Anda di halaman 1dari 18

PROBLEMATIKA PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI KAWASAN PERKOTAAN

Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman

Disusun Oleh : Kelompok 1 Nadia Dwi Larasati 20120210102

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

I.

PENDAHULUAN

Daerah perkotaan merupakan kawasan dengan tingkat mobilitas tinggi dan ketersediaan lahan pertanian yang terbatas. Lahan pertanian yang tersedia itu pun hanya dapat dilihat di beberapa tempat tertentu saja. Hal ini dikarenakan lahan pertanian yang ada telah berganti fungsi menjadi kawasan perumahan atau bahkan pusat kegiatan industri. Namun, diantara lahan pertanian yang sudah mengalami perubahan fungsi ini masih terdapat sepersekian dari bagian lahan pertanian tersebut yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan optimalisasi lahan sempit yaitu pekarangan rumah. Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan/atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika (Soemarwoto (1975) dalam Hidayat, 2013). Pemanfaatan dan pengoptimalan lahan pekarangan menjadi penting mengingat semakin sedikitnya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan penghijauan. Selain itu, pekarangan ini juga dapat berfungsi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan sayuran (apabila yang ditanam merupakan tanaman sayur), penyaluran hobi, sumber plasma nutfah dan ragam jenis biologi, pengendali iklim sekitar rumah dan tempat untuk kenyamanan. Fungsi lain dari pekarangan yang juga cukup penting yakni sebagai penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen, tempat resapan air hujan dan air limbah keluarga ke dalam tanah serta pekarangan ini juga melindungi tanah dari kerusakan erosi. II. PERMASALAHAN

Seperti halnya di daerah perkotaan lainnya, masyarakat Kelurahan Wirobrajan, Kota Yogyakarta mempunyai lahan pekarangan yang sangat terbatas dengan rata-rata hanya berkisar 8-10 m2. Sebagian besar lahan pekarangan tersebut hanya dimanfaatkan untuk tanaman hias atau halaman saja. Masyarakat tersebut melalui kelompok ibu-ibu dasa wisma mempunyai keinginan agar

lahannya dapat dimanfaatkan lebih produktif dengan budidaya tanaman. Sebagai gambaran wilayah Wirobrajan berada pada ketinggian tempat 100 m dpl, dengan jenis tanah Regosol, suhu siang hari 28-300 C, dengan intensitas radiasi matahari cukup tinggi dan kecepatan angin relatif sedang. Bagaimana memberikan alternatif solusi terhadap keinginan masyarakat tersebut ? III. ANALISIS MASALAH Berdasar pada permasalahan, maka dapat dianalisis beberapa penyebab permasalahan yang dihadapi ibu-ibu dasa wisma di Kelurahan Wirobrajan, Kota Yogyakarta dalam pemanfaatan lahan pekarangannya yaitu sebagai berikut : a. Pekarangan yang ada di sana hanya ditanami tanaman hias atau tidak digunakan untuk kegiatan budidaya tanaman (hanya digunakan untuk halaman saja). b. Perlu adanya pemeliharaan tanaman hias secara lebih lanjut agar tanaman hias yang ada lebih terawat dan menjadi sudut estetika bagi pemiliknya. c. Lahan pekarangan yang dimiliki warga di sana memiliki luasan kurang lebih 8-10 m2. Dengan luasan yang hanya seluas itu tidak bisa dimanfaatkan untuk penanaman tanaman yang besar, maka hanya dimungkinkan untuk tanaman semusim atau tabulampot. d. Ketinggian tempatnya yang hanya 100 m dpl, dengan jenis tanah Regosol, suhu siang 28-300 C, intensitas matahari cukup tinggi dan kecepatan angin relatif sedang, maka harus dapat memilih jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi mikroklimat yang ada di sana. e. Perlu menentukan teknik atau cara penanaman yang tepat untuk lahan sempit agar dapat memaksimalkan hasil dan juga keanekaragaman tanaman yang dapat ditanam di pekarangan. IV. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pekarangan Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan

