Globalisasi ekonomi, politik dan sosial membawa hubungan antar negara semakin dekat dan erat serta membawa dampak yang positif maupun negatif bagi suatu negara. Salah satu akibat yang paling nyata dari globalisasi adalah berkembangnya perusahaan-perusahaan multinasional didunia. Prospektif pangsa pasar dan kemudahan-kemudahan lainya yang mendorong perusahaan multinasional mencari negara-negara yang dapat dijadikan sasaran investasinya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar tidak lepas dari sasaran investasi perusahaan-perusahaan tersebut. Tetapi dengan masuknya perusahaan-perusahaan tersebut membawa akibat yang positif maupun negatif di indonesia.Salah satu akibat yang negatif hasil produksi dari perusahaan tersebut adalah banyaknya hasil produksi yang diproduksi tanpa memikirkan kendala yang akan dihadapi dikemudian hari. Pada dasarnya semua usaha dan pembangunan menimbulkan dampak dikemudian hari. Perencananaan awal suatu usaha atau kegiatan pembangunan sudah harus memuat perkiraan dampaknya yang penting dikemudian hari, guna dijadikan pertimbangan apakah rencana tersebut perlu dibuat penanggulangan dikemudian hari atau tidak. Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana dalam rangka mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, guna mencapai tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa indonesia. Pembangunan tersebut dari masa kemasa terus berlanjut secara berkesinambungan dan selalu ditingkatkan pelaksanaanya guna memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat. Secara umum Perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya dibarengi dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan-perkembangan tersebut membawa perubahan dalam kehidupan di dunia. Disamping itu perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa manusia pada suatu masa dimana banyak barang dapat dibuat secara sintesis. Hidup menjadi lebih praktis dan mudah, seolah-olah manusia tidak bergantung lagi pada alam dan dapat memperlakukanya tanpa batas. Namun apa yang diperlakukan oleh manusia terhadap alam akan berbalik kepada dirinya karena manusia adalah bagian dari alam. Alam mempunyai hukumnya sendiri, segala sesuatu akan kembali kepada siklus alam walaupun bahan sintesis hasil rekayasa manusia seperti plastik, tetapi akan menimbulkan masalah yang sangat besar terhadap bahan tersebut dikemudian hari jika sudah tidak dimanfaatkan lagi.
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola hidup masyarakat, kecepatan teknologi dalam menyediakan barang secara melimpah ternyata telah menimbulkan masalah-masalah baru yang sangat serius yaitu adanya barang yang sudah terpakai dan sudah tidak digunakan lagi oleh si empunya yang mengakibatkan timbulnya sampah. Sampah sebagai barang yang masih mempunyai nilai tidak seharusnya diperlakukan sebagai barang yang menjijikan, melainkan harus dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah atau bahan yang berguna lainya. Prinsip asal buang tanpa memilahmilah dan mengolahnya terlebih dahulu selain akan menghabiskan lahan yang sangat luas sebagai tempat pembuangan ahir juga merupakan pemborosan energi dan bahan baku yang sangat terbatas tersedia di alam. sebaliknya mengolah sampah dan menggunakan sampah sebagai bahan baku skunder dalam proses produksi adalah suatu penghematan bahan baku, energi dan sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan.
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka Sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.
Jenis-jenis sampah
Berdasarkan sumbernya 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sampah alam Sampah manusia Sampah konsumsi Sampah nuklir Sampah industri Sampah pertambangan
Sampah dapat dibagi menjadi 4 macam berdasarkan sumbernya, yaitu : 1) 2) Sampah Rumah Tangga Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga. Sampah Komersial Sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar, pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan, bengkel, kios dan sebagainya. Demikian pula dari institusi seperti perkantoran, tempat pendidikan, tempat ibadah, dan lembaga-lembaga komersial dan nonkomersial lainya. Sampah Bangunan Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan termasuk pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan berupa semen, kayu, batu bata, genting dan sebagainya. Sampah Fasilitas Umum Sampah yang berasal dari pembersihan dan penyapuan jalan, trotoar, taman lapangan, tempat rekreasi dan fasilitas umum lainnya.
