BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pajak memegang peran penting dalam penerimaan pendapatan negara. Seperti di kutip
www.equator-news.com, di tahun 2011 penerimaan pajak menopang 75% penerimaan
negara yang digunakan untuk gaji para pegawai negeri sipil, polisi, dan tentara serta
membangun infrastruktur jalan, sarana kesehatan, sekolah-sekolah, dan sebagainya.
Dengan demikian pajak sering menjadi topik utama dalam pembicaraan dan wacana-
wacana yang ramai diperbincangkan. Belum lagi sifat yang dinamis dari pajak itu
sendiri seperti peraturanperaturan perpajakan yang sering kali mengalami perubahan.
Sehingga Wajib Pajak (WP) pun harus selalu up to date untuk mengetahui seputar
perubahan tentang peraturan pajak itu sendiri.
Salah satu jenis pajak adalah Pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang disebut
dengan Pajak Penghasilan (PPh). Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau yang diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah
kekayaan WP yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Sehingga
atas penghasilan tesebut akan dikenakan pajak. Pajak penghasilan dikenakan atas
penghasilan (laba) yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan.
Subjek pajak penghasilan terdiri dari, subjek pajak Orang Pribadi (OP), warisan yang
belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, subjek pajak badan,
dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Subjek pajak badan terdiri dari PT, CV, perseroan
lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,
Perpustakaan Unika
2
terutangnya juga akan meningkat. Sedangkan koreksi fiskal negatif adalah koreksi
atau penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena pajak yang
membuat PPh badan terutangnya juga akan menurun.
Adanya perbedaan pengakuan atau perlakuan terhadap suatu transaksi menurut aturan
pajak dan menurut standar akuntansi, pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan dan besarnya pajak terutang yang
akan disetorkan oleh WP. Oleh karena itu peneliti bermaksud melakukan penelitian
yang diberi judul Koreksi Fiskal Terhadap Laporan Keuangan Komersial Pada CV.
ABC.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana melakukan koreksi fiskal di CV. ABC?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana melakukan koreksi
fiskal di CV. ABC.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi CV. ABC
Membantu melakuan koeksi fiskal dalam melakukan perhitungan pajak terutang
berdasarkan laporan keuangan yang telah disusun, serta memberikan informasi
kelemahan maupun kelebihan dalam pembukuan yang digunakan dalam
perhitungan koreksi fiskal.
Perpustakaan Unika
4
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini dilakukan untuk menambah pengetahuan dan pengertian bagi
peneliti tentang bagaimana melakuan koresi fiskal. Sebagai pembelajaran dan
pembekalan saat peneliti mulai masuk dalam dunia kerja.
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi bagi penulisan selanjutnya yang berhubungan dengan topik
bahasan hasil dari penelitian ini.
3.5. Sistematika Penulisan
Supaya dapat memberikan ilustrasi mengenai pembahasan yang lebih jelas
dalam pemahaman hasil penelitian ini, maka dari itu penulis menulis sistematika
pembahasan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan serta sistematika
pembahasan dalam penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tenang teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian, dimana teori ini akan dipakai sebagai dasar dan pedoman
dalam pembahasan permasalahan yang akan dijabarkan.
BAB III : GAMBARAN UMUM dan METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas secara singkat mengenai gambaran umum
objek penelitian dan metode penelitian.
Perpustakaan Unika
5
Perpustakaan Unika
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pajak
2.1.1 Pengertian Pajak
Seperti dikutip Resmi (2007), definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. DR.
Rochmat Soemitro, SH, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian disempurnakan, sehingga
berbunyi Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Sedangkan S. I.
Djajadiningrat mengungkapkan definisi pajak adalah sebagai suatu sumber kewajiban
menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara
kesejahteraan secara umum. Defini lain diungkapkan oleh Mr. Dr N. J . Feldmann,
pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasaha
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menuup pengeluaran-pengeluaran
umum.
Perpustakaan Unika
7
bagi masyarakat Wajib Pajak dan adanya potensi penurunan penerimaan pajak bagi
negara.
2. Tarif PPh Badan
Sampai dengan tahun pajak 2008, tarif Pajak Penghasilan Badan menganut tarif
proporsional dengan struktur sebagai berikut :
- Lapisan Penghasilan Kena Pajak s.d. Rp 50 J uta kena tarif 10%
- Lapisan Penghasilan Kena Pajak Rp 50 J uta s.d. Rp 100 J uta kena tarif 15%
- Lapisan Penghasilan Kena Pajak di atas Rp 100 J uta kena tarif 30%
Mulai tahun pajak 2009, tarif PPh Badan menganut sistem tarif tunggal atau single tax
yaitu 28% dan akan menjadi 25% pada tahun 2010. J adi berapapun penghasilan kena
pajaknya, tarif yang dikenakan adalah satu yaitu 28% atau 25%. Khusus untuk
perusahaan terbuka yang memenuhi syarat tertentu, tarif PPh Badan nya adalah 5%
lebih rendah dari tarif umum.
Secara umum, perubahan tarif PPh Badan ini menguntungkan bagi perusahaan-
perushaan besar yang biasanya kena tarif lapisan tertinggi 30%. Namun bagi
perusahaan-perusahaan kecil, yang biasanya kena tarif dengan lapisan kena pajak
rendah tentu saja akan merugikan karena akan mengalami kenaikan tarif. Namun
demikian, ada ketentuan baru dalam Pasal 31E yang memberikan fasilitas
pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif umum untuk Wajib Pajak badan yang
omzetnya tidak lebih dari Rp50 Milyar yang dikenakan terhadap penghasilan kena
pajak dari bagian omzet sampai dengan Rp4,8 Milyar.
Perpustakaan Unika
10
2.2 Pajak Penghasilan
2.2.1 Subjek Pajak
Menurut Restu (2007), Subjek pajak penghasilan adalah segala sesuatu yang
mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk
dikenakan pajak penghasilan. Undang-undang pajak di Indonesia mengatur
pengenaan pajak penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan
yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Subjek pajak akan dikenakan pajak
penghasilan apabila menerima atau memperoleh penghasilan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
UU Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 2 ayat (1), mengelompokkan pajak sebagai berikut:
a. Subjek pajak orang pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di
Indonesia ataupun di luar Indonesia.
b. Subjek pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan
yang berhak
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak
pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukkan
warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar
pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat
dilaksanakan.
c. Subjek pajak badan
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
Perpustakaan Unika
11
- Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung resiko di Indonesia
2.2.2 Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri
UU Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 2 Ayat (2), membedakan subjek pajak menjadi
subjek dalam negeri dan subjek luar negeri
a. Yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri adalah:
- Orang pribadi yang bertempat tunggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada
di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak mempunyai
niat untuk bertempat tinggal d Indonesia
- Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
- Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak
b. Yang dimaksudkan subjek pajak luar negeri adalah:
- Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan atau tidak
berkedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
- Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan atau tidak
berkedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan
Perpustakaan Unika
13
dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia
Perbedaan yang penting antara subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri
adalah:
a. Subjek pajak dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima dari
Indonesia dan dari luar Indonesia, sedangkan subjek pajak luar negeri dikenakan
pajak atas penghasilan yang berasal dari Indonesia saja
b. Subjek pajak dalam negeri dikenakan pajak berdasar penghasilan netto (yaitu
penghasilan bruto dikurangi dengan pengurang yang diperkenanakan); kecuali
untuk jenis penghasilan tertentu, sedangkan subjek pajak luar negeri dikenakan
pajak berdasar penghasilan bruto
c. Subjek pajak dalam negeri menghitung besarnya pajak penghasilan terutang
dengan menggunakan tarif umum (tarif Pasal 17 UU PPh) atau tarif khusus untuk
jenis penghasilan tertentu, sedangkan subjek pajak luar negeri menggunakan tarif
sepadan yaitu 20% (Pasal 26 UU PPh)
d. Subjek pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan sebagai dasar untuk menetapkan pajak terutang dalam suatu tahun pajak,
sedangkan subjek pajak luar negeri tidak wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) tahunan kerena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui
potongan pajak yang bersifat final
2.3 Akuntansi
2.3.1 Pengertian Akuntansi
Menurut Agoes & Trisnawati (2009), Akuntansi adalah sistem informasi yang
menghasilkan laporan kepada pihak pihak yang berkepentingan mengenai
Perpustakaan Unika
14
yang diakhiri dengan menyusun laporan keuangan beupa neraca dan laporan laba/
rugi untuk periode tahun pajak tertentu. Laporan neraca dan laba/rugi tersebut wajib
dilampirkan dalam penyampaian Sura Pemberitahuan (SPT) tahunan setiap tahun.
Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto dan/atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang,
termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenakan pajak yang
bersifat final.
2.4.2 Kewajiban Pembukuan
UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 pasal 28 mengatur bahwa yang melakukan kegiatan
usaha / pekerjaan bebas wajib menyelenggarakan pembukuan. Hal ini dimaksudkan
agar dengan melakukan pembukuan, WP dapat menghitung besarnya pajak terutang.
Selain PPh besar pajak lain dapat diketahui.
Menurut Resmi (2007), WP yang wajib melakukan pembukuan adalah:
- WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di
Indonesia
- WP badan di Indonesia
Menurut Resmi (2007), ada beberapa yang harus diperhatikan dalm melakukan
pembukuan atau pencatatan, yaitu:
a. Pembukuan atau pencatatan harus dilakukan dengan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya
b. Pembukan atau pencatatn harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun
dalam bahas asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan
c. Pembukuan diselengarakan dengan taat asas dan dengan stelsel akkrual atau
stslsel kas
Perpustakaan Unika
17
d. Perubahan terhadap metode dan atau tahun buku, harus mendapat persetujuan dari
Direktur J enderal Pajak
e. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang
f. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selai Rupiah dapat
diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan
Buku-buku, dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat
kegiatan atau tempat tinggal WP orang pribadi, atau di tempat kedudukan bagi WP
badan.
Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 pasal 13 ayat (3), sanksi bagi WP yang
tidak menyelenggarakan pembukuan adalah perhitungan pajaknya akan dilakukan
dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto dan ditambah sanksi
kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang bayar. Ada juga sanksi pidana bagi WP
yang sengaja tidak menyelenggarakan pembukuan / menyelenggarakan pembukuan
dengan tidak benar, sehingga mengakibatkan kerugian bagi negara. Sanksi tersebut
berupa pidana paling sedikit enam bulan dan paling lama enam tahun. Dengan denda
paling sedikit dua kali jumlah pajak terutang yang tidak / atau kurang bayar dan
paling banyak empat kali jumlah pajak terutang yang tidak / atau kurang bayar (UU
KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 39).
2.4.3 Kewajiban Pencatatan
Menurut Resmi (2007), untuk WP yang dkecualikan dari kewajiban melaksanakan
pembukuan, maka WP wajibkan melakukan pencatatan. WP orang pribadi yang tidak
Perpustakaan Unika
18
UU PPh No. 7 Tahun 1983 yang diubah dengan UU PPh No. 17 Tahun 2000 pasal 4
ayat (1) menyatakan bahwa yang menjadi objek pajak adalah peghasilan yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun.
1. Penghasilan yang Termasuk Objek Pajak
Seperti dikutip dari Rusdji (2007), penghasilan yang termasuk objek pajak sebagai
berikut:
- Penggantian atau imbalan berkenaaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang
- Hadiah dari undian, pekerjaan, kegiatan, dan penghargaan
- Laba usaha
- Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta, termasuk:
a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota
c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran
pemecahan, atau pengambilan usaha
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan,
Perpustakaan Unika
20
atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan atau pengusahaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan
- Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
- Bunga termasuk premium, diskonto, imbalan karena jaminan pengembalian
hutang
- Deviden dengan nama dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi
- Royalty
- Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
- Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
- Keuntungan karena pembebasan hutang, kecuali smpai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
- Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
- Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
- Premi asuransi
- Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usahanya atau pekerjaan bebas
- Tambahan kegiatan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
2. Penghasilan yang Bukan Termasuk Objek Pajak
Seperti dikutip dari Rusjdi (2007), penghasilan yang bukan termasuk objek pajak
sebagai berikut:
Perpustakaan Unika
21
a. Harta termasuk setoran tunai yang diterima Badan sebagai pengganti saham
atau penyertaan modal.
b. Harta termasuk setoran tunai yang diterima Badan sebagai pengganti saham
atau penyertaan modal.
c. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dan oleh badan atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
d. Warisan
e. Dividen atau bagian laba yang diterima akibat penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
- Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
- Pemilikan saham paling rendah 25% dari jumlah modal disetor dari
Perusahaan yang memberi Dividen
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kecelakaan, kesehatan, jiwa, dwiguna, dan beasiswa.
g. Iuran yang diterima dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan.
h. Bagian laba yang diterima anggota perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.
i. Penghasilan yang sudah dikenakan PPh final.
j. Bunga obligasi yang diterima perusahaan reksadana selama 5 tahun pertama
sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali jumlahnya tidak lebih dari 350
juta rupiah yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, termasuk:
- KUKESRA (Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera)
- KUT (Kredit Usaha Tani)
Perpustakaan Unika
22
2.5.2 Biaya
2.5.2.1 Biaya menurut SAK
Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Menurut Baridwan (1997), biaya adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktiva atau
timbulnya hutang (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari
penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan
lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.
Seperti tertulis dalam SAK dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan dalam SAK, pengertian beban adalah penurunan manfaat
ekonomis selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya
aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
2.5.2.2 Biaya Menurut Pajak
Menurut pajak, tidak semua biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat diakui sebagai
pengurang, meskipun biaya tersebut berkaitan dengan kegiatan usaha. Hal ini
disebabkan karena meurut ketentuan pajak, biaya fiskal digolongkan menjadi 2 (dua)
macam, yakni biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dan biaya-
biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
1. Biaya yang Dapat Dikurangkan
a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
termasuk biaya pembelian bahan, biaya yang berkenaan dengan pekerjaan
atau jasa termasuk upah, dll atau biaya biaya yang lazimnya disebut
dengan biaya sehari hari yang dibebankan pada tahun pengeluaran yang
diperlukan.
Perpustakaan Unika
24
Seperti dikutip dari Resmi (2003), koreksi fiskal meliputi pengakuan pendapatan dan
biaya yang dapat berupa koreksi positif dan koreksi negatif.
1. Koreksi fiskal positif
Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan
meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan
Terhutangnya juga akan meningkat. Koreksi fiskal positif diantaranya:
a. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan
b. Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang PKP
c. Biaya yang diakui lebih kecil, seperti penyusutan, amortisasi, dan biaya yang
ditangguhkan menurut WP lebih tinggi
d. Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
e. Biaya yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final
2. Koreksi fiskal negatif
Koreksi fiskal negatif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan
menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan terhutangnya juga akan
menurun. Koreksi fiskal negatif diantaranya :
a. Biaya yang diakui lebih besar, seperti penyusutan menurut WP lebih rendah,
selisih amortisasi, dan biaya yang ditangguhkan pengakuannya
b. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
c. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final
2.7 Perbedaan Koreksi Fiskal
Menurut Rusdji (2007), terdapat perbedaan dalam perlakuan penetapan pendapatan dan
biaya menurut Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000 dengan Standar
Akuntansi Keuangan sebagai akibat dari adanya beda tetap dan beda sementara;
Perpustakaan Unika
27
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Sejarah CV. ABC
Industri garment merupakan salah satu industri yang penting di Indonesia. Bersama-sama
dengan industri tekstil dan produk tekstil lainnya (TPT), industri tersebut merupakan
penyumbang devisa terbesar bagi negara setelah minyak dan gas bumi (Migas) hampir
27,3% telah disumbangkan dari industri garment kepada negara. Di pasar internasional
sendiri, produk garment Indonesia telah memiliki posisi yang cukup bagus, dengan
pangsa antara tiga persen sampai empat persen dari total nilai ekpsor dunia. Disamping
itu, industri garment bersifat padat karya sehingga menjadikan posisi industri tersebut
sangat penting bagi perekonomian Indonesia, sebagai penyedia lapangan kerja utama.
Itulah yang menjadi awal pemikiran terbentuknya CV. ABC.
CV. ABC adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang garment yang mulai dirintis
tahun 2001 berlokasi di Karangjati, Kec. Bergas, Kab. Semarang. Awalnya tenaga
produksi hanya 5 orang, dengan berjalannya waktu dan mulai menemukan jalan dalam
hal penjualan CV. ABC berkembang dengan jumlah pekerja 20 orang namun dengan alat
yang masih sederhana. Tahun 2004 mulai aktif dalam pembukuan dan mendaftarkan diri
sebagai PKP. Karena keterbatasan dalam hal pembukuan dan perpajakan maka
mempekerjakan karyawan yang mampu dalam hal tersebut. Dan sampai saat ini jumlah
pekerja ada 75 orang dengan peralatan yang cukup modern. Barang hasil produksinya
antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaos (t-shirts, polo shirt,
sportswear) baik dewasa, anak-anak, pria, maupun wanita. Meskipun itu semua masih
dalam lingkup domestik namun barang-barang yang dihasilkan tidak kalah dengan
Perpustakaan Unika
29
2. Staf keuangan
Tugasnya mengatur uang operasional kantor, melakukan pembayaran kepada
penyetok barang-barang mentah, mengatur keuangan dan membuat laporan
keuangan.
3. Staf produksi
Mengawasi dan mengatur jalannya produksi dalam mengolah bahan mentah
menjadi barang jadi.
4. Design
Bertugas membuat design yang akan diproduksi
5. Delivery
Bertanggung jawab atas pengiriman barang jadi sampai ke tujuan atau
pemesan selain itu juga bertanggung jawab atas biaya transportasi setiap
pembelian barang mentah.
6. Staf pembukuan
Bertanggung jawab atas semua administrasi kantor, baik dari dari laporan
keuangan termasuk dalam hal perpajakan.
7. Karyawan produksi
Mengolah Bahan mentah menjadi barang jadi.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 J enis data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang disusun oleh pihak lain untuk pihak yang
berkepentingan melalui penelitian langsung dengan mencari, mempelajari dan
Perpustakaan Unika
31
mengumpulkan data atau tulisan yang berhubungan dengan masalah ini seperti
laporan keuangan.
3.3.2 Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang di gunakan penulis dalam menyusun kertas karya
ini antara lain sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengadakan
tanya jawab langsung dengan orang-orang yang berhubungan langsung dengan
objek penelitian. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dengan Bapak
Untung staf pembukuan yang juga menangani perpajakan di CV. ABC.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan
pengumpulan data dan dokumen secara langsung di dalam penelitian.
c. Kepustakaan
Kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang diperoleh dari buku,
undang-undang, surat edaran yang berhubungan dengan penelitian.
3.3.3 Teknis analisis data
Teknik analisis data yang digunakan adalah:
Teknik Deskriptif Kuantitatif, yaitu teknik analisis yang menggambarkan serta
menganalisis data dengan menggunakan penghitungan angka-angka. Teknik ini
digunakan untuk menghitung besarnya laba bersih dan pajak yang terutang
dalam suatu periode.
Perpustakaan Unika
32
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Rekonsiliasi fiskal pada CV. ABC
CV. ABC mengunakan pendekatan komersial yang penyusunan laporan keuangannya
digunakan untuk kepentingan perusahaan (manajemen). Laporan keuangan yang
dihasilkan adalah laporan laba rugi, neraca, arus kas, dan laporan perubahan modal.
Untuk kepentingan perpajakan, laporan laba rugi yang selanjunya disebut dengan laporan
laba rugi komersial digunakan sebagai dasar penentuan pajak terutang. Dalam rangka
menentukan besarnya pajak terutang maka harus dilakukan rekonsialiasi fiskal. Hal
tersebut harus dilakukan karena ada biaya-biaya yang menurut laba komersial dapat
dibebankan tetapi dalam laba fiskal tidak dapat dibebankan sebagai biaya. Berkut ini
adalah laporan laba rugi perusahaan yang disusun berdasarkan standar akuntansi
keuangan yang berlaku (akuntansi komersial).