dan/atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika (Soemarwoto (1975) dalam Hidayat, 2013). Penataan Pekarangan Pekarangan merupakan lahan di sekitar rumah, karena itu pemanfaatan pekarangan bukan hanya mempertimbangkan hasil, tapi juga perlu mempertimbangkan aspek keindahan. Sebagai acuan, penataan pekarangan dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Halaman depan (buruan) : tanaman hias, pohon buah, tempat bermain anak, bangku taman, tempat menjemur hasil pertanian 2. Halaman samping (pipir) : tempat jemur pakaian, pohon penghasil kayu bakar, bedeng tanaman pangan, tanaman obat, kolam ikan, sumur dan kamar mandi 3. Halaman belakang (kebon) : bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu, kandang ternak, tanaman industri Potensi Pengembangan Komoditi yang diusahakan di pekarangan sebaiknya disesuaikan dengan kesesuaian komoditi dengan daerah yang bersangkutan, peluang pasar, dan nilai guna meliputi :

Gambar 1. Potensi Pengembangan Pekarangan 1. Tanaman pangan: umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran, buahbuahan, bumbu-bumbuan, obat 2. Tanaman bernilai ekonomi tinggi: buah, sayuran, hias (bunga potong, tanaman pot, tanaman taman, anggrek) 3. Ternak: ternak unggas hias, ternak petelur, ternak pedaging 4. Ikan: ikan hias, ikan produksi daging, pembenihan dll.

Daur Ulang di Pekarangan Usahatani di pekarangan dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah karena, limbah yang dihasilkan dapat di daur ulang untuk kepentingan usahatani berikutnya: 1. Sampah pekarangan dan sampah rumah tangga dapat dikomposkan dengan membuat lubang sampah atau bak-bak pengomposan. 2. Selain untuk pupuk, sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan 3. Pupuk kandang dan endapan lumpur dari kolam digunakan untuk pupuk bagi tanaman Budidaya Organik Budidaya tanaman di pekarangan sebaiknya dilakukan secara organik atau sesedikit mungkin menggunakan bahan kimia. melalui upaya tersebut bahan pangan yang dihasilkan lebih sehat. 1. Bahan organik berasal dari sisa tanaman, limbah ternak, libah rumah tangga atau lumpur endapan kolam ikan. 2. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan

biodekomposer yang banyak dijual di pasaran. B. Tanah Regosol Tanah regosol merupakan tanah yang terbentuk dari hasil erupsi gunung berapi, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 - 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi. Persebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di setiap pulau yang memiliki gunung api, baik yang masih aktif ataupun yang sudah mati dan banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian karena tanah regosol ini mempunyai tingkat kesuburan dan kelembaban paling baik serta memiliki sifat gembur, remah, berwarna hitam, mengandung banyak organisme, memiliki pori-pori banyak.

V.