3)
4)
Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dapat terdiri dari bermacam-macam jenis sampah yaitu : 1) Sampah Basah Sampah yang terdiri dari bahan-bahan organik yang mudah membusuk. 2) Sampah kering
Sampah yang terdiri dari logam dan sampah kering non logam. Sampah plastik termasuk sampah kering ini. 3) Sampah Lembut Debu, penggergajian kayu, sisa pembakaran kayu, sampah rokok dan sebagainya. 4) Sampah Besar Sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga yang besar-besar, seperti lemari, kulkas, televisi dan sebagainya. Berdasarkan sifatnya 1. 2. Sampah organik - dapat diurai (degradable) Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
Berdasarkan bentuknya Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai: Sampah Padat Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi: 1. 2. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi: o Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain. o Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
Sampah Cair Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya. Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan. Sampah alam Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
Sampah manusia Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air. Sampah Konsumsi Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri. Limbah radioaktif Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).
persen, sisanya 15 persen diperkirakan dapat menampung sampah sampai tahun 2004, sehingga Pemda DKI Jakarta saat ini sudah mencari alternatif-alternatif lain sistim penanganan sampah melalui kerjasama dengan pihak swasta. Akibat operasional yang tidak sempurna, maka timbul pencemaran terhadap badan air di sekitar LPA dan air tanah akibat limbah serta timbulnya kebakaran karena terbakarnya gas methan. Untuk mengatasi hal ini Dinas Kebersihan telah melakukan kegiatan-kegiatan antara lain : 1. Menambah fasilitas Unit Pengolahan Limbah dan meningkatkan efisiensi pengolahan sehingga kualitas limbah memenuhi persyaratan untuk dibuang. 2. Meningkatkan/memperbaiki penanganan sampah sesuai dengan prosedur sanitary landfill. 3. Membantu masyarakat sekitar LPA dengan menyediakan air bersih, Puskesmas dan ambulance. 4. Mengatur para pemulung agar tidak mengganggu operasional LPA. Besarnya beban sampah tidak terlepas dari minimnya pengelolaan sampah dari sumber penghasil dan di tempat pembuangan sementara (TPS) sampah. Baru sekitar 75 m3 yang didaur ulang atau dibuat kompos. Sementara itu, sisanya sekitar 60% dibuang begitu saja tanpa pengolahan ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dan, 30% dibiarkan di TPS. Tak heran bila sampah akan menumpuk di TPA. Akibatnya, daya tampung TPA akan menjadi cepat terpenuhi. Besarnya volume sampah di TPA juga mempengaruhi biaya pengelolaan. Tahun 2005, sedikitnya dibutuhkan Rp 8 milyar untuk mengelola sampah. Tanpa adanya kebijakan penanganan sampah terpadu, sampah akan terus menjadi masalah.
Langkah Pertama, faktor penyebab secara INTERNAL. Dilihat dari sudut pandang internal, faktor penyebab mencuatnya masalah sampah antara lain adalah minimnya kesadaran warga untuk bertanggung jawab terhadap permasalahan sampah di lingkungan rumah tangganya sendiri. Banyak warga yang merasa bahwa dengan membayar retribusi sampah berarti tanggung jawab sampah menjadi tanggung jawab PD Kebersihan. Faktor internal lain adalah munculnya pola pikir / paradigma yang salah tentang sampah seperti :
Masalah sampah adalah masalah kecil yang tidak perlu mendapat prioritas perhatian Sampah adalah barang yang tidak berguna, bukan sebagai sumber energi / pendapatan Sindrom not in my backyard / Urusan sampah bukan urusan gue Filosofi pengelolaan sampah : dikumpulkan ditampung dibuang di tempat akhir. Faktor internal yang tidak kalah pentingnya adalah masalah minimnya kualitas SDM yang berakibat fatal pada buruknya
