Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang BAB II PEMBAHASAN

Morbid berasal dari bahasa Latin yang berarti kondisi sakit atau menjadi sakit. Morbilitas adalah sebutan bagi (1) kualitas penyakit atau yang sedang terserang sakit. (2) Kondisi yang menyebabkan sakit. (3) Ratio jumlah yang sakit dalam total populasi di komunitasnya. Pengkodean Morbilitas bergantung pada kelengkapan ringkasan pulang berikut rincian diagnoses pasien, serta prosedur tindakan selama episode asuhan rawatnya di rumah sakit atau institusi asuhan kesehatan. Kemampuan pengkode melaksanakan pengkodean diagnoses sakit pasien dengan teliti dan cermat (tidak sembarang menafsirkan sendiri tulisan dokter), presisi (bekerja sesuai pedoman aturan cara penggunaan buku klasifikasi yang ditentukan), akurat (sesuai kondisi yang disandang pasien), dan tepat (waktu sesuai episode asuhan klinis, dan pelayanan perawatannya) sangat diperlukan di Untit Kerja Rekam Medis-Informasi Kesehatan di suatu institusi pelayanan. Morbilitas adalah berasal dari kata morbilities dan dalam bahasa Indonesia menjadi morbility yang menurut bahasa artinya keadaan tidak sehat. Sedangkan Morbilitas menurut istilah adalah gambaran kesakitan diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya berasal dari laporan rutin (SP2TP, SST, SPRS), laporan eksekutif Kakanwil Depkes, Profil kesehatan propinsi dan Profil Kesehatan Kabupaten/Kodya, laporan yang berasal dari masyarakat hasil survei seperti SDKI, SKRT, SUSENAS serta sumber-sumber lain yang dianggap perlu. Program ini dibuat dengan mengambil data dari sebuah rumah sakit berupa file format dbf yang berisi tentang keadaan morbiditas rumah sakit tersebut. Kemudian dari file tersebut dilakukan proses import data kedalam format mdb untuk kemudian dilakukan analisa mengenai prilaku kemunculan suatu wabah penyakit apakah bersifat periodik atau non periodik dan bila periodik berapa periodenya. Hasil runnig program ini akan menunjukkan indikator besar kecilnya suatu wabah penyakit dan bila menunjukkan indikasi yang besar maka perlu dikaji ulang mengenai sifat dari penyakit tersebut. Pada pengobatan dan epidemiologi, kata morbiditas dapat merujuk kepada

pernyataan terkena penyakit (dari bahasa Latin morbidus: sakit, tidak sehat), derajat kerasnya penyakit, meratanya penyakit: jumlah kasus pada populasi, insiden penyakit: jumlah kasus baru pada populasi. Cacat terlepas dari akibat (contoh cacat disebabkan oleh kecelakaan). Morbiditas adalah cakupan kondisi panyakit, cidera dan alasan kontak dengan pelayanan kesehatan, termasuk screening dan upaya pencegahan. Pemberian kode biasanya berkaitan dengan satu peristiwa pelayanan kesehatan di institusi kesehatan maupun saat mengadakan survei. Lazimnya morbiditas dikaitkan dengan satu periode masa pemberian pelayanan kesehatan (single episode). Satu peristiwa (episode) pemberian pelayanan kesehatan didefinisikan sebagai satu periode perawatan pasien atau kontak (atau kontak beruntun dalam satu jangka waktu tertentu) dengan praktisi kesehatan dalam kondisi yang sama atau sebagai akibat langsung. 1. Pedoman untuk pencatatan data diagnostik dalam analisis kondisi tunggal dari data morbiditas adalah sebagai berikut: a. Detail dan spesifikasi Masing-masing pernyataan diagnostik haruslah seinformatif mungkin agar dapat menggolongkan kondisi tersebut dalam kategori ICD yang paling spesifik. Sebagai contoh pernyataan diagnostik: 1) Transitional cell carcinoma of trigone of bladder 2) Acute appendicitis with perforation 3) Diabetic cataract; insulin-dependent 4) Diplopia due to allergic reaction to antihistamine taken as prescribed 5) Osteoarthritis of hip due to an old hip fracture b. Diagnosis atau gejala yang tidak khas Bila sampai dengan akhir periode perawatan tidak ditemukan diagnosis pastinya, maka informasi yang paling spesifik dan kondisi yang diketahui memerlukan perawatan atau pemeriksaan yang harus dicatatkan. Hal ini dilakukan dengan cara menyatukan suatu gejala, penemuan abnormal atau permasalahan yang ada daripada diagnosis suspect atau dicurigai. c. Alasan non-morbid kontak dengan pelayanan kesehatan

