Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMIAH SEKSUAL AND HEALTH

PENGARUH MEROKOK TERHADAP DISFUNGSI SEKSUAL

PENULIS : Velsya Sukria Yulanda (1010070100102