teknologi pengelolaan sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi mampu menampung kuantitas sampah yang semakin besar. Penyebab utamanya adalah selama ini pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan end of pipe solution, bukan mengacu pada pendekatan sumber. Kedua, faktor penyebab secara EKSTERNAL. Faktor penyebab eksternal yang paling klasik terdengar adalah minimnya lahan TPA yang hingga saat ini memang menjadi kendala umum bagi kota-kota besar. Akibatnya, sampah dari kota-kota besar ini sering dialokasikan ke daerah-daerah satelitnya seperti TPA Jakarta yang berada di daerah Bekasi, Depok, dan Tangerang serta TPA Bandung yang berada di Cimahi atau di Kabupaten Bandung. Alasan eksternal lainnya yang kini santer terdengar di media massa adalah aksi penolakan keras dari warga sekitar TPA yang merasa sangat dirugikan dengan keberadaan TPA di wilayahnya. Faktor lain adalah tidak adanya AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) melalui kajian geologi, hidrogeologi, transportasi, sosial-ekonomi, dan lain-lain dimana dengan tidak adanya AMDAL membuat pemerintah tidak dapat memantau perkembangan yang terjadi akibat kerusakan lingkungan. yang mendukung masalah AMDAL sehingga seringkali kita temui TPA yang berada di tempat tinggi meskipun struktur tanah di sebagian besar Jawa Barat bersifat labil. Faktor eksternal dominan lainnya adalah pengelolaan sampah / kebersihan kota yang belum dimasukkan ke dalam prioritas pembangunan perkotaan sehingga alokasi anggaran yang ada sama sekali kurang. Salah satu kelemahan pengelolaan sampah di TPA adalah masalah minimnya kualitas SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi pengelolaan sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi mampu menampung kuantitas sampah yang semakin besar. Penyebab utamanya adalah selama ini pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan end of pipe solution, bukan mengacu pada pendekatan sumber.Sistem pengelolaan sampah yang selama ini berjalan pada TPA-TPA di Indonesia adalah : 1. OPEN DUMPING SYSTEM Sampah diturunkan dari DAM (Kendaran pengangkut sampah) dan dibiarkan saja terbuka di lokasi tanpa penimbunan. Cara ini merupakan cara yang sangat tradisional, ketinggalan zaman dan sudah lama ditinggalkan oleh negara-negara lain. Pak Numan Abdul Hakim bahkan pernah memaparkan bahwa teknologi semacam ini merupakan warisan lama yang telah berkembang sejak tahun 1970-an. Meskipun demikian, cara inilah yang justru digunakan oleh mayoritas TPA pada saat ini padahal dampak yang ditimbulkan sangat besar dan beresiko tinggi seperti yang terjadi pada kasus TPA bantar gebang. Penggunaan teknologi ini menjadi sumber malapetaka di sana di mana timbunan sampah yang dibiarkan menggunung secara terbuka dalam jangka waktu lama, pada suatu fase tertentu menghasilkan gas metana yang terus-menerus terakumulasi dan akhirnya meledak. Gas metana yang berdekomposisi biasanya menghasilkan panas yang sangat tinggi ketika tekanan udara datang dari atas sementara bagian sampah di bawah mengandung bakteri anaerob yaitu bakteri yang tidak bisa bersenyawa dengan udara. Akibatnya, tekanan udara berbalik ke atas yang hasilnya berupa ledakan besar mirip bom berkekuatan tinggi.
2. LANDFILL SYSTEM Landfill pun bukan merupakan alternatif yang sesuai karena landfill tidak berkelanjutan, membutuhkan lahan yang sangat luas dan menimbulkan masalah lingkungan. a. Sanitary Landfill Sampah diratakan dan ditimbun dengan menggunakan lapisan tanah dan pasir b. Reusable Sanitary Landfill Sampah diratakan dan ditimbun dengan menggunakan lapisan tanah dan pasir dengan dilengkapi pipa untuk menyalurkan gas yang dihasilkan selama proses pembusukkan sampah menjadi humus. c. Controlled Landfill Sampah diratakan di lokasi dan dilakukan kontrol secara periodik. Dengan menggunakan landfill system maka akan membutuhkan lahan pembuangan sampah yang sangat luas, Oleh karena itu pengolahan sampah yang baik di indonesia masih ketinggalan dengan negara-negara maju yang telah merubah sistem seperti diatas. Secara umum, pemerintah daerah dalam menanggulangi masalah sampah seharusnya mempunyai rencana pengelolaan lingkungan hidup yang baik bagi warga sekitar. Dimana dalam menyusun pengelolaan lingkungan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan dan tidak dapat dipisahkam