PENYELESAIAN MASALAH

Budidaya tanaman yang dapat dilakukan di pekarangan dengan luas lahan yang hanya 8-10 m2 dapat dilakukan dengan beberapa teknik penanaman yaitu : a. Pemeliharaan Tanaman Hias secara Lanjut Keberadaan tanaman hias yang ada di pekarangan tidak mungkin dihilangkan, karena mempunyai aspek estetika untuk memperindah pekarangan. Untuk itu dibutuhkan pengelolaan atau pemeliharaan agar tanaman hias yang ada dapat tetap dinikmati aspek estetikanya. Langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pemangkasan Pemangkasan dimaksudkan agar tanaman memiliki bentuk sesuai dengan yang kita inginkan. Pada beberapa tanaman, pemangkasan ditujukan untuk menghindari penggunaan nutrisi yang berlebihan pada pertumbuhan vegetatif (daun dan tunas), sehingga nutrisi untuk pertumbuhan generatif (bunga dan biji) tercukupi. Pemangkasan yang dapat dilakukan yaitu pada bagian cabang batang sekunder atau tersiernya agar produktivitasnya tanamannya tidak terhambat. 2. Pemupukan Tanaman membutuhkan unsur hara yang cukup untuk bisa tumbuh dan berbunga dengan indah. Untuk itu, tanaman memerlukan pemupukan agar kebutuhan unsur haranya tercukupi. Untuk tanaman yang baru ditanam atau dalam masa pertumbuhan vegetatif (tunas dan daun), sebaiknya menggunakan pupuk dengan kandungan nitrogen yang tinggi. Hal ini dipilih karena pada masa pertumbuhan vegetatif, tanaman banyak membutuhkan nitrogen, sedangkan kebutuhan fosfor dan kalium dalam jumlah sedikit. Sementara, bila tanaman tersebut dalam masa pertumbuhan generatif (pembungaan), sebaiknya pupuk yang dipilih yaitu pupuk dengan kandungan fosfor yang tinggi. 3. Penyiraman Penyiraman pada tanaman tidak hanya dilakukan pada media tanam (tanah) saja, melainkan juga pada bagian-bagian tanaman. Pada dasarnya, penyiraman bertujuan agar media tanam menjadi lebih

gembur sehingga akar tanaman akan lebih mudah untuk mengambil unsur hara di dalam media tanam. Sementara, pada tanaman itu sendiri, penyiraman bertujuan untuk menurunkan tingkat evaporasi dan transpirasinya. Waktu yang tepat untuk penyiraman yaitu pada pagi atau sore hari. Hal ini didasarkan pada saat tersebut intensitas cahaya matahari tidak tinggi, sehingga tanaman tidak terlalu stres karena perbedaan suhu yang drastis. Penyiraman sangat dibutuhkan tanaman pada saat musim kemarau. Sementara, alat yang umumnya digunakan untuk penyiraman yaitu gayung dan ember, selang serta sprinkler. 4. Penyiangan Penyiangan merupakan bentuk pemeliharaan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma disekitar tanaman hias. Penyiangan sebaiknya dilakukan secara berkala, misalnya sebulan sekali. Namun, apabila gulma disekitar tanaman hias sudah terlihat mengganggu sebaiknya segera dilakukan penyiangan. Penyiangan dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau dapat juga menggunakan cangkul kecil. b. Penggunaan Teknik Penanaman yang Lain 1. Vertikultur Vertikultur dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara vertikal sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Bercocok tanam secara vertikultur sebenarnya tidak berbeda dengan bercocok tanam di kebun maupun di ladang. Hanya saja, dalam bercocok tanam secara vertikultur ini memiliki perbedaan dalam penggunaan lahannya. Teknik budidaya ini tidak memerlukan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan pada rumah yang tidak memiliki halaman sekalipun. Pemanfaatan teknik vertikultur ini memungkinkan untuk berkebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien. Dalam perkembangan selanjutnya, teknik vertikultur juga dimanfaatkan untuk bercocok tanam di pekarangan yang sempit bahkan tidak memiliki pekarangan sedikit pun. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat model sederhana mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan oleh ibu-ibu rumah tangga yang dalam hal ini sebagai pemula. Dalam pembuatan vertikultur ini perlu memerhatikan

