Anda di halaman 1dari 11

MENGGALI KEBUTUHAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN

(Kajian pada Pembudidaya Ikan di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor)

Oleh: Aan Hermawan / I351120071

Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Media Pembelajaran (KPM61L)

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si. Dr. Oos M. Anwas

MAYOR ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN DEPARTEMEN SAINS KPM - FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

MENGGALI KEBUTUHAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN


(Kajian pada Pembudidaya Ikan di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor)

Identifikasi dan Analisis Masalah


Kabupaten Bogor, Jawa Barat merupakan daerah pengembangan budidaya perikanan air tawar yang sudah maju di Indonesia. Potensi sumberdaya alam, keberadaan Balai Penelitian Perikanan dan Perguruan Tinggi Perikanan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan budidaya perikanan. Selain pusat pengembangan teknologi budidaya, Jawa Barat khususnya Kabupaten Bogor juga sumber benih dan induk ikan bagi daerah-daerah di luar Pulau Jawa. Beberapa tahun terakhir, jenis ikan air tawar yang perkembangannya cukup pesat dan menjadi komoditas unggulan adalah golongan Catfish, yakni Ikan Lele (Clarias gariepinus) dan Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus). Konsumsi Ikan Lele pada beberapa tahun terakhir semakin meningkat. Jika dahulu dipandang sebagai ikan murahan dan hanya dikonsumsi oleh keluarga kecil saja, sekarang konsumsi Ikan ini semakin meluas. Rasa daging yang khas serta cara memasak dan menghidangkannya secara tradisional menjadikan menu Ikan Lele sebagai kegemaran masyarakat luas, bahkan banyak restoran besar menghidangkannya. Oleh karena itu, harga Ikan Lele menjadi meningkat dan menjadi daya tarik bagi pembudidaya untuk membudidayakannya secara intensif. Ikan Lele sudah dibudidayakan secara komersial dan berkembang pesat dikarenakan ; (1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, (2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, (3) pemasarannya relatif mudah, dan (4) modal usaha yang

dibutuhkan relatif rendah. Pada awal perkembangannya, kebutuhan benih dan konsumsi lele untuk seluruh Indonesia ini sebagian besar berasal dari Kabupaten Bogor. Produksi lele tersebut sebagian besar berasal dari kecamatan potensial seperti Ciseeng, Parung, Gunung Sindur dan Kemang. Kecamatan tersebut semakin hari jumlah penduduknya terus meningkat, akibat yang paling nyata adalah ketersediaan lahan dan air semakin berkurang. Beberapa desa yang potensial untuk budidaya lele sangkuriang mulai beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dan tegalan sehingga wilayah budidaya lele mulai berkurang.

Menggali Kebutuhan Pembelajaran ......................................................................................................... 1

Data lapangan menunjukkan perkembangan kinerja pembenihan lele di Kabupaten Bogor semakin menurun. Pada 10 tahun yang lalu tingkat kelangsungan hidup selama pendederan dapat mencapai 70-80%, tetapi pada akhir-akhir ini kelangsungan hidup benih hanya sebesar 30-40% dari total benih yang ditebar. Produksi benih lele ukuran 10-12 cm sebanyak 5.700.000 ekor/bulan pun ternyata belum dapat memenuhi permintaan benih untuk kolam pembesaran yaitu sekitar 8.200.000 ekor/bulan. Untuk menutupi kekurangan tersebut, didatangkan benih dari luar Kabupaten Bogor terutama dari Kabupaten Indramayu. Berdasarkan informasi dari pembudidaya di Kecamatan Ciseeng, penurunan kelangsungan hidup benih di kolam pendederan diduga disebabkan oleh kualitas induk yang rendah, karena induk-induk memijah secara inbreeding/perkawinan sekerabat. Induk-induk yang memijah inbreeding akan menghasilkan benih dengan daya tahan yang relatif rendah. Penurunan produktivitas pembenihan ikan lele ini juga disebabkan karena peran kelompok pembudidaya terhadap bisnis Ikan Lele belum optimal. Kegiatan pengadaan sarana produksi (induk, benih, pakan) dilakukan oleh pedagang lokal, demikian juga penjualan hasil ikan konsumsi. Perannya dalam mendapatkan

fasilitas kredit dari bank bagi anggotanya juga masih lemah, sehingga pembudidaya tidak memiliki cukup modal dalam mengembangkan usahanya.

