Anda di halaman 1dari 54

NASH / HUJJAH SYARIYYAH / QOWAID USHULIYYAH / QOWAID

FIQHIYYAH / KAIDAH-KAIDAH HUKUM / DOKTRIN PARA


PAKAR HUKUM ISLAM
Disusun Oleh : Drs. HAFIFULLAH, S.H., M.H. { PA. MEDAN }
Sabda Rasulullah SAW. yang menegaskan sebagai berikut:

Artinya:

Aku diperintahkan memutuskan perkara berdasarkan kepada


zahirnya/fakta yang tampak saja, sedangkan Allah Yang Maha
Mengetahui segala rahasia/yang tersembunyi Muhammad Salam
Madkur, Al-Qadha Fi Al-Islam (

) halaman 22 );

Tujuan Pokok Hukum Islam adalah:

Mewujudkan keadilan dan menarik kemashlahatan

Perubahan hukum (masalah ijtihadiyah) itu berdasarkan perubahan zaman,


tempat dan keadaan.
KAIDAH USHULIYYAH :


Putusan itu berpedoman kepada fakta-fakta yang nyata


Putusan Hakim/Pemerintah itu mengikat, menyelesaikan sengketa.


Putusan Hakim dalam masalah ijtihadiyah dapat menyelesaikan sengketa.


Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

Tindakan Imam/Hakim terhadap rakyatnya/pencari keadilan harus dikaitkan


dengan kemashlahatan.

Hukum asal itu adalah ketetapan yang telah ada menurut keadaan semula,
sampai ada sesuatu ketetapan yang baru yang mengubahnya. { Abdul
Wahhab Khallaf, Ilm Ushul al-Fiqh, 1977, halaman 92 };

Hukum itu mengikuti illatnya sebagaimana ditegaskan oleh sebuah


kaidah ushuliyyah sebagai berikut:


Hukum itu berputar (berkisar/mengikuti) bersama illatnya bukan pada
hikmahnya dalam mewujudkan atau meniadakan hukum (pada ada atau
tiadanya illatnya). { Wahbah Al-Zuhailiy, Tajdid al-Fiqh al-Islamiy, 2002, halaman
201 };


Yang dijadikan pegangan
kekhususan sebab nuzulnya;

adalah

keumuman

redaksinya,

bukan


Sesuatu perintah yang wajib yang tidak akan sempurna kecuali
dengannya (dengan perbuatan lain), maka perbuatan yang lain itupun
menjadi wajib pula. {Wahbah Al-Zuhaily, Nadhariyyat Al-Dharuriyyah
Al-Syariyyah, 1982 : 21};
Menimbang, bahwa berdasarkan hadits dan kaidah-kaidah hukum
serta doktrin pakar hukum Islam yang menegaskan sebagai berikut:

( Tidak boleh memudharatkan diri sendiri dan tidak



boleh pula membahayakan orang lain). Sunan Ibni Majah, Kitab alAhkam, Hadits nomor 2331; Tanwirul Hawalik Syarh Ala Muwaththo
Malik () , Juz III, Kitab al-Makatib, Halaman
38;-dan kitab Muwaththa Malik, bab Al-Aqdhiyyah, hadits nomor 1234;

Tidak ada yang dirugikan (tidak boleh memudhorotkan diri sendiri), dan
tidak ada pula yang merugikan (tidak boleh memudhorotkan orang lain)
dalam Islam. Kitab Fiqh As-Sunnah, Juz IV, Halaman 165;
( kemudhorotan itu harus disingkirkan). Al-Asybah wa
An-Nazhoir ( ) halaman 59;



[Mengantisipasi dampak negatif harus diprioritaskan daripada

mengejar kemashlahatan (yang belum jelas). Apabila berlawanan


antara satu mafsadat dengan mashlahat, maka yang didahulukan
adalah mencegah mafsadatnya.]; Al-Asybah Wa An-Nazhoir (
) halaman 62;
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

Mencegah yang membahayakan itu lebih diprioritaskan daripada


meraih keuntungan. ( Abdul Wahhab Khollaf, Ilmu Ushul al-Fiqh,
1977, halaman 208 );



(Apabila dua mafsadat bertentangan, maka yang harus diperhatikan
mana yang lebih besar mafsadatnya, dengan memilih yang lebih
ringan mafsadatnya) Al-Asybah Wa Al-Nazhair ()
Halaman 62;


Sesuatu yang membahayakan (kemudhorotan) itu sedapat mungkin
harus dihindarkan;



(Apabila ketidaksukaan isteri terhadap suaminya itu sudah sedemikian
rupa, maka Hakim dapat menjatuhkan talak terhadap isterinya dengan
talak satu bain shughra). Ghayah al-Maram ( ) halaman 162;




.
.

(Islam telah memilih lembaga perceraian ketika kehidupan rumahtangga


telah goncang serta sudah dianggap tidak bermanfaat lagi nasehat dan
perdamaian dimana hubungan suami isteri telah hampa, karenanya
meneruskan perkawinan berarti menghukum salahsatu pihak dengan
penjara yang berkepanjangan. Hal itu berarti tindakan yang bertentangan
dengan rasa keadilan). Mada Hurriyah Az-Zaujain, Fi Al-Thalaq, Hal. 83;



Isteri berhak mendapat nafkah (belanja rumahtangga), dan dia boleh
mengajukan fasakh nikah karena suaminya tidak mampu memberikan
nafkah selama dia taat kepada suaminya. (Kitab Bughyah Al-Mustarsyidin,
Halaman 239);
Sebagaimana dalam Kitab Fiqh As-Sunnah ( ) Juz II
halaman 248 sebagai berikut:

,
,

.
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

Maksudnya: Oleh karena itu apabila gugatan isteri tersebut sah terbukti di
hadapan majelis hakim dengan bukti yang diajukan oleh isteri, atau
berdasarkan pengakuan suami (Tergugat) sedangkan dalil / posita yang
menyatakan bahwa telah terjadi sesuatu yang menyakitkan itu
menyebabkan isteri tidak sanggup lagi bermuasyarah secara langgeng
dengan suaminya, demikian pula majelis hakim telah berupaya secara
optimal mendamaikan kedua belah pihak ternyata tidak tercapai, maka
hakim dapat menjatuhkan talak satu bain terhadap isteri (Penggugat);
Firman Allah dalam Surat Al-Rum ( ) ayat 21 : ...




jis. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun



1974 dan Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa tujuan hakiki
suatu perkawinan adalah untuk membina rumah tangga yang rukun,
tenteram serta kekal, tetapi ternyata dalam rumah tangga P dan T sudah
tidak terwujud lagi sebagaimana dipertimbangkan di atas.
Firman Allah SwT:











...


Dan janganlah kalian rujuki mereka (para isteri) untuk memberi


kemudharatan, karena dengan demikian berarti kalian menganiaya mereka.
Barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh dia telah mezalimi dirinya
sendiri. {Al Baqarah ( ) Ayat 231};
Memaksa mereka untuk minta cerai dengan jalan khulu atau membiarkan
mereka hidup terkatung-katung;
Sebagaimana dalam Kitab Qurrah Al-Ain ( ) halaman 134
dijelaskan sebagai berikut:

... ...