beberapa hal yakni pemilihan jenis tanaman, model vertikultur, media tanam, teknik penanaman dan pemeliharaan vertikulturnya. 1. Pemilihan Jenis Tanaman Teknik budidaya secara vertikultur tidak bisa ditanami oleh semua jenis tanaman. Hanya tanaman-tanaman tertentu saja yang bisa ditanam di daerah Wirobrajan, seperti seledri, selada, sawi, kangkung, bayam merah, bawang daun. Jenis tanaman tersebut dipilih karena cocok untuk vertikultur dengan model vertikal dan juga cocok untuk ketinggian 100m dpl. 2. Persiapan Bahan Tanam Bibit yang akan digunakan untuk vertikultur dapat ditanam dengan dua cara yakni menanam benih secara langsung dalam media tanam (benih cabai, tomat, kangkung dan terong) dan menyemaikan benih terlebih dahulu dalam bak-bak semai (benih selada, seledri, pakchoi, bayam, sawi dan caisim). Benih yang digunakan merupakan benih yang bagus dengan ciri-ciri padat/bernas, segar dan warnanya sesuai dengan aslinya. 3. Pemilihan Model Vertikultur Model vertikultur yang dimungkinkan untuk diterapkan di daerah Wirobrajan yaitu menggunakan model vertikultur yang berbentuk vertikal maupun horizontal. Dapat menggunakan paralon maupun bambu (apabila tersedia dan mudah didapatkan). Namun, untuk kawasan perkotaan sendiri dengan luasan lahan yang sempit dimungkinkan akan lebih mudah menerapkan vertikultur dengan bentuk vertikal dengan bahan menggunakan paralon. Hal ini dikarenakan dengan bentuk vertikal akan lebih menghemat luasan yang digunakan untuk satu vertikultur dan juga mampu dibuat lebih banyak vertikultur untuk jenis tanaman yang banyak. Dan untuk penggunaan paralonnya sendiri lebih disarankan karena paralon akan lebih mudah didapatkan di kawasan perkotaan dibandingkan dengan mencari bambu.

Gambar 3. Model Vertikultur Sederhana 4. Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan merupakan tanah yang ada di halaman rumah saja. Dengan jenis tanahnya yang regosol juga akan mudah untuk menanam berbagai jenis tanaman yang memungkinkan untuk dibuat vertikultur. Jenis tanah regosol juga tidak memerlukan perlakuan yang terlalu sulit sebagai media tanam. Komposisi media tanam yang dapat digunakan adalah tanah gembur, pasir halus dan pupuk kandang atau pupuk hijau dengan perbandingan 1:1:1. Selain dengan menggunakan komposisi tersebut, dapat juga menggunakan komposisi berupa tanah gembur, serabut kelapa halus dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 (Desiliyarni, dkk, 2007). 5. Teknik Penanaman a. Menyiapkan media tanam yang sudah dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1 b. Menyiapkan paralon yang akan digunakan dengan membuat lubang diempat sisi paralon dengan lebar 5-7 cm dengan jarak bagian atas dengan bawahnya 30 cm. c. Kemudian paralon yang sudah jadi diposisikan pada dudukannya dan diisi dengan tanah sampai penuh d. Memasukkan biji atau bibit ke dalam lubang tanam/lubang paralon dan kemudian disiram sampai media tanam basah. Setiap lubang tanam diberi 2-3 biji atau bibit.

6. Pemeliharaan Vertikultur Pemeliharaan yang dapat dilakukan untuk menjaga agar tanaman dapat tumbuh dengan baik adalah sebagai berikut : - Penyiraman Untuk bentuk vertikultur sederhana, penyiraman dapat dilakukan secara manual dengan menyiram dari bagian atas vertikultur atau dapat juga dibuat sistem irigasi tetes atau penyiraman dengan sprinkle (Desiliyarni, dkk, 2007). Namun, penyiraman dengan menggunakan sistem irigasi tetes atau dengan sprinkle sedikit sulit bagi ibu-ibu dasa wisma dalam pembuatannya sehingga lebih disarankan menggunakan penyiraman manual yaitu dengan menyiramnya dari atas bagian paralon. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyiraman bisa juga dilakukan dengan cara menyemprotkannya secara langsung ke tanaman. - Penyiangan Penyiangan dilakukan apabila disekitar tanaman sudah ditumbuhi gulma yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dilakukan secara manual pada setiap lubang tanam. - Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit pada sistem pertanaman vertikultur ini dilakukan secara mekanik (pada bagian tanaman yang terkena penyakit) atau tanaman dapat disulam apabila tanaman sudah diserang secara menyeluruh oleh penyakit dan juga hama. Selain dilakukan pengendalian secara mekanik dapat juga dikendalikan dengan menggunakan pestisida. Namun, penyemprotan perlu dihentikan pada saat 14-21 hari sebelum panen. Hal ini dilakukan untuk mengurangi residu dan efek berbahaya pada konsumen yang disebabkan oleh pestisida. 2. Tabulampot Tabulampot adalah menanam tanaman buah-buahan (bisa tanaman lainnya: bunga) di dalam pot. Syarat agar tabulampot ini dapat berhasil adalah sebagai berikut :

