Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kelenjar getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya di daerah sub mandibular (rahang bawah), ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan

merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh pembuluh getah bening yang melewatinya (Ioachim, 2009). Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke kelenjar getah bening sehingga dari lokasi kelenjar getah bening akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar (Ioachim, 2009). Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di

kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolite makrofag. Dengan mengetahui lokasi

pembesaran kelenjar getah bening maka kita dapat mengarahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran kelenjar getah bening (Kumar, 2004). Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening yang disebabkan oleh infeksi dari berbagai organisme yaitu bakteri, virus, protozoa atau jamur. Peradangan tersebut akan

menimbulkan hiperplasia kelenjar getah bening hingga terasa membesar secara klinik. Kemunculan penyakit ini ditandai dengan gejala munculnya benjolan pada saluran getah bening misalnya ketiak, leher dan sebagainya. Kelenjar getah bening yang terinfeksi akan membesar dan biasanya teraba lunak dan nyeri. Kadang-kadang kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat (Raviglione, 2010). Jenis limfadenitis ada dua yaitu limfadenitis akut dan limfadenitis kronis. Sedangkan jenis limfadenitis kronis sendiri masih dibagi menjadi menjadi dua macam yaitu limfadenitis kronis spesifik dan non spesifik (Raviglione, 2010). Limfadenitis pemeriksaan dapat diperiksa seperti dengan melakukan beberapa yaitu

laboratorium

pemeriksaan

radiologis

Ultrasonografi (USG), Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan CT Scan. Pemeriksaan sitologi yaitu biopsi, pemeriksaan mikrobiologi dengan kultur.

Dan pemeriksaan hematologi dengan pemeriksaan darah lengkap (Raviglione, 2010). Salah satu komponen pemeriksaan darah lengkap yaitu Laju Endap Darah (LED) akan meningkat pada infeksi-infeksi tertentu sehingga Laju Endap Darah seringkali di periksa pada pemeriksaan darah lengkap untuk membantu menegakkan diagnosis suatu proses peradangan. Peneliti tertarik untuk membandingkan apakah ada perbedaan antara Laju Endap Darah limfadenitis spesifik dan non spesifik. Jika terdapat perbedaan maka dapat digunakan sebagai penunjang untuk membantu penegakkan diagnosis. Dari beberapa paparan yang telah dijelaskan tadi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian " Perbandingan Hasil Laju Endap Darah pada penderita Limfadenitis Tuberculosis dengan Limfadenitis Kronik Non Spesifik di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie pada Tahun 2013".

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah Bagaimanakah Perbandingan Hasil Laju Endap Darah pada penderita Limfadenitis Tuberculosis dengan Limfadenitis Kronik Non Spesifik?"

C. Ruang Lingkup 1. Lingkup Keilmuan dan Lokasi Bidang Patologi Anatomi di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Kaltim. 2. Lingkup Materi Perbandingan hasil laju endap darah pada penderita limfadenitis tuberculosis dengan limfadenitis kronik non spesifik.

D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dibagi tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan umum Mengetahui gambaran hasil perbandingan laju endap darah pada penderita pada penderita Limfadenitis Kronik Non Spesifik dengan limfadenitis Tuberculosis.

2.

Tujuan khusus a. Mengetahui hasil laju endap darah pada penderita

limfadenitis tuberculosis. b. Mengetahui hasil laju endap darah pada penderita

limfadenitis kronik non spesifik. c. Mengetahui perbandingan hasil laju endap darah pada penderita limfadenitis tuberculosis dengan limfadenitis kronik non spesifik.

E. Manfaat Penelitian 1. Peneliti Mampu menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam bidang patologi anatomi dan bidang hematologi serta menambah pengetahuan tentang penulisan karya tulis ilmiah di bidang patologi anatomi dan bidang hematologi. 2. Pendidikan Menambah kepustakaan dan sumbangan informasi dalam rangka mengembangkan ilmu di bidang patologi anatomi dan bidang hematologi.

Anda mungkin juga menyukai