Anda di halaman 1dari 13

TUGAS III

K M B LANJUT I
PERKEMBANGAN TERAPI MODALITAS MEDIS SISTEM RESPIRASI
ANTIDIURETIK UNTUK EDEMA PARU

OLEH: SUPARMI
NPM: 7305000875

PROGRAM MAGISTER UNIVERSITAS INDONESIA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
JAKARTA
OKTOBER 2005

PERKEMBANGAN TERAPI MODALITAS MEDIK SISTEM RESPIRASI


TERAPI DIURETIK UNTUK EDEMA PARU

FUROSEMIDE
Pengertian
Furosemide merupkan diuretik yang efektif menurunkan/mengurangi edema
perifer karena CHF, penyakit hepatik, penyakit ginjal termasuk penyakit
nephrotic. Sangat efektif untuk mengobati edema paru dan juga efektif untuk
mengobati hipertensi
Tujuan
- Mencegah absorbsi klorida, sodium, potasium, air, dan meningkatkan
jumlah urine.
-

Membantu ginjal dalam mengeluarkan cairan.

Indikasi
-

Untuk menurunkan/mengurangi akumulasi cairan dan mencegah


pembentukan edema (cairan paru-paru).

Untuk mengobati ketidakseimbangan, seperti tingkat kalsium dan


potasium yang tinggi, karena efek diuretik meningkatkan pembuangan ion
tersebut.

Untuk pengobatan heart failure.

Pemberian
-

Secara oral : furosemide diabsorbsi dengan cepat dan baik dari traktus
gastro intestinal.

Secara intra vena; furosemide beraksi lebih cepat dalam waktu 10 menit.
Dengan durasi 2 jam. Obat ini sekitas 95% menuju ke protein plasma.
Furosemide diabsorbsi di liver dan dikeluarkan melalui ginjal.

Kontra Indikasi
-

Pada pasien dengan anuria

Hipersensitif atau alergi pada komponen sulfonylureas

Penyakit ginjal

Penyakit hepar

Diabetes

Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit

Efek Samping
Central Nervus System:
-

Vertigo

- Sakit kepala

Paresthesia

- Pandangan kabur

Pusing

- Kehilangan pendengaran

Xanthopsia

- Kurang istirahat

Kelemahan

- Fever

Gastro Intestinal:
-

Mual

- Diare - konstipasi

Muntah

- Pankreatitis

Anorexia

- Jaundice

iritasi oral dan gastric

- Kram/kejang

Dehidrasi

Cardio Vaskuler:
-

Hipotensi ortostatik

Hematologi (leukopenia, anemia, trombositopenia, purpura dan anemia


aplastik)

Aortitis kronik

GU:
-

Glikosuria

Spasme kandung kemih

Dermatologi (fotosensitivitas, rash, pruritus, urtikaria, iritasi lokal, SLE)

Muskuloskeletal (kram otot, spasme otot)

Hal-hal yang harus diperhatikan


Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi efek samping yang sangat
memperburuk kondisi pasien, maka sebagai perawat hendaknya melakukan
pengkajian dan pemantauan secara benar.
Sebelum pemberian:
-

Kaji adanya alergi terhadap furosemide dan kontra indikasi yang lain.

Ukur tekanan darah dan tanda-tanda vital yang lain.

Lakukan pemeriksaan darah yang relevan( GDS, kolesterol, trigliseride,


juga termasuk kadar elektrolit).

Timbang berat badan.

Inspeksi dan palpasi adanya edema

Auskultasi suara pernapasan

Kaji turgor kulit dan membran mukosa, riwayat diabetes, gout

Setelah pemberian/selama pemberian:


-

Pantau kadar potasium dan sodium pasien.

Observasi tanda-tanda dan gejala hiponatremia (seperti kecemasan,


hipotensi, mual), hipokalemia (seperti paresthesia, kram otot,
hiporefleksia, takikardia atau bradikardia, mengantuk)

Ukur intake cairan dan jumlah urine dengan ketat.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan terkait yang mungkin timbul dari terapi antidiuretika
ini adalah:
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan efek gastro
intestinal akibat pemberian furosemide.