Pemilihan jenis dan bibit tanaman yang sesuai dengan ketinggian tempat

Media tanam harus mampu menopang tanaman, dapat menyediakan hara, air dan aerasi yang baik

Pemupukan yang efektif Pengendalian hama dan penyakit

Gambar 2. Contoh Tabulampot Pada tabulampot ini juga pemilihan pot juga merupakan hal yang perlu diperhatikan selain hal-hal diatas karena pot harus sesuai dengan jenis tanaman yang dipilih. Pot yang kurang baik, akan menghasilkan tata udara yang kurang baik sehingga kurang menguntungkan untuk perkembangan akar. 1. Persiapan Sebelum Tanam Dalam penanaman tabulampot ini perlu memerhatikan beberapa hal sebelum bibit ditanam di dalam pot, karena dapat menjadi faktor penentu keberhasilan penanaman nantinya. Hal-hal yang perlu

diperhatikan yakni pemilihan bibit, media tanam dan wadah untuk menanamnya. - Pemilihan Jenis Tanaman Beberapa jenis tanaman buah yang dapat ditanam pada lahan pekarangan di daerah Wirobrajan tersebut yakni mangga, kelengkeng, jambu air, jeruk, sawo, kedondong, srikaya, sirsak dan rambutan. - Pemilihan Bibit Bibit yang baik tentu akan menghasilkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Dianjurkan untuk memilih bibit tanaman buah yang berasal dari varietas dengan mutu

baik. Pemilihan bibit tanaman harus dilakukan secara hati-hati, sehingga nantinya bibit yang digunakan merupakan bibit unggul yang sudah benar-benar teruji. Bentuk bibit yang disarankan yaitu bibit hasil cangkokan dengan varietas unggul yang dapat ditemukan dengan mudah di penjual bibit tanaman. Kami lebih menyarankan ibu-ibu dasa wisma membeli bibit cangkokan, karena bibit tersebut sudah siap ditanam dan memiliki varietas unggul sehingga akan memudahkan ibu-ibu di sana. Dalam memilih bibit yang akan digunakan perlu memerhatikan beberapa hal yaitu : Bibit atau benih berasal dari induk tegakan yang baik, (kebun benih, pohon induk, pohon terseleksi) Bibit tanaman yang akan digunakan sebaiknya mempunyai tinggi kurang lebih 25 cm. - Pemilihan Pot Pemilihan pot yang tepat menjadi modal awal bagi pertumbuhan tanaman. Pot yang digunakan bisa dipilih dengan memanfaatkan kaleng biscuit bekas, sisa galon air mineral, ember bekas, drum bekas senyawa kimia dan lainnya. Pemilihan pot berdasar pada jenis dan ukuran tanaman yang akan ditanam. Apabila pot yang digunakan kecil, maka ukuran tanaman yang dapat ditanam yang berukuran kecil begitu juga sebaliknya. Untuk menghindari kontaminasi zat, disarankan membeli wadah yang sudah dicuci. Wadah yang paling bagus adalah drum bekas. Wadah ini mampu menampung semua sistem pengakaran. - Penyiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan untuk tanaman buah dalam pot sebaiknya memenuhi syarat minimal, yaitu mengandung tanah sebesar 50%, pasir 20% dan bahan organik 30%. Bahan dasar untuk media tanam terdiri atas tanah, pupuk kandang, kompos, pupuk kimiawi dan bahan lain sebagai tambahan.

