Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS CA

CERVIX
Nurul Qalby

Tanggal/J
am
14/08/201
3
14.00

Perjalanan Penyakit
P2A0
Menopause 20 tahun
Ibu MRS dengan rujuan dari RSUD
Pinrang. Ibu mengeluh keluar darah
dari jalan lahir sejak 1 tahun lalu.
Awalnya berupa bercak-bercak darah
warna merah kecoklatan, lamakelamaan seperti darah haid. Neyeri
perut bagian bawah (+) sejak 1 hari
lalu. Penurunan berat badan (+) 15
kg dalam 1 tahun. Riwayat perdarahan
kotak (-). Riwayat haid teratur
sebelumnya (+). Riwayat haid pertama
usia 12 tahun. Riwayat berhubungan
seksual pertama kali usia 16 tahun.
Riwayat HT (+), berobat tidak teratur.
Riwayat DM (-), alergi (-), asma (-).
Riwayat transfusi darah di RSUD
Pinrang 7 kantong.

Instruksi Dokter
- Lab DR, CT, BT, GDS,
HbsAg, Ur, Cr
- IVFD RL 28 tpm
- Pasang kateter tetap

Tangga
l/Jam

Perjalanan Penyakit
Pemeriksaan fisis :
KU : baik, sadar
TD : 200/120 mmHg
N : 84 x/menit

P : 20 x/menit
S :36, 7 C

Pemeriksaan luar :
MT/NT : teraba massa tumor ukuran 12x8 cm
di suprapubik, crfimmobile / (+)
Fluksus : (+) darah
Inspekulo :
Tampak massa di 1/3 distal dinding anterior
vagina, tampak portio berbenjol-benjol
Pemeriksaan dalam vagina :
Vulva/vagina : tak/teraba massa pada 1/3
distal dinding anterior vagina
Portio : berbenjol-benjol, rapuh, massa > 4 cm
Uterus : kesan normal
AD
: parametrium kesan normal
CD
: sdn
Pelepasan : darah (+)

Instruksi Dokter

Tangga
l/Jam

Perjalanan Penyakit
Rectal toucher
Sfingter : mencekik
Ampulla : kosong
Mukosa : licin
Handschoen : feses (-)
D/ Perdarahan per vaginam ec. Susp. Ca.
Cervix Std. III B

Instruksi Dokter

Carsinoma cervix

Pendahuluan
Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama
kanker pada wanita di negara-negara sedang
berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat
500.000 kasus kanker serviks baru di seluruh dunia,
77 % di antaranya ada di negara-negara sedang
berkembang. DiIndonesia diperkirakan sekitar 90-100
kanker
baru
di
antara
100.000
penduduk
pertahunnya,atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun, dengan kanker serviks menempati urutan
pertamadi antara kanker pada wanita

Epidemiologi
Diantara tumor ganas, kanker serviks uterus masih menduduki peringkat pertama
diIndonesia. Selama kurun waktu 5 tahun (1975-1979) ditemukan di RSUGM/RSUP
Sardjito 179 di antara 263 kasus (68,1%). Soeripto dkk menemukan frekuensi
relatif karsinoma serviks di Propinsi D.I.Y 25,7% dalam kurun 1970-1973 dan 20% dalam
kurun 1980-1982 diantara 5 jenis kanker terbanyak pada wanita sebagai peringkat
pertama. Umur penderita antara 30-60 tahun, terbanyak antara 45-50 tahun. Periode
laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya
9% dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan kanker serviks yang invasif pada saat
didiagnosis, sedangkan 53% dari KIS terdapat pada wanita di bawah usia 35 tahun.

Etiologi
Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui.
Koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (<16 tahun)
Insidensi meningkat dengan tingginya paritas
Jarak persalinan terlampau dekat
Hygiene seksual yang jelek
Aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas)
Faktor resiko wanita yang mengalami infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus)
tipe 16 atau 18
Infeksi HIV
Kebiasaan merokok, faktor makanan
Kontrasepsi hormonal, terpajan oleh obat hormonal diethylstilbestrol (DES)
Riwayat keluarga yang menderita kanker serviks. Ada kemungkinan faktor genetik
yang berhubungan dengan HLA-B7.

Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang
melapisi ektoserviks (porsio) danendoserviks kanalis
serviks yang disebut sebagai squamo-columnar
junction (SCJ).Histologik antara epitel gepeng berlapis
(squamous complex) dari porsio dengan epitelkuboid /
silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks
kanalis serviks. Pada wanita muda SCJ ini berada di
luar ostium uteri eksternum, sedang pada wanita
berumur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis
serviks.

Tumor dapat tumbuh :


1.) eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen
vagina sebagaimasa proliferatif yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis;
2.) endofitik mulai dari SCJtumbuh ke dalam
stroma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus;
3.) ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung
merusak struktur jaringan serviks dengan
melibatkan awal forniks vagina untuk
menjadi ulkus yang luas.

Serviks yang normal, secara alami


mengalami proses metaplasi (erosio) akibat
saling desak-mendesaknya kedua jenis
epitel yang melapisi. Dengan masuknya
mutagen, porsio yang erosif (metaplasia
skuamosa) yang semula faali/fisiologik
dapat berubah menjadi patologik (displastikdiskariotik) melalui tingkatan CIN-I, II, III dan
CIS untuk akhirnyamenjadi karsinoma
invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau
invasif, proses keganasan akan berjalan
terus

Gambaran Klinik
Keputihan dengan foetor
Perdarahan kontak
Perdarahan spontan
Anemia
Nyeri perut bawah
Gejala metastasis lanjut : BAB berdarah,
sulit berkemih, kencing campur darah

Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Inspekulo dan Dalam Vagina
Pap smear
Kolposkopi
Biopsi
Cone biopsy
Pemeriksaan penunjang radiologi

Penanganan
Terapi karsinoma serviks dilakukan
bilamana diagnosis telah dipastikan
secarahistologik dan sesudah dikerjakan
perencanaan yang matang oleh tim yang
sanggupmelakukan rehabilitasi dan
pengamatan lanjutan (tim kanker /
onkologi)

Pada tingkat klinik (CIS) tidak dibenarkan dilakukan


elektrokoagulasi atauelektrofulgerasi, bedah krio
(cryosurgery) atau dengan sinar laser, kecuali bila yang
menangani seorang ahli dalam kolposkopi dan
penderitanya masih muda dan belum mempunyai anak.
Dengan biopsy kerucut (conebiopsy) meskipun untuk
diagnostic, acap kali menjadi terapeutik. Ostium uteri
internum tidak boleh sampai rusak karenanya. Bila
penderita telah cukup tua, atau sudah mempunyai cukup
anak, uterus tidak perlu ditinggalkan, agar penyakit tidak
kambuh (relapse) dapat dilakukan histerktomi sederhana
(simple vaginalhysterectomy).

Pada tingkat klinik Ia, umumnya dianggap dan


ditangani sebagai kanker yang invasif.Bilamana
kedalaman invasi kurang dari atau hanya 1 mm
dan tidak meliputi area yang luasserta tidak
melibatkan pembuluh limfa atau pembuluh darah,
penanganannya dilakukanseperti pada CIS di
atas.Pada klinik Ib dan IIa dilakukan histerektomi
radikal dengan limfadenektomi panggul.Pasca
bedah biasanya dilanjutkan dengan penyinaran,
tergantung ada/tidak adanya sel tumor dalam
kelenjar limfa regional yang diangkat.

Pada tingkat IIb, III, dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah, untuk ini, primer adalah
radioterapi.
Pada tingkat klinik IVa dan IVb penyinaran hanya bersifat paliatif. Pemberian kemoterapi dapat
dipertimbangkan. Pada penyakit yang kambuh satu tahun sesudah penanganan lengkap, dapat
dilakukan operasi jika terapi terdahulu adalah radiasi dan prosesenya masih terbatas pada panggul.
Bilamana proses sudah jauh atau operasi tak mungkin dilakukan, harus dipilih kemoterapi bila
syarat-syaratnya terpenuhi. Untuk ini tak digunakan sitostatika tunggal, tetapi berbentuk regimen
yang terdiri dari kombinasi beberapasitostatika (polikemoterapi). Jika terapi terdahulu adalah
operasi, sebaiknya dilakukan penyinaran bila prosesnya masih terbatas dalam panggul
(lokoregional), sedangkan kalau penyinaran tak mungkin dikerjakan atau prosesnya sudah lanjut
penyebarannya, maka dipilih polikemoterapi bila syarat-syaratnya terpenuhi
. Penggunaan imunoterapi masih dalam taraf eksperimen

Anda mungkin juga menyukai