Suatu periode perawatan atau kontak dengan fasilitas kesehatan, selalu berkaitan dengan pemeriksaan atau perawatan panyakit yang saat ini terjadi saja. Periode dapat pula terjadi manakala seseorang yang saat ini tidak sakit menerima pelayanan kesehatan tertentu, maka detail dari kondisi yang ada harus dicatat sebagai kondisi utama. d. Kondisi ganda Bilamana suatu periode perawatan menyangkut sejumlah kondisi yang berhubungan (misal luka ganda) maka kondisi yang paling parah dan membutuhkan sumber daya lebih besar dianggap sebagai kondisi utama. Bila tak ada kondisi yang lebih dominan, maka kalimat fraktur multiple atau luka multiple dapat digolongkan sebagai kondisi utama. e. Kondisi akibat causa externa Bilamana kondisi seperti perlukaan, keracunan, atau akibat lain dari causa externa tercatat, adalah penting untuk mendeskripsi baik sebabnya maupun kondisi yang mempengaruhinya. Contoh: Cerebral contusion caused when patient lost control of car which hit a tree f. Pengobatan akibat sekuelle (gejala sisa) Manakala suatu periode perawatan ditujukan untuk pemeriksaan atau pengobatan kondisi residual (sekuelle) dari suatu penyakit yang saat ini sudah tidak ada, sekuelle tersebut harus dijelaskan dan disebutkan asalusulnya bersama dengan bukti bahwa penyakit awalnya sudah tidak aktif atau tidak dijumpai lagi. 2. Pemberian kode dalam kondisi utama dan kondisi lain a. Kodifikasi untuk kondisi dengan sistem dagger dan asterisk Bilamana mungkin, baik kode dagger maupun asterisk harus digunakan untuk kondisi utama mengingat keduanya menunjukkan dua jalur berbeda dalam kondisi tunggal.

b. Kodifikasi untuk kondisi suspek, gejala, dan situasi non-morbid Bilamana suatu periode pelayanan kesehatan ditujukan bagi pasien rawat inap, koder harus awas dalam mengklasifikasi kondisi utama Bab XVIII dan XXI. Bila suatu diagnosis belum dibuat sampai pada akhir rawat inap, atau

apabila diagnosis luka benar-benar sulit dikoding maka kode dari bab diatasnya diperbolehkan.

Bila kondisi utama masih dicatat dengan suspek atau dipertanyakan tanpa diklarifikasi lebih lanjut, maka kecurigaan diagnosis harus dikoding seakan telah ditetapkan.

c.

Kodifikasi

untuk

kondisi

multiple

Bilamana kondisi multipel tercatat dalam kategori berjudul multiple dan tidak ada dominasi kondisi tunggal lain, maka berilah kode multiple sebagai pilihan dengan tambahan kode optional bagi kondisi individual. Kode semacam ini khususnya diterapkan pada kondisi yang dikaitkan dengan HIV, sekuelle dan lukaluka. d. Kodifikasi untuk kategori kombinasi

