut karena itu merupakan hak orang lain. 3. Terpidana yang melakukan tindak pidana korupsi atas dasar penyalahgunaan wewenang dapat menerima sebagai pelajaran yang berharga agar tidak terulang kembali.

PENJABARAN KASUS TINDAK PIDANA A. PERISTIWA HUKUM Pada kasus memperdagangkan anak dibawah umur yang telah dilakukan oleh Terpidana telah mengakui kesalahannya. Terpidana pada saat melakukan hal tersebut tidak dengan niat memperdagangkan anak yang dititipkan kepada Terpidana. Namun, hanya membawa anak tersebut jalan-jalan ke kota lain beserta anak kandungnya sendiri tanpa seijin orang tua anak tersebut, dan melewati waktu 24 (dua puluh empat) jam. Anak tersebut mengakui bahwa ia telah meminta ijin kepada neneknya. Maka, pada saat Terpidana sedang sibuk membereskan barang-barang yang akan diperlukan oleh mereka sebagai perlengkapan perjalanan mereka pun percaya saja. Pada saat pulang sampai di rumah, ada seorang oknum tentara yang mengaku sebagai paman anak tersebut. Sesudah dijelaskan kepada oknum tentara ini pun, oknum yang mengaku sebagai paman anak tersebut,sedangkan Terpidana sama sekali tidak mengenal oknum yang mengaku sebagai paman dari anak tersebut. Penjelasan dari Terpidana tidak diterima begitu saja dan melanjutkan kasus ini ke ranah hukum. Sehingga demikian, Terpidana menjadi pihak yang lemah karena memang anak tersebut mengikuti perjalanan jauh bersama Terpidana lebih dari 24 (dua puluh empat) jam tanpa ada ijin dari orang tua anak tersebut. B. KESIMPULAN Perdagangan anak di bawah umur merupakan perekrutan, pemindahan, pengiriman, penempatan atau menerima anak-anak di bawah umur untuk tujuan eksploitasi dan itu menggunakan ancaman, kekerasan, ataupun pemaksaan lainnya seperti penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan wewenang maupun posisi penting. Sebagaimana dinyatakan pada pasal 83 Undang-Undang No. 2002 tentang Perlindungan Anak setiap orang yang memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual, dipidana penjara paling lama 15 tahun dan paling singkat 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,- dan paling sedikit Rp. 60.000.000,-. C. SARAN 1. Dalam menanggapi kasus seperti demikian seharusnya para aparat penegak hokum mempertanyakan kejelasan oknum yang mengakui sebagai paman anak tersebut. Apakah motif dendam atau memang benar-benar pamannya, sebab dari awal anak tersebut dititipkan Terpidana sama sekali tidak pernah melihat ataupun mengenal oknum yang mengaku sebagai paman anak tersebut. 2. Sebaiknya Terpidana tidak membawa anak tersebut tanpa ada persetujuan dari orang tua anak tersebut, karena kelak dapat menimbulkan masalah yang tidak diinginkan

3. Bagi Terpidana, seharusnya menjadikan hal ini sebagai pelajaran agar tidak bertindak ceroboh atau gegabah dalam membawa anak dibawah umur pergi keluar kota tanpa ijin dari orang tua.