2. Penanaman Tabulampot Cara menanam bibit dalam pot adalah sebagai berikut : 1. Bibit yang sudah siap tanam dikeluarkan dari polybag yang sebelumnya sudah disemprot dengan air terlebih dahulu. Bibit dikeluarkan dengan tanahnya dan memangkas beberapa bagian tanaman yang terlihat tidak rapi. 2. Sebelum membentuk lubang tanam terlebih dahulu bahan tanam dicampur dicampur pupuk NPK dengan perbandingan 15:15:15 sebanyak 100 gram, kemudian diaduk hingga merata. Pada pot yang sudah disiapkan dibuat lubang tanam dengan ukuran lubang tanam yang sesuai dengan perakaran bibit.
3. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam, kemudian menekan tanah pada bagian pangkal bibit pelan-pelan. Kemudian ditutup dengan tanah di sekitar lubang tanam. 4. Bibit yang sudah ditanam disiram. Penyiraman dilakukan di sekitar

bibit yang sudah ditanam sampai cukup basah.


5. Untuk sementara waktu beri tutup kantung plastik transparan dan

meletakkannya di tempat yang teduh. Apabila sudah tumbuh tunas baru tutup plastik bisa dibuang. 3. Pemeliharaan Tanaman Dalam penanaman tabulampot perawatan sangat penting dan harus dilakukan karena bisa menjadi kunci keberhasilan. Berikut ini perawatan yang harus dilakukan :
1. Penyiraman

Pada musim kemarau, penyiraman sangat diperlukan. Hal ini karena tidak ada sumber air lain selain dengan penyiraman. Jika menggunakan air PAM sebaiknya diendapkan dulu semalam karena mengandung kaporit. Usahakan air siraman tidak menggenang lebih dari 12 jam, karena genangan air dapat menimbulkan penyakit busuk akar.
2. Penggemburan

Pemadatan media tanam biasanya terjadi karena penyiraman yang berlebihan. Untuk itu perlu dilakukan penggemburan dengan

menggunakan sekop kecil secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman.
3. Pemupukan

Kunci perawatan tabulampot terletak pada pemberian nutrisi atau pupuk yang tepat. Pembeli juga harus mengenal jenis tanaman yang dipotkan. Tabulampot tanaman semusim seperti jambu dan jeruk akan berbuah terus menerus, sedangkan tanaman tahunan semacam lengkeng dan mangga akan mengalami masa istirahat sebelum mulai berbuah lagi. Tanaman semusim misalnya, karena berbuah terus menerus, perlu dipupuk secara kontinu. Setiap bulan pada minggu pertama, berikan pupuk daun semprot, minggu kedua berikan pupuk kocor, lalu minggu ketiga disemprot pestisida. Begitu seterusnya. Dua atau tiga bulan sekali kita berikan pupuk anorganik, seperti NPK. Dosisnya tergantung besarnya tanaman. Sekitar 300 gram sampai 1 kg per pot. Selanjutnya, saat mulai berbunga, tanaman diberi pupuk dengan kandungan kalium tinggi seperti KNO3. Berbeda dengan tanaman buah semusim, tanaman tahunan mengalami daur hidup yang lebih lama. Setelah semua buah habis dipanen, segera masukkan pupuk organik seperti pupuk kandang yang mengandung N tinggi. Pupuk diberikan langsung agar nutrisinya tetap tercukupi untuk setiap bagian tanaman. Hal ini karena tanaman lebih terkonsentrasi pada pembentukan buah. Memasuki bulan ketiga, tanaman perlu diberikan pupuk dengan kandungan fosfor (P) dan kalium (K) yang tinggi untuk merangsang pembungaan. Biasanya menggunakan NPK. Untuk tanaman tahunan, perlu dikombinasikan antara pupuk organik dan anorganik nonresidu yang sesuai dengan dosisnya. Pengkombinasian pemberian pupuk ini bertujuan agar tanaman bisa berbuah dengan baik. Setelah terbentuk pentil buah, diperlukan pemberian pupuk dengan kandungan K dan asam amino yang tinggi. Bertujuan untuk mencegah kerontokan pentil buah dan mutu buah yang terbentuk juga akan bagus.