Jika suami sengaja tidak mau menyetubuhi isterinya sehingga isterinya


merana, lalu isterinya itu mengadukan kepada Hakim tentang deritanya
karena tidak disetubuhi, maka hakim berwenang untuk menceraikannya
berdasarkan ijtihadnya;

,

,

Jika kepergian suami meninggalkan isterinya dengan alasan yang dapat
diterima, seperti alasan untuk menuntut ilmu atau pergi berdagang atau
sebagai pegawai yang dinas di luar kota atau tentara yang bertugas di
tempat yang jauh, dalam kondisi seperti ini isteri tidak dibenarkan untuk
menggugat cerai. { Fiqh Al-Sunnah, Juz 2, Halaman 250 }

,
,
... ,
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

Jika kepergian suami tersebut jauh, tidak mudah mencapai ke tempat


kediamannya, atau tidak diketahui tempat kediamannya, atau hilang
(mafqud), dan telah terbukti tidak ada hartanya yang ditinggalkannya yang
dapat dipergunakan oleh isteri sebagai nafkahnya, maka Hakim dapat
menjatuhkan talak {Fiqh As-Sunnah, Juz 2, Halaman 248}


,

.
Isteri yang suaminya dipenjara karena melakukan tindak pidana yang
hukumannya ditetapkan 3 (tiga) tahun atau lebih, ia dapat mengajukan talak
bain ke Pengadilan setelah suaminya menjalani satu tahun masa hukuman,
karena tindakan tersebut menyengsarakan isteri meskipun suami memiliki
harta yang dapat dimanfatkan oleh isteri sebagai nafkahnya. {Fiqh AlSunnah, Juz 2, Halaman 251}

,
,
...
Ahmad bin Hambal berpendapat, bahwa jangka waktu minimal yang
dibenarkan bagi isteri untuk menggugat cerai adalah setelah 6 (enam)
bulan (dari kepergian suami tanpa izin), karena masa tenggang waktu
tersebut merupakan masa bagi isteri yang mampu menahan kesabaran
ditinggal pergi oleh suaminya {Fiqh Al-Sunnah, Juz 2, Halaman 250}


( )

Bahwasanya seorang wanita mengadu kepada Rasulullah SAW.: Wahai


Rasulullah, sesungguhnya anak saya ini perutkulah yang mengandungnya,
air susuku yang diminumnya, dan pangkuankulah tempat penjaganya, Kini
ayah anak ini telah menceraikanku dan dia bermaksud memisahkan anakku
dariku, lalu Rasulullah SAW bersabda: Engkau lebih berhak terhadap
anakmu selama engkau belum menikah lagi. {Sunan Abi Daud, Jilid II,
halaman 283, Hadits Nomor 2276/Kitab Al-Thalaq 1938;
Dengan demikian jika ibu (dhi. Penggugat) telah menikah lagi, maka
lepaslah hak hadhanahnya;
Menimbang, bahwa siapa yang dipilih oleh si anak, maka dialah yang
lebih berhak mengasuhnya, sebagaimana tersebut dalam sebuah Hadits
dari Abu Hurayrah yang ditakhrijkan oleh Imam Abu Daud sebagai berikut :



...



Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

Nabi SAW. bersabda: Ini ayahmu dan ini ibumu. Pilihlah mana yang kau
sukai. Lalu anak itu memilih ibunya, Sunan Abi Dawud,, Kitab AlThalaq, Hadits Nomor 1939;

,
. :
: . :
[ ] . .

Bahwa Rofi bin Sinan telah masuk Islam sedangkan isterinya enggan
masuk Islam, lalu isterinya datang menghadap Nabi SAW dan berkata: Ini
anak perempuanku, dia telah disapih atau hampir disapih, Lalu Rofi
menyahut : Ini anak perempuanku. Lalu Nabi SAW berdoa : Ya Allah
berilah anak ini hidayah (petunjuk). Kemudian anak perempuan tersebut
condong kepada ayahnya (Rofi bin Sinan), maka diambilnyalah anak
perempuannya itu.
{Fiqh Al-Sunnah, Jilid II, halaman 292, Sunan Abi Dawud, Kitab Al-Thalaq,
Hadits Nomor 1916}.
Syarat-syarat Hadhanah tersebut sebagaimana ditegaskan oleh
seorang pakar hukum Islam dalam kitab Kifayah Al-Akhyar () ,
Juz II halaman 152 juncto kitab Al-Iqna Fi Halli AlFazhi Abi Syuja (
) Juz 2 Halaman 195-196 sebagai berikut:

Syarat-syarat hadhonah itu ada 7 (tujuh): 1. Berakal sehat [waras]; 2.


Merdeka; 3. Beragama Islam; 4. Iffah; 5. Dapat dipercaya; 6. Bertempat
tinggal tetap/satu tempat kediaman dengan anak yang diasuh; 7. Tidak
bersuami/belum kawin lagi. Apabila salahsatu syarat tidak terpenuhi, maka
gugurlah hak hadhonahnya itu.;
Hadhanah ialah: Melaksanakan pengasuhan terhadap anak-anak
yang masih kecil baik laki-laki maupun perempuan atau yang sudah besar
tetapi belum tamyiz;
Mengasuh anak yang masih kecil hukumnya wajib, sebab
mengabaikannya berarti membiarkan anak terlantar dan menghadapkan
anak kepada masa depan yang suram dan bahaya kerusakan;
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

Menimbang, bahwa majelis hakim berpendapat bahwa sekalipun ada


orang lain yang secara sukarela menafkahi anak tersebut yang masih
menyusu, hal itu tidaklah dapat menggugurkan hak ibu kandungnya (dhi.
Penggugat) untuk mengasuh anaknya yang masih menyusu itu, sebab ibu
kandung itu lebih perasa, lebih lembut, lebih kasih, dan lebih sayang dan
lebih banyak waktu, oleh karena itu Penggugat lebih berhak mengasuh
anak kandungnya selama belum menikah lagi dengan laki-laki lain dan atau
selama anak tersebut belum tamyiz (belum berusia 12 tahun), dan jika anak
tersebut sudah berusia 12 tahun, ia dapat memilih ikut tinggal bersama
ibunya (Penggugat) atau ayahnya (Tergugat);

. }
{ }
.{
Dan diantara syarat hadhonah yaitu mempunyai sifat iffah dan amanah
{Iffah yaitu mencegah diri dari perbuatan halal dan tidak terpuji. Sedangkan
amanah adalah lawan khianat}, maka tidak ada hak hadhanah bagi isteri
yang fasik (yang termasuk wanita yang fasik itu antara lain ialah yang
meninggalkan shalat ). Al Bajuriy Juz II halaman 198;
Bahwa Termohon diragukan keIslamannya karena telah sengaja
meninggalkan shalat, oleh karena itu untuk keselamatan lahiriyah maupun
batiniyah (dunia dan akhirat) anak-anak dalam masa perkembangannya itu
tidak layak diserahkan kepada Termohon sebagai ibunya karena ibunya
tidak memenuhi syarat sebagai pemegang hak asuh (hak hadhanah);

Dalam Shahih Muslim, kitab al-Ayman, hadits nomor 3141


ditegaskan sebagai berikut:

Rasulullah
SAW.
Bersabda:
"Hak
anak-anak
untuk
mendapatkan makanan dan pakaian, dan tidak dibebani untuk berbuat
kecuali yang mampu ia perbuat".

Firman Allah SwT dalam Surat ke 65 )Ath-Thalaq( Ayat 6 sebagai


berikut:






Artinya: Maka berilah nafkah kepada mereka (isteri-isteri yang kamu talak)
sampai mereka melahirkan, jika mereka menyusui anak-anak kamu maka
berikanlah upahnya kepada mereka. Dan rundingkanlah urusannya
diantara kamu sekalian dengan baik, dan jika kamu sekalian berselisih,
maka bolehlah ia (suami) menyusukannya (mengupahkan susuan) kepada
perempuan lain;
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

Firman Allah SwT dalam Surat ke 65 (Ath-Tholaq) Ayat 7 sebagai


berikut:

...







