Anda di halaman 1dari 25

MALPRAKTEK MEDIK

dr. INDRA Z, Sp.THT-KL


KETUA IDI CAB. ACEH UTARA-LHOKSEUMAWE

DEFENISI

Tidak ada satu perangkat hukum yang merumuskan defenisi malpraktek Malpraktek adalah praktek buruk dari seorang yang memegang suatu profesi dalam arti umum (notaris, dokter, pengacara dan lainlain) Malpraktek medik adalah malpraktek yang khusus ditujukan hanya kepada profesi medis, sering dipakai istilah malpraktik

CIRI TINDAKAN MALPRAKTIK


Dua ciri tindakan yang digolongkan malpraktik medis : a. Tindakan dan sikap seorang dokter yang : - bertentangan dengan etika dan moral - bertentangan dengan disiplin - bertentangan dengan hukum - bertentangan dengan standar profesi - ketinggalan ilmunya dalam profesi yang sudah berlaku di kalangan tersebut b. Menelantarkan, melalaikan, kekurang hati-hatian, acuh/kurang peduli terhadap keselamatan pasien, kesalahan yang sangat menyolok

Malpraktek Medik (World Medical Association 1992) Medical malpractice involves the physician failure to conform the standard of care for treatment of the patient condition, or lack of skill or negligence in providing care to the patient which is the direct cause of an injury to the patient

Malpraktek medis berhubungan dengan kegagalan tenaga medis dalam melakukan prakteknya sesuai dengan standar pelayanan terhadap kondisi pasien, atau kurangnya kemampuan atau ketidakpedulian dalam penyediaan pelayanan terhadap pasien yang menjadi penyebab utama terjadinya cedera terhadap pasien

PERSPEKTIF HUKUM MALPRAKTIK MEDIK


Dalam perspektif hukum, yang dimaksud dengan malpraktik : - Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh tenaga medis - Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajiban (negligence) - Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan

Pertentangan pendapat antara masyarakat dan dokter dalam menginterpretasikan malpraktek.


Masyarakat menganggap dokter melakukan malpraktek apabila terjadi hal-hal seperti : keadaan pasien memburuk dalam masa pengobatan/perawatan, pengobatan yang tidak sembuh-sembuh, terjadinya hal-hal yang tidak diingini, perawatan yang tidak memadai atau buruk, biaya yang mahal, komunikasi yang tidak adekwat, tindakan atau sikap arogan atau kurang sopan dari dokter. Masyarakat menganggap suatu tindakan medis haruslah berhasil. Ketidakberhasilan selalu diakibatkan oleh kelalaian dokter.

Sementara para dokter menggunakan definisi malpraktek sebagaimana dianut oleh WMA Peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak pernah ada yang menyinggung secara spesifik tentang malpraktek. Hasil negatif dari upaya pertolongan dokter tidak dapat dipersalahkan, asalkan sudah dipenuhi syarat-syarat standar profesi (UU No. 29 thn 2004 pasal 50)

WMA membedakan antara malpraktek medik dengan kemalangan / kecelakaan medik An injury occurring in the course of medical treatment which could not be foreseen and was not the result of any lack of skill or knowledge on the part of the treating physician is untoward result, for which the physician should not bear any liability

Ada 4 kriteria WMA yang dapat digunakan sebagai petunjuk tentang terjadinya malpraktek, yaitu :
1.

2.

3. 4.

A duty of care owed towards the complainant. Adanya hubungan dokter-pasien yang mengakibatkan timbulnya kewajiban dokter untuk mengobati/merawat pasien. Disini termasuk tugas dan kewajiban dokter untuk menerapkan standard dan prosedur yang telah ditetapkan. A breach of that duty of care. Adanya pelanggaran oleh dokter terhadap tugas dan kewajiban untuk mengobati/merawat pasien. Some harm or injury done. Timbulnya cidera atau luka atau kerugian yang membahayakan. Injury done directly related or caused by the breach of the duty. Cidera atau luka atau kerugian yang timbul merupakan akibat langsung dari pelanggaran dokter terhadap tugas dan kewajibannya dalam mengobati/merawat pasien.

Secara garis besar malpraktik dibagi 2 : 1. Intentional/criminal/kesengajaan 2. Negligence/culpa/kelalaian

Hanya kelalaian/negligence yang sudah mencapai tingkat tertentu (grossnegligence/culpa lata) bisa melanggar hukum/kriminal

Jenis-jenis malpraktek:
1. Malpraktek Etik Pelanggaran yg dilakukan oleh dokter yg bertentangan dgn kode etik kedokteran yg dituangkan ke dalam KODEKI yg merupakan standar etik, prinsip/norma yg berlaku bagi kalangan dokter.