Data obyektif:
o Mual
o Muntah
o Anorexia
o Iritasi oral dan gastric
o Diare
o Dehidrasi
Intervensi keperawatan yang diberikan:

Monitor status hidrasi pasien dengan cermat.

Pertahankan intake akurat dan catat output

Berikan terapi intra vena bila diperlukan

Tingkatkan intake oral sesuai kebutuhan yang seimbang

Bila perlu pasang NGT

Monitor status hemodinamik (CVP, MAP)

Monitor tanda-tanda vital dengan ketat.

Monitor hasil laboratorium (peningkatan BUN, penurunan


hematokrit, peningkatan osmolalitas urine dan penurunan kadar
elektrolit).

2. Risiko injuri/jatuh berhubungan dengan efek sistem saraf pusat akibat


pemberian furosemide.
Data obyektif:
o Vertigo

- Sakit kepala

o Paresthesia

- Pandangan kabur

o Pusing

- Kehilangan pendengaran

o Kurang istirahat

- Fever

o Kelemahan
Intervensi keperawatan yang diberikan:

Pantau tingkat kesadaran pasien

Pantau perubahan fungsi neuromuskuler

Jaga jangan sampai pasien terjatuh (pasang pagar tempat


tidur, turunkan tempat tidur dalam posisi paling rendah).

Kaji kekuatan otot

Anjurkan pada pasien untuk bangun dari tidur secara


bertahap, jangan segera bangun.

Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan


dasarnya/perawatan diri.

3. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek kardiovaskuler


pemberian furosemide.
Data obyektif:
o Hipotensi ortostatik
o Hematologi (leukopenia, anemia, trombositopenia, purpura dan
anemia aplastik).
Intervensi keperawatan yang dilakukan:

Pantau tanda-tanda vital (suhu, nadi , pernapasan, tekanan


darah) secara ketat.

Kaji keluhan gangguan pernapasan (sesak, kesulitan


bernapas, nyeri dada).

Pantau adanya tanda-tanda perdarahan.

Pantau hasil laboratorium (Hb, Ht, kadar AST, LDH)

Monitor intake dan output dengan tepat.

Auskultasi bunyi jantung

Monitor toleransi aktivitas pasien.

Pertahankan jadwal ambulasi sebagai toleransi.

BAB II
TINJAUAN TEORI
LOOP DIURETIK
Pengertian
Loop diuretik merupakan obat dengan kekuatan/kemanjuran yang tinggi.
Termasuk diantaranya adalah bumetanide, ethacrynate sodium, ethacrynate
acid, furosemide, dan torsemide.
Farmakokinetik
Biasanya loop diuretik diabsorbsi dengan baik dan didistribusi dengan cepat.
Obat-obat ini merupakan membatasi protein yang sangat tinggi.

Untuk

sebagian besar, mereka mengalami metabolisme sseluruhnya di liver, kecuali


furosemide yang diekskresi sebaian besar tanpa perubahan. Terutama ginjal
mengekskresi loop diuretik.
Farmakodinamik
Sebagai diuretik kekuatan tinggi yang tersedia, produk loop diuretik merupakan
volume terbesar diuresis. Mereka juga mempunyai potensial tinggi untuk
menyebabkan reaksi yang merugikan yang berat. Bumetanide, loop diuretik
dengan shortes-acting adalah 40 kali lebih poten dari furosemide.
Loop diuretik menerima namanya karena mereka bekerja terutama pada loop
ascending Henle untuk meningkatkan sekresi sodium, klorida dan air. Obat ini
juga menghambat/menahan reabsorbsi sodium, kloride dan air.
Farmakoterapeutik
Loop diuretik digunakan untuk mengobati hipertensi, biasanya dengan potasiumsparing diuretik atau suplemen potasium untuk mencegah hipokalemia. Obatobat ini sering disebut high-ceiling diuretics karena mereka memproduksi
diuresis puncak lebih besar dari yang diproduksi oleh kelas diuretik yang lain.