yaitu: a. Siapa yang akan melakukan pengelolaan lingkungan dan pengelolaan lingkungan apa yang harus dilakukan b. Sesuai dengan dampak yang diduga akan terjadi, maka akan ditetapkan cara pengelolaan yang bagaimana yang akan dilakukan atau teknologi apa yang akan digunakan agar hasilnya sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah c. Karena berbagai institusi termasuk pemilik proyek yang akan melakukan pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu, maka teknologi yang akan digunakan tergantung pada kemampuan biaya yang akan dikeluarkan, terutama kemampuan dari pemilik proyek sebagai sumber pencemar. Permasalahan umum yang terjadi pada pengelolaan sampah kota di TPA , khususnya kota-kota besar adalah adanya keterbatasan lahan, polusi, masalah sosial dan lain-lain. Karena itu pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Memanfaatkan lahan yang terbatas dengan efektif Memilih teknologi yang mudah, dan aman terhadap lingkungan Memilih teknologi yang memberikan produk yang bisa dijual dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat Produk harus dapat terjual habis. Karena itu, untuk memenuhi kriteria tersebut diatas, teknologi yang layak dalam pengelolaan sampah di TPA bantar
gebang dan untuk diterapkan adalah kombinasi dari berbagai teknologi serta penunjang lainya yaitu :
Teknologi anaerobik komposting dranco untuk produksi gas metan dan kompos Incinerator untuk membakar bahan anorganik yang tidak bermanfaat serta pengeringan kompos Unit produksi tenaga listrik dari gas metan Unit drainase dan pengolah air limbah Unit pemasaran (kompos,listrik,limbah laku jual).
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi penyebab gangguan dan ketidakseimbangan lingkungan. Sampah padat yang menumpuk ataupun yang berserakan menimbulkan kesan kotor dan kumuh. sehingga nilai estetika pemukiman dan kawasan di sekitar sampah terlihat sangat rendah. Bila di musim hujan, sampah padat dapat memicu banjir; maka di saat kemarau sampah akan mudah terbakar. Kebakaran sampah, selain menyebabkan pencemaran udara juga menjadi ancaman bagi pemukiman. A. Pencemaran udara Sampah (organik dan padat) yang membusuk umumnya mengeluarkan gas seperti methan (CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta senyawa lainnya. Secara global, gas-gas ini merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas lingkungan (udara) karena mempunyai efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan peningkatan suhu, dan menyebabkan hujan asam. Sedangkan secara lokal, senyawa-senyawa ini, selain berbau tidak sedap / bau busuk, juga dapat mengganggu kesehatan manusia. Sampah yang dibuang di TPA pun masih tetap berisiko; karena bila TPA ditutup atau ditimbun terutama dengan bangunan akan mengakibatkan gas methan tidak dapat keluar ke udara. Gas methan yang terkurung, lama kelamaan akan semakin banyak sehingga berpotensi menimbulkan ledakan. Hal seperti ini telah terjadi di sebuah TPA di Bandung, sehingga menimbulkan korban kematian. B. Pencemaran air Proses pencucian sampah padat oleh air terutama oleh air hujan merupakan sumber timbulnya pencemaran air, baik air permukaan maupun air tanah. Akibatnya, berbagai sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (sumur) di daerah pemukiman telah terkontaminasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat kesehatan manusia /penduduk. Pencemaran air tidak hanya akibat proses pencucian sampah padat, tetapi pencemar terbesar justru berasal dari limbah cair yang masih mengandung zat-zat kimia dari berbagai jenis pabrik dan jenis industri lainnya. Air yang tercemar tidak hanya air permukaan saja, tetapi juga air tanah; sehingga sangat mengganggu dan berbahaya bagi manusia. C. Penyebab banjir Fisik sampah (sampah padat), baik yang masih segar maupun yang sudah membusuk; yang terbawa masuk ke got / selokan dan sungai akan menghambat aliran air dan memperdangkal sungai. Pendangkalan mengakibatkan kapasitas sungai akan berkurang, sehingga air menjadi tergenang dan meluap menyebabkan banjir. Banjir tentunya akan mengakibatkan kerugian secara fisik dan mengancam kehidupan manusia (hanyut / tergenang air). Tetapi yang paling meresahkan adalah akibat lanjutan dari banjir yang selalu membawa penyakit. Sampah sebagai sumber penyakit
Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara langsung maupun tak langsung. Secara langsung sampah merupakan tempat berkembangnya berbagai parasit, bakteri dan patogen; sedangkan secara tak langsung sampah merupakan sarang berbagai vector
(pembawa penyakit) seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk. Sampah yang membusuk; maupun kaleng, botol, plastik; merupakan sarang patogen dan vektor penyakit. Berbagai penyakit yang dapat muncul karena sampah yang tidak dikelola antara lain adalah, diare, disentri, cacingan, malaria, kaki gajah (elephantiasis) dan demam berdarah. Penyakit ini merupakan ancaman bagi manusia, yang dapat menimbulkan kematian. Sampah sebagai bahan baku
Persepsi manusia terhadap sampah harus berubah; bahwa sampah tidaklah merupakan suatu barang yang harus dibuang tetapi dapat dimanfaatkan. Sampah nonorganik; seperti plastik, kertas / kardus, kaleng, besi / logam telah banyak dimanfaatkan kembali (daur ulang). Sebagian anggota masyarakat telah memanfaatkannya sebagai mata pencaharian dengan mengumpulkannya, baik yang terserak di jalan, di tempat-tempat sampah maupun di TPA. Akan tetapi masalah sampah tetap belum terpecahkan karena sampah umumnya merupakan sampah organik; padahal justru jenis sampah inilah yang paling rawan dalam menimbulkan penyakit bagi manusia. Sampah organik, yang merupakan sisa-sisa rumahtangga dan pasar / pertanian, seperti sayur dan buah dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organic (kompos), makanan ternak dan ikan (bokashi) ataupun bahan baku pembuatan batako. Namun demikian, dalam pembuatan bokashi, bahan-bahan yang digunakan dan hasil yang diperoleh, tetap harus dikontrol untuk menghindari adanya bahan yang beracun bagi ternak. Bila masyarakat menjadikan sampah sebagai bahan baku, maka sampah tidak lagi dibuang tetapi dikumpulkan dan diolah. Pemanfaatan sampah tidak hanya akan berdampak positif terhadap terpeliharanya estetika dan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia; tetapi juga dapat menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat.
Recycle / Daur ulang Satu lagi yang tidak kalah penting yaitu pemanfaatan kembali sampah-sampah itu menjadi barangbarang bermanfaat.Contohnya: pembuatan pupuk kompos, pembuatan tas dari sampah plastik dan lain-lain.
Daur ulang atau Recycling adalah proses pengembalian suatu produk yang sudah dipakai atau sisa ke dalam siklus produksi. Dengan kata lain produk yang sudah dipakai mestinya dibuang dipakai lagi. Daur ulang dibedakan menjadi 3 jenis : a. Menggunakan ulang (Reuse) Menggunakan kembali suatu produk untuk bertujuan yang sama, misalnya tabung gas, botol dan sebagainya. b. Menggunakan lagi (Reutilization) Menggunakan buangan untuk keperluan yang berbeda dari konsep awal. Untuk itu diperlukan perlakuan fisi, kimia atau biologis misalnya mengubah dari bekas menjadi granulat sebagai bahan pengisi materi bangunan atau menjadi sandal. c. Mendapatkan bahan dasar kembali (Recovery) Misalnya mendapatkan bahan dasar lagi dari peleburan mobil bekar. Keterbatasan sumber daya alam, pelestarian lingkungan, penghematan energi, penghematan biaya dan penerimaan masyarakat merupakan faktor yang sangat menentukan terselenggaranya program recyling. 2. Pola penanganan sampah yang benar Berdasarkan pola penanganan sampah yang dilakukan pada daerah perkotaan bahwa tanggung jawab pengelolaan sampah adalah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (PEMDA), untuk itu PEMDA berkewajiban untuk melaksanakan : 1. 2. 3. 4. Perbaikan manajemen serta peraturan daerah. Promosi dan meningkatkan peran serta masyarakat Mengembangkan program persampahan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing demi terciptanya lingkungan bersih dan sehat. Exploitasi dan pemeliharaan peralatan persampahan secara terus menerus dengan penuh tanggung jawab, antara lain berkaitan dengan besarnya investasi yang tertanam dalam sarana persampahan.