Laporan Laba/Rugi
CV. ABC
Per 31 Desember 2010
Penjualan Bersih Rp 4.001.266.580
HPP:
Persediaan Awal Barang J adi Rp 130.100.000
Harga Pokok Produksi:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses Rp 100.720.000
Perpustakaan Unika
33
Biaya Produksi:
Persediaan Awal Bahan Baku Rp 475.000.000
Pembelian Rp 900.000.000
Biaya Angkut Pembelian Rp 5.250.000
Rp 1.380.250.000
Persediaan Akhir Bahan Baku (Rp 53.265.000)
Harga Pokok Bahan Baku Rp 1.326.985.000
BTKL Rp 925.778.400
BOP
Biaya T.K Tak Langsung Rp 356.000.000
Biaya Listrik dan Air Rp 173.000.000
Biaya Reparasi Peralatan Rp 449.340.000
Biaya Pengepakan Rp 46.300.000
Biaya Penyusutan Rp 60.842.380
Total BOP Rp 1.085.482.380
Total Biaya Produksi Rp 3.338.245.780
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses ( Rp 7.378.250)
Harga Pokok Produksi Rp 3.330.867.530
Persediaan Akhir Barang J adi ( 0 )
Perpustakaan Unika
34
B. HPP
Perhitungan HPP yang digunakan CV. ABC untuk menghitung laba bersih adalah
metode FIFO. Dimana metode ini merupkan metode yang diakui secara pajak. Berikut
perhitungan HPP CV. ABC:
HPP:
Persediaan Awal Barang J adi Rp 130.100.000
Harga Pokok Produksi:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses Rp 100.720.000
Biaya Produksi Rp 1.380.250.000
Persediaan Akhir Bahan Baku (Rp 53.265.000)
Harga Pokok Bahan Baku Rp 1.326.985.000
Biaya Produksi Rp 3.338.245.780
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses ( Rp 7.378.250)
Harga Pokok Produksi Rp 3.330.867.530
Persediaan Akhir Barang J adi ( 0 )
HPP (Rp 3.460.967.530)
Perpustakaan Unika
36
C. Biaya-biaya
1. Biaya tenaga kerja dibagi menjadi 2:
- Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL), merupakan biaya yang
menyangkut tenaga kerja yang langsung menangani bagian produksi
(menjahit). Di dalam BTKL ini terdapat biaya gaji, bonus, dan THR, yang
pemberiannya sebagian berupa natura (sembako) sebesar Rp 11.250.000
- Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung (BTKTL), merupakan biaya yang
menyangkut pngeluaran untuk staf yang menanyangkut pembukuan. Di
dalam BTKL ini terdapat biaya gaji, bonus, dan THR, yang pemberiannya
sebagian berupa natura (sembako) sebesar Rp 1.400.000
2. Rincian biaya kesejahteraan karyawan sebagai berikut:
- Biaya pengobatan yang langsung dibyarkan ke RS 12.750.000
- Piknik karyawan 7.500.000
- Beli obat-obatan untuk persediaan 1.000.000
3. Di dalam biaya telpon, terdapat pembayaran pulsa milik direktur sebesar
Rp.1.200.000
4. Di dalam biaya BBM terdapat biaya antar jemput sekolah untuk anak direktur
sebesar Rp. 2.400.000
5. CV. ABC memberikan iuran sebesar 1.000.000 sebagai sumbangan untuk
pembuatan pos kampling di daerah sekitar sebagai keamanan di pabrik.
Berdasarkan catatan-catatan di atas maka rekonsiliasi fiskal untuk pelaporan pajak 2010 yang
harus dilakukan untuk CV. ABC sebagai berikut:
Perpustakaan Unika
37
pribadi anggota pemegang saham, sekutu atau anggta tidak dapat dikurangkan dalam
penentuan besarnya pajak terutang.
Di dalam biaya telpon terdapat pembayaran pulsa milik direktur sebesar Rp 1.200.000
yang merupakan imbalan pemilik perusahaan, maka harus dikoreksi positif yang akan
menambah penghasilan kena pajak CV. ABC.
f. Berdasarkan pasal 9 ayat 1 huruf b UU PPh No 36 Tahun 2008, tentang biaya yang
dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota.
Di dalam biaya BBM CV. ABC terdapat biaya antar jemput sekolah untuk anak
direktur sebesar Rp. 2.400.000, yang merupakan kepentingan pribadi direktur, maka
harus dikoreksi positif yang akan menambah penghasilan kena pajak CV. ABC.
g. Berdasarkan pasal 4 ayat (2) huruf a UU PPh No 36 Tahun 2008, tentang penghasilan
yang bersifat final yaitu berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi;
Pendapatan jasa giro yang di dapat oleh CV. ABC merupakan penghasilan yang
bersifat final, maka harus dikoreksi negatif yang artinya akan mengurangi penghasilan
kena pajak CV. ABC.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa perbandingan
dalam perhitungan pajak terutang CV. ABC menurut komersial sebesar Rp
62.445.500 dan menurut fiskal sebesar Rp 69.334.750 sehingga nampak selisih
sebesar Rp 6.889.250. Adanya selisih perhitungan pajak terutang karena penghasilan
kena pajak menurut komersial dan menurut fiskal adalah berbeda. Perbedaan ini
disebabkan adanya biaya-biaya dan pendapatan yang tidak boleh diakui menurut
Perpustakaan Unika
43
pajak. Dalam kasus yang terjadi di CV. ABC terdapat koreksi positif yang menambah
jumlah penghasilan kena pajak, yaitu BTKL, BTKTL, penyusutan, biaya
kesejahteraan karyawan, biaya keamanan, biaya telpon, dan biaya BBM. Sedangkan
koreksi negatif yang terjadi di CV. ABC yang mengurangi jumlah penghasilan kena
pajak adalah jasa giro.
Perpustakaan Unika
44
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan
fiskal pada laporan laba rugi CV. ABC tahun 2010, maka penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dalam melakukan koreksi fiskal terdapat dua unsur yang penting, yaitu koreksi positif
dan koreksi negatif. Koreksi positif terjadi apabila pengakuan beban atau biaya pada
laporan komersial lebih besar dari beban atau biaya pada laporan keuangan fiskal.
Sehingga akan menambah penghasilan kena pajak . Koreksi positif yang terjadi pada
CV. ABC antara lain:
- BTKL yang di dalam terdapat biaya gaji, bonus, dan THR untuk tenaga kerja
bagian pruduksi
- BTKTL yang didalamnya terdapat biaya gaji, bonus, dan THR untuk tenaga kerja
bagian staf
- Biaya penyusutan
- Biaya kesejahteraan karyawan
- Biaya keamanan
- Biaya telpon
- Biaya BBM
2. Koreksi negatif terjadi karena adanya pendapatan yang tidak boleh ditambahkan
dengan penghasilan lainnya, dan adanya biaya menurut perhitungan komersial lebih
kecil dibandingkan menurut perhitungan fiskal. Sehingga akan mengurangi penghasilan
Perpustakaan Unika
45
kena pajak. Koreksi negatif yang terjadi pada CV. ABC hanya terjadi pada pendapatan
jasa giro.
3. Konsep beda waktu dan beda tetap. Beda waktu adalah perbedaan perlakuan akuntansi
dan perpajakan yang bersifat temporer artinya secara keseluruhan beban atau
pendapatan akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama tetapi alokasi setiap
tahunnya berbeda. Dalam kasus CV. ABC ini yang merupakan beda sementara antara
lain penyusutan aktiva yang dimiliki oleh CV. ABC yaitu berupa mesin jahit,
kendaraan, dan peralatan kantor. Sedangkan beda tetap adalah perbedaan menurut
akuntansi boleh dibiayakan namun tidak dapat diakui menurut fiskal, antara lain:
natura, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemegang saham atau direktur,
bunga deposito, penghasilan sewa.
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan diatas, maka penulis mencoba memberikan
saran yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan koreksi fiskal
khususnya CV. ABC yang menjadi tempat penelitian.
1. Perusahaan seharusnya bisa lebih rapi dalam membuat akun-akun sesuai kualifikasi
yang dibutuhkan. Seharusnya terdapat akun perjalanan dinas yang nantinya akun
BBM bisa dimasukkan di dalam akun perjalanan dinas tersebut.
2. Seharusnya akun prive juga harus dinampakkan dalam nama-nama akun dalam
pembukuan CV. ABC, sehingga tidak begitu rancu untuk membedakan antara
keperluan kantor dan keperluan pribadi.
3. Secara umum hendaknya CV. ABC harus tetap mengikuti dan memperhatikan
perkembangan aturan-aturan pajak yang notabene sering terjadi perubahan hampir
setiap tahunnya.
Perpustakaan Unika