Anda di halaman 1dari 2

Pentingnya ideology Partai

vox populi vox Dei. Walaupun ungkapan ini tidak sepenuhnya benar, namun setidaknya mampu menggambarkan secara kasar bagaimana peta kekuasaan dalam sebuah sistem demokrasi. Sistem demokrasi tidak mengenal konsep dikotomi konvensional semacam baik/buruk, kanan/kiri, atau putih/hitam. Dalam demokrasi, peta kekuasaan dibagi ke dalam dua bagian, didukung masa atau tidak. Yang didukung akan mendapatkan kekuasaan, dan yang tidak, dengan sendirinya, tidak akan mendapatkan kekuasaan. Untuk meraih kekuasaan dengan cepat, beberapa partai politik kemudian melakukan berbagai usaha untuk menjadi popular dengan cara instan. Diantaranya adalah dengan cara merekrut artis dan selebritis sebagai calon anggota legislative. Dan banyak pula partai politik yang tak segan menggeser ideologinya. Partai berhaluan nasionalis bergandeng tangan dengan tokoh tokoh agama yang berhaluan kanan, Partai yang dikenal berhaluan agamis kini mulai melunak dan berusaha merangkul umat lainnya. Jika partai-partai politik menggeser arah ideologinya ke titik yang sama atau serupa, mengikuti animo dan pandangan publik, hal ini akan berakibat tidak sehat pada pendidikan politik masyarakat. Masyarakat tidak akan mampu memilah, menilai, dan memilih visi atau ideologi yang menurut mereka paling tepat dalam membangun dan memajukan negara dan bangsa ini. Keserupaan ideologi juga berpotensi mengabaikan aspirasi-aspirasi minoritas. Padahal salah satu cirri Negara demokratis adalah adanya penghargaan hak minoritas, termasuk hak aspirasinya. Idealnya, partai-partai politik menjaga kebhinekaan ideologinya sebagai bagian dari pendewasaan politik masyarakat. Keberagaman warna politis dan ideologis adalah stimulus yang baik bagi masyarakat agar lebih kritis dalam memilah, menilai, dan memilih, sehingga dalam prosesnya masyarakat mampu menjadi lebih melek politik. Kecenderungan partai-partai politik menggunakan ideologi karet dalam usaha mengakomodasi kepentingan masyarakat, yang elastis memenuhi permintaan pasar, juga akan memperlambat pertumbuhan kultur politik Indonesia menjadi kultur yang kritis dan objektif. Lebih lanjut, partai-partai politik seharusnya memperlakukan ideologi mereka sebagai idealisme jangka panjang dalam membangun sistem politik dan sosial Indonesia, dan tidak seharusnya mengorbankannya untuk tujuan pragmatis membeli suara. politik adalah usaha untuk mendapatkan kekuasaan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, dalam usaha itu, mana yang lebih penting, pendekatan yang berpusat pada idealisme

dan prosesnya , atau pendekatan yang lebih pragmatis, bahwa hasil yang didapatkan bisa membenarkan cara mendapatkannya?

Anda mungkin juga menyukai