Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR TUGAS MANDIRI TUMBUH KEMBANG Sistem Imun pada Infant (0-1 tahun)

Ghina Khairunnisa 1006684491

Masa-masa infant (0-1 tahun) merupakan masa yang penting bagi bayi. Pertumbuhan dan perkembangan berbagai sistem dalam tubuh meningkat pesat. Pada masa ini, bayi sangat rentan terhadap berbagai gangguan baik yang berasal dari dalam maupun luar tubuh bayi yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu gangguan yang banyak dikhawatirkan adalah serangan penyakit infeksi pada bayi. Sistem imun pada bayi terdiri dari system imun nonspesifik dan system imun spesifik. Sebenarnya, baik system imun pada bayi maupun pada dewasa terdiri dari komponen yang sama namun terdapat perbedaan pada tingkat kematangan dan jumlah. A. Sistem Imun Nonspesifik Sistem imun nonspesifik merupakan sistem imun yang terbentuk sebagai sistem imun dasar tiap manusia tanpa perlu kontak dengan mikroorganisme pathogen sebelumnya.1 Pada perkembangan janin, komponen-komponen sistem imun nonspesifik telah terbentuk namun tetap terdapat perbedaan dalam aktivitasnya. Komponen-komponen sistem imun nonspesifik adalah : Antimikroba dan penghalang fisik Lapisan kulit dan mukosa manusia dapat mesekresikan zat-zat antimikroba yakni defensin dan cathelicidin. Lapisan mukosa yang terdapat pada paru dan saluran pencernaaan mengeluarkan secret kental mukosa yang akan melekatkan agen infeksi, silia yang terdapat pada lapisan mukosa akan bergerak mengeluarkan organisme pathogen keluar tubuh. Selain itu, Zat-zat seperti lisozim, lactoferrin dan Fosfolipase A2 dalam air mata dan histatin dalam saliva merupakan antibacterial. Selain mukosa, saluran pencernaan juga dilindungi oleh enzim-enzim pencernaan dan defensin A. 2 Reseptor terhadap molekul pathogen Walaupun tidak spesifik, banyak patogen yang memiliki molekul spesifik yang khas pada organisme pathogen. Toll Like receptor mengenali molekul ini dan menginterpretasikan organisme tersebut sebagai pathogen yang harus dibunuh.2 Neutrofil dan Makrofag Neutrofil dan makrofag berfungsi memfagositosis mikroorganisme yang masuk dalam tubuh.1 Pada bayi, jumlah neutrofil dalam darah lebih tinggi daripada orang dewasa, namun kapasitas fagositosis neutrofil pada bayi cenderung rendah, dan seringkali neutrofil yang dihasilkan immature. Bayi yang terkena infeksi pun seringkali mengalami penurunan jumlah neutrofil (neutropenia). Kadar neutrofil yang cepat berkurang menyebabkan mikroorganisme pathogen mudah menginfeksi tempat-tempat lain dalam tubuh dan menyebabkan multiple infection. 2 Makrofag berasal dari monosit yang telah berkembang menjadi sel fagosistik yang besar dan masuk ke jaringan-jaringan Kemampuan fagosit makrofag jauh lebih besar daripada neutrofil. Biasanya makrofag akan muncul apabila neutrofil tidak mampu mengatasi mikroorganisme pada tempat infeksi. Jaringanjaringan tertentu juga memiliki makrofag yang telah terspesialisasi pada tiap jaringan. Monosit juga memiliki kemampuan kemotaksis dan memiliki reseptor IgG dan sistem komplemen. 1 Neutrofil dan makrofag dapat menembus sistem sirkulasi dan masuk ke jaringan melalui proses adhesi yang diperantarai berbagai reseptor pada sel endotel. Neutrofil pada masa neonatus memiliki kemampuan adhesi yang rendah dan menyebabkan respon imun pada masa tersebut menjadi lebih lambat.2,3 Beberapa mikroorganisme memiliki reseptor yang dimiliki oleh neutrofil dan makrofag sehingga dapat dengan mudah memasuki jaringan sehingga neonates lebih mudah terinfeksi beberapa penyakit. Defek protein pada sel endotel yang berperan pada proses adhesi menyebabkan leukositosis yang persisten dan proses penyembuhan luka yang lebih lama dari biasanya. 2

