Anda di halaman 1dari 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Komunikasi Komunikasi menurut Hovland (dalam Mulyana,2008 : 62) adalah proses

yang

memungkinkan

seseorang

komunikator

menyampaikan

rangsangan

(biasanya lambang-lambang verbal untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). Pengertian yang dipaparkan di atas penulis memahami bahwa

Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). Dalam buku komunikasi massa (Mulyana 2008 : 41) : kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontenporer

menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersbut,

18

19

seperti dalam kalimat kita berbagi pikiran, kita mendiskusikan makna, dan kita mengirimkkan pesan. Pengertian di atas penulis memahami bahwa Komunikasi adalah proses kegiatan manusia yang diungkapkan melalui bahasa tulisan, gambargambar,isyarat, bunyi-bunyian, dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh orang lain. Agar komunikasi efektif, komunikator harus tahu khalayak mana yang akan dijadikannya sasaran dan tujuan yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam membuat pesan agar komunikan dapat menangkap pesan yang di sampaikan komunikator, untuk tercipta komunikasi yang efektif, maka

pesan dalam komunikasi harus berhasil menumbuhkan respon komunikan yang di tuju. Tujuan komunikasi dikatakan tercapai atau berhasil antara lain terlihat dengan perubahan sikap, opini, ataupun prilaku komunikan, perubahanperubahan ini merupakan proses lanjut dari efek yang timbul sebagai hasil dari proses komunikasi. (Effendy, 1998 : 14). Dari beberapa pernyataan di atas maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan kepada orang lain melalui bahasa tulisan, gambar- gambar, isyarat, bunyi-bunyian, dan bentuk kode yang

mengandung arti sehingga dapat mengubah prilaku orang lain (komunikan).

20

2.2

Komunikasi Massa Menurut Mulyana (2008 : 75) komunikasi massa adalah komunikasi yang

menggunakan media massa, baik cetak (majalah, surat kabar) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonym dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Dari dipaparkan di atas penulis memahami bahwa pengertian massa yang adalah

Komunikasi

komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (majalah, surat kabar) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar

dibanyak tempat, anonym dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Pool mendefinisikan komunikasi massa sebagai, komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film dan televisi. Dari pengertian yang dipaparkan di atas penulis memahami

bahwa Komunikasi massa adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara

21

langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluransaluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film dan televisi. Menurut Gunadi ( 1998 : 69 ) karakteristik massa adalah sebagai berikut : a. b. Komunikasi massa bersifat umum, terbuka untuk siapa saja. Komunikasi massa bersifat heterogen, masyarakat campuran tidak memandang batas sosial atau status sosial, pendidikan, usia, agama, jenis kelamin dan suku. c. Media massa dapat membina keserempakan, yakni keserempakan kontak dengan sejumlah besar masyarakat yang jauh dari sumber penyampaian pesan dalam waktu yang relatif singkat. d. e. Hubungan komunikator dengan komunikan terjadi non antar pribadi. Media massa dapat mengikat massa komunikan yang saling tidak mengenal. Pengertian di atas penulis memahami bahwa Komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam

menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Beberapa pernyataan di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan

22

media massa, baik cetak maupun elektronik yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan dalam mengembangkan komunikator dengan

komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Dalam penelitian ini majalah menjadi focus utama peneliti yang dimana majalah merupakan media komunikasi massa. 2.3 Analisis isi Analisis isi merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui simpulan dari sebuah teks. Atau dengan kata lain, analisis isi merupakan metode penelitian yang ingin mengungkap gagasan penulis yang termanifestasi maupun yang laten. Oleh karenanya, secara praksis metode ini dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, seperti; menjembatani isi dari komunikasi internasional, membandingkan media atau level dalam komunikasi, mendeteksi propaganda, menjelaskan kecendrungan dalam konten komunkasi, dan lain-lain menurut Weber (dalam Krippendorff,2004). Dengan demikian, analisis isi lebih akrab digunakan di bidang komunikasi. Menurut Weber (dalam Krippendorff, 2004), pemahaman dasar dari analisis isi adalah bahwa banyak kata sesungguhnya dapat diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori yang lebih kecil. Setiap kategori itu dibuat berdasarakan kesamaan makna kata, dan kemiripan makna kata dari setiap teks atau pembicaraan. Dengan asumsi itu, kita akan dapat mengetahui fokus dari pengarang, pembuat teks, atau pembicara dengan menghitung jumlah kategori