10
Dalam penanganan persampahan hendaknya pihak PEMDA melibatkan masyarakat khususnya dari segi teknis pengumpulan dan pengelolaan setempat. Masalah utama dibidang persampahan yang dewasa ini umum dihadapi diberbagai kota di Indonesia adalah : 1. Aspek teknis/fisik Keterbatasan kemampuan PEMDA dalam menyediakan sarana fisik untuk memenuhi tingkat pelayanan sesuai peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan penduduk dari waktu ke waktu berkaitan dengan tata ruang kota dan memberikan dampak pada lingkungan seperti gangguan adanya lalat dan estetika sehingga banyaknya TPA dan pengelola yang didemo bahkan sampai berakibat anarkhi oleh masyarakat. 2. Aspek Pengelolaan Menyangkut keterbatasan PEMDA dalam melaksanakan pengelolaan seperti masalah organisasi tenaga kerja dan pendanaan. Kasus-kasus yang dijumpai pada penanganan sampah yang berhubungan dengan pengelolaan adalah : a. b. 3. Belum baiknya planning dan programming jangka pendek maupun jangka panjang. Retribusi yang terkumpul pada umumnya sangat terbatas tidak sebanding dengan biaya operasional dan pemeliharaan.
Aspek Sosial Menyangkut keterbatasan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam berperan serta selaku warga kota dan sekaligus penghasil sampah, yang memiliki hak dan kewajiban dalam menikmati serta mendukung pelayanan kota hal ini dengan sendirinya mengakibatkan rendahnya tingkat pelayanan perkotaan, sehingga sampah menumpuk akibat tidak terangkut.
4.
Aspek Pengaturan Hukum Menyangkut kurang lengkapnya peraturan yang ada atau telah kedaluwarsa dan tidak tegasnya sanksi sehingga peraturan tersebut menjadi mandul.
5.
Aspek Lingkungan. Menyangkut dampak negatifnya dari masalah sampah terhadap lingkungan perkotaan, seperti adanya banjir dan bau. Penanganan sampah dilakukan melalui system pengelolaan yang terdiri dari :
1. 2. 3. 4.
Pengumpulan dari timbulan baik dari rumah tangga, tempat umum, perkantoran dan pertokoan serta kawasan industri. Pengangkutan dari tempat pengumpulan ke tempat pengolahan/tempat pembuangan akhir. Pengolahan, yaitu memproses sampah menjadi bernilai ekonomis berupa : pembuatan kompos, pengecilan volume, dan pemanfaatan hasil pengolahan. Pembuangan akhir.
Dalam penanganan sampah, aspek pembiayaan merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan. Komponen utama dalam pembiayaan pengelolaan sampah meliputi biaya pengadaan kendaraan pengangkutan (truk dan gerobak), operasional dan perawatan kendaraan, tenaga kerja (sopir, penyapu jalan, pengangkut sampah, pengawas dan pegawai administrasi) serta sistem pembuangan akhir sampah. Jumlah kendaraan dan tenaga kerja sangat tergantung dari luasnya lokasi dan volume sampah yang dikelola serta kondisi TPS (Tempat Pengumpulan Sementara) Penyusunan rotasi jadwal pengangkutan sampah yang tepat dapat menjamin terangkutnya semua sampah tepat pada waktunya, sampah yang tidak berserakan akan mempermudah tenaga pengangkut untuk melaksanakan pengosongan dan pembersihan TPS dari tempat sampah, adanya pemisahan antara sampah organik dengan sampah non-organik akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembuangan akhir sampah. Masyarakat sebagai penghasil sampah mempunyai kemampuan untuk menekan biaya penangangan sampah kota melalui beberapa tindakan dan kegiatan yang sederhana yang dapat dilakukan di tiap rumah tangga. Ketertiban dan kedisiplinan masyarakat didalam pembuangan sampah seperti memisahkan sampah basah dan sampah kering dan membuang sampah pada tempatnya (TPS) tidak berserakan.