ICD menyediakan kode-kode tertentu dimana satu atau dua kondisi dan proses sekunder yang bersosiasi dapat diwakili oleh satu kode. Kategori kombinasi tersebut harus digunakan sebagai kondisi utama. Kode alfabetik menunjukkan untuk apa kode kombinasi tersebut dibawah tulisan with setelah lead term. Dua atau lebih kondisi yang tercatat sebagai kondisi utama dapat dikaitkan apabila salah satu dapat dianggap sebagai e. kata Kodifikasi sifat untuk dari kata causa lainnya. externa

Untuk luka atau penyakit akibat causa external, baik keadaan kondisi (nature) dan keadaan causa external harus diberi kode. Kode yang lebih disukai adalah yang menjelaskan keadaan (nature) dari kondisi, biasanya diklasifikasi dalam bab XIX. Sedang f. kode dari bab XX untuk dapat digunakan sekuelle sebagai kode tambahan. tertentu

Kodifikasi

kondisi

ICD menyediakan sejumlah kategori berjudul: sekuelle dari (B90.-, B94, E64.-, dst) Kode yang lebih disukai untuk kode utama adalah kode untuk nature dan sekuelle tersebut. Bilamana sejumlah sekuelle yang sangat spesifik tercantum dan tak ada yang mendominasi perawatannya, boleh memakai sekuelle dari untuk dicatat sebagai kode utama dan kemudian dikategori dalam kode yang sesuai. Hanya perlu digaris bawahi bahwa g. kondisi Kodifikasi kausalnya untuk kondisi tidak akut lagi dan aktif. kronis

Bilamana kondisi utama yang tercatat disebutkan akut (sub-akut) dan juga kronis,

ICD menyediakan kategori terpisah untuk masing-masing kondisi, tapi tidak untuk kombinasi. h. Kategori kondisi akut lebih disukai dan sebagai kondisi post utama.

Kodifikasi

untuk

komplikasi

kondisi

prosedural

Kategori yang disediakan dalam bab XIX (T80 T88) untuk komplikasi-komplikasi tertentu yang berhubungan dengan operasi dan prosedur lain, seperti syok, infeksi pada luka operasi, dll.

Hampir semua bab body system berisikan kategori untuk kondisi-kondisi yang timbul sebagai akibat prosedur/teknik tertentu atau sebagai akibat pengangkatan suatu organ, misal: postmastectomy lymphoedema syndrome. Beberapa keadaan (seperti pneumonia, embolipulmonal) yang mungkin timbul pasca prosedur diberi kode seperti biasanya. Tapi kode tambahan dari Y83 Y84 dapat ditambahkan untuk memperjelas hubungannya dengan suatu prosedur.

Bilamana kondisi pasca prosedur atau komplikasi ini tercatat sebagai kondisi utama, referensi tentang modifier/qualifier (keterangan) dalam indeks alfabetik sangat penting dalam memilih kode yang tepat.

3. Peraturan untuk reseleksi bila kondisi utamanya tak tercatat dengan benar a. Aturan MB 1 Kondisi minor yang tercatat sebagai kondisi utama sedang kondisi yang lebih signifikan sebagai kodisi lain.

Bilamana suatu kondisi minor atau yang sudah berjalan lama, atau masalah insidentil tercatat sebagai kondisi utama, sedangkan kondisi yang lebih signifikan, relevan dengan pengobatan yang diberikan, dan atau spesialis yang merawat penderita dicatat sebagai kondisi lain, maka reseleksi kondisi terakhir tadi sebagai kondisi utama. Contoh: KL Hypertention Patient Prosedur Spesialis in : : hospital for Total three weeks histerectomi Ginekologi : KU : Carcinoma Acute of sinusitis endocervix