23

yang ada dalam teks tersebut. Oleh karenanya untuk mengukurnya kategorikategori itu, harus dibuat variable dari kategori tesebut dan telah memiliki keajegan makna. Sebagaimana yang kita kenal dalam metodologi kuantitatif, maka variabel yang ada harus valid dan reliabel. Weber (dalam

Krippendorff,2004) Dalam kajian Weber (dalam Krippendorff,2004), ada beberapa langkah dalam analisis isi untuk mengumpulkan data diantaranya: Menetapkan unit yang terekam, hal ini sangat penting dalam proses pengaregorian data. Dalam metode ini dapat dilakukan dengan beberapa level : Kata, yaitu mengklasifikasi masing-masing kata Paragraf, kalau sumberdaya manusia atau komputer yang tersedia terbatas, peneliti dapat mereduksinya dengan melakukan pengkodeaan

berdasarakan paragraf. Namun hal ini sulit mendapatkan hasil yang reliable karena cakupannya terlalu luas. Keseluruhan teks, hal ini dilakukan dalam pengecualian ketika teks tersebut tidak terlalu banyak, seperti cerpen, headline berita, dan berita koran. Menetapkan kategori, ada dua tahap dalam menetapkan kategori. Pertama kita harus mengetahui apakah hubungannya ekslusif (spesial). Kedua, harus seberapa dekatkah hubungan antar unit dalam satu kategori.

24

Melakukan tes coding di teks sampel. Hal ini diupayakan agar tidak ada ambiguitas dalam kategori. Tahapan ini juga digunakan untuk merevisi hal-hal yang tidak tepat dalam skema klasifikasi Menilai akurasi atau reabilitas Merevisi aturan pengkodingan

Validitas dalam analisis isi agak berbeda dengan penelitian yang lain, validitas di sini bukan bermakna hubungan antara dua variabel atau teori. Namun, validitas di sini berada di antara klasifikasi skema atau variabel yang berasal dari itu dengan interpretasi yang menghubungkan isi dengan sebab-sebabnya. Klasifikasi skema adalah upaya peneliti mengkategorikan berbagai kata yang memiliki kata yang maknanya berdekatan (atau sama). Dengan bekitu akan memudahkan data dikumpulkan dan diolah dalam analisa statistik. Oleh

karenanya, pengkategorian kata harus berdasarkan kecermatan dalam menangkap makna yang ada menurut Weber (dalam Krippendorff,2004) Walaupun kita dapat melihat bahwa analisis isi dapat terdiri dari dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kulaitatif, namun Krippendorff menyarankan untuk tidak mendikotomikan diantara keduanya. Menurutnya, memisahkan keduanya adalah sebuah kesalahan. Secara eksplisit dan objektif penelitian ini memproses data dengan pengkodingan dan menghitungnya, cara ini popular di dalam pendekatan kuantitatif. Namun jangan lupa, kita juga menganalisis konteks yang ini merupakan tradisi kualitiatif. Dengan begitu, analisis isi adalah jenis penelitian yang dapat menggunakan pendekatan mix-method.

25

Untuk lebih lanjut memahami prosedur penelitian analisis isi dengan kedua pendekatan sebagaimana dijelaskan di atas, Krippendorff memberikan gambaran mengenai tahapan-tahapan yang ada di dalam penelitian ini. Ia membuat skema penelilitan analisis isi ke dalam 6 tahapan, yaitu: 1. Unitizing (peng-unit-an) 2. Sampling (pe-nyamling-an) 3. Recording/coding (perekaman/koding) 4. Reducing (pengurangan) data atau penyederhanaan data 5. Abductively inferring (pengambilan simpulan); bersandar kepada analisa konstuk dengan berdasar pada konteks yang dipilih 6. Naratting (penarasian) atas jawaban dari pertanyaaan penelitian.