11
Upaya memperkecil pengelolaan sampah yang baik perlu melibatkan masyarakat sehingga akan didapatkan efisiensi dan ketepatan dalam pengelolaan sampah. Penanganan sampah yang buruk akan berdampak terjadinya perubahan iklim, hal ini terutama diakibatkan oleh kebakaran sampah, gas Metana (CH4), pengaruh terhadap kesehatan berupa penyebaran penyakit menular, gangguan pernapasan akibat dari kualitas udara yang rendah dan lain sebagainya. 3. Pentingnya tindakan pemerintah Dalam menangani masalah sampah dikota jakarta, pemerintah dalam hal ini membuat kebijakan-kebijakan, dimana masalah sampah tersebut juga merupakan masalah lingkungan hidup. Upaya yang telah ditempuh adalah melalui EPR (Extended Producer Responsibility) atau perluasan tanggung jawab produsen. EPR adalah suatu pendekatan kebijakan yang meminta produsen menggunakan kembali produk-produk dan kemasannya. Kebijakan ini memberikan insentif kepada mereka untuk mendesain ulang produk mereka agar memungkinkan untuk didaur ulang tanpa material-material yang berbahaya dan beracun. Banyak komunitas yang telah mampu mengurangi 50% penggunaan landfill dan incenerator (incenerator = alat pembakar sampah untuk membakar sampah non organik yang tidak memiliki nilai jual hingga menjadi bubuk terkecil yang tidak berbahaya bagi manusia. Dalam hal ini pemda DKI Jakarta seharusnya melakukan seperti apa yang diuraikan diatas agar permasalahan sampah dapat ditanggulangi. Selama ini pengelolaan sampah DKI jakarta yang dilakukan oleh pengelola tidak dilakukan dengan profesional seolah-olah menutupi anggaran yang dikeluarkan yang akibatnya membuat pencamaran lingkungan semakin menjadi-jadi didaerah bantar gebang. Sebanarnya untuk menangulangi permasalahan-permasalahan tersebut, pemerintah melalui PP No. 16 tentang Air Minum dan Sanitasi, salah satunya menegaskan bahwa Pemerintah Daerah dibenarkan menerbitkan Perda tentang persampahan. Perda ini menjelaskan tata cara masyarakat dalam upaya mengurangi volume sampah sejak dari sumbernya. Pengurangan sampah juga dapat dilakukan dengan cara inovasi teknologi dalam komposting misalnya, pemanfaatan limbah dan gas hasil pembakaran untuk berbagai keperluan, dalam upaya menerapkan 3 R (reduce, reuse dan recycling). 3 R perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Penanganan sampah tidak memerlukan teknologi tinggi, melainkan kepedulian semua pihak, . Dengan adanya pengaturanyang dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, dari segala bentuk pelanggaran dan kejahatan, bagi pelaku baik yang dilakukan oleh perorangan maupun badan hukum dengan upaya pencegahan (preventif) maupun penindakanya(represif). Untuk tindakan represif ada beberapa jenis instrumen yang diterapkan antara lain melihat dampak yang ditimbulkan.
12
Daur ulang adalah sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari sampah. Sebagai contoh, proses daur ulang alumunium diyakini mampu menghemat energi hingga 95% dan mengurangi polusi udara hingga lebih dari 90% dibandingkan proses pembuatan alumunium dari bahan mentah (bijih tambang).
13
angka tertentu menunjukkan jenis plastik tertentu, dan kadang-kadang diikuti dengan singkatan, misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-lain, sehingga mempermudah proses daur ulang.
7. 8.