Sistem komplemen Sistem komplemen merupakai serangkaian protein pada serum darah yang diproduksi hepatosit.1 Protein-protein ini akan berikatan dengan reseptor antigen dan menimbulkan serangkaian proses yang bersifat menghambat hingga menghilangkan antigen dari tubuh.1,2 Protein komplemen tidak ditransfer dari ibu ke janin. Janin membentuk system komplemennya sendiri pada usia 3 bulan kehamilan. Oleh karena itu, bayi yang lahir premature memiliki kadar sistem komplemen yang amat rendah dibanding bayi yang lahir cukup bulan.3 Sampai usia 18 bulan, konsentrasi sistem komplemen dalam tubuh lebih rendah daripada kadarnya pada orang dewasa. Defek pada sistem komplemen terbukti meningkatkan prevalensi penyakit akibat bakteri semisal E. Coli yang dapat menyebabkan diare pada bayi.2 NK ( Natural Killer) cell NK (Natural Killer) cell merupakan sel yang menyerang sel tumor dan sel yang terinfeksi virus. NK cell tidak memerlukan antigen virus dan bekerja oleh aktivasi sitokin.1,2 NK cell akan mengeluarkan antibodi spesifik yang dapat membuat lubang pada membrane target sehingga target mengalami lisis.2 NK cell pada neonatus memiliki aktivitas sitotoksik yang lebih rendah, sekitar dua pertiga dari orang dewasa, dan baru meningkat setelah usia 6 bulan. Aktivitas sitotoksik yang rendah mungkin juga disebabkan rendahnya kadar sitokin dalam tubuh. NK cell yang diberi sitokin seperti Interleukin dan IFN dapat menunjukkan aktivitas sitotoksik yang sama seperti NK cell pada orang dewasa. 2,3 B. Sistem Imun Spesifik Sistem imun spesifik akan muncul setelah individu terpapar oleh mikroorganisme pathogen. Sistem imun spesifik akan membentuk antibodi yang khas terhadap satu mikroorganisme tertentu.1 Walaupun sistem imun spesifik hanya didapat apabila individu telah terpapar, janin dapat menerima sistem imun spesifik yang berasal dari ibunya walau terbatas. Sel-sel yang menyusun sistem imun spesifik antara lain Limfosit T dan limfosit B. Limfosit B Limfosit B merupakan salah satu komponene penting dalam sistem imun spesifik.2 Limfosit B mampu mengenali antigen melalui immunoglobulin yang terdapat pada permukaan selnya dan berubah menjadi sel plasama yang mampu menghasilkan immunoglobulin. Immunoglobulin yang dilepaskan akan memicu serangkaian proses untuk menyingkirkan antigen dari tubuh. 1 Limfosit B telah berkembang sempurna pada saat lahir namun kematangan limfosit B hingga dapat berfungsi optimal dipengaruhi pula oleh kematangan sel-sel lain dalam sistem imun. Pada janin, limfosit B bisa ditemukan di yolk sac, omentum dan hati. Pada saat lahir, pembentukan limfosit B bertempat di sumsum tulang. Neonatus hanya menghasilkan antibodi sendiri dalam kadar yang sedikit karena belum terpapar pathogen.2 Antibodi yang mereka miliki berasal dari antibodi maternal yang disalurkan melalui plasenta. Antibodi yang dapat melewati plasenta adalah IgG. Pada saat kelahiran yang cukup bulan, bayi yang baru lahir akan memiliki kadar antibodi yang sama dengan kadar antibodi pada ibunya bahkan dapat 5%-10% lebih besar.3 Transfer antibodi dari ibu ke janin berlangsung pada trimester kehamilan. Antibodi yang berasal dari ibu sangat berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh neonatus. Kadar antibodi maternal yang rendah terbukti meningkatkan risiko neonatus terkenan infeksi. IgG maternal mulai menghilang bertahap mulai usia 6 bulan. Pada usia 6 bulan, bayi baru mulai membentuk membentuk IgG sendiri. Antibodi yang dimiliki bayi juga telah memiliki aktivitas opsonik dan dapat mengkoagulasikan staphylococcus. 2 IgM dapat diproduksi oleh fetus saat infeksi intauterin. Namun, karena ketiadaan IgM pada antibodi maternal, neonatus lebih riskan terkena infeksi bakteri gram negative. Setelah hari keenam kelahiran, kadar IgM dalam darah meningkat tajam dan mencapai kadar yang sama pada usia dewasa sampai kira-kira usia 1 tahun. Neonatus bisa membentuk antibodi segera setelah kelahiran sebagai respon terhadap antigen yang menginfeksi tubuh. 2