Unitizing, adalah upaya untuk mengambil data yang tepat dengan kepentingan penelitian yang mencakup teks, gambar, suara, dan data-data lain yang dapat diobservasi lebih lanjut. Unit adalah keseluruhan yang dianggap istimewa dan menarik oleh analis yang merupakan elemen independen. Unit adalah objek penelitian yang dapat diukur dan dinilai dengan jelas, oleh karenanya harus memilah sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dibuat. Sampling, adalah cara analis untuk menyederhanakan penelitian dengan membatasi observasi yang merangkum semua jenis unit yang ada. Dengan demikian terkumpullah unit-unit yang memiliki tema/karakter yang sama. Dalam

26

pendekatan kualitatif, sampel tidak harus digambarkan dengan proyeksi statistik. Dalam perdekatan ini kutipan-kutipan serta contoh-contoh, memiliki fungsi yang sama sebagai sampel. Sampel dalam bentuk ini digunakan untuk mendukung atas pernyataan inti dari peneliti. Recording, dalam tahap ini peneliti mencoba menjembatani jarak (gap) antara unit yang ditemukan dengan pembacanya. Perekamaan di sini dimaksudkan bahwa unit-unit dapat dimainkan/digunakan berulang ulang tanpa harus mengubah makna. Kita mengetahui bahwa setiap rentang waktu memiliki pandangan umum yang berbeda. Olehkarenanya recording berfungsi untuk menjelaskan kepada pembaca/pengguna data untuk dihantarkan kepada situasi yang berkembang pada waktu unit itu muncul dengan menggunakan penjelasan naratif dan atau gambar pendukung. Dengan demikian penjelasan atas analisis isi haruslah tahan lama dapat bertahan disetiap waktu. Reducing, tahap ini dibutuhkan untuk penyediaan data yang effisien. Secara sederhana unit-unit yang disediakan dapat disandarkan dari tingkat frekuensinya. Dengan begitu hasil dari pengumpulan unit dapat tersedia lebih singkat, padat, dan jelas. Inferring, tahap ini mencoba menanalisa data lebih jauh, yaitu dengan mencari makna data unit-unti yang ada. Dengan begitu, tahap ini akan menjembatanai antara sejumlah data deskriptif dengan pemaknaan, penyebab, mengarah, atau bahkan memprovokasi para audience/pengguna teks. Inferring, bukan hanya berarti deduktif atau induktif, namun mencoba mengungakap

27

konteks yang ada dengan menggunkan konstruksi analitis (analitical construct). Konstuksi analitis befngsi untuk memberikan model hubungan antara teks dan kesimpulan yang dituju. Dengan begitu, konstuksi analitis harus menggunkan bantuan teori, konsepsi yang sudah memiliki kebasahan dalam dunia akademis. Naratting, merupakan tahan yang terakhir. Narasi merupakan upaya untung menjawab pertanyaan penelitian. Dalam narasi biasanya juga berisi informasiinformasi penting bagi pengguna penelitian agar mereka lebih paham atau lebih lanjut dapat mengambil keputusan berdasarkan hasil penelitian yang ada. Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis ini biasanya digunakan pada penelitian kualitatif. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Ada beberapa definisi mengenai analisis isi. Analisis isi secara umum diartikan sebagai metode yang meliputi semua analisis menganai isi teks, tetapi di sisi lain analisis isi juga digunakan untuk mendeskripsikan pendekatan analisis yang khusus. Menurut Holsti, metode analisis isi adalah suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif, sistematis, dan generalis. Objektif berarti menurut aturan atau prosedur yang apabila dilaksanakan oleh orang (peneliti) lain dapat menghasilkan kesimpulan yang serupa. Sistematis artinya penetapan isi atau kategori dilakukan menurut aturan yang diterapkan