Reseleksi carcinoma of endocervix sebagai kondisi utama dan kode C53.0 b. Aturan MB 2 Beberapa kondisi sekaligus tercatat sebagai kondisi utama Bila tercatat beberapa kondisi yang tidak dapat digabungkan dalam satu kode sebagai kondisi utama, sedangkan rincian-rincian lain dalam catatan mengacu pada salah satu diantaranya sebagai kondisi utama yang menyebabkan seorang pasien dirawat,

pilihlah kondisi tersebut atau pilih kondisi yang pertama kali disebutkan. Contoh: Staphylococcal Ischaemic KL Patient Pilih in Staphylococcal hospital meningitis heart : for (G00.3) sabagai five kondisi KU : Cataract meningitis disease weeks utama

c. Aturan MB 3 Kondisi yang tercatat sebagai kondisi utama berisikan gejala (symptom) dari kondisi yang didiagnosis dan dirawat.

Bila suatu tanda atau gejala (biasanya terklasifikasi kedalam bab XVIII) atau suatu problem yang terklasifikasi dalam bab XXI tercatat sebagai kondisi utama dan jelas menunjukkan tanda, gejala atau masalah dari kondisi yang terdiagnosis di bagian lain catatan, dimana perawatan yang diberikan tertuju pada kondisi tersebut, maka reseleksi kondisi tersebut sebagai kondisi utama.

Contoh: KL: Otosclerosis Diabetes Spesialis Care : Establishment mellitus, : of Ischaemic

KU: heart

Koma disease

insulin

dependent Ebdocrinology

correct

dose

of

insulin

Pilih Diabetes mellitus, insulin dependent (E10.0) sebagai kondisi utama d. Aturan MB 4 Spesifitas

Bilamana diagnosis yang tercatat sebagai kondisi utama menggambarkan suatu kondisi secara umum, sedangkan istilah/ terminologi yang berisikan informasi lebih akurat tentang lokasi atau wujud dari kondisi yang ada dimasukkan ke bagian lain, reseleksi Contoh: KL: Pilih e. Ventricular Aturan yang KU: Ventricular septal MB 5 defect (Q21.0) terakhir sebagai kondisi heart septal sebagai dari kondisi diagnosis utama. disease defect utama utama

Congenital

Alternatif

Bilamana suatu tanda atau gejala tercatat sebagai kondisi utama dengan indikasi disebabkan oleh suatu kondisi lain, pilihlah gejala tersebut sebagai kondisi utama. Bila satu atau lebih kondisi tercatat sebagai pilihan diagnosis untuk kondisi utama,

pilihlah

kondisi

yang

pertama

dicatat.

Contoh: KU: Acute colelitiasis or acute pancreatitis

UKURAN-UKURAN 1. UKURAN

EPIDEMIOLOGI MORBIDITAS

Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun

Angka ini dapat digunakan untuk menggambarakan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberahasilan program program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan pendudukterhadap pelayanan kesehatan

Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah angka, rasio, dan pororsi 1. RATE

Rate atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara pembilang dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi teterntu dengan jumlah penduduk dalam populasi tersebut dalam batas waktu tertentu. Rate terdiri dari berbagai jenis ukuran diataranya . Proporsi atau jumlah kelompok individu yang terdapat dalam penduduk suatu wilayah yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi Tujuan Untuk Perbandinagan dari Mengukur mencari antara berbagai tersebut Insidence atau populasi adalah Rate angka mengukur dengan adalah kejadian faktor pemaparan yang kasus sebagai baru. berikut penyakit kausalitas berbeda adalah

Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan oleh determinan tertentu Rumus: P= Dimana: P= Estimasi incidence rate (d/n)k

d=

Jumlah

incidence

(kasus

baru)

n= Jumlah individu yang semula tidak sakit ( population at risk) Hasil estimasi dari insiden dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan penanggulangan masalah kesehatan dengan melihat, Potret masalah kesehatan, angka dari beberapa periode dapat digunakan untuk melihat trend dan fluktuasi, untuk pemantauan dan evaluasi upaya pencegahan maupun penanggulangan serta sebagai dasar untuk membuat perbandingan angka insidens antar wilayah dan antar waktu b) Ukuran prevalensi tingkat Menggambarkan PR suatu keberhasilan ( penyakit program dapat pemberantasan Prevalence) digunkan penyakit