SIgA telah mulai diproduksi pada usia 20 minggu kehamilan, namun dengan kadar yang rendah. Infeksi pneumonia pada janin akan menurunkan kadar sIgA sehingga dapat disimpulkan bahwa sIgA berfungsi dalam sistem imunitas pada mukosa. Ig A merupakan immunoglobulin yang paling lama dibentuk oleh bayi. Padahal IgA sangat penting dalam pertahanan mukosa yang terdapat dalam saluran pencernaan dan pernapasan. Dua saluran ini merupakan saluran yang paling sering menjadi jalan masuknya infeksi. Kurangnya IgA dapat menyebabkan meningkatkan risiko infeksi seperti pneumonia yang merupakan penyebab kematian bayi yang prevalensinya cukup tinggi dibanding penyakit lain. Perkembangan IgE hampir sama dengan IgA.2,3 Neonatus yang terkena infeksi pada awal kelahiran dapat membentuk antibodi, kecuali terhadap antigen jenis polisakarida, walaupun kadarnya lebih rendah dari orang dewas membentuk antibodi terhadap antigen polisakarida pada usia 2 tahun kecuali antigen polisakarida yang dipaparkan ke bayi dikonjugasikan pada salah satu protein karier seperti pada vaksin. 2

TABLE 1. Konsentrasi Immunglobulin pada bayi cukup bulan dan prematur Gestational Age: Mean Serum IgG (mg/dL) Postnatal Age 2528 weeks 1 week 3 months 6 months 251 60 159 2932 weeks 368 104 179 Term 1031 430 427

Tabel 2. Perkembangan Sistem imun Event Surface-positive B lymphocytes of all isotypes present in liver Age 16 weeks of gestation

Surface-positive B lymphocytes of all isotypes present in bone marrow 22 weeks of gestation Stimulated B lymphocytes secrete primarily IgM Production of antibodi in response to protein antigens Serum IgG reaches 60% of adult levels Production of antibodi in response to polysaccharide antigens Stimulated B lymphocytes secrete all isotypes Serum IgA reaches 60% of adult levels Fetusnewborn Fetusnewborn 1 year 23 years 25 years 68 years

Limfosit T Limfosit T mengenali antigen melalui sel penyaji antigen dan sitokin. Molekul yang dipresentasikan oleh sel penyaji antigen berasal dari bagian pathogen.1 Limfosit T memediasi respon sel imun lain dan berfungsi sebagai sel sitotoksik dan membunuh sel yang memiliki antigen asing. Pada pemberian vaksin virus, molekul virus dipasangkan pada molekul MHC pada permukaan sel dan dikenali oleh limfosit T. 2

Tabel 3. Perbandingan Limfosit T pada bayi dan dewasa Characteristics Repertoire of TCR-binding specificity Mean T-lymphocyte count CD4+/CD8+ (ratio) Proliferation (mitogen-stimulated) Proliferation (antigen-stimulated) Newborn Unknown 3100/mm3 1.2 Good Poor Adult Broad 1400/mm3 1.2 Good Good Good 48%

Ability to provide help to B lymphocytes Poor CD45RA+ (naive CD4+ T lymphocytes) Production of cytokines 90%

Decreased IFN-, IL-4, G-CSF, GM-CSF, IL-3 Multiple

Limfosit T pada neonatus dapat berproliferasi seperti halnya limfosit T pada orang dewasa namun kemampuan memori akan antigen yang terpapar sebelumnya sendiri sangat terbatas. Pada darah yang tersisa pada tali pusat ditemukan bahwa kadar limfosit T yang belum memiliki memori jauh lebih tinggi dibanding limfosit T yang telah memiliki kemampuan memori. Namun seiring bertambahnya umur, kadar limfosit T yang memiliki kemampuan memori pun semakin meningkat. Selain kemampuan memori, limfosit T pada neonatus menghasilkan sitokin dan kemokin yang lebih sedikit dibanding orang dewasa. 2 Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya sistem imun pada bayi telah dipersiapkan untuk menghadapi berbagai pathogen yang ada di lingkungan sekitarnya. Walaupun begitu, tetap terdapat perbedaan dalam kematangan dan jumlah sel-sel yang berperan dalam system imunitas. Pemberian imunisasi telah disesuaikan dengan kemampuan bayi merespon antigen yang terkandung dalam vaksin yang diberikan sehingga imunisasi pada bayi cukup aman dan diperlukan untuk memperkuat system pertahanan tubuh bayi. Daftar Pustaka 1. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Pennsylvania: Elsevier Saunders;2006. 2. Long SS, Pickering LK, Prober CG. Pediatrics Infectious Disease. Pennsylvania : Churcill Livingstone;2008. 3. Kliegman RM, Behrman, RE. Benson HB, Stanton BF. Nelsons Textbook of Pediatrics. Philadelphia : Saunders;2007.

Anda mungkin juga menyukai