Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa. Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor yang mungkin terlibat, antara lain: trauma, penyakit sistemik (mis., diabetes), merokok dan herediter. Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia 6574 tahun adalah sebanyak 50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu diatas 75 tahun (Vaughan, 2008). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007, proporsi low vision di Indonesia adalah sebesar 4,8% , kebutaan 0,9%, dan katarak sebesar 1,8%. Katarak yang berkaitan dengan umur merupakan 48% penyebab kebutaan di seluruh dunia, yaitu sekitar 18 juta orang. Peningkatan jumlah kasus katarak ini berkaitan erat dengan peningkatan umur harapan hidup penduduk Indonesia pada periode 2005-2010 (69,1 tahun) dibanding periode 2000-2005 (66,2 tahun). (Depkes RI) Menurut WHO, dari hasil estimasi terhadap kebutaan karena katarak pada berbagai regional, dapat diketahui bahwa total kebutaan karena katarak adalah 51%, dimana sebesar 8,5% terdapat di regional Mediterrania Timur (WHO,2012) Katarak merupakan penyebab utama terjadinya kebutaan di seluruh dunia yang dapat dicegah. Salah satu faktor risiko penting terjadinya katarak yaitu merokok. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor risiko terjadinya katarak hanya dengan berhenti merokok. (Brian & Taylor, 2001). Secara nasional, rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari oleh lebih dari separuh (52,3%) perokok adalah 1-10 batang dan sekitar 20 persen sebanyak 11-20 batang per hari. Penduduk yang merokok 1-10 batang per hari paling tinggi dijumpai di Maluku (69,4%), disusul oleh Nusa Tenggara Timur (68,7%), Bali (67,8%), DI Yogyakarta (66,3%), dan Jawa Tengah (62,7%). Sedangkan persentase penduduk merokok dengan rata-rata 21-30 batang per hari tertinggi di

Provinsi Aceh (9,9%) dikuti Kepulauan Bangka Belitung (8,5%) dan Kalimantan Barat (7,4%). Persentase penduduk merokok dengan rata-rata lebih dari 30 batang per hari tertinggi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (16,2%), Kalimantan Selatan (7,9%) serta Aceh dan Kalimantan Tengah (5,4%). (RISKEDAS, 2010) Salah satu faktor risiko terjadinya katarak adalah disebabkan oleh merokok. Di Indonesia sendiri prevalensi perokok aktif sangat tingi, hal ini ditunjukan dari tingginya angka hasil survey GATS (Global Adult Tobacco Survey) dimana Indonesia menduduki posisi pertama yaitu 67,0 % pada laki-laki dan 2,7 % pada wanita. Di bandingkan dengan India, (2009): laki-laki 47.9% dan wanita 20.3 %; Philippines (2009): laki-laki 47,7 % dan wanita 9,0%; Thailand (2009): laki-laki 45,6% dan wanita 3,1%; Vietnam (2010): 47,4% laki-laki dan 1,4% wanita; Polandia (2009): 33,5% laki-laki dan 21.0% wanita. (Depkes RI, 2012). Dari data-data tersebut diatas maka saya berkeinginan berkeinginan untuk meneliti hubungan merokok sebagai faktor resiko terjadinya katarak serta usia rata-rata terjadinya katarak disebabkan merokok di Poliklinik Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

1.2. Rumusan Masalah


Prevalensi katarak yang semakin meningkat serta adanya peningkatan tingkat konsumsi rokok yang merupakan salah satu dari faktor risiko terjadinya katarak, maka saya berkeinginan untuk mengetahui bagaimana hubungan merokok dengan katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan merokok dengan katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

1.3.2.Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian hubungan merokok dengan katarak pada pasien yang berobat ke Poliklinik Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui angka kejadian katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. 2. Untuk mengetahui hubungan merokok dengan katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. 3. Untuk mengetahui gambaran usia awal merokok pada penderita katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. 4. Untuk mengetahui gambaran lama merokok pada penderita katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. 5. Untuk mengetahui gambaran jumlah konsumsi rokok batang per hari pada penderita katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. 6. Untuk mengetahui gambaran jenis rokok pada penderita katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

1.4.2. Bagi Klinisi Sebagai bahan pertimbangan untuk mencegah faktor resiko dan mengurangi angka kejadian katarak.

1.4.3. Bagi Pembaca Dapat menjadi sumber informasi yang membuat pembaca mengetahui tentang faktor resiko katarak.

1.4.4.Bagi Masyarakat Supaya masyarakat dapat mengetahui secara dini gejala dan tanda dari katarak, sehingga masyarakat dapat melakukan pemeriksaan secara dini sehingga terhindar dari kebutaan karena katarak.

1.4.5.Bagi Peneleti Berikutnya Dapat menjadi gambaran untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai katarak.

1.5. Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Nama Dina Octafrida M Judul Penelitian Hubungan Merokok dengan Katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik tahun 2010 Desain Penelitian Cross sectional Hasil Tidak ada hubungan bermakna antara merokok sebagai faktor risiko terjadinya katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik tahun 2010

Sumber : (Octafrida, 2010)

Persamaan penelitian yang akan saya lakukan ini adalah terletak pada desain cross sectional, namun yang membedakannya adalah lokasi, variabel penelitian, dan populasi yang akan diteliti berada di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

Anda mungkin juga menyukai