Anda di halaman 1dari 13

SUMBER : Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed.

3 jilid 2, Jakarta, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan darah dan urine, meliputi : a. Urinalisa b. Oksikologi urin c. Pada wanita dilakukan tes kehamilan Nilai elektrolit serum, tingkat kreatinin, dan glukosa. Lipase serum atau amylase sensitif sebagai marker trauma pancreas mayor atau usus. Semua pasien harus menceritakan riwayat imunisasi tetanusnya. Jika belum dilakukan maka diberikan profilaksis.

Pemeriksaan radiologi: Radiografi Radiografi dada membantu dalam diagnosis trauma abdomen seperti ruptur hemidiafragma atau pneumoperitonium. Ultrasonografi Pemeriksaan digunakan untuk mendeteksi hemoperitonium dan diinterpretasikan positif jika cairan ditemukan dan negatif jika tidak tampak cairan. Computed Tomography (CT) Scan CT scan tetap kriteria standar untuk mendeteksi kerusakan organ padat. CT scan abdomen dapat menunjukkan kerusakan yang lain yang berhubungan, fraktur vertebra dan pelvis dan kerusakan pada cavum toraks. Diagnostic peritoneal lavage DPL diindikasikan untuk trauma tumpul pada keadaan : (1) pasien dengan trauma tulang belakang (2) dengan trauma multiple dan syok yang tidak diketahui (3) Pasien intoksikasi yang mengarah pada trauma abdomen (4) Pasien lemah dengan kemungkinan trauma abdomen (5) pasien dengan potensial trauma intra-abdominal yang akan menjalani anestesi dalam waktu lama untuk prosedur yang lain. Kontraindikasi absolut untuk DPL yaitu pasien membutuhkan laparotomi. DPL dikontraindikasikan relatif pada keadaan : (1) kegemukan (2) riwayat pembedahan abdomen yang multipel (3) kehamilan.

SUMBER : Salomone, Joseph. 2007. Blunt Abdominal Trauma. Department of Emergency Medicine, Truman Medical Center, University of Missouri at Kansas City School of Medicine PENATALAKSANAAN Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Penilaian awal dilakuakan prosedur ABC jika ada indikasi, Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas. a. Airway Dengan kontrol tulang belakang jalan napas menggunakan teknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya. b. Breathing Dengan ventilasi yang adekuat memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara look, listen and feel tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan). c. Circulation Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tandatanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas. Pada penderita hipotensi, secepatnya perlu menentukan apakah ada cedera abdomen dan apakah itu penyebab hipotensinya. Penderita yang normal hemodinamisnya tanpa tanda-tanda peritonitis dapa dilakukan evaluasi yang lebih teliti untuk menentukan cedera spesifik yang ada atau adakah tanda tanda peritonitis ata perdarahan terjadi sekama observasi. Terapi Non Operatif Trauma Tumpul Abdomen Strategis manajemen nonoperatif berdasarkan pada CT scan dan kestabilan hemodinamik pasien yang saat ini digunakan dalam penatalaksanaan trauma organ padat orang dewasa, hati dan limpa. Pada trauma tumpul abdomen, termasuk beberapa trauma organ padat, manajemen nonoperatif yang selektif menjadi standar perawatan. Angiografi merupakan keutamaan pada manajemen nonoperatif trauma organ padat pada orang dewasa dari trauma tumpul. Terapi Operatif Trauma Tumpul Abdomen Indikasi laparotomi pada pasien dengan trauma abdomen meliputi: (1) tanda-tanda peritonitis (2) perdarahan atau syok yang tidak terkontrol (3) kemunduran klinis selama observasi (4) adanya hemoperitonium setelah pemeriksaan FAST dan DPL. Ketika indikasi laparotomi, diberikan antibiotik spektrum luas.

Saat laparatomi, biasanya insisi midline menjadi pilihan. Dilakukan kontrol perdarahan dengan: (1) memindahkan darah dan bekuan darah (2) membalut semua 4 kuadran (3) mengklem semua struktur vaskuler Kerusakan pada lubang berongga dijahit. Setelah kerusakan intra-abdomen teratasi dan perdarahan terkontrol dengan pembalutan, eksplorasi abdomen dengan teliti kemudian dilihat untuk evaluasi seluruh isi abdomen. Setelah trauma intra-abdomen terkontrol, retroperitonium dan pelvis harus diinspeksi. Jangan memeriksa hematom pelvis. Penggunaan fiksasi eksternal fraktur pelvis untuk mengurangi atau menghentikan kehilangan darah pada daerah ini. Setelah sumber perdarahan dihentikan, selanjutnya menstabilkan pasien dengan resusitasi cairan dan pemberian suasana hangat. Setelah tindakan lengkap, melihat pemeriksaan laparotomy dengan teliti dengan mengatasi seluruh struktur kerusakan. Follow-Up (1) Observasi pasien (2) Monitoring vital sign - Peningkatan temperature atau respirasi menunjukkan adanya perforasi viscus atau pembentukan abses. - Nadi dan tekanan darah dapat berubah dengan adanya sepsis atau perdarahan intra- abdomen. (3) Mengulangi pemeriksaan fisik - Perkembangan peritonitis berdasar pada pemeriksaan fisik yang mengindikasikan untuk intervensi bedah.