CARA MEMBUAT : 1. Gunting kertas kado sesuai ukuran foto 2. Lipat kertas kado, menjadi bentuk persegi dan menyerupai bingkai . 3. Rekatkan ujung ujungnya dengan solasi . 4. Buatlah penutup untuk bagian belakang bingkai dengan ukuran yang sama , 5. Gunting lalu rekatkan pada bagian belakang bingkai dengan solasi pada gulungan bingkai yang telah disusun . 6. lalu tempelkan korek api di pinggir bingkai foto Dan buat penahan untuk menyangga bingkai foto dengan menggunakan kardus yang dilapisi kertas kado dimasukkan Rekatkan penyangga tersebut menggunakan solasi
14
15
Alat dan bahan yang digunakan : Kulit Jagung 3 buah Gunting Pewarna /Wantex Lem Kawat Tempayan 5 buah Plastik Berwarna Cara Membuat Bunga dari Kulit Jagung
1. Pilihlah kulit jagung yang sudah dianggap cukup umur, sekitar 3 bulan 2. Kemudian kulit jagung dilepaskan satu persatu dan dipilah sesuai lembarannya. Lembaran daun pertama hingga daun ketiga dipisah karena lembaran tersebut merupakan kualitas yang baik 3. Kulit jagung yang sudah dipilah selanjutnya direbus dengan pewarna atau wantek, lama perebusan selama satu jam dan dibolak-balik agar warnanya merata 4. Kemudian kulit jagung ditiriskan dan dikeringkan, jangan dijemur diterik matahari karena kulit jagung nanti menjadi pecah 5. Kulit jagung yang telah kering selanjutnya disetrika dengan suhu sedang 6. Kemudian kulit jagung dilapis menjadi dua sebelum dipola. Ini agar dalam mempola menjadi kelopak bunga lebih mudah dan tidak mudah robek. 7. Kulit jagung yang sudah dilapis tersebut selanjutnya dipola sesuai dengan bentuk yang diinginkan. 8. Setelah dipola kemudian diserut sesuai lengkung yang diinginkan 9. Langkah terakhir yaitu merangkai bahan sesuai bentuk bunga. 10. Selesai dirangkai, bunga diberi tangkai berupa kawat yang dibalut floral tape
Bahan dan alat : Kantong plastik (kresek) berbagai ukura Gunting Tali atau selotip
Cara Pembuatan : 1. Potong lurus pada bagian atas dan bawah plastik. 2. Buka lipatan di bagian samping kantong plastik sehingga kantong plastik sekarang berbentuk seperti selongsong. 3. Guntinglah kedua sisinya sehingga sekarang kita mendapatkan 2 lembar plastik berbentuk kotak. 4. Lipat kedua lembar plastik tersebut sekaligus; tepat di tengahnya.
5. Potong tepat pada lipatannya. Sekarang kantong plastiknya menjadi 4 lembar berbentuk persegi panjang.
16
6. Ulangi lagi Prosesnya: Lipat kedua lembar plastik tersebut sekaligus tepat di tengahnya, kemudian gunting. Maka sekarang kita mendapatkan 8 lembar plastik berbentuk persegi. 7. Lipat zig-zag (seperti akordion) seperti membuat alas obat nyamuk dari kertas. 8. Ikat bagian tengahnya dengan tali atau selotip 9. Gunting kedua bagian tepinya sehingga berbentuk lancip atau melengkung 10. Buka lipatan di kedua sisinya sehingga bentuknya seperti kupu-kupu 11. Uraikan lembaran plastik satu per satu. Kemudian atur sehingga bentuknya seperti bola. 12. Pasangkan pada sedotan atau gantungkan pada tali. Buatlah beberapa buah bunga lagi dengan warna yang sama atau menggunakan berbagai macam kantong plastik. Kreasikan menurut selera Anda.
1. Cuci bersih sampah plastik yang akan dibuat,untuk menghilangkan kotoran kotoran yang masih melekat,seperti kotoran minyak,tanah,dll. 2.setelah bahan plastik kering,mulai mengukur bahan,sampai disini aku ,pribadi tidak terlalu mengukur bahan.cukup hanya meratakan bekas guntingan bahan,agar tidak banyak bahan yang terbuang.dan hasilnya kerapian lebih maksimal.dan hasil jadinya awet,karena tidak banyak proses menyambung bahan. 3.mulai menyambung bahan dengan menjahit,disini saya menyambung bahan,jika bahannya memang plastik kecil kecil,seperti plastik kopi,molto renteng,pop es,dll.lakukan jahit sejajar doble jika memang perlu menyambung. 4.pasang retsleting,untuk memasang retleting,aku punya tips khusus.pasang terlebih dulu bisban ditempat yang akan dipasangi retsleting.setelah itu baru pasang retsletingnya.ini bertujuan untuk memperkuat hasil jadinya.retsleting yang sering dibuka tutup akan kuat jika daya cengkeramnya ada pada bisbannya,bukan pada plastiknya. 5.setelah semua terpasang barulah menjahit semua tepi plastik dengan bisban agar rapi dan kuat.
17