Penyebab Masalah dan Solusi


Berdasarkan uraian di atas, maka masalah nyata yang dihadapi dalam usaha budidaya ikan di Kecamatan Ciseeng adalah penurunan kinerja dan produktivitas pembenihan ikan lele. Beberapa penyebab masalah tersebut antara lain: 1) Aplikasi Teknologi Pembenihan Rendahnya kualitas induk lele yang digunakan oleh pembudidaya (inbreeding). Kematian/mortalitas benih pada fase pendederan tinggi. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pembudidaya. 2) Tata Guna Lahan Ketersediaan lahan dan air untuk budidaya perikanan yang semakin berkurang karena alih fungsi lahan.

Menggali Kebutuhan Pembelajaran ......................................................................................................... 2

3) Manajemen Kelompok

Lemahnya manajemen dan peran kelompok dalam usaha pembenihan (pengadaan sarana produksi, pemasaran, permodalan, pengembangan usaha). Solusi untuk masalah dan penyebab masalah tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penyebab masalah dan solusi pembenihan ikan lele
No 1. Penyebab Masalah Aplikasi Teknologi Pembenihan Rendahnya kualitas induk lele yang digunakan oleh pembudidaya (inbreeding). Kematian/mortalitas benih pada fase pendederan tinggi. Kurangnya pengetahuan/ keterampilan pembudidaya. Tata Guna Lahan Berkurangnya lahan dan air untuk budidaya, alih fungsi lahan. Solusi Diseminasi strain baru induk Ikan Lele yang lebih unggul (antara lain Lele Sangkuriang). Perbaiki teknologi pembenihan. Berikan pelatihan dan penyuluhan (demonstrasi pond, dsb).

2.

Perbaiki kebijakan tata guna lahan. Penggunaan kolam terpal sebagai wadah budidaya.

3.

Manajemen Kelompok Tidak paham manajemen kelompok. Lemahnya kemitraan kelompok dengan lembaga pendukung usaha (sarana produksi, pemasaran, permodalan).

Berikan informasi dan pendampingan manajemen kelompok. Fasilitasi jalinan kemitraan kelompok dengan lembaga pendukung usaha.

Berdasarkan data pada Tabel 1, maka masalah lemahnya pengetahuan dan keterampilan pembudidaya dalam aplikasi teknologi pembenihan merupakan topik yang dapat diangkat dalam pembelajaran. Secara lebih spesifik, topik pembelajaran yang dapat disampaikan pada pembudidaya di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor adalah Diseminasi Teknologi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang.

Menggali Kebutuhan Pembelajaran ......................................................................................................... 3

Analisis Tugas/Analisis Pembelajaran


Analisis tugas/analisis pembelajaran pada Diseminasi Teknologi

Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis tugas/analisis pembelajaran Diseminasi Teknologi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
No 1 Uraian Pekerjaan/Tugas Pengenalan Lele Sangkuriang Sub Bagian Tugas Riwayat Lele Sangkuriang Riwayat persilangan. Silsilah keturunan. Alasan persilangan. Perbaikan mutu induk. Pertumbuhan lebih baik. Peningkatan produktifitas. Peningkatan pendapatan. Biologi Habitat/tempat hidup. Makanan kebiasaan. Ciri khusus/morfologi. Panjang standar. Tinggi badan. Warna tubuh (punggung dan perut). Karakter Reproduksi. Kematangan gonad pertama (jantan dan betina). Fekunditas. Diameter telur. Lama inkubasi telur. Derajat penetasan Kelangsungan hidup larva. Pakan alami larva. Karakter Pertumbuhan. Pertumbuhan harian. Panjang standar benih. Kelangsungan hidup benih. Konversi pakan pembesaran. Keunggulan Toleransi terhadap lingkungan dan hama penyakit. Pertumbuhan cepat. Ketinggian lahan Wadah budidaya Kolam tanah. Bak tembok. Bak plastik Sumber air Aliran air irigasi. Air tanah. Air hujan.