PENJABARAN KASUS TINDAK PIDANA A. PERISTIWA HUKUM Kasus tindak pidana yang dilakukan oleh Terpidana merupakan kasus penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang. Mengenai hal tersebut Terpidana telah mengakui kesalahannya. Terpidana mengaku bahwa ia membuka sebuah caf di daerah Perdagangan karena pindah dari kampung halaman. Setelah beberapa bulan menjalani caf tersebut ada seorang wanita menelepon untuk meminta pekerjaan di caf yang dibukanya. Karena Terpidana merasa iba atas wanita tersebut, wanita ini pun dipekerjakan di cafnya. Pekerjaan wanita ini sama dengan teman sekerjanya, yaitu menemani tamu untuk minum dan sekedar untuk mengobrol saja. Namun, kelakuan dari wanita ini telah melebihi batas kewajaran jika sedang mabuk. Jadi, Terpidana dan teman-teman sekerjanya mengurung korban di dalam kamar agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Keesokan harinya, korban keluar dari kamar dan menjalani aktivitas seperti biasa namun teman-teman sekerjanya merasa ada yang aneh dengan kelakuan dari korban. Kemudian, melapor ke Terpidana bahwa korban sudah tidak terkendali lagi. Maka, Terpidana kemudian mengurungnya lagi dalam kamar. Pada saat, ada tamu melewati kamar korban, tamu tersebut mendengar ada suara gelas yang dipecahkan dari dalam kamar. Ternyata setelah pintu kamar dibuka, korban berusaha bunuh diri menggunakan pecahan gelas tersebut. Setelah dibersihkan pecahan kaca tersebut, korban kemudian dikurung dikamar setelah dinasehati. Namun, tidak lama kemudian ada yang melihat korban keluar kamar dan berjalan ke pintu belakang, setelah dikejar ternyata korban telah duduk di atas rel kereta api yang ada di rumah belakang Terpidana. Saat itu juga, Terpidana dan teman-teman korban menarik korban dari rel tersebut dan membawa korban kembali ke dalam kamarnya. Karena takut terulang kembali kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, Terpidana menyarankan agar korban diikat kaki dan tangannya saja agar tidak melarikan diri untuk melakukan hal yang berbahaya dan berencana untuk menjaga korban semalaman. Kemudian, keesokan harinya pada saat teman-teman kerja korban berniat membangunkan korban, ternyata suhu tubuh korban sudah menjadi dingin dan tidak bergerak. Pada saat dibawa ke Puskesmas, ternyata korban sudah meninggal dunia akibat kelebihan dosis minuman keras yang telah menyerang ke jantung dan hati korban. Kemudian, Terpidana berniat untuk menguburkan korban dengan ijin dari Lurah, dan Lurah setempat mengingatkan agar hal tersebut disimpan dari wartawan agar tidak menjadi berita yang tidak benar nantinya. Ternyata, ada wartawan yang menyamar jadi warga setempat sehingga pada saat perkuburan tersebut dilangsungkan wartawan tersebut melapor pada pihak kepolisian dan menjadikan Terpidana dan bawahan yang lainnya sebagai pelaku penganiayaan dan pembunuhan atas korban. B. KESIMPULAN Pembunuhan merupakan suatu tindakan yang menghilangkan nyawa orang lain dengan cara melanggar peraturan hukum yang berlaku. Terkait dengan keterangan Terpidana bahwa Terpidana sebenarnya berniat untuk menolong korban agar tidak melakukan tindakan yang dapat membahayakan nyawanya. Namun, tindakan Terpidana

dibuktikan dengan adanya penganiayaan adalah bekas dari jeratan tali yang diikatkan pada kaki dan tangan korban. Pada kasus Tindak Pidana Pembunuhan ini telah melanggar ketentuan hukum, sebagaimana dinyatakan pada pasal 351 KUHP Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah dan pada pasal 351 KUHP menyatakan bahwa Jika mengakibatkan kematian, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun C. Saran 1. Seharusnya Terpidana menyerahkan/menceritakan hal tersebut kepada Lurah atau warga sekitarnya agar dapat dicari penyelesaian yang lebih tepat daripada mengikat korban yang secara tidak langsung korban juga akan merasakan siksaan fisik atas jeratan ikatan tali tersebut 2. Terpidana yang telah melakukan tindakan tersebut dapat membuka pikiran agar tidak lagi menerima karyawan yang bekerja dengan sembarangan apalagi hanya via telepon saja dengan tidak jelas asal-usulnya