Memasuki masa pembesaran buah, pupuk anorganik yang mengandung K dan asam amino tinggi tetap diberikan dengan tambahan pupuk bermagnesium (Mg) tinggi. Kandungan Mg ini dibutuhkan untuk pembentukan gula buah, buah tidak menjadi mengkal, dan tidak pecahpecah.
4. Pemangkasan

Pemangkasan pada tabulampot ini dilakukan untuk membentuk habitus (kanopi) tanaman agar tampak pendek, bercabang dan pertumbuhannya seimbang. Tujuannya, untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan produksi dan juga peremajaan pada tanaman.

Pemangkasan juga mampu menjaga kelembaban tanaman sehingga tak mudah terserang hama dan penyakit. Pemangkasan perdana dilakukan saat tanaman berumur kurang dari setahun, atau tinggi batang sekitar 75-100 cm dari permukaan drum. Cara pemangksan pertama yaitu dengan memilih 3 batang primer. Bila panjang cabang primer mencapai 50 cm, pangkas ujungnya hingga tumbuh cabang-cabang sekunder. Pilih hanya tiga cabang sekunder per cabang primer. Selanjutnya, pangkas ujung cabang sekunder sampai tumbuh cabang tersier, dan pilih hingga tiga cabang tersier. Dari tiga cabang tersier inilah akan terjadi pembungaan dan pembuahan.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman juga penting untuk diperhatikan karena dapat menyebabkan gagal panen. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara penyemprotan anti hama atau penyakit secara teratur atau dapat juga dikendalikan dengan menggunakan pestisida organik agar tidak menimbulkan pada hasil panen buah nantinya. 6. Penggantian Media Tanam dan Pot
Setelah tanaman buah tumbuh besar di dalam pot dan tanaman mulai

tidak seimbang dengan potnya atau media tanam sudah tidak bagus (tidak porous, terlalu keras, dll), maka perlu adanya penggantian pot dan media tanam. Pada saat mengganti media tanam ataupun mengganti

pot, akar bisa dipangkas, tapi harus sangat hati-hati agar akarnya tetap dalam kondisi yang bagus. Setelah itu siram dengan vitamin B1 atau air cucian beras sebagai anti stress agar tanaman tidak layu. Sedang untuk penggantian media tanamnya usahakan komposisi tanah, pupuk kandang
dan sekam padi sama seperti pada awal penanaman. Hal ini diperlukan agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya, mengingat semakin besar tanaman maka semakin besar pula kebutuhan untuk pertumbuhannya. Selain itu, maksud dari penggantiaan media tanam ini untuk meningkatkan kembali kesempatan tanaman untuk berbuah.

Selain melakukan penggantian media tanam perlu juga dilakukan penggantian pot. Hal ini karena apabila pot masih dalam ukuran yang sama seperti semula akan menghambat pertumbuhan tanaman. penggantian pot sebaiknya dilakukan 2-3 tahun sekali atau paling lama 4-5 tahun sekali (Najiyati, dkk, 2009).

VI.

KESIMPULAN

Pemanfaatan lahan pekarangan di Kelurahan Wirobrajan, Kota Yogyakarta dapat dilakukan dengan cara atau solusi sebagai berikut : 1. Pemeliharaan Tanaman Hias secara Lanjut 2. Penggunaan Teknik Penanaman yang Lain yaitu dengan vertikultur dan tabulampot. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Vertikultur Seledri. http://www.saungtani.com/2013/05/vertikultur -sledri.html . Diakses tanggal 9 Desember 2013. Anonim. 2013. Pemilihan dan Perawatan Tanaman Hias. http://tanamanhias. comze.com/tips.html . Diakses tanggal 28 Desember 2013. Desiliyarni, T., Yuni, A., Farida, F., dan Joesi, E. H. 2007. Vertikulutur, Teknik Bertanam di Lahan Sempit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 61 hal. Hasan. 2013. Tabulampot. http://www.sriwijayatani.com/index.php/tabulampot . Diakses tanggal 9 Desember 2013.

Herman. 2011. Tabulampot. http://tabulampotpurwokerto.blogspot.com/ . Diakses tanggal 8 Desember 2013. Hidayat, A. M. 2013. Pertanian Pekarangan. http://www.anakagronomy.com/ 2013/01/pertanian-pekarangan.html . Diakses tanggal 5 Desember 2013. Kostaman, T. 2010. Pemanfaatan Pekarangan. http://tatangkostaman. blogspot.com/2010/08/pemanfaatan-pekarangan.html . Diakses tanggal 5 Desember 2013. Najiyati, S. dan Danarti. 2009. Memilih dan Merawat Tanaman Buah di Pekarangan Sempit. Penebar Swadaya. Jakarta. 131 hal. Pangerang. 2013. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan. http://budidayaagronomispertanian.blogspot.com/2013/06/optimalisasipemanfaatan-lahan.html . Diakses tanggal 5 Desember 2013. Tato, S. 2013. Optimalisasi Pemanfataan Pekarangan. http://bbppbatu.info/ index.php?option=com_content&view=article&id=279:optimalisasipemanfaatan-pekarangan&catid=73:artikel-umum . Diakses tanggal 5 Desember 2013.

Sesi Tanya Jawab : 1. Fadli Aulia : - apakah pada penanaman secara Tabulampot tidak akan menghambat perkembangan tanaman? secara langsung tidak karena penanaman secara Tabulampot ini sudah dilakukan sejak lama dan sekarang ini telah banyak bibit dengan varietas tertentu yang dapat berbuah dengan ukuran tanaman yang masih kecil. Sehingga penanaman secara Tabulampot ini dimungkinkan tidak akan menghambat perkembangan tanaman dengan syarat pemeliharaan tanaman dilakukan secara tepat. 2. Boliktron Harlismoyo A : - apakah memungkinkan penanaman secara Tabulampot untuk tanaman mangga? Ya mungkin, karena sudah banyak contoh penanaman secara Tabulampot untuk tanaman mangga dan menunjukkan hasil yang baik, meskipun beberapa ada yang gagal.

- Bagaimana cara mengatasi air yang tergenang lebih dari 12 jam pada penanaman secara Tabulampot? Dengan membuat lubang drainase pada bagian bawah pot dengan ukuran lubang yang disesuaikan dengan pot yang akan digunakan. Namun, tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar. Pembuatan lubang ini dilakukan pada awal yakni pada saat pemilihan pot. 3. Rian Wicaksono : - bagaimana bentuk daur ulang di lahan pekarangan itu? Daur ulang yang dimaksudkan disini yakni 1. Sampah pekarangan dan sampah rumah tangga dapat dikomposkan dengan membuat lubang sampah atau bak-bak pengomposan. 2. Selain untuk pupuk, sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan. 3. Pupuk kandang dan endapan lumpur dari kolam digunakan untuk pupuk bagi tanaman. Untuk poin no. 2 dan 3 dapat dilakukan apabila pemilik memiliki ternak dan ikan. - Apakah penggunaan air PAM pada budidaya di kawasan perkotaan tidak membuat budidaya tanaman di pekarangan menjadi tidak organik lagi? Menurut kami tidak, karena kemungkinan air PAM membuat budidaya tanaman menjadi tidak organik karena kandungan kaporitnya dapat diminimalkan dengan cara mendiamkan air yang akan digunakan untuk menyiram tanaman dalam semalam ( 12 jam). Dengan demikian kaporit akan mengendap pada bagian dasar. - Bagaimana budidaya di lahan pekarangan tersebut dikatakan organik? Untuk pengukuran organik atau tidaknya lebih mendasarkan pada penggunaan jenis pupuk dan pestisida yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai