01-Aan Hermawan-Kebutuhan Media Pembelajaran
01-Aan Hermawan-Kebutuhan Media Pembelajaran
Dosen Pengampu: Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si. Dr. Oos M. Anwas
MAYOR ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN SAINS KPM - FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
dibutuhkan relatif rendah. Pada awal perkembangannya, kebutuhan benih dan konsumsi lele untuk seluruh Indonesia ini sebagian besar berasal dari Kabupaten Bogor. Produksi lele tersebut sebagian besar berasal dari kecamatan potensial seperti Ciseeng, Parung, Gunung Sindur dan Kemang. Kecamatan tersebut semakin hari jumlah penduduknya terus meningkat, akibat yang paling nyata adalah ketersediaan lahan dan air semakin berkurang. Beberapa desa yang potensial untuk budidaya lele sangkuriang mulai beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dan tegalan sehingga wilayah budidaya lele mulai berkurang.
Data lapangan menunjukkan perkembangan kinerja pembenihan lele di Kabupaten Bogor semakin menurun. Pada 10 tahun yang lalu tingkat kelangsungan hidup selama pendederan dapat mencapai 70-80%, tetapi pada akhir-akhir ini kelangsungan hidup benih hanya sebesar 30-40% dari total benih yang ditebar. Produksi benih lele ukuran 10-12 cm sebanyak 5.700.000 ekor/bulan pun ternyata belum dapat memenuhi permintaan benih untuk kolam pembesaran yaitu sekitar 8.200.000 ekor/bulan. Untuk menutupi kekurangan tersebut, didatangkan benih dari luar Kabupaten Bogor terutama dari Kabupaten Indramayu. Berdasarkan informasi dari pembudidaya di Kecamatan Ciseeng, penurunan kelangsungan hidup benih di kolam pendederan diduga disebabkan oleh kualitas induk yang rendah, karena induk-induk memijah secara inbreeding/perkawinan sekerabat. Induk-induk yang memijah inbreeding akan menghasilkan benih dengan daya tahan yang relatif rendah. Penurunan produktivitas pembenihan ikan lele ini juga disebabkan karena peran kelompok pembudidaya terhadap bisnis Ikan Lele belum optimal. Kegiatan pengadaan sarana produksi (induk, benih, pakan) dilakukan oleh pedagang lokal, demikian juga penjualan hasil ikan konsumsi. Perannya dalam mendapatkan
fasilitas kredit dari bank bagi anggotanya juga masih lemah, sehingga pembudidaya tidak memiliki cukup modal dalam mengembangkan usahanya.
3) Manajemen Kelompok
Lemahnya manajemen dan peran kelompok dalam usaha pembenihan (pengadaan sarana produksi, pemasaran, permodalan, pengembangan usaha). Solusi untuk masalah dan penyebab masalah tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penyebab masalah dan solusi pembenihan ikan lele
No 1. Penyebab Masalah Aplikasi Teknologi Pembenihan Rendahnya kualitas induk lele yang digunakan oleh pembudidaya (inbreeding). Kematian/mortalitas benih pada fase pendederan tinggi. Kurangnya pengetahuan/ keterampilan pembudidaya. Tata Guna Lahan Berkurangnya lahan dan air untuk budidaya, alih fungsi lahan. Solusi Diseminasi strain baru induk Ikan Lele yang lebih unggul (antara lain Lele Sangkuriang). Perbaiki teknologi pembenihan. Berikan pelatihan dan penyuluhan (demonstrasi pond, dsb).
2.
Perbaiki kebijakan tata guna lahan. Penggunaan kolam terpal sebagai wadah budidaya.
3.
Manajemen Kelompok Tidak paham manajemen kelompok. Lemahnya kemitraan kelompok dengan lembaga pendukung usaha (sarana produksi, pemasaran, permodalan).
Berikan informasi dan pendampingan manajemen kelompok. Fasilitasi jalinan kemitraan kelompok dengan lembaga pendukung usaha.
Berdasarkan data pada Tabel 1, maka masalah lemahnya pengetahuan dan keterampilan pembudidaya dalam aplikasi teknologi pembenihan merupakan topik yang dapat diangkat dalam pembelajaran. Secara lebih spesifik, topik pembelajaran yang dapat disampaikan pada pembudidaya di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor adalah Diseminasi Teknologi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang.
Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis tugas/analisis pembelajaran Diseminasi Teknologi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
No 1 Uraian Pekerjaan/Tugas Pengenalan Lele Sangkuriang Sub Bagian Tugas Riwayat Lele Sangkuriang Riwayat persilangan. Silsilah keturunan. Alasan persilangan. Perbaikan mutu induk. Pertumbuhan lebih baik. Peningkatan produktifitas. Peningkatan pendapatan. Biologi Habitat/tempat hidup. Makanan kebiasaan. Ciri khusus/morfologi. Panjang standar. Tinggi badan. Warna tubuh (punggung dan perut). Karakter Reproduksi. Kematangan gonad pertama (jantan dan betina). Fekunditas. Diameter telur. Lama inkubasi telur. Derajat penetasan Kelangsungan hidup larva. Pakan alami larva. Karakter Pertumbuhan. Pertumbuhan harian. Panjang standar benih. Kelangsungan hidup benih. Konversi pakan pembesaran. Keunggulan Toleransi terhadap lingkungan dan hama penyakit. Pertumbuhan cepat. Ketinggian lahan Wadah budidaya Kolam tanah. Bak tembok. Bak plastik Sumber air Aliran air irigasi. Air tanah. Air hujan.
Pemilihan Lokasi
No 3
Sub Bagian Tugas Ciri-ciri induk Ciri induk jantan Ciri induk betina Pemeliharaan induk Persiapan wadah pemeliharaan Pakan induk Kepadatan induk Ketinggian air Kriteria induk matang gonad Umur induk jantan dan betina. Berat induk jantan dan betina. Seleksi induk Penimbangan berat induk. Pengecekan gonad induk. Persiapan peralatan penyuntikan Alat suntik (spuit). Ovaprim. NaCl 0,9%. Wadah penampungan telur dan sperma. Alat pengaduk (bulu ayam). Tisu. Perhitungan dosis hormon (ovaprim) Dosis ovaprim: 0,2 ml/kg betina Dosis campuran (ovaprim + NaCl 0,9%): 0,5 ml/ekor betina. Pengambilan hormon ovaprim Cara pengambilan hormon. Jumlah/dosis hormon yang diambil. Penyuntikan induk (jantan dan betina). Cara penyuntikan. Posisi penyuntikan. Waktu penyuntikan. Interval penyuntikan. Penyiapan sperma induk jantan Pengambilan sperma Pembedahan induk jantan. Letak sperma pada induk jantan. Pengambilan kantung sperma Pembersihan kantung sperma. Pengenceran sperma Teknik pengenceran sperma. Volume larutan pengencer (NaCl) Pengurutan Telur/Striping Interval waktu striping dari sejak penyuntikan. Teknik striping Penampungan telur pada wadah Pencampuran sperma dan telur Teknik pencampuran. Pengadukan sperma dan telur. Fertilisasi (pembuahan) Cara fertilisasi. Cara penebaran telur pada wadah penetasan.
