M08 Pengembangan Etika
M08 Pengembangan Etika
DOSEN : Ir. TJETJENG SOFJAN S, MM, IAI UNIVERSITAS BANDARLAMPUNG | FAKULTAS TEKNIK | PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
MATERI
PENGANTAR PROFESIONALISME PERKEMBANGAN MORAL IQ, EQ, SQ, AQ
CIRI PROFESIONALISME
1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari peningkatan mutu. 2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan. 3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai. 4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh keadaan terpaksa atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup. 5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan pikiran dan perbuatan, sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi
KOMPETENSI
Menurut ILO/ASPDEP pada seminar penyusunan Regional Model Competency Standards, Bangkok, 1999, kompetensi meliputi : Keterampilan melaksanakan tugas individu dengan efesien (Task skill). Keterampilan mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaannya (Task management skill). Keterampilan merespon dengan efektif hal-hal yang bukan merupakan pekerjaan rutin dan kerusakan (Contigency management skill). Keterampilan menghadapi tanggung jawab dan tuntutan lingkungan termasuk bekerja dengan orang lain dan bekerja dalam kelompok (Job/role environmet skill).
KOMPETENSI
Lima karakteristik kompetensi : Motivasi, Sikap, Konsep diri (attitude, nilai-nilai atau imaginasi diri), Pengetahuan Keterampilan.
KOMPETENSI PROFESIONAL
EQ, SQ, AQ
Seorang profesional perlu mengembangkan IQ (Intelligent Quotient) menyangkut pengetahuan dan keterampilan , namun juga harus dapat menampilkan EQ yang sebaik-baiknya karena EQ harus dilatih. Daniel Goleman (Emotional Intelligence 1996) : Orang yang mempunyai IQ tinggi tapi EQ rendah cenderung mengalami kegagalan yang lebih besar dibanding dengan orang yang IQ-nya rata-rata tetapi EQ-nya tinggi. Artinya - penggunaan EQ (Emotional Quotient) atau olahrasa justru menjadi hal yang sangat penting, dimana (menurut Goleman) dalam dunia kerja, yang berperan dalam kesuksesan karir seseorang adalah 85% EQ dan 15% IQ.
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR ETIKA PROFESI M-08. 1
EQ, SQ, AQ
Peran EQ sangat signifikan dalam berkarier, disamping IQ. Untuk meningkatkan kemampuan IQ dan EQ agar supaya dapat memanfaatkan hati nurani kita yang terdalam maka kita juga harus membina SQ (Spiritual Quotient) yang merupakan cerminan hubungan kita dengan Sang Pencipta / Allah SWT, melalui SQ kita dilatih menggunakan ketulusan hati kita sehingga mempertajam apa yang dapat kita tampilkan
EQ, SQ, AQ
Perpaduan antara IQ, EQ dan SQ inilah yang akan membina jiwa kita secara utuh, sehingga kita dapat meniti karir dengan baik, dimana akan lebih baik lagi jika ditambahkan AQ (Adversity Quotient) yang mengajarkan kepada kita bagaimana dapat menjadikan tantangan bahkan ancaman menjadi peluang. Idealnya seorang profesional harus mampu memadukan IQ, EQ, SQ dan AQ dengan seimbang dalam berkarier.
Isu: MEMBANGUN SDM BERKEPRIBADIAN BERMUTU INTELEKTUAL ADALAH PEMBANTU YANG BAIK, NAMUN BISA JUGA MENJADI PENGUASA YANG BURUK
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR ETIKA PROFESI M-08. 1
Humanitas/ Universal
Level ketaatan
1. Level kesatu > Ketaatan terhadap hukum, memerlukan adanya kekuasaan negara untuk mengendalikannya, dengan sanksi yang mulai dari kematian, isolasi sosial, dan pembayaran materi. 2. Level kedua > Ketaatan terhadap perilaku, norma ditaati manakala ada sanksi yang secara langsung bersifat pragmatis, misal gaji ditunda, tidak naik jabatan, atau pemecatan. 3. Level ketiga > Ketaatan terhadap kode etik, norma ditaati karena ada rasa keterhormatan (shameful feeling), dengan sanksi mulai dari penghentian ijin praktek sementara, daftar hitam atau pencabutan ijin praktek/ lisensi. 4. Level keempat > Ketaatan yang bersifat personal dan otonom berkaitan dengan kesadaran kemanusiaan untuk memiliki rasa bersalah (guilty feeling) > Diharapkan para profesional/ arsitek berada pada level ini.
imperatif
SELESAI