Orang yang mampu hendaklah memberi nafkah menurut kemampuannya.
Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta
yang diberikan Allah kepadanya ;





Tidak ada kewajiban membayar mahar atas kamu jika kamu menceraikan
isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum
kamu menentukan maharnya. Dan hendaklah kamu berikan suatu mutah
(pemberian) kepada mereka, Orang yang mampu menurut kemampuannya
dan orang yang miskin menurut kemampuannya pula, yaitu pemberian
menurut yang patut. Yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orangorang yang berbuat kebaikan {Al-Baqoroh, Ayat 236 };
Al-Quran surat Al Baqoroh Ayat 233 yang berbunyi sebagai berikut:

[.. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan

cara yang maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan sesuai dengan


kesanggupannya];

Dari Aisyah ra. Bahwasanya Hindun binti Utbah berkata: Wahai Rasulullah
SAW. Sesungguhnya Abu Sufyan (suamiku) itu orang yang bakhil (sangat
pelit), ia tidak memberi yang cukup untukku dan untuk anakku kecuali jika
aku ambil ketika dia tidak tahu. Jawab Rasul SAW: Ambillah yang cukup
untukmu dan untuk anakmu dengan layak { Hadits Ditakhrijkan oleh AlBukhoriy dalam Kitab An-Nafaqot, Hadits Nomor 4945};
(Jangan Berlebihan Atau Boros);
Dari Ibn Abbas RA. bahwasanya Nabi SAW. bersabda:

...
Persamakanlah di antara anak-anakmu dalam pemberian {Fiqh AsSunnah, Jilid 3, Halaman 393};
Memperhatikan Al-Quran Surat Ath-Tholaq ayat 6 :
... )Tempatkanlah mereka
(para isteri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan
janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka],
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A


" " :
{ }
Bersumber dari Fatimah binti Qois, dari Nabi SAW. beliau bersabda
tentang wanita yang ditalak tiga: Ia tidak berhak mendapat tempat tinggal
dan juga tidak berhak mendapat nafkah {Hadits Riwayat Muslim};


{ }
Bagi perempuan yang menjalani masa iddah raji mempunyai hak tempat
tinggal (maskan), nafkah dan pakaian (kiswah). {Al-Iqna Juz 2 H. 46 };


{ }
Hak nafkah itu gugur apabila telah lewat waktu menurut kesepakatan ulama
fiqih, kecuali nafkah untuk isteri {Asy-Syarqowiy Juz 2 Halaman 212};
Sejalan dengan Al-Quran Surat ke 2 )Al-Baqoroh( Ayat 241 dan Surat
Al-Ahzab ayat 49 sebagai berikut:

{ }

[Dan kepada isteri-isteri yang ditalak hendaklah diberikan oleh mantan


suaminya suatu mutah secara maruf merupakan suatu kewajiban bagi
orang-orang yang bertakwa] ;

...


}...












{
kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya, maka
sekali-kali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya. Senangkanlah hati mereka (para isteri) dengan
pemberian dan lepaskanlah mereka dengan baik. { Surat Al-Ahzab, Ayat
49 };
juga pernyataan Ibnu umar dan Ibnu Syihab dalam Kitab Tanwir al-Hawalik
Syarh Ala Muwaththo Malik ( ) juz III,
Bab Mutah Tholaq, halaman 94 sebagai berikut : { Bagi
setiap isteri yang ditalak ada mutahnya};
Seperti dalam kitab Al-Syarqowiy Ala At-Tahrir ( )
Juz IV halaman 275 sebagai berikut :




.
Dan pemberian mutah itu yang disukai adalah tidak kurang dari (minimal)
30 dirham dan tidak lebih dari seperdua mahar, maka tidak ada batas
wajibnya. Tetapi jika kedua belah pihak sama-sama rela dengan jumlah
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

suatu mutah, maka disitulah batas wajibnya. Tetapi jika kedua belah pihak
complain tentang besarnya mutah, maka hakim yang menetapkannya
dengan memperhatikan kondisi keduanya;



.
Jumhur Foqoha berpendapat bahwa perempuan yang mengkhulu tidak
memperoleh mutah karena posisinya sebagai pihak yang memberi;
sama halnya dengan perempuan yang ditalak sebelum dicampuri
setelah ditentukan maharnya. {Bidayah Al-Mujtahid, Juz II, Halaman 98}.
Bahwa nafkah dan tempat tinggal hanyalah hak bagi perempuan yang
suaminya ada hak rujuk atau dalam kondisi hamil;

Bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Fatimah binti Qois: Tidak ada
nafkah bagimu kecuali kalau kau hamil { Sunan Abi Daud Juz II, halaman
287};

( ) ... ...
[ Orang-orang muslim itu terikat dengan syarat-syarat (perjanjianperjanjian) mereka] Subul al-Salam Juz 3 halaman 111;

: :
} .
{
Dari Utbah bin Amir dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya diantara syarat-syarat yang paling berhak untuk dipenuhi
ialah syarat yang karenanya kamu memperoleh halal kehormatannya.
{ HR. Muslim }.;


( )
(suami yang menggantungkan talak pada suatu sifat, maka jatuhlah
talaknya itu dengan terwujudnya sifat tersebut sesuai dengan ucapannya
itu). Al-Syarqawiy Ala at-Tahrir
halaman 302};

( )

Juz 2

Apabila suami menggantungkan talak dengan suatu syarat, maka jatuhlah


talaknya itu tatkala terpenuhinya syarat tersebut. {Tanwir Al-Qulub, hlm.
359};



Suami yang bertalik (menggantungkan talak) atas suatu perbuatan atau
perkataan, maka jatuhlah talaknya karena terwujudnya sifat yang ditalikkan
sekalipun masanya sudah lewat cukup lama dan tidak boleh mencabut
kembali talik talaknya itu. {Al-qowanin Asy-Syariyyah, Halaman 115};
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

1
0

Sebagaimana doktrin pakar hukum Islam dalam kitab Al-Muhadzdzab


) Juz II halaman 164 sebagai berikut :

Setiap syarat yang bertentangan dengan dasar-dasar syariah adalah


batal

Sesungguhnya talak itu hanyalah hak orang yang memegang kendali


(suami). Sunan Ibni Majah, Juz I, halaman 654 kitab al-Thalaq, Hadits
nomor 2073





} :
{
] 6 : [
:
}
6 : { [
Apabila suami telah mentalak isterinya setelah dukhul dengan talak satu
raji, maka wajiblah dia memberikan kepada mantan isterinya itu biaya
maskan (tempat tinggal) dan nafkah selama dalam iddah (masa transisi).
Al-Muhadzdzab Juz II, Halaman 176.
Juga berdasarkan doktrin para pakar hukum Islam yang termaktub dalam
kitab Ianah al-Tholibin ( ) Juz IV halaman 90 sebagai
berikut:

Apabila komunikasi dengan suami telah terputus dan tidak ada pula harta
yang ditinggalkannya untuk isteri, maka si isteri boleh mengajukan fasakh;
Al-Muhadzdzab ( ) juz II halaman 175 sebagai berikut:




[Apabila sudah ada tamkin sempurna (hidup serumah / isteri taat), maka
suami wajib memberikan nafkah, dan jika suami tidak memberikannya
hingga lewat satu masa, maka nafkah tersebut menjadi hutang dalam
tanggungannya, dan tidak akan gugur hutang nafkah tersebut karena
berlalunya waktu];
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