PENJABARAN KASUS TINDAK PIDANA A. PERISTIWA HUKUM Terpidana dalam memberikan keterangan telah mengakui perbuatannya yang memakai sabu-sabu, namun pada saat penangkapan terjadi Terpidana tidak sedang berada dalam pengaruh obat-obatan terlarang. Terpidana mengatakan bahwa ia memang pemakai sabu-sabu, namun Terpidana memakainya hanya pada saat di rumah sendiri dan Terpidana bekerja sebagai ibu rumah tangga. Terpidan tertangkap pada saat pesta sabu dirumah temannya pada awalnya Terpidana menolak dan tidak setuju. Tetapi, teman Terpidana tetap memaksa dan pada akhirnya Terpidana ikut dalam pesta sabu tersebut. Sesampainya di tempat pesta shabu tesebut, Terpidana menunggu diluar dan tidak masuk kedalam rumah. Terpidana pergi keluar untuk membeli minuman dan makanan ringan. Pada saat, kembali dari belanja ternyata rumah tempat untuk pesta shabu tersebut telah digerebek dan beberapa orang telah berada dalam pengawasan polisi. Karena melihat Terpidana mengenal salah satu dari pemakai tersebut, maka Terpidana pun ikut dibawa ke kantor kepolisian untuk diperiksa lebih lanjut. Setelah hasil tes pemeriksaan urin keluar, ternyata Terpidana merupakan pemakai positif, wajar saja, karena Terpidana memang pemakai, namun pada saat penangkapan Terpidana tidak sedang memakai obat-obatan terlarang B. KESIMPULAN Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Dalam kasus yang dialami oleh Terpidana hanya sebagai pemakai dan bukan sebagai pengedar ataupun perantara, sebagaimana yang diatur dalam pasa 112 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 yang berbunyi memiliki, menyimpan, menyediakan narkotik golongan I secara melawan hokum, diancam hukuman penjara minimum 4 tahun , dan maksimum 12 tahun dan denda minimum Rp. 800.000.000,dan maksimum Rp. 8.000.000.000,-. C. SARAN 1. Pihak kepolisian seharusnya lebih memperhatikan lebih ketat mengenai pengedar narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya agar tidak merusak masa depan masyarakat bangsa Indonesia. 2. Penegakan hokum terhadap pengedar ataupun kurir narkotika lebih ditindaklanjuti agar para pemakai tidak mendapatkan dengan mudah obatobatan tersebut

3. Pemerintah melakukan penyuluhan terhadap bahaya pemakaian obat-obatan terlarang tersebut agar masyarakat lebih berhati-hati dan obat-obatan tersebut tidak merusak generasi bangsa.

PENJABARAN KASUS TINDAK PIDANA A. PERISTIWA HUKUM Terpidana mengakui bahwa ia membawa obat-obatan terlarang berupa ganja sebanyak 5 kg. terpidana tertangkap pada saat membawa ganja tersebut melewati scanner karena Terpidana dan suami akan berpergian ke Batam melalui pelabuhan Belawan. Ternyata, pada saat scanner tersebut menunjukkan ada tanda-tanda obat-obatan terlarang pada barang bawaan Terpidana. Terpidana kemudian distop dan dibawa ke ruangan pemeriksaan untuk diminta membuka barang bawaannya untuk dipastikan oleh pihak imigrasi. Terpidana yang awal mulanya tidak mengetahui barang bawaan yang merupakan tas dari suami Terpidana tersebut berisi ganja seberat 5 kg. Terpidana hanya berniat membantu suami meringankan beban bawaan saja sehingga membawa tas yang berisi obat-obatan terlarang tersebut. Ternyata, suami Terpidana memang sudah menjalani pekerjaan sebagai kurir obat-obatan terlarang beberapa tahun terakhir tanpa sepengetahuan Terpidana. B. KESIMPULAN Ganja termasuk jenis dari obat-obatan terlarang yang jika dikonsumsi mengakibatkan kecanduan dan jika terlalu lama mengonsumsi akan berefek negatif pada tubuh terutama organ tubuh manusia. Jika digunakan dalam keadaan yang berlebihan akan mengakibatkan kelebihan dosis atau yang sering disebut overdosis yang dapat mengakibatkan kematian. Sebagai kurir obat-obatan terlarang, Terpidana secara tidak langsung telah merusak generasi bangsa Indonesia, dan mengakibatkan moral bangsa menurun. Dalam kasus yang dialami Terpidana sebagai kurir obat-obatan terlarang, sebagaimana diatur dalam pasal 82 (1) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 yang berbunyi Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum: a. mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, alat menukar narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak RP. 1.000.000.000,00 (satu miyar rupiah); C. SARAN 1. Terpidana dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini, dan mengecek kembali barang bawaan yang akan dibawa sebelum keberangkatan, dan jangan terlalu mudah percaya pada orang lain, karena orang terdekat kita yang paling mengetahui kelemahan kita dan mengatakan hal-hal yang dapat membuat kita benar-benar percaya kepadanya 2. Seharusnya pihak kepolisian menindaklanjuti darimana asal obat-obatan terlarang yang dibawa oleh Terpidana dan lebih memperketat penjagaan agar obat-obatan terlarang tidak beredar luas di Indonesia, karena obat-obatan terlarang salah satu faktor penyebab rusaknya moral bangsa Indonesia.