Pemilihan Lokasi

Menggali Kebutuhan Pembelajaran ......................................................................................................... 4

No 3

Uraian Pekerjaan/Tugas Pengelolaan Induk

Sub Bagian Tugas Ciri-ciri induk Ciri induk jantan Ciri induk betina Pemeliharaan induk Persiapan wadah pemeliharaan Pakan induk Kepadatan induk Ketinggian air Kriteria induk matang gonad Umur induk jantan dan betina. Berat induk jantan dan betina. Seleksi induk Penimbangan berat induk. Pengecekan gonad induk. Persiapan peralatan penyuntikan Alat suntik (spuit). Ovaprim. NaCl 0,9%. Wadah penampungan telur dan sperma. Alat pengaduk (bulu ayam). Tisu. Perhitungan dosis hormon (ovaprim) Dosis ovaprim: 0,2 ml/kg betina Dosis campuran (ovaprim + NaCl 0,9%): 0,5 ml/ekor betina. Pengambilan hormon ovaprim Cara pengambilan hormon. Jumlah/dosis hormon yang diambil. Penyuntikan induk (jantan dan betina). Cara penyuntikan. Posisi penyuntikan. Waktu penyuntikan. Interval penyuntikan. Penyiapan sperma induk jantan Pengambilan sperma Pembedahan induk jantan. Letak sperma pada induk jantan. Pengambilan kantung sperma Pembersihan kantung sperma. Pengenceran sperma Teknik pengenceran sperma. Volume larutan pengencer (NaCl) Pengurutan Telur/Striping Interval waktu striping dari sejak penyuntikan. Teknik striping Penampungan telur pada wadah Pencampuran sperma dan telur Teknik pencampuran. Pengadukan sperma dan telur. Fertilisasi (pembuahan) Cara fertilisasi. Cara penebaran telur pada wadah penetasan.

Pemijahan induk secara buatan (induced breeding)

Menggali Kebutuhan Pembelajaran ......................................................................................................... 5

No 5

Uraian Pekerjaan/Tugas Penetasan Telur

Sub Bagian Tugas Penyiapan wadah penetasan telur Wadah penetasan Fiber glas Kolam terpal. Penyiapan media penempel telur Hapa. kakaban. Penyiapan air sumber air bersih. Air mengalir dan/atau diaerasi Padat penebaran telur: 75.000 butir/m2. Montoring penetasan Waktu penetasan: 30 36 jam. Pengontrolan suhu air 22 25 0C. Pemanenan Larva Waktu pemanenan larva. Teknik pemanenan larva. Penghitungan larva. Penghitungan derajat penetasan larva (sampling). Penampungan larva/pengangkutan. Penyiapan wadah pendederan Wadah: bak tembok/plastik/fiber glass. Kedalaman air: 30 50 cm. Air diaerasi. Penebaran larva (padat tebar 20-30 ekor/liter). Pemeliharaan Pemberian pakan Jenis pakan Minggu pertama: cacing tubifex. Minggu kedua: kombinasi tubifex dengan pakan buatan. Minggu ketiga: pakan buatan. Cara dan dosis pemberian pakan Pakan alami diberikan secara adlibitum. Pakan buatan 10-15% biomass. Frekuensi pemberian pakan (empat kali per hari) Waktu pemeliharaan: 14 21 hari. Pemanenan Waktu pemanenan benih. Teknik pemanenan benih. Penghitungan benih dan SR (sampling). Pengukuran dan seleksi ukuran (grading). Penampungan/pengangkutan benih. Penyiapan wadah pendederan Wadah: bak tembok/plastik/fiber glass/kolam. Kedalaman air: 30 50 cm. Penebaran larva (padat tebar 100-150 ekor/m2). Pemeliharaan Pemberian pakan

Pendederan Pertama

Pendederan Kedua

Menggali Kebutuhan Pembelajaran ......................................................................................................... 6

No

Uraian Pekerjaan/Tugas

Sub Bagian Tugas Jenis pakan Minggu pertama: pelet apung. Minggu selanjutnya : pelet butiran berdiameter 1 mm. Cara dan dosis pemberian pakan Minggu pertama-kedua: 10-15% bobot biomass/hari. Minggu ketiga: 5% bobot biomass/hari. Frekuensi pemberian pakan (tiga kali per hari) Waktu pemeliharaan: 21-28 hari. Pemanenan Waktu pemanenan benih. Teknik pemanenan benih. Penghitungan benih dan SR (sampling). Pengukuran dan seleksi ukuran (grading). Penampungan/pengangkutan benih. Penyiapan wadah pendederan Wadah: bak tembok/plastik/fiber glass/kolam. Kedalaman air: 30 50 cm. Penebaran larva (padat tebar 75-100 ekor/m2). Pemeliharaan Pemberian pakan Jenis pakan: pelet butiran diameter 1 mm. Dosis pemberian pakan: 5-10% bobot biomass/hari. Frekuensi pemberian pakan (tiga kali per hari) Waktu pemeliharaan: 14-21 hari. Pemanenan Waktu pemanenan benih. Teknik pemanenan benih. Penghitungan benih dan SR (sampling). Pengukuran dan seleksi ukuran (grading). Penampungan/pengangkutan benih. Pengenalan penyakit pada pembenihan lele Parasit. Bakteri. Virus. Proses terjadinya penyakit. Pencegahan penyakit ikan. Persiapan wadah pembenihan. Desinfeksi. Pemberian probiotik. Penanggulangan penyakit (pengobatan ikan) Jenis obat. Dosis obat. Cara pengobatan.