1
1

Kaidah umum tentang wajibnya memberikan nafkah adalah sebagai


berikut:



Setiap orang yang menahan hak orang lain ataupun kemanfaatannya,
maka
ia
bertanggungjawab
membelanjainya/memberikan
biaya
belanja/living cost. (Fiqh As-Sunnah / ) Juz II halaman 48);Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan ketentuan Pasal
149 huruf b Kompilasi Hukum Islam juga memperhatikan Al-Quran Surat
Ath-Tholaq Ayat 6:
... [Tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu
bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka];
Menimbang bahwa sejalan dengan suatu kaidah fiqhiyah sebagai
berikut:

(Hak itu tidak akan gugur karena

kadaluarsa); Oleh karena itu berlakulah secara umum Hadits Rasul yang

berbunyi sebagai berikut:


Sunan Abi Dawud Hadits Nomor 1830:

[Dari Hakim bin Muawiyah Al -Qusyairiy dari ayahnya ia berkata : Wahai


Rasulullah apakah kewajiban seseorang diantara kami terhadap isterinya?
Beliau bersabda: Hendaklah engkau memberinya makan apabila engkau
makan, dan memberinya pakaian apabila engkau berpakaian, dan
janganlah memukul wajahnya, dan janganlah menjelek-jelekannya, dan
jangan pula berpisah dengannya kecuali masih dalam satu rumah] Sunan
Abi Daud Juz II halaman 233;

Cacat yang membolehkan fasakh ada 7 (tujuh): gila (gila permanen atau
gila temporer), kusta, belang, penis (zakar) terpotong, impoten (unnah),
vagina (kemaluan isteri) tertutup daging (rotaq) dan vagina tertutup
tulang (qoron). Mughniy Al-Muhtaj, Juz II, Halaman 202;

,
.

{ } ...
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

1
2

Diantara cacat-cacat nikah pada wanita yaitu: Rotaq ( vagina tertutup


daging) dan Qoron (vagina tertutup tulang); sedangkan pada laki-laki
yaitu: Jabb (penis terpotong) dan Unnah (impotensi). Dengan adanya
kecacatan tersebut suami isteri pada waktu itu juga segera berhak khiyar
(memilih fasakh nikah) dengan syarat dilakukan dihadapan Hakim..
{ Fathul Muin, Halaman 106 }.















Anunya seperti ujung kain


,

...
Khulu hanya dibenarkan jika ada alasan yang benar, seperti suami cacat
badan, atau buruk akhlaknya atau tidak memenuhi kewajibannya terhadap
isterinya sementara si isteri khawatir akan melanggar hukum-hukum Allah
{ Fiqh As-Sunnah, Juz 2, Halaman 256 };




Apabila isteri tidak lagi cinta kepada suaminya lantaran jelek dipandang
atau karena tidak baik dalam menggauli isterinya sementara si isteri
khawatir tidak dapat akan dapat melaksanakan hak-hak suaminya, maka
isteri diperbolehkan mengajukan cerai dengan khulu dengan
membayar/mengganti iwadh. {Al-Muhadzdzab Juz 2 Halaman 75};



Pihak suami dibenarkan dengan sumpahnya tentang tidak adanya tamkin,
sedangkan pihak isteri dibenarkan dengan sumpahnya tentang tidak
adanya nusyuz dan tidak adanya pemberian nafkah dari suami kepadanya.
{Ianah al-Thalibin, Juz IV halaman 60-61};

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

1
3

Artinya : Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua,


tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut akan tidak dapat
berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja ;
Menimbang, bahwa Kompilasi Hukum Islam di Indonesia tidak ada
mengatur tentang perkara perkawinan yang pindah agama sedangkan
berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang nomor 14 Tahun 1970 Hakim
dilarang menolak perkara dengan alasan hukumnya tidak ada atau kurang
jelas, maka oleh karena itu Majelis akan mencari hukum dalam hukum tidak
tertulis;
Menimbang, bahwa berdasarkan pendapat jumhur Ulama Fiqih
bahwa perkawinan yang dilaksanakan oleh orang-orang yang belum
beragama Islam dipandang sah dan apabila mereka memeluk Agama Islam
pernikahan tersebut tidak perlu diulangi lagi, hal ini sesuai dengan doktrin
dalam kitab Subul As-Salam Jilid III Halaman 255 sebagai berikut:




.

Artinya: Hadits ini merupakan dalil atas pengakuan terhadap pernikahan
orang-orang non muslim sekalipun berbeda dengan pernikahan Islam. Isteri
tidak dapat dipisahkan dengan suaminya kecuali dengan talak setelah
mereka memeluk Agama Islam dan pernikahan tersebut tetap berlangsung
setelah mereka masuk Islam, tidak perlu memperbaharui akad nikah.
Pendapat ini dianut oleh madzhab Maliki, Ahmad dan Syafii ;
Hal tersebut berdasarkan Kaidah Kulliyah dalam Kitab Al-Asybah wa
An-Nazhoir oleh Imam As-Suyuthiy, halaman 82 yang menegaskan sebagai
berikut:


Hukum cabang itu (Accessoir) menjadi gugur apabila hukum yang pokok
gugur.;


Pengikut itu (accessoir) menjadi gugur karena gugurnya yang diikuti;
Kitab Al-Anwar Juz II halaman 55 sebagai berikut :


Apabila penghalang telah hilang, maka hukum yang dihalangi kembali
seperti semula;

Apabila Tergugat/Termohon membangkang atau bersembunyi atau tidak


diketahui tempat tinggalnya, maka hakim boleh menjatuhkan Putusan
berdasarkan bukti;
Menimbang bahwa kriteria isteri yang sholihah itu adalah
sebagaimana digambarkan dalam suatu Hadits Qouliy yang termaktub
dalam kitab Fiqh Al-Sunnah Jilid II halaman 177 sebagai berikut:
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

1
4



- -
Maksudnya :Isteri yg baik itu ialah isteri yg bila kau pandang dia
menyenangkanmu [bisa membuat suami gembira,isteri yang penuh kasih
sayang kepada suami, selalu dalam keadaan bersih, rapih, lemah lembut
dan mengerti dengan perasaan suami], dan bila kau perintah ia
mematuhimu, bila kau beri janji diterimanya dengan baik, dan bila kau pergi
dijaganya dirinya dan hartamu;
Firman Allah dalam Surat Ar-Rum Ayat 21 yang berbunyi sebagai
berikut:













Artinya : Dan sebahagian dari tanda-tanda kebesaranNya ialah telah
diciptakan bagi kamu pasangan isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung hidup tenang dan merasa tenteram bersamanya, dan
dijadikan-Nya kasih dan sayang diantaramu;

Artinya: Sesuatu yang disyaratkan dengan beberapa syarat, salah satu


syarat tidak ada, maka tidak ada pula sesuatu itu {Asjmuni A. Rahman,
1976: 109}
Menimbang, bahwa masalah nasab (keturunan) almarhum telah
diperkuat dengan keterangan para saksi sesuai dengan ibaroh/kaidah
hukum dalam Kitab Bughyah Al-Mustarsyidin ( ) halaman
155 sebagai berikut:



Adanya hubungan nasab (keturunan) tidak dianggap sah kecuali jika dapat
dibuktikan dengan bukti yang sempurna yaitu cukup dengan 2 (dua) orang
saksi laki-laki.;
Menimbang, bahwa apabila terjadi cerai mati, maka separoh harta
bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama (Pasal 96 ayat 1
Kompilasi Hukum Islam) dan juga dapat dipahami Ayat 32 Surat An-Nisa
sebagai berikut;





...