No 5
Sub Bagian Tugas Penyiapan wadah penetasan telur Wadah penetasan Fiber glas Kolam terpal. Penyiapan media penempel telur Hapa. kakaban. Penyiapan air sumber air bersih. Air mengalir dan/atau diaerasi Padat penebaran telur: 75.000 butir/m2. Montoring penetasan Waktu penetasan: 30 36 jam. Pengontrolan suhu air 22 25 0C. Pemanenan Larva Waktu pemanenan larva. Teknik pemanenan larva. Penghitungan larva. Penghitungan derajat penetasan larva (sampling). Penampungan larva/pengangkutan. Penyiapan wadah pendederan Wadah: bak tembok/plastik/fiber glass. Kedalaman air: 30 50 cm. Air diaerasi. Penebaran larva (padat tebar 20-30 ekor/liter). Pemeliharaan Pemberian pakan Jenis pakan Minggu pertama: cacing tubifex. Minggu kedua: kombinasi tubifex dengan pakan buatan. Minggu ketiga: pakan buatan. Cara dan dosis pemberian pakan Pakan alami diberikan secara adlibitum. Pakan buatan 10-15% biomass. Frekuensi pemberian pakan (empat kali per hari) Waktu pemeliharaan: 14 21 hari. Pemanenan Waktu pemanenan benih. Teknik pemanenan benih. Penghitungan benih dan SR (sampling). Pengukuran dan seleksi ukuran (grading). Penampungan/pengangkutan benih. Penyiapan wadah pendederan Wadah: bak tembok/plastik/fiber glass/kolam. Kedalaman air: 30 50 cm. Penebaran larva (padat tebar 100-150 ekor/m2). Pemeliharaan Pemberian pakan
Pendederan Pertama
Pendederan Kedua
No
Uraian Pekerjaan/Tugas
Sub Bagian Tugas Jenis pakan Minggu pertama: pelet apung. Minggu selanjutnya : pelet butiran berdiameter 1 mm. Cara dan dosis pemberian pakan Minggu pertama-kedua: 10-15% bobot biomass/hari. Minggu ketiga: 5% bobot biomass/hari. Frekuensi pemberian pakan (tiga kali per hari) Waktu pemeliharaan: 21-28 hari. Pemanenan Waktu pemanenan benih. Teknik pemanenan benih. Penghitungan benih dan SR (sampling). Pengukuran dan seleksi ukuran (grading). Penampungan/pengangkutan benih. Penyiapan wadah pendederan Wadah: bak tembok/plastik/fiber glass/kolam. Kedalaman air: 30 50 cm. Penebaran larva (padat tebar 75-100 ekor/m2). Pemeliharaan Pemberian pakan Jenis pakan: pelet butiran diameter 1 mm. Dosis pemberian pakan: 5-10% bobot biomass/hari. Frekuensi pemberian pakan (tiga kali per hari) Waktu pemeliharaan: 14-21 hari. Pemanenan Waktu pemanenan benih. Teknik pemanenan benih. Penghitungan benih dan SR (sampling). Pengukuran dan seleksi ukuran (grading). Penampungan/pengangkutan benih. Pengenalan penyakit pada pembenihan lele Parasit. Bakteri. Virus. Proses terjadinya penyakit. Pencegahan penyakit ikan. Persiapan wadah pembenihan. Desinfeksi. Pemberian probiotik. Penanggulangan penyakit (pengobatan ikan) Jenis obat. Dosis obat. Cara pengobatan.
Pendederan Ketiga
Pemijahan induk secara buatan (induced breeding), dan (d) Penetasan Telur.
Tabel 3. Pertimbangan penentuan media pembelajaran. Analisis Tugas/Sub Tugas Pengenalan Lele Sangkuriang
Persilangan dan silsilah keturunan Biologi Keunggulan
Media dan Karakteristik Media Simbol visual. Media: - Bagan (smart art) dan diagram tentang konsep persilangan komoditas, keunggulan, dsb. - Gambar (morfologi) Lele Sangkuriang Simbol visual. Media: gambar dan bagan (smart art) tentang induk. Simbol visual, audio visual, dan pengalaman langsung (bukti riil/nyata). Media: - Bagan (smart art) tentang prosedur induced breeding. - Gambar berupa alat bahan dan urutan prosedur. - Video yang menunjukkan proses induced breeding. - Demonstrasi pond (bukti riil). Simbol visual, dan pengalaman langsung (bukti riil/nyata). Media: - Bagan (smart art). - Gambar berupa proses penetasan sampai pemanenan larva. - Demonstrasi pond (bukti riil).
Pengelolaan Induk
Ciri-ciri induk Pemeliharaan induk Kriteria induk matang gonad
Induced Breeding
Seleksi induk Penyiapan alat Perhitungan dosis hormon ovaprim. Pengambilan hormon ovaprim. Penyuntikan. Penyiapan sperma induk jantan. Pengurutan telur/striping. Pencampuran sperma dan telur. Fertilisasi (pembuahan)
Penetasan Telur
Penyiapan wadah penetasan. Monitoring penetasan. Pemanenan larva.
Berdasarkan
pertimbangan
pada
Tabel
terlihat
bahwa
media
pembelajaran yang digunakan beragam, yang mencakup media visual, media audio visual, dan pengalaman langsung. Untuk menggabungkan beragam media tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh, khususnya media visual dan audio visual, maka akan digunakan media presentasi (slide presentation) dalam proses