2. Malpraktek Yuridik Terdiri dari M. Perdata & M.Pidana 3. Malpraktek Administratif/Disiplin Pelanggaran terhadap hukum administratif negara yang dilakukan oleh dokter atau disiplin kedokteran

DASAR GUGATAN SECARA PERDATA


Gugatan dugaan malpraktek umumnya Perbuatan Melawan Hukum Ps. 55 UU 23 1992 tentang Kesehatan (Tiap orang berhak ganti rugi atas kelalaian tenaga kesehatan) Ps. 1365 KUH Perdata (PMH dpt diminta ganti rugi atas kelalaian) Ps. 1366 KUH Perdata (Ganti rugi akibat kelalaian / kurang hati-hati) Ps. 1367 KUH Perdata (Atasan bertanggung jawab atas tindakan bawahan) Tuntutan Ganti Rugi : - Materil : (Biaya RS, Honor Dokter, Biaya akomodasi, Biaya Obat dll) - Imateril : (Pengganti rasa sakit, rasa malu, sedih, penderitaan batin dll)

DASAR GUGATAN KASUS PIDANA GUGATAN PIDANA Mulai digeser ke kasus pidana Keluarga melapor ke Polisi Kejaksaan, Pengadilan Dasar KUHP : - 359, kelalaian menyebabkan meninggal - 360, kelalaian menyebabkan luka berat - 304, membiarkan orang yang perlu pertolongan - 349, aborsi - 344, euthanasia - 284, penyerangan seksual - 267-268, keterangan palsu - 322 jo PP 10/66, membocorkan rahasia kedokteran

PERAN IDI DALAM KASUS MALPRAKTEK


SOMASI DARI PASIEN / KEL / LSM - Terjadi kelalaian, perbuatan melawan hukum IDI MELALUI MKEK DAN BP2A MENELITI KEBENARAN SOMASI - Periksa Rekam Medis - Informasi yg diberikan dokter, perawat - Informasi ttg penanganan pasien (perawatan) MENJAWAB SOMASI - Sesuai informasi medik dalam RM, keterangan dokter, perawat - Upaya membuktikan kebenaran

MELAKUKAN MEDIASI / NON LIGITASI OLEH BP2A - Upaya dan saling pengertian - Buktikan kebenaran informasi medis (RM, Ket.dokter, perawat) HASIL MEDIASI - Terjadi perdamaian - Tidak terjadi perdamaian tuntutan, gugatan ke Kepolisian (Pidana) ke Pengadilan Negeri (Perdata)

TIMBUL SURAT PENGADUAN (SP) KE POLISI - Terjadi tindakan melawan hukum, kelalaian PROSES PEMERIKSAAN DI KEPOLISIAN - Panggilan Polisi ke dokter atau melalui IDI - Antisipasi panggilan dengan persiapan bukti - Penuhi panggilan dengan didampingi Kuasa Hukum (sering diminta RM tapi diberikan Resume Medis) - Jelaskan dan buktikan kebenaran informasi medis (dlm RM, keterangan dokter, perawat) TINDAK LANJUT POLISI - Pemeriksaan saksi lain termasuk saksi ahli - SP3 atau lanjutkan penanganan kasus ke Kejaksaan

KEJAKSAAN

- Pemeriksaan Tersangka, Saksi - Mencari bukti RM, keterangan dokter, perawat - Dapat terjadi penahanan tahanan di LP tahanan Kota dll - Tersangka tetap didampingi Penasehat Hukum - Bila cukup bukti ke PN

PENGADILAN - Berkas Perkara dilimpahkan Kejaksaan ke Pengadilan (pidana) - Gugatan dari Pasien / Kel. / Kuasa pasien - Pengadilan bentuk Majelis Hakim - Pemeriksaan dalam persidangan - Pembuktian melalui RM dan keterangan dokter, perawat, saksi ahli dll - Tuntutan Jaksa - Eksepsi Penasehat Hukum - Replik JPU - Duplik Penasehat Hukum

PEMBUKTIAN DI PENGADILAN

DUGAAN MALPRAKTEK

- Kelalaian, Perbuatan Melawan Hukum

DALIL PENGGUGAT (PASIEN, KEL / KUASA HUKUM) - Informasi medis yang didapat / didengar

- Keterangan second opinion - Hal-hal yang dialami dalam perawatan pasien

KETERANGAN SAKSI AHLI - IDI menunjuk dokter yang selingkung

- Saksi ahli dapat memberikan argumen ilmiah yg membenarkan dr (tidak ada standar profesi/SPM/SOP/Pasal2 UU atau Kodeki yg dilanggar) = Praktek lazim, kecuali: Res Ipsa Loquitor (The think speaks for it self)

- Kesaksian ahli juga dapat menjelaskan bhw dr:


- Memenuhi hak pasien - Tidak melanggar hak pasien - Menunaikan kewajiban profesional : Memiliki reasonable competence Lakukan reasonable care : sesuai norma / standar profesi Lakukan reasonable comunication : Informed Consent Unsur yg dinilai PROSEDUR, bukan SEMAMPUNYA atauNIAT BAIK

JAWAB DALIL PENGGUGAT - Buktikan informasi medis (RM, Keterangan dokter, perawat) - Keterangan ahli dokter yang selingkung - Dokumen pendukung

KESIMPULAN SESUAI FAKTA JURIDIS

PERAN IDI CAB. AU-LSW DALAM MENCEGAH MALPRAKTEK


REKOMENDASI IDI HARUS ADA STR PROGRAM CPD PENDEKATAN PERSUASIF

Anda mungkin juga menyukai