( ) ...

Artinya: Bagi orang laki-laki ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita pun ada bahagian dari apa yang
mereka usahakan ;
Menimbang, bahwa hak bagian tersebut di atas sesuai dengan
Firman Allah SwT dalam Surat An-Nisa (surat ke 4) ayat 11 sebagai berikut:



...
...









( )

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

1
5

Artinya : jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh


seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan ;
Menimbang, bahwa hak bagian (porsi) isteri sebagai ahli waris adalah
sebagaimana muatan Pasal 180 Kompilasi Hukum Islam yang menentukan
bahwa "... Janda (dhi. Tergugat I/Tergugat II Intervensi) mendapat
seperempat bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak ..." sejalan
dengan firman Allah SwT. dalam Surat Al-Nisa (surat ke 4) Ayat 12 sebagai
berikut:

) ...
...











Artinya: Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan


jika kamu tidak mempunyai anak. ;
Menimbang bahwa sisa dari harta warisan yaitu 3/4 (tiga perempat)
bagian dibagiwariskan kepada saudara-saudara perempuan kandung
pewaris (Para Penggugat/Tergugat I Intervensi dan Penggugat intervensi
sebagai ahli waris Pengganti yang menggantikan posisi saudara
perempuan kandung pewaris yang telah meninggal terlebih dahulu);
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 182 Kompilasi Hukum Islam
yang menentukan bahwa "Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan
ayah dan anak (kalalah), sedang ia mempunyai satu saudara perempuan
kandung atau seayah, maka ia mendapat separoh bagian. Bila saudara
perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara perempuan kandung
atau seayah dua orang atau lebih, maka mereka bersama-sama mendapat
dua pertiga bagian..." sejalan dengan Al-Quran Surat Al-Nisa Ayat 176
sebagai berikut:


















...

Artinya: Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah. Katakanlah:
"Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang
meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara
perempuan maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta
yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh
harta saudara perempuan) jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara
perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan oleh orang yang meninggal ...;
Dan Ayat 33 Surat Al-Nisa sebagai berikut:



...

Artinya: Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu
bapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya;
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 185 Ayat (1) Kompilasi
Hukum Islam yang menegaskan bahwa Ahli waris yang meninggal terlebih
dahulu daripada si pewaris, maka kedudukannya dapat digantikan oleh
anaknya...;
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

1
6

Menimbang, bahwa Penggugat II, Penggugat III, Penggugat IV dan


Tergugat II adalah sebagai ahli waris ashobah bil ghoir, maka ketentuan
pembagian selanjutnya adalah bagian untuk seorang anak laki-laki adalah
dua kali bagian seorang anak perempuan sesuai dengan Al-Quran Surat ke
4 (An-Nisa) ayat 11 sebagai berikut :

...

( ) ...

Artinya: Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian warisan untuk)


anak-anakmu. Yaitu bahagian seorang anak laki-laki sama dengan
bagian dua orang anak perempuan;
Al-Quran Surat An-Nisa ayat 7:

Bagi laki-laki ada bahagian dari harta peninggalan kedua orang tuanya dan
kaum kerabatnya, dan bagi perempuan ada bahagian dari harta
peninggalan kedua orang tuanya dan kaum kerabatnya, sama ada
bahagian itu sedikit atau banyak sesuai menurut bahagian yang telah
ditentukan ;Hal tersebut berdasarkan sebuah kaidah fiqhiyyah dalam kitab Al-Asybah
wa Al-Nazhoir halaman 103 sebagai berikut:

Barangsiapa tergesa-gesa / mempercepat (untuk mendapatkan) sesuatu


sebelum tiba saatnya, maka dihukum tidak memperolehnya. (Ahli waris
yang membunuh pewaris, maka ahli waris tersebut diharamkan
memperoleh harta warisan si pewaris karena ingin cepat memperolehnya);


Sesuatu yang haram mengambilnya, berarti haram pula memberikannya.
( Al Asybah wa al-Nazhoir, halaman 102 );
Sabda Rasululloh SAW. kepada Sad:

...
, } ...
{ ,
Sepertiga itu sudah banyak, sesungguhnya kalau engkau tinggalkan para
ahli warismu dalam kondisi kaya lebih baik daripada engkau tinggalkan
mereka dalam keadaan melarat mengadahkan tangan (meminta-minta)
kepada orang lain. {Shohih Muslim, Juz II, halaman 12 };



...

Wasiat itu tidak boleh kepada ahli waris kecuali para ahli waris yang lain
membolehkannya. {Kifayah al-Akhyar () , Juz II, halaman 32};Sabda Rasulullah saw. sebagai berikut:
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

1
7

{}

Perempuan mana saja yang menikah tanpa seizin walinya, maka nikahnya
batal.
(diucapkan 3 kali). Sunan Abi Daud Juz 2 halaman 229 Hadits
Nomor 2083;
Kaidah-kaidah Fiqhiyyah dalam Kitab Al-Asybah Wa An-Nazhoir
halaman 104 dan 95:


(Hak Perwalian yang lebih dekat lebih diprioritaskan daripada perwalian
yang jauh);

[Dispensasi (keringanan) itu tidak dibenarkan dihubungkan dengan


kemaksiatan];
Pendapat pakar hukum Islam dalam kitab Bughyah al-Mustarsyidin halaman
214 sebagai berikut:

Artinya: Seseorang yang malaksanakan akad nikah tetapi kurang atau


tidak terpenuhinya sebagian syarat-syaratnya, maka fasidlah nikahnya itu;

:
Fathul Muin, Hlm. 103 / Ianah Ath-Tholibin: III, Hlm. 314;
Ketentuan Kompilasi Hukum Islam pasal 7 ayat (3) huruf e jo. dalil
fikih dalam kitab Al-Anwar Juz II halaman 461 sebagai berikut:



Artinya : Apabila seorang laki-laki berkata : Fulanah isteriku, dan sekalipun
ia tidak merinci tetapi perempuan itu membenarkan pernyataan lelaki itu,
atau wali mujbirnya, maka telah dianggap cukup;


[Ikrar (pengakuan) seorang mukallaf yang tidak terpaksa dapat diterima
secara sah] Fathul Muin, hal. 91;

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

1
8








.




.



1
9

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

.



.












.






.






-








.












(



)




















.



.















-




.






2
0

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

2
1

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

)
(


.






) Juz IV halaman ( Dalam kitab Ianah al-Tholibin
275 dijelaskan sebagai berikut:

Persaksian mengenai penikahan itu wajib menyebutkan tanggal, waktu dan


;tempat terjadinya pernikahan tersebut
Sabda Nabi SAW :




2
2

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

, , } ...
{
Sesungguhnya yang halal itu sudah jelas, dan yang harampun sudah jelas,
dan diantara keduanya adalah syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui
oleh kebanyakan orang. Barangsiapa memelihara dari syubhat, maka ia
bersih agamanya dan kehormatannya, dan barangsiapa menjatuhkan diri
pada syubhat, maka jatuhlah ia ke dalam hal yang haram, bagaikan
pengembala yang mengembala di sekitar area terlarang yang hampirhampir ia mengembala di dalamnya { Shohih Muslim, Juz I, halaman
697-698};
- Dasar-dasar Ishlah :

} ...









{
Dan jika seorang wanita (isteri) khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh
dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan
perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi
mereka) Q.S. 4 ( An-Nisa ) ayat 128;

{ }



Dan jika kamu khawatir ada pertengkaran antara keduanya, maka utuslah
seorang hakam dari pihak keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan
perdamaian, pasti Allah memberikan taufiq kepada suami isteri itu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. { An-Nisa: 35};






















{ } .





Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri-isterimu
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu
cenderung (kepada yang kamu cintai) sehingga kamu biarkan yang lain
terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan ishlah (perdamaian) dan
memelihara diri dari kecurangan, maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. { An-Nisa : 129 };


}...






...
{

Dan suami-suaminya berhak merujuknya dalam masa tunggu itu jika


mereka (para suami) itu menghendaki ishlah { Al Baqoroh : 228 };


{ }



Tetapi barangsiapa khawatir terhadap orang yang berwasiat itu berlaku


berat sebelah atau berbuat dosa lalu ia mendamaikan antara mereka, maka
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

2
3

tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi


Maha Penyayang. { Q. S. 2 (Al-Baqoroh) : ayat 182 };








{ }...



Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai


penghalang untuk berbuat kebajikan, bertaqwa dan mengadakan ishlah
diantara manusia. { Surat Al-Baqoroh, Ayat 224 };

} ...
{
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka
damaikanlah antara keduanya. { Q.S. ke 49 (Al-Hujurot) ayat 9 };

...
{ }
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah
antara kedua saudaramu itu { Al-Hujurot : 49 };
Sunan al-Turmudziy, kitab al-Ahkam, Hadits nomor 1272:




:
.

, , , ,}
{ :
Dari Amru bin Auf Al-Muzanniy ra. bahwa Rasululloh SAW. bersabda:
Perdamaian antara sesama orang muslim itu dibolehkan, kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram, dan (muamalah) orang-orang muslim itu berdasarkan syarat-syarat
yang mereka perjanjikan, kecuali syarat yang mengharamkan sesuatu yang
halal atau menghalalkan sesuatu yang haram. {Al-Shonaniy, Subul alSalam Syarh Bulugh al-Marom, Juz III, halaman 111, Hadits Nomor: 821 }.
Sunan Abi Daud, Jilid II, halaman 304, Hadits Nomor: 3594;
- Macam-macam Ishlah :

:

.
,) (
.
.
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

2
4

Islah itu ada beberapa macam; yaitu ishlah antara kaum muslimin
dengan kaum musyrikin, ishlah antara pemerintah dengan para makar,
ishlah antara suami dengan isteri ketika terjadi syiqoq, dan ishlah dalam
masalah muamalah dan hutang piutang.
Ishlah itu ada 2 (dua) bentuk yang pertama yang berlaku antara dua
orang yang saling menggugat, dengan cara pengakuan atau bukan yakni
dengan cara ingkar ataupun diam saja, dan yang kedua adalah berlaku
antara penggugat dengan orang lain. {Abu Yahya Zakariyya, Fathul
Wahhab bi Syarh Manhaj al-Thullab, Jiddah: Al Haromain, tt. halaman
208 };

Hal ini sejalan dengan ketentuan Kompilasi Hukum Islam Pasal


174 ayat (1) dan (2) jo. Kaedah Hukum dalam Kitab Taisir al-Matsur
Fi Ilmi al-Faraidh, halaman 4 sebagai berikut:




Artinya: Apabila seluruh ahli waris berkumpul (dalam suatu pewarisan),
maka yang berhak menerima harta warisan ada lima kelompok, yaitu: ayah,
ibu, anak laki-laki, anak perempuan, suami atau isteri;
{Kitab Al-Ma'tsur Fi Ilmi Faraidh, h. 4}


:
: :


.

:
. -1
. -2
. -3

.

:
. - 1
. - 2
. - 3
. - 4
. - 5
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

2
5




.
:
.
: :
- 1 .
- 2 .
- 3 .
- 4 .
- 5 .
- 6
.
- 7 .
- 8 .
- 9
.
- 10 .
- 11
.
:
:
) ( .
) ( .
:
:

.
:


.
2
6

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

:

.
:
:
) ( .
)( .
:

.

:
:
: ) (1 )(2
). (3
: ) (4 .
: ) (5
.
: ) (6
:
: .
.
:
: ) (7 .
: .
_________
) (1 .
) (2 .
) (3 .
) (4 .
)( 5 .
) (6 .
) (7
.

2
7

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

Bahwa tujuan pokok syariat Islam adalah tahqiq al-adalah


{merealisasikan keadilan} dan jalb al-mashlahah {menarik/meraih

}kemashlahatan
QS. An-Nisa (4): 7




QS. An-Nisa (4): 11
















QS. An-Nisa (4) :12


QS. An-Nisa (4): 33



QS. An-Nisa (4): 176






2
8

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

Hadits Nabi dalam Shohih Al-Bukhoriy, Juz IV, Halaman 181, Syarh
Shohih Muslim, Halaman 53 sebagai berikut;

Bagikanlah faroidh (porsi-porsi yang telah ditentukan) itu kepada yang


berhak menerimanya, sedangkan selebihnya (sisanya) berikanlah untuk
laki-laki dan keturunan laki-laki yang terdekat:


.
Bagikanlah harta pusaka itu antara ahli waris dzawil furudh (pemilik porsi)
menurut Kitab Allah Azza wa Jalla (Al-Quran), adapun kelebihan bagianbagian tertentu (sisanya), maka untuk orang laki-laki yang paling utama.
{HR. Bukhariy dan Muslim}.

,

Sesunguhnya Nabi SAW. memberikan warisan kepada tiga orang nenek.
Dua orang nenek dari pihak ayah dan seorang dari pihak ibu. {Hadits Ibnu
Uyaynah dari Manshur dari Ibrahim}.
Hadits Nabi dari Jabir bin Abdillah yang ditakhrijkan oleh Abu
Daud, Juz II, Halaman 109 sebagai berikut:



Berikanlah 2/3 (dua pertiga) untuk 2 (dua) orang anak perempuan Sad, dan
berikanlah 1/8 (seperdelapan) untuk kedua orangtua anak tersebut (isteri
Sad), dan sisanya untukmu (paman dari dua orang anak tersebut);
Hadits ditakhrijkan oleh Ahmad, Abu Daud dan At-Turmudziy sebagai
berikut:


:
Dari Imron bin Hushoin bahwa seorang laki-laki datang mengahadap Nabi
SAW. seraya bertanya: Sesungguhnya anak laki-laki dari anak laki-lakiku
(cucu laki-laki) telah meningggal dunia, apa yang saya dapat dari
warisannya ? Nabi bersabda: Kamu (kakek) mendapat 1/6 (seperenam);
Hadits dari Surahbil menurut riwayat kelompok perawi hadits selain
Muslim (dalam Al-Bukhariy, hlm. 188); Abu Dawud, hlm. 108; Al-Tirmiziy,
hlm, 415; Sunan Ibni Majah II, (Cairo, Mustafa al-Babiy) tt, hlm. 909 sebagai
berikut:

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

2
9

Untuk seorang anak perempuan (seperdua), untuk cucu perempuan


(anak perempuan dari anak laki-laki) mendapat 1/6 (seperenam) sebagai
pelengkap 2/3 (dua pertiga), sisanya untuk saudara perempuan (saudari);-


.