28

secara konsisten, meliputi penjaminan seleksi dan pengkodingan data agar tidak bias. Generalis artinya penemuan harus memiliki referensi teoritis. Informasi yang didapat dari analisis isi dapat dihubungkan dengan atribut lain dari dokumen dan mempunyai relevansi teoritis yang tinggi. Definisi lain dari analisis isi yang sering digunakan adalah: research technique for the objective, systematic and quantitative description of the manifest content of communication. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian. Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%). Namun, analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut. a. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript). b. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut. c. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/datadata yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.

29

Beberapa pembedaan antara analisis isi dengan metode penelitian yang lain: a. Analisis isi adalah sebuah metode yang tak mencolok (unobtrusive). Pemanggilan kembali informasi, pembuatan model (modelling),

pemanfaatan catatan statistik, dan dalam kadar tertentu, etno-metodologi, punya andil dalam teknik penelitian yang non-reaktif atau tak mencolok ini. b. Analisis isi menerima bahan yang tidak terstruktur karena lebih leluasa memanfaatkan bahan tersebut dan ada sedikit kebebasan untuk mengolahnya dengan memanggil beberapa informasi. c. Analisis isi peka konteks sehingga dapat memproses bentuk-bentuk simbolik. d. Analisis isi dapat menghadapi sejumlah besar data.

Kelebihan Analisis Isi: a. Tidak dipakainya manusia sebagai objek penelitian sehingga analisis isi biasanya bersifat non-reaktif karena tidak ada orang yang diwawancarai, diminta mengisi kuesioner ataupun yang diminta datang ke laboratorium. b. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan metode penelitian yang lain dan sumber data mudah diperoleh (misal di perpustakaan umum).

30

c. Analisis isi dapat digunakan ketika penelitian survey tidak dapat dilakukan. Kekurangan Analisis Isi: a. Kesulitan menentukan sumber data yang memuat pesan-pesan yang relevan dengan permasalahan penelitian. b. Analisis isi tidak dapat dipakai untuk menguji hubungan antar variabel, tidak dapat melihat sebab akibat hanya dapat menerima kecenderungan (harus dikombinasikan dengan metode penelitian lain jika ingin menunjukkan hubungan sebab akibat). c. Sumber data yang dapat digunakan dalam analisis isi pun beragam. Pada prinsipnya, apapun yang tertulis dapat dijadikan sebagai data dan dapat diteliti dalam analisis isi. Sumber data yang utama adalah media massa, dapat pula coretan-coretan di dinding. Analisis isi juga dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi pada level kata atau kalimat. Analisis isi adalah salah satu jenis metode penelitian yang bersifat objektif, sistematis, dan kuantitatif serta berkait dengan isi manifest komunikasi. Dalam analisis isi, yang dibedah adalah pesan atau messagenya. Studi analisis isi ini menekankan pada bahasa dan menghendaki adanya netralitas. Akan tetapi, sedikit kelemahan dari analisis isi ini adalah sangat berpengaruh pada subjektivitas peneliti. Namun, suatu hal yang membuat metode analisis isi ini patut menjadi pilihan karena sangat efisien dari segi biaya, dan peneliti dapat menggunakan satu media massa sudah dinilai representatif asal media massa