Loop diuretik juga digunakan untuk mengobati edema yang disebabkan oleh
gagal jantung, penyakit liver atau nephrotic syndrome.
Interaksi

Bersama, loop diuretik (khususnya furosemide) dan aminoglikoside atau


cisplatin dapat meningkatkan risiko ototoxicitas.

Loop diuretik dapat menurunkan efek hipoglikemia antidiabetik oral,


kemungkinan mengakibatkan hiperglikemia.

Loop diuretik bisa meningkatkan risiko toxisitas lutium.

Bila digoxin digunakan dengan loop diuretik interaksi meningkatkan risiko


ketidakseimbangan elektrolit yang dapat memicu aritmia.

Reaksi samping
Dengan loop diuretik, reaksi samping bisa menjadi berat karena obat ini
mempunyai efek poten. Paling sering reaksi berat termasuk ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, yang dapat secara khusus membahayakan pada pasien
geriatri dan lemah.
Reaksi samping yang lain meliputi penipisan volume darah, hipotensi ortostatik,
hipokalemia, hipokloremia, hipokloremik alkalosis, hiperuremia asimptomatik,
hiponatremia, hipokalemia, dan hipomagnesemia. Ketulian, diare, perut tidak
nyaman atau nyeri, kerusakan toleransi glukosa, dermatitis, paresthesia,
disfungsi hepatik, dan trombositopenia juga terjadi. Toxisitas furosemide
menghasilkan reaksi samping seperti tinitus, nyeri abdomen, tenggorokan sakit
dan demam.
Reaksi hipersensitif meliputi purpura, fotosensitivitas, rash, pruritus, urtikaria,
necrotizing angiitis, exfoliative dermatitis, alergi interstitial nephritis, dan berbagai
bentuk eritema. Juga terjadi agranulositosis.

BAB III
PEMBAHASAN
Setelah mempelajari tentang bagaimana pemberian loop diuretik pada pasien
dengan kasus edema, banyak hal yang harus diperhatikan secara khusus. Oleh
karena itu pada pemberian terapi ini hendaknya perawat menjelaskan
bagaimana kerja obatnya, efek samping atau interaksi obat dan apa yang harus
dilakukan oleh pasien setelah meminum obat antidiuretik.
Melihat banyaknya efek samping pada pemberian obat diuretik ini, tentunya akan
banyak pula risiko terjadinya masalah kesehatan yang baru untuk pasien yang
mendapatkan terapi ini. Oleh karena itu sebagai perawat perlu mengetahui kunci
tindakan keperawatan untuk merawat pasien yang mendapatkan terapi diuretik.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi efek samping yang sangat
memperburuk kondisi pasien, maka sebagai perawat hendaknya melakukan
pengkajian dan pemantauan secara benar.
Sebelum pemberian:
-

Kaji adanya alergi terhadap furosemide dan kontra indikasi yang lain.

Ukur tekanan darah dan tanda-tanda vital yang lain.

Lakukan pemeriksaan darah yang relevan( GDS, kolesterol, trigliseride,


juga termasuk kadar elektrolit).

Timbang berat badan.

Inspeksi dan palpasi adanya edema

Auskultasi suara pernapasan

Kaji turgor kulit dan membran mukosa, riwayat diabetes, gout

Setelah pemberian/selama pemberian:


-

Pantau kadar potasium dan sodium pasien.

Berikan suplemen potasium sesuai kebutuhan.

Observasi tanda-tanda dan gejala hiponatremia (seperti kecemasan,


hipotensi, mual), hipokalemia (seperti paresthesia, kram otot,
hiporefleksia, takikardia atau bradikardia, mengantuk)

Ukur dan catat intake cairan dan jumlah urine dengan ketat.