SUMBER : Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta PEMERIKSAAN FISIK A. Anamnesa - Riwayat trauma Menilai penderita yang cedera dalam tabrakan kendaraan bermotor meliputi : kejadian apa, dimana, kapan terjadinya dan perkiraan arah dari datangnya ruda paksa tersebut. - Sifat, letak dan perpindahan nyeri perlu ditanyakan untuk menegakkan diagnosa - Muntah, kelainan defekasi dan sembelit. - Adanya syok, nyeri tekan, defans muskular, dan perut kembung untuk mewaspadai peritonitis Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan abdomen. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan. Pemeriksaan fisik pada pasien trauma tumpul abdomen, yaitu : A. Inspeksi - Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan petunjuk adanya kemungkinan kerusakan organ di bawahnya. - Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan petunjuk perkiraan organ-organ apa saja yang dapat mengalami trauma di bawahnya. - Ekimosis pada flank (Grey Turner Sign) atau umbilicus (Cullen Sign) merupakan indikasi perdarahan retroperitoneal, tetapi hal ini biasanya lambat dalam beberapa jam sampai hari. - -- Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda penting karena kemungkinan adanya pneumoperitonium, dilatasi gastric, atau ileus akibat iritasi peritoneal. Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan pernafasan perut yang tertinggal maka kemungkinan adanya peritonitis. B. Pada auskultasi, perlu diperhatikan : - Ditentukan apakah bising usus ada atau tidak, pada robekan (perforasi) usus bising usus selalu menurun, bahkan kebanyakan menghilang sama sekali. - Adanya bunyi usus pada auskultasi toraks kemungkinan menunjukkan adanya trauma diafragma. C. Pada palpasi, perlu diperhatikan : - Adanya defance muscular menunjukkan adanya kekakuan pada otot-otot dinding perut abdomen akibat peritonitis. - Ada tidaknya nyeri tekan, lokasi dari nyeri tekan ini dapat menunjukkan organorgan yang mengalami trauma atau adanya peritonitis. D. Pada perkusi, perlu diperhatikan : - Redup hati yang menghilang menunjukkan adanya udara bebas dalam rongga perut yang berarti terdapatnya robekan (perforasi) dari organ-organ usus. - Nyeri ketok seluruh dinding perut menunjukkan adanya tanda peritonitis umum.

- Adanya Shifting dullness menunjukkan adanya cairan bebas dalam rongga perut, berarti kemungkinan besar terdapat perdarahan dalam rongga perut. PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHE Dilakukan untuk mencari adanya penetrasi tulang akibat fraktur pelvis, dan tinja harus dievaluasi untuk gross atau occult blood. Evaluasi tonus rektal untuk menentukan status neurology pasien dan palpasi highriding prostate mengarah pada trauma salurah kemih.

LAPORAN KASUS Nama : Fedrin Sidabutar Umur : 28 tahun Jenis Kelamin : Laki - laki No. MR : 00.58.65.01 Tanggal Masuk : 17 Februari 2013 Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran Telaah : Hal ini dialami sejak 20 jam yang lalu, sebelumya pasien mengendarai sepeda motor lalu ditabrak sepeda motor lainnya dari arah samping. Setelah kejadian pasien langsung tidak sadar. Riwayat kejang (-), muntah (-), perdarahan dari telinga (-), hidung (-) Sebelumnya pasien dirawat di RS Sidikalang, lalu dirujuk ke RSHAM. Pemeriksaan Umum - Kesadaran : GCS 8 - Tekanan Darah : 140/80 mmHg - Nadi : 100x/menit - Suhu : 37 c - Pernafasan : 22x/menit Keadaan Umum : Baik/Sedang/Buruk Keadaan Gizi : Baik/Sedang/Buruk Primary Survey : A : Clear B : Spontan, RR : 22x/menit C : Akral hangat, HR : 100x/menit, TD : 140/80 mmHg D : GCS8 E3M4V1 , pupil anisokor. Secondary Survey : Kepala : tampak luka lecet diatas pelipis kanan 5x1cm, pipi kanan 3x3cm, 3x4cm, 2x1cm T/H/M : dalam batas normal Leher : TVR R-2 cmH20, pembesaran KGB (-) Thorax : L : tampak jejas didada luka memar 1x1cm, 3x1cm L : vesikuler, rhonki (-), wheezing(-) P : krepitasi (-), fremitus kiri = kanan Abdomen : L : tampak jejas luka memar 3x0,3cm distensi(-) L : peristaltik (+) P : soepel, defans muskular(-), Nyeri tekan(-) Genitalia : laki - laki, tidak dilakukan pemeriksaan. Extremitas : Superior : Akral hangat, Oedem (-), dalam batas normal. Inferior : Akral hangat, Oedem (-), dalam batas normal. Diagnosa Kerja : Head Injury GCS8 + Blunt Abdominal Injury

Penjajakan : - cek darah rutin - HST - RFT - albumin - KGD ad random - rontgen : foto scheedel, foto thorax, foto cervical

Anda mungkin juga menyukai