Pendederan Ketiga

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Menggali Kebutuhan Pembelajaran ......................................................................................................... 7

Identifikasi Kebutuhan Pembelajaran


Identifikasi kebutuhan pembelajaran bertujuan untuk dapat mengetahui kemampuan yang belum dikuasai oleh pembudidaya, sehingga dapat menentukan materi/sub materi yang akan diberikan pada kegiatan pembelajaran. Materi/sub materi yang dianggap telah dimiliki/mampu dikuasai pembudidaya tidak akan dibahas secara mendalam dan sifatnya hanya berupa pengayaan saja. Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan pembudidaya, beberapa materi/sub materi yang telah dikuasai oleh sasaran antara lain: 1) Pemilihan lokasi. 2) Pendederan pertama. 3) Pendederan kedua. 4) Pendederan ketiga. 5) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dengan demikian, materi yang akan disampaikan pada pembelajaran adalah tentang: (a) Pengenalan Lele Sangkuriang, (b) Pengelolaan Induk, (c)

Pemijahan induk secara buatan (induced breeding), dan (d) Penetasan Telur.

Pertimbangan Media Pembelajaran


Mempertimbangkan materi, karakteristik sasaran, dan karakteristik media, media yang dinilai paling tepat dalam kegiatan pembelajaran non formal (penyuluh) untuk pembudidaya di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3

Menggali Kebutuhan Pembelajaran ......................................................................................................... 8

Tabel 3. Pertimbangan penentuan media pembelajaran. Analisis Tugas/Sub Tugas Pengenalan Lele Sangkuriang
Persilangan dan silsilah keturunan Biologi Keunggulan

Katarakteristik Materi Pengetahuan tentang konsep dan fakta.

Media dan Karakteristik Media Simbol visual. Media: - Bagan (smart art) dan diagram tentang konsep persilangan komoditas, keunggulan, dsb. - Gambar (morfologi) Lele Sangkuriang Simbol visual. Media: gambar dan bagan (smart art) tentang induk. Simbol visual, audio visual, dan pengalaman langsung (bukti riil/nyata). Media: - Bagan (smart art) tentang prosedur induced breeding. - Gambar berupa alat bahan dan urutan prosedur. - Video yang menunjukkan proses induced breeding. - Demonstrasi pond (bukti riil). Simbol visual, dan pengalaman langsung (bukti riil/nyata). Media: - Bagan (smart art). - Gambar berupa proses penetasan sampai pemanenan larva. - Demonstrasi pond (bukti riil).

Pengelolaan Induk
Ciri-ciri induk Pemeliharaan induk Kriteria induk matang gonad

Pengetahuan tentang fakta.

Induced Breeding
Seleksi induk Penyiapan alat Perhitungan dosis hormon ovaprim. Pengambilan hormon ovaprim. Penyuntikan. Penyiapan sperma induk jantan. Pengurutan telur/striping. Pencampuran sperma dan telur. Fertilisasi (pembuahan)

Pengetahuan tentang prosedur. Keterampilan

Penetasan Telur
Penyiapan wadah penetasan. Monitoring penetasan. Pemanenan larva.

Pengetahuan tentang prosedur. Keterampilan

Menggali Kebutuhan Pembelajaran ......................................................................................................... 9

Berdasarkan

pertimbangan

pada

Tabel

terlihat

bahwa

media

pembelajaran yang digunakan beragam, yang mencakup media visual, media audio visual, dan pengalaman langsung. Untuk menggabungkan beragam media tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh, khususnya media visual dan audio visual, maka akan digunakan media presentasi (slide presentation) dalam proses

pembelajaran/penyuluhan tentang Diseminasi Teknologi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang.

Menggali Kebutuhan Pembelajaran ......................................................................................................... 10

Anda mungkin juga menyukai