31

tersebut bisa menyampaikan isinya secara komprehensif. Di sisi lain, analisis isi tidak perlu menggunakan responden sehingga dapat menghemat biaya dan waktu, narasumber terkadang diperlukan untuk memperkuat pendapat semata. Panduan analisis isi ini adalah pada Coding Sheets. 2.4 Sejarah Majalah Majalah mempunyai peran yang sangat penting, diantaranya sebagai alat media informasi yang berisi macam-macam informasi dan berita-berita terbaru mengenai berbagai hal yang diterbitkan secara periodik (bukan harian) bukan mingguan, yang bertujuan sebagai pelengkap hobby yang didalamnya banyak di muat informasi yang bersifat komersil dan mempunyai target sasaran yang berbeda-beda menurut tujuan fungsi dan isi majalah yang akan disampaikan kepada pembaca. Secara umum, majalah mulai berkembang di Inggris Raya pada tahun 1700-an dengan menampilkan materi fiksi dan nonfiksi. Majalah pertama di negara itu adalah Gentlemans Magazine yang muncul pada tahun 1731 dan menampilkan tulisan-tulisan tentang politik, biografi, dan kritik (Straubhaar & La Rose, 2006). Di Amerika, majalah pertama adalah American Magazine (William Bradford) yang dicetak di Philadelphia pada tahun 1741. Disusul berikutnya General Magazine (Ben Franklin). Selama Revolusi Amerika, majalah-majalah di Amerika muncul dengan mengusung topik-topik seputar dunia politik. Pada tahun 1820an, majalah dengan isu-isu umum mulai muncul, seperti Saturday Evening

32

Post (1821-1969). Jumlah majalah meningkat tajam selama Perang Sipil dan mulai menjangkau pembaca yang lebih luas. Pada tahun tahun 1879, undangundang pos menyebabkan biaya distribusi majalah menjadi lebih murah (Straubhaar & La Rose, 2006). Pada tahun 1900an majalah bergenre mucraking journalism muncul, yakni majalah-majalah yang memfokuskan pada berita-berita investigasi mengenai skandal, misalnya korupsi di pemerintahan atau perusahaan. Majalah mucracking ini misalnya diwakili oleh McClures dan Colliers. Selain itu ada The Nation dan Washington Monthly yang fokus meliput skandal yang terjadi di pemerintahan Setelah tahun 1900an, majalah dengan berbagai genre bermunculan dan menyasar target audiens yang spesifik sert mengangkat isu-isu kehidupan modern atau gaya hidup. Strategi ni dilakukan untuk mengimbangi kemunculan-media lain yang lebih atraktif, yakni radio dan film. Salah satu formula majalah yang paling sukses adalah mengombinasikan foto dan berita. Diawali dari majalah Life yang lebih banyak menonjolkan foto. Akhirnya pada dekade-dekade berikutnya kesuksesan Life menurun karena tidak mampu menghadapi persaingan dengan televisi. Sejarah kesuksesan Life digantikan oleh Time dan Newsweek. Kedua majalah ini berhasil karena menampilkan foto dan berita secara seimbang. 2.5 Pengertian Majalah Terbitan berseri yang direncanakan untuk terbit dalam jangka waktu yang panjang dan tidak terbatas, secara berkala dan umumnya lebih sering dari pada setahun sekali, dalam setiap terbitan biasanya memuat berbagai karangan, surat

33

kabar / harian tidak tergolong dalam kategori majalah, majalah biasanya memiliki judul yang jelas dan khas, tetapi kebannyakan majalah diterbitkan oleh suatu himpunan atau lembaga dan memuat berita, laporan konferensi dan kegiatan berkala lainya, judulnya biasanya terdiri atas istilah umum yaitu seperti bulletin, laporan, pewarta dan warta. (Magetsari Nurhaidi, Kamus Istilah Perpustakaan dan Dokumentasi, 1992) Pengertian majalah dalam bahasa inggris adalah Magazine, merupakan terbitan berkala/semula hanya memuat tulisan-tulisan dibidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Kemudian istilah itu digunakan untuk segala jenis penerbitan berkala yang lebih luas, isinya meliputi berbagai bentuk karya sastra,liputan jurnalisliputan tentang berbagai topic actual yang patut diketahui konsumen pembaca. Majalah secara harfiah dalam bahasa Inggris berarti magazine, menurut Djafar H. Assegaff dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini, majalah diartikan sebagai publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat artikeal-artikel dari berbagai penulis. (Assegaff, 1983 : 127) Majalah adalah salah satu jenis dari media massa. Majalah terdiri dari sekumpulan kertas cetakan yang disatukan. Tulisan-tulisan di dalam majalah dibuat bukan oleh tulisan tangan, namun oleh suatu mesin cetak. Tidak ada ketentuan baku dalam penyusunan isi sebuah majalah. Majalah biasanya berisi berbagai macam topik tulisan yang sesuai dengan tujuan dan topik dari majalah yang bersangkutan. Bukan hanya terdapat tulisan, di dalam majalah juga ada