Timbang berat badan tiap hari.

Pemberian obat intra vena dengan pelan 1 sampai 2 menit.

Obat ini lebih baik diberikan pada pagi hari atau sebelum malam untuk
menghindari nocturia yang dapat mengganggu pola tidur pasien.

Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor buruk dan mukosa kering).

Selain itu perlu juga pendidikan untuk pasien yang mendapatkan terapi ini.
Adapun hal-hal yng perlu diajarkan pada pasien antara lain:
Informasikan pada pasien bahwa pemeriksaan darah harus dilakukan
secara periodik untuk mendeteksi ketidakseimbangan yang disebabkan
oleh pemberian obat.
Ajarkan pada pasien untuk mengenali dan melaporkan tanda-tanda
hipokalemia.
Jelaskan pada pasien pentingnya mendapatkan suplemen potasium dan
makan makanan tinggi potasium. Berikan pada pasien daftar makanan
tinggi potasium.
Pada pasien diabet anjurkan untuk memonitor kadar gula darah secara
rutin.
Katakan pada pasien bahwa pemberian diuretik ini pada pagi atau siang
hari untuk menghindari sering berkemih di malam hari yang dapat
mengganggu pola tidur.
Jelaskan pada pasien bagaimana pengaruh hipotensi ortostatik.
Katakan pada pasien untuk melaporkan bila ada tanda-tanda keracunan
furoseminde, seperti pendengaran berdenging, nyeri abdomen,
tenggorokan sakit, dan demam.
Katakan pada pasien untuk menyimpan obat ditemapat yang terlindung
dari cahaya, untuk mencegah perubahan warna.

Katakan pada pasien untuk tidak berhenti minum obat tanpa konsultasi
dokter.

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, McCloskey (1996) Nursing Interventions Classification (NIC) Second
edition. Mosby. St. Louis
.. Furosemide. Diambil pada 24 Oktober 2005 dari
http://www.marvistavet.com/htm1/body furosemide.html
Generic Name: Torsemide Oral (TOR-she-mide). Diambil pada 24
Oktober 2005 dari http://www.medicinet.com/torsemide-oral/page 4.htm
Pet Place.com (2005) Furosemide (lasix). Diambil pada 23 Oktober 2005 dari
http://www.PetPlace.com/furosemide.htm
Schiling A Judith at. al. (2005) Pharmacology A2 in 1 Reference for Nurses,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Pemberian terapi loop diuretik biasanya diberikan pada pasien dengan
hipertensi, dan edema yang disebabkan karena gagal jantung, penyakit liver
dan nephrotic syndrome. Pemberian obat ini biasanya disertai dengan
suplemen potasium yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
hipokalemia.
Pemberian diuretik ini dimaksudkan untuk menurunkan atau mengurangi
akumulasi cairan yang berlebihan. Sering kali perawat tidak memahami atau
tidak memperhatikan dampak dari pemberian diuretik, sehingga sering juga
terjadi komplikasi dehidrasi akibat kurang terpantau. Oleh karena itu
perawat hendaknya proaktif mencari tahu tentang cara kerja/interaksi obat,
efek samping yang ditimbulkan, dan sebaginya. Hal ini dimaksudkan agar
perawat tidak saja memberikan obat yang dianjurkan oleh dokter, tetapi lebih
dari itu perawat diharapkan dapat melakukan asuhan secara menyeluruh dari
pengkajian sebelum pemberian sampai pemantauannya. Dengan demikian
efek samping obat yang terjadi pada pasien dapat dihindari dan pasien
merasa aman, dan menaruh keperacayaan pada perawat serta mau
bekerjasama dalam pemantauan ini.

B.

Tujuan
Tujuan dari penulisan topik ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang
pemberian obat diuretik, dan bagaimana memberikan asuhan keperawatan
pada pasien yang mendapatkan terapi diuretik.

Anda mungkin juga menyukai