Untuk penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan. Misalnya, penyediaan obat-obatan, tenaga Menyatakan Digunakan kesehatan, banyaknya untuk kasus yang keperluan dan dapat di administratif ruangan diagnosa lainnya

Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit. Lamanya sakit adalah suatu periode mulai dari didiagnosanya suatu penyakit hingga berakhirnya penyakit teresebut yaitu sembuh, kronis, atau mati c) PePR (Periode Prevalence Rate)

PePR yaitu perbandingan antara jumlah semua kasus yang dicatat dengan jumlah penduduk selama Rumus: PePR P R k = pada saat tertentu d) PoPR (Point Prevlene Rate) = jumlah = semua kasus jumlah yang =(P/R)k dicatat penduduk 1 periode

Point Prevalensi Rate adalah nilai prevalensi pada saat pengamatan yaitu perbandingan antara jumlah semua kasus yang dicatat dengan jumlah penduduk pada saat tetentu Rumus: PoPR Po = perbandingan antara jumlah semua kasus yang =(Po/R)k dicatat

R k = selama 1 perode Point 1. 2. Emigrasi prevalensi

=jumlah

penduduk

meningkat Imigrasi orang

pada

: penderita sehat

3. Imigrasi tersangka penderita atau mereka dengan risiko tinggi untuk menderita 4. Meningkatnya masa sakit

5. Meningkatnya jumlah penderita baru Point 1. 2. 3. 4. 5. Meningkatnya Meningkatnya Menurunnya jumlah prevalensi Imigrasi Emigrasi angka angka penderita menurun orang pada : sehat penderita kesembuhan kematian baru

6. Masa sakit jadi pendek e) AR (Attack Rate)

Attack rate adalah andala angaka sinsiden yang terjadi dalam waktu yang singkat (Liliefeld 1980) atau dengan kata lain jumlah mereka yang rentan dan terserang penyakit tertentu pada periode tertentu

Attack rate penting pada epidemi progresif yang terjadi pada unit epidemi yaitu kelompok penduduk yang terdapat pada ruang lingkup terbatas, seperti asrama, barak, atau keluarga. f) g) h) i) . 2. RASIO Specifik menurut CI SAR (AAIR) ID karakteristik

Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantittif yang pembilangnya Contoh: Kejadian Luar Biasa(KLB) diare sebanyak 30 orang di suatu daerah. 10 diantaranya adalah tidak merupakan bagian dari penyebut

jenis

kelamn

pria.

Maka

rasio

pria

terhadap

wanita

adalah R=10/20=1/2 3. PROPORSI

Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut Penyebaran proporsi adalah suatu penyebaran persentasi yang meliputi proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori atau subkelompok Pada contoh di atas, dari proporsi pria kelompok terhadap permapuan itu. adalah

P= 10/30=1/3

Cara mengukur frekwensi masalah kesehatan yang dapat dipergunakan dalam Epidemiologi sangat beraneka ragam, karena tergantung dari macam masalah kesehatan yang ingin diukur atau diteliti. Secara Umum Ukuran ukuran dalam Epidemiologi dapat dibedakan atas : A. UNTUK MENGUKUR MASALAH PENYAKIT ( ANGKA KESAKITAN / MORBIDITAS ) Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap sebagai penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya dikategorikan di dalam istilah tunggal : MORBIDITAS. MORBIDITAS = Kesakitan : Merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. MORBIDITAS : Juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu kondisi sakit. MORBIDITAS : Juga mengacu pada angka kesakitan yaitu ; jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko. Di dalam Epidemiologi, Ukuran Utama Morbiditas adalah : Angka Insidensi & Prevalensi dan berbagai Ukuran Turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan Angka Insidensi dan Angka Prevalensi.

Anda mungkin juga menyukai