34

gambar-gambar yang bertujuan sebagai ilustrasi dari tulisan dan juga bertujuan untuk membuat isi majalah menjadi cantik dan menarik. Gambar-gambar tersebut bisa berbentuk gambar orang, gambar benda, atau gambar kartun. Antara satu tulisan dan tulisan lain dalam majalah tidak mempunyai hubungan cerita secara langsung. Misalkan pada majalah olahraga, tulisan tentang pemain sepakbola tertentu pada satu tulisan tidak berhubungan dengan tulisan lain yang membahas tentang klub sepakbola tertentu. Tulisan-tulisan dalam majalah tidak mempunyai kronologis tertentu, tidak ada awal dan tidak ada akhir. Tidak ada pembuka dan tidak ada penutup. Jadi, majalah hanyalah tempat untuk mengumpulkan tulisan-tulisan tertentu yang mempunyai tema yang sama namun antara tulisan yang satu dengan tulisan yang lain tidak mempunyai hubungan kronologis, masing-masing tulisan berdiri sendiri. Di dalam majalah juga terdapat halaman-halaman iklan, sesuatu yang biasanya tidak terdapat di dalam sebuah buku. Majalah memiliki definisi sebagai berikut: 1. 2. Media cetak yang terbit secara berkala, tetapi tidak terbit setiap hari Media cetak yang bersampul, setidaknya mempunyai wajah, dan dirancang secara khusus. 3. Media cetak yang dijilid atau setidaknya memiliki sejumlah halaman tertentu dan mempunyai nama rubrik yang berbeda-beda pada setiap halamannya

35

Ada tiga kriteria majalah di Indonesia: a. Majalah itu harus diterbitkan oleh orang Indonesia, terbit dan beredar di Indonesia b. Majalah itu harus beredar secara luas sekurang-kurangnya dijual untuk umum c. Majalah itu sebisa mungkin harus menggunakan bahasa Indonesia, kecuali jika dianggap memberikan fenomena bagi perkembangan dunia penerbitan majalah di tanah air. Menurut kala penerbitanya majalah dibagi menjadi: a. Mingguan b. Bulanan c. Tengah Bulan Dalam bukunya Assegaff menyebutkan bentuk majalah, yang antara lain : 1. Majalah bergambar Yaitu bentuk majalah yang memuat reportase berdasarkan gambar-gambar suatu peristiwa atau suatu karangan khusus berisikan foto-foto. 2. Majalah anak-anak Yaitu bentuk majalah khusus mengenai dunia anak-anak.

36

3. Majalah berita Yakni majalah berkala mingguan yang menjadikan berita-berita dengan suatu gaya tulisan khas dilengkapi dengan foto-foto dan gambar. 4. Majalah budaya Yakni penerbitan pers mengkhususkan isinya dengan masalah kebudayaan dan diterbitkan setiap minggu, bulan ataupun secara berkala. 5. Majalah bulanan Yakni bentuk majalah yang terbit secara berkala memuat keteranganketerangan ringan, cerita pendek, cerita bergambar dan lain sebagainya. 6. Majalah ilmiah Yakni bentuk majalah terbit secara berkala khusus berisi mengenai suatu bidang ilmu misalnya teknik radio, elektronika, hukum dan lain-lain. 7. Majalah keagamaan Yakni bentuk majalah yang isinya khusus mengenai majalah agama, juga mengenai pendidikan kekeluargaan dan lain-lain. 8. Majalah keluarga Yakni bentuk majalah yang memuat karangan-karangan untuk seluruh keluarga, dari yang ringan bacaan anak-anak sampai kepada rumah tangga.

37

9. Majalah khas Yakni bentuk majalah setengan bulanan, yang isinya khusus mengenai berbagai macam bidang profesi, ada majalah khusus mengenai ilmu-ilmu sosial, kedokteran, industri, keagamaan, bisnis, fotografi, filateli dan lainlain. 10. Majalah mode Yakni majalah yang diterbitkan bulanan atau setengah bulanan yang berisikan mode dan dilampiri lembaran berisikan pola pakaian. 11. Majalah perusahaan Yakni majalah (surat kabar) yang diterbitkan secara teratur oleh suatu perusahaan berisikan berita-berita atau berisi informasi mengenai kepegawaian, karyawan, kebijaksanaan dan produksi perusahaan. 12. Majalah remaja Yakni majalah yang mengkhususkan isinya mengenai masalah remaja. Peneliti memfokuskan pada majalah remaja ini. 13. Majalah sari tulisan Yakni bentuk penerbitan dengan format khusus yang berisikan ringkasan karangan dari berbagai tulisan.

38

14. Majalah sastra Yakni bentuk majalah khas yang terbit secara berkala dengan isinya khusus membicarakan masalah-masalah kesusastraan dan resensi bukubuku (novel) kontemporer atau kegiatan dalam bidang sastra

contohnyamajalah Panja Raja yang beredar pada awal Desember tahun 1945. 15. Majalah wanita Yakni majalah yang berisikan karangan-karangan khusus mengenai dunia wanita, dari masalah-masalah mode, resep masakan, kekeluargaan dan juga yang duhiasi dengan foto-foto. (Assegaff, 1991 : 126-128) Jenis Majalah Jenis majalah dapat digolongkan mejadi 3 yaitu berdasarkan: a. Jenis kelamin pria dan wanita b. Usia: anak-anak, remaja dan keluarga c. Hobby dan minat seperti Interior, Grafis, Arsitektur dll. Majalah sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu dan mempunyai nama rubrik dan susunan Lay-out serta Typografy berbeda-beda yang disesuaikan dengan setiap tema halaman/artikel pada setiap edisi pada majalahnya.

39

a. Rubrik Definisi Rubrik itu sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu Rubrik. Ruangan pada halaman surat kabar/majalah atau media cetak lainya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Misalnya rubrik Wanita, Olah raga, pendapat pembaca dsb (Effendy, 1998:316) b. Lay out Definisi Lay out adalah susunan atau komposisi dan tata letak yang terdapat dalam setiap halaman majalah baik itu tulisan atau gambar yang dirancang serta disatu padukan menjadi sebuah keharmonisan. (Wikipedia Bebas Berbahasa Indonesia) c. Typografy Definisi Typografy adalah Ilmu yang mempelajari tentang jenis-jenis dan sifat-sifat huruf. Tyfografy yang berbeda-beda sering pula digunakan untuk memperkuat tema pada setiap artikel setiap majalah yang disesuaikan dengan tema dan judul artikel yang dimuat. (Bahasan Dapur Majalah Indonesia) 2.6 Cover Majalah Ada beberapa hal yang harus diperhatikan atau yang menjadi pedoman editor dalam mendesain sebuah cover majalah, yakni antara lain: 1. Format Majalah