...
Al-Mughiroh bin Syubah berkata: Saya pernah menghadiri Nabi
memberikan hak nenek sebanyak 1/6 (seperenam). Abu Bakr bertanya:
Apakah ada orang lain selain kamu yang mengetahuinya? . Lalu
Muhammad bin Maslamah Al-Anshoriy berdiri seraya berkata seperti yang
dikatakan Al-Mughiroh bin Syubah;
Hadits Nabi dari Usamah bin Zayd menurut riwayat Al-Bukhariy,
Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidziy dan Ibnu Majah (Al-Bukhoriy, hlm. 94; AnNawawiy, hlm 52; Abu Dawud, hlm. 112; At-Tirmidziy, hlm. 432; Ibnu Majah,
hlm. 110) sebagai berikut:
Shahih al-Bukhariy Hadits nomor 6267:

Seorang muslim tidak mewarisi non muslim, dan non muslim tidak mewarisi
seoang muslim;
Sunan Abi Dawud, kitab al-Faraidh, Hadits nomor 2523:

Sabda NABI SAW. : {Pemeluk dua agama yang berbeda tidak saling
mewarisi}.
Sunan al-Darimiy, kitab al-Faraidh, Hadits nomor 2870 sebagai berikut:

Sunan Ibni Majah, Hadits nomor 2725:

Hadits Nabi dari Abu Huroyroh menurut riwayat Ibnu Majah:


Pembunuh tidak boleh mewarisi;
Sunan al-Turmudzi kitab al-Faraidh Hadits nomor 2030:

Saudara laki-laki ibu menjadi ahli waris bagi yang tidak ada ahli warisnya;
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

3
0

Hadits Nabi dari Jabir bin Abdullah menurut riwayat Ibnu Majah
(Ibnu Majah, hlm. 919);
Sunan Ibni Majah, kitab Al-Faraidh, Hadits Nomor 2741 sebagai berikut:





Seorang bayi tidak berhak menerima warisan kecuali ia lahir dalam keadaan
bergerak dengan jeritan. Gerakannya diketahui dari tangis, teriakan dan
bersin;


Sabda Rasulullah SAW: Anak hasil zina itu adalah untuk wanita pezina, dan untuk
orang yang berzina itu adalah batu (hukuman rajam) { Shohih Muslim, Juz I Hal.
619 };

Anak yang sah disebabkan oleh pernikahan yang sah;


.
Nabi menjadikan warisan anak lian kepada ibunya dan ahli warisnya.

{ Hadits ditakhrijkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim }.

Dalil-dalil Al-Ijma

:
, , }
{ :

:


Ashobah maal ghoir itu terdiri dari saudari-saudari sekandung atau
saudari-saudari seayah bersama-sama dengan anak perempuan atau cucu
perempuan dari anak laki-laki terus ke bawah, dan pusaka mereka adalah
sisa harta peninggalan setelah ashhabul furudh mendapat warisan;
Maka ayah tiri tidak wajib memberikan nafkah kepada anak tirinya jika
ibunya sudah ditalak;
Seseorang mewakafkan hartanya dengan merugikan ahli waris, maka
wakafnya itu batal;


(Yang tetap berdasarkan bukti adalah seperti yang tetap berdasarkan
kenyataan);
Oleh karena keterangan 2 (dua) orang saksi yang dapat dipercaya telah
memberikan kesaksian bahwa si fulan yang hilang/ mafqud telah meninggal
dunia, maka majelis hakim dapat memutuskan status kematian al-mafqud,
Dalam kapasitasnya sebagai muwarrits, maka harta kekayaannya dapat
dibagikan kepada ahli warisnya;
Mafqud --- 4 tahun + iddah wafat (4 tahun 4 bulan 10 hari).
Pernyataan Khalifah Umar bin Al-Khoththob ra. :
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

3
1

Perempuan yang mana saja yang ditinggal pergi suaminya dan dia tidak
tahu dimana suaminya berada, maka hendaklah dia menunggu selama 4
(empat) tahun. Kemudian hendaklah ia beriddah selama 4 bulan 10 hari.
Setelah itu ia menjadi halal (untuk menikah dengan laki-laki lain);

Bidayah Al-Mujtahid, Juz II, Halaman 466; Al-Qodho Fi Al-Islam, Halaman


89

Fiqh As-Sunnah, Juz III, Hlm. 344


Kepada Penggugat/Pemohon dibebankan wajib bukti, sedangkan sumpah
dibebankan kepada pihak yang menyangkal.

Pengakuan adalah raja dari pembuktian dan dinamakan juga kesaksian


diri {Fiqh As-Sunnah, Juz III, Hlm. 329}
Diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah ra. bahwa Nabi SAW. bersabda:




Tidak diterima kesaksian orang yang berkhianat baik laki-laki maupun
perempuan, tidak pula diterima kesaksian orang yang menyimpan
kebencian terhadap saudaranya yang muslim, dan tidak diterima kesaksian
anak terhadap orangtuanya dan kesaksian orangtua terhadap anaknya;
Fiqh As-Sunnah, Juz III, Hlm. 336
Hadits diatas menjadi dalil penetapan nasab/keturunan anak pada wanita
yang melahirkannya (ibunya) bukan pada lelaki (ayahnya);

Tidak diterima kesaksian isteri terhadap suaminya, dan tidak pula diterima
kesakisan suami terhadap isterinya;
Fiqh As-Sunnah, Juz III, Hlm. 336

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

3
2

Hukum asal dalam memberi makna kalimat adalah menurut makna


hakikatnya;
Jika sebelum menggugat ia mengatakan akan memberi sesuatu kepada
seseorang, maka pemberiannya itu bukan termasuk wasiat;


Bukti tertulis itu sama kedudukannya dengan ucapan.


Ucapan Penerjemah diterima secara mutlak.


Adat kebiasaan itu dapat ditetapkan sebagai hukum


Sesuatu yang tidak dapat dicapai secara keseluruhan, tidak
ditinggalkan sebahagian;
Oleh karenanya, Tergugat telah berjanji untuk mengembalikan hutangnya
kepada Penggugat pada saat yang telah ditentukan namun pada saat itu
Tergugat masih belum memiliki uang secara keseluruhan (hanya
sebahagian), maka Tergugat harus mengembalikan utangnya itu
sebahagian dulu daripada tidak sama sekali;

SEKILAS RIWAYAT HIDUP PENULIS


( Halaman belakang Tesis }
HAFIFULLOH {terlahir HAFIFULLAH anak dari H. SABARUDDIN TAHIR
dan Hj. AMNAH}. Panggilan akrab: Afif . Sekarang adalah hakim pada
Pengadilan Agama Medan Kelas IA. Lahir tanggal 21 Mei 1960 bertepatan dengan
tanggal 27 Dzulqodah 1379 Hijriyah di Gang Penghulu Jalan Serdang {sekarang
Jl. Prof DR. H. Muhammad Yamin, SH} Medan, Sumatera Utara. Pada usia 4
tahun {belum sekolah} tepatnya Agustus 1964 ikut orangtua pindah ke Jakarta di
Rawaterate, Pulogadung. Menempuh pendidikan formal di SDN Pulogadung,
Jakarta Timur hingga tamat tahun 1972, {kelas III dan Kelas IV SDN di Kecamatan
Coblong, Bandung, Jawa Barat, berpisah dengan orangtua}; kemudian
melanjutkan sekolah di SMP Negeri LI (51) Klender, Jakarta Timur hingga kelas 3
(tahun 1975), lalu meninggalkan kedua orang tua, kembali pergi merantau
menuntut ilmu Agama dan Umum, nyantri di Pondok Pesantren Wali Songo
Ngabar, Ponorogo Jawa Timur hingga selesai, Setelah itu melanjutkan kuliah di
Fakultas Syariah Universitas Hasyim Asyari Pondok Pesantren Tebuireng,
Jombang, Jawa Timur hingga Sarjana Muda {BA.}, dan melanjutkan kuliah di
Fakultas Syariah Jurusan Qodho IAIN {Institut Agama Islam Negeri} Sunan Ampel
sampai selesai Sarjana Lengkap {Doktorandus (Drs.)}. Semasa remaja aktif di
organisasi Pelajar Islam Indonesia [PII] dan Pramuka, mengajarkan anak-anak
bahasa Arab, Nahwu, Shorof dan bahasa Inggris. Setelah lebih kurang 12 tahun
berpisah dengan orangtua {Ibunda meninggal tahun 1985 dan Ayahanda
meninggal tahun 1987 di Jakarta} Penulis kembali ke Jakarta. Tahun 1990 (usia
30 tahun) menikah dengan SITI ROKHANA di Magetan Jawa Timur gadis
Magetan berusia 20 tahun lulusan PGAN dan pernah kuliah di Fakultas Tarbiyah
IAIN Tulung Agung Jatim. Setelah dianugerahi anak pertama di Bukitduri Jakarta
Selatan. Tahun 1992 penulis mengikuti Test/Ujian Cakim (Calon Hakim pada
Pengadilan Agama) di Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Jakarta, ternyata penulis
lulus. Maka seusai pendidikan cakim, penulis ditempatkan bertugas sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pengadilan Agama Stabat {Kabupaten Langkat,
Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin
Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

3
3

Sumut}. Tahun 1995 melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas


Muhammadiyah Sumatera Utara {UMSU} Medan hingga selesai tahun 1998
dengan gelar Sarjana Hukum {SH}, Sebelumnya pada tahun 1997 diangkat
sebagai Hakim pada Pengadilan Agama Stabat. Tahun 2002 melanjutkan lagi
kuliah Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum (S2) Universitas
Muhammadiyah Jakarta {UMJ} dan lulus dengan nilai sangat baik pada bulan
September 2004 dengan gelar Magister Hukum (MH). Demikian Juga kakak
kandung penulis bernama Dra. Hj. Darmawati, MM. {Dosen Fak. Ekonomi
Universitas Jakarta (UNIJA) suaminya yakni abang ipar Penulis bernama DR. Drs.
H. Muchtar Ali, M.Hum.} meraih gelar Magister Humaniora dari PROGRAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA { UMJ } ini.
Setelah dikaruniai anak kedua, ketiga dan keempat {dua laki-laki dan dua
perempuan} yang lahir di Stabat Langkat, kemudian pada bulan Mei 2003 penulis
dimutasikan ke Pengadilan Agama {PA} Medan Kelas I A
Pernah Mengikuti Pendidikan Calon Hakim di Jakarta selama 11 (sebelas)
bulan (Diantara Staf Pengajarnya adalah Bapak DR. H. Abdul Gani Abdullah,
SH.), Kursus-kursus: English Intensive Course, Computer, Pelatihan Hisab Ruyat,
Hukum Kewarisan Islam, Temu Karya Ilmiah dan Seminar Nasional, Work Shop
kerjasama Mahkamah Agung-Australia, Simposium, yang diselenggarakan oleh
Perguruan Tinggi, Departemen/Instansi/Lembaga, Yayasan, dan tidak ketinggalan
pernah mengikuti Turnamen Kejuaraan Catur HIPMI Master Tingkat se-Sumatera
utusan Propinsi Sumatera Utara di hotel Garuda Plaza Medan dimana penulis
sempat menjungkalkan beberapa orang Pecatur Master Nasional [ MN ]
yang dimuat dalam koran harian ANALISA. { LULUS UJIAN TESIS Tanggal 11
September 2004 }; ------------------------------------------------------------------------------------

Dalam Shahih Muslim, Kitab al-Ayman, Hadits nomor 3141 jo.


Muwaththa' Malik, kitab al-Jami' ditegaskan sebagai berikut:






























...

Rasulullah SAW. Bersabda: "Hak mamluk (anak) untuk


mendapatkan makanan dan pakaian yang patut, dan dia tidak
dibebani untuk bekerja kecuali yang mampu ia kerjakan".
Senada dalam Musnad Ahmad, hadits nomor 7060 sebagai berikut:

1 :

.

Apabila salah seorang dari suami isteri murtad dari Islam dan tidak mau
kembali lagi sama sekali, maka akad nikahnya difasakh (dibatalkan)
disebabkan kemurtadannya yang terjadi mendatang/setelah akad nikah.
{Fiqh Al-Sunnah, Jilid 2, Bab Al-fasakh}.

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

3
4



.

.


.
.


)





} :





(





{

Hak asuh:


) - 2983










} :














:






:



:







{



















{(











}

Sunan Ibni Majah, Kitab Al-Thalaq,, Hadits nomor 2072 sebagai berikut:

Sunan Al-Daroquthniy, Kitab Al-Thalaq:


:
3
5

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A













Tentang Peletakan Asas-Asas Hukum Acara Peradilan Islam dapat
dilihat dari isi risalah (surat) yang dikirimkan oleh Khalifah Umar bin AlKhaththab r.a. kepada Abu Musa Al-Asyari Hakim di Kufah sebagai berikut:

" ,

, .


.
,
,
3
6

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A



.
,

,

.




.
,
,

,




,
,
.
.
"
1

KITAB AKHBAR AL-QUDHAT

), {Libanon, Bairut: Dar An- ( Muhammad Salam Madkur, Al-Qodho Fi Al-Islam

Nahdhoh, tt}, Cet. 16, hlm 27.

3
7

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A




,




") 306(

"


:
:


.






:


:
:

:







:

]

[
...







:



:




3
8

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A





.







.
.




.




.
Kitab Tabshirah Al-Hukkam Fi Ushul Al-Aqdhiyyah

3
9

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A



4
0

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

Kitab Mu'in al-Hukkam





":








4
1

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A


Kitab Fiqh Al-Sunnah
:


.
.

. .
:


4
2

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A



.

.

.

.






.











.

4
3

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

""HASYIYAH QALYUBIY
Kitab: Al-Nikah
Bab: Nikah al-musyrik

(
)



(





)



(
)


(


(









)


)



(





)
(
)











)
(


4
4

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

(







)


)

(




(





)











(









)

(
(








)


















.








:


) :

4
5

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A





""TUHFAH AL MUHTAJ FI SYARH AL-MINHAJ
Kitab: Al-Nikah
Bab: Nikah al-musyrik



( .

{











}



(



)













(





)

)

)

(






(









(



(










(
)












(



)














)
(


)


(




.



(
)


" "MUGHNIY AL MUHTAJ
Kitab: Al-Nikah
Fashal: Mu-an al-Zaujah Idza Aslamat
4
6

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A




)
)
(


(






(
)





)









(











)
(

)
(
(

)

















.




4
7

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A










"

" .

:
"

"














{.







.





:



.



4
8

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A



.







AL-MUHADZDZAB BAB QADR AL-NAFAQAH:

:
}
{ [ ] 233 :
] :
[

: } :
{ [
] 233 : ]
[

: :
} { [ 19 :

Bab al-I'sar bi al-Nafaqah:




4
9

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

] :
[
:




:


] : [



















5
0

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A










} :

{ [ ] 6 :

} :
{ [
6 :



:









{





} :


:


{
:









(









NAILUL AUTHAR:
} :




) - 2978







{

(


5
1

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A





}

:



:





{

}
:





{ (





(


)




Sunan Abi Dawud, Kitab al-Aqdhiyyah, Hadits nomor 3120:




} :

















{ .















{.

} :








5
2

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A














{.


.






.
5
3

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

Dalil Nash, Kaidah Hukum dan Doktrin


Disusun oleh Drs. HAFIFULLAH, SH., MH.
Pengadilan Agama Medan Kls I A

5
4

Anda mungkin juga menyukai