PENJABARAN KASUS TINDAK PIDANA A. PERISTIWA HUKUM Tindak pidana yang dilakukan Terpidana adalah penyalahgunaan wewenang karena pekerjaan Terpidana di bagian Bendahara yang memang sangat rentan karena berada di bagian keuangan. Posisi Bendahara Terpidana telah dijalani beberapa tahun di kantornya sebagai Pegawai Negri Sipil. Pada awalnya atasan Terpidana menerima dana Bantuan Sosial (BanSos) dari Dinas Pendapatan sebesar 400 juta rupiah untuk diserahkan kepada Yayasan yang berupa Panti Asuhan, dengan mendapat persetujuan dari atasannya dengan bukti penandatanganan Surat Keterangan (SK). Setelah penandatanganan Surat Keterangan tersebut, Terpidana langsung mengirimkan uang tersebut kepada panti yang bersangkutan. Namun, setelah pihak yayasan menerima uang tersebut, tanpa alasan yang jelas pihak yayasan mengirimkan kembali dana bansos dan hibah tersebut kepada Terpidana. Setelah dilaporkan kepada atasan, atasan Terpidana memerintahkan agar disimpan terlebih dahulu di rekening pribadi, agar ditindaklanjuti kepada pihak yayasan alasan pengembalian dana bansos dan hibah tersebut. Akibat dari perintah atasan, Terpidana tidak dapat menolak. B. KESIMPULAN Penyalahgunaan wewenang juga termasuk dalam salah satu tindak pidana korupsi dimana dalam pasal 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi No. 31 Tahun 1999 yang berbunyi Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denga paling sedikit Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) C. SARAN 1. Seharusnya Terpidana tidak melakukan perintah yang melanggar peraturan tersebut walaupun perintah atasan, karena dalam melakukan tindak pidana tersebut walau karena perintah atasan tetap bersalah dimata hukum 2. Memberitahukan atau mengingatkan kembali perbuatan tersebut akan mengakibatkan efek negatif walaupun hanya menitipkan sementara dana yang seharusnya sudah dikirimkan kepada pihak yayasan.apalagi dititipkan di rekening sendiri.

LAPORAN KEGIATAN PADA LEMBAGA PERMASYARAKATAN WANITA KELAS II.A MEDAN Disusun oleh Mahasiswa/I Semester VII Kelompok : I 1. Andy (103309003) 2. Caroline (103309005) 3. Hendy (103309009) 4. Lindawaty (103309011) 5. Lupita Julis Tanady (103309012) 6. Paulina Gunawan (103309013) 7. Silvia Chandra (103309014) 8. Vina Nathania (103309017) 9. William (103309018) 10. Doris (103309023) 11. Lianty Thamrin (103309028)

Nama Kegiatan : Wawancara Terpidana Wanita Hari / Tanggal Lokasi : Rabu / 23 Oktober 2013 : Lembaga Permasyarakatan Wanita Kelas II.A Medan

Disusun oleh : 1. Andy (103309003) 2. Caroline (103309005) 3. Hendy (103309009) 4. Lindawaty (103309011) 5. Lupita Julis Tanady (103309012) 6. Paulina Gunawan (103309013) 7. Silvia Chandra (103309014) 8. Vina Nathania (103309017) 9. William (103309018) 10. Doris (103309023) 11. Lianty Thamrin (103309028)

Diketahui Oleh : Ketua Program Studi Ilmu Hukum Kepala Lembaga Permasyarakatan Masyarakat Wanita Kelas II A Medan

Ronald H. Sianturi, S.H., M.H.

Dra. Suprobowati, BC. IP. M.H.

Anda mungkin juga menyukai