40

Bagaimana bentuk majalah yang kita desain? Persegi panjang? Bujur sangkar? Berapa besarnya? Sebesar majalah Rolling Stone atau seukuran Intisari? Apakah ukurannya telah ditetapkan dari penerbit atau dapat kita tetapkan sendiri (majalah baru)? Pertimbangan format majalah ditentukan oleh untuk apa majalah dibuat? Bila isinya tentang arsitektur majalah bisa berukuran relatif besar atau posisi horizontal. Siapa yang membaca dan bagaimana kebiasaan membacanya ? Majalah ukuran kecil sangat praktis dibawa dan enak dipegang. Format merupakan bidang tempat kita mendesain cover majalah. Setelahmenentukan format, barulah kita dapat memikirkandesain cover majalah. 2. Unsur Pembentuk Sampul Majalah Contoh sampul majalah:sebelum dan sesuadah dibubuhi logo dan elemen tipografis lainnya. Amati majalah yang dijual dipasaran. Umumnya memiliki unsur Logo seperti: Majalah Gadis, Kartini, F1, FHM, Play Boy,Concept, Handycraft, MIX,Tempo,Gatra. Logo dapat berupa tulisan atau gambar atau gabungan keduanya.Desain logo majalah harus mencerminkan isi atau misimajalah. Akan terasa janggal bila Femina di buat dengan tipe huruf yang berkesan jantan/maskulin. Logo majalah harus dipertimbangkan sedemikian rupabentuknya sehingga gaya desainnya tidak terasa lekasusang. Slogan Terkadang di bawah logo terdapat slogan atau penjelasan bila logo majalah

41

tsersebut terasa terlalu panjang. Teks, Pada sampul biasanya tertulis topik topic yang tampil dalam majalah. Identitas visual, Ini merupakan elemenelemen pendukung yang berfungsi membuat majalah ini lebih berpribadi. Identitas visual juga dapat dibina dengan menggunakangaya gambar yang konsisten. Informasi Pendukung, Barcode, harga, tanggalyang tampaknya sepele tetapi seringkali bila tidak diperhitungkan dapat mengganggu desain. 3. Desain Sampul Desain cover yang baik ibarat pedang bermata dua.Sisi pertama ia harus mencerminkan isi majalah. Sisi kedua cover harus mewakili golongan pembaca yang ia bidik. Contoh Isi tentang bahaya narkoba penting bagi remaja, namun bila tidak disajikan secara remaja baik teks maupun visual sampul majalah, maka majalah kita tidak akan dilirik orang. Jadi cover majalah bukan sekedar bagus gambarnya, tetapi juga mewakili segmen pembacanya. Tata Letak dalam cover majalah. Gambar dan teks dalam cover tak hanya harus disusun agar enak di mata, tetapi juga menarik perhatian/eyecatching. Ingat, majalah itu dipajang bersama dengan majalah 2 lain yang juga berteriak minta dibeli. Disini peran desainer penting. Dalam bahasa kata, kita akan menyesuaikan pilihan kata, nada dan tema ketika berbicara dgn remaja atau anak atau ibu dosen. Demikian halnya berkomunikasi visual. Gambar ,teks harus sesuai target sasaran.

42

Siapa yang paling berperan dalam desain cover. Secara logika adalah desainernya. Namun ini tak mutlak. Bila anda bekerja dalam penerbitan majalah, desainer mendapat masukan dari editorial/redaksi dari art director serta harus mempertimbangkan berbagai seperti SARA, etika dan norma yang berlaku di masyarakat. Tiap negara dapat berbeda penerapannya. Desain Cover majalah Remaja. Secara kasar kita dapat menampilkan isi yang menarik remaja. Misalnya masalah pergaulan, hobby, idola, tips sesuai minat remaja. Isi ini harus disajikan secara remaja pula. Dengan gaya gambar atau fotografi yang sesuai dunia remaja. Disini pengetahuan psikologi remaja penting. Desainer harus benar benar menghayati dunia remaja. Apa yang menurut orang dewasa bagus bagi remaja kurang cool. Tanpa ini cover tak akan menarik. Perkembangan Cover majalah dulu sampai sekarang amat variatif. David Carson misalnya pernah merancang majalah gaya hidup Ray Gun. Setiap terbit beda logo dan beda layout, yang konsisten hanya gaya visual yang khas Carson. Ada majalah yang bertahan dengan gaya klasik, ada yang inovatif dan ada pula yang bergaya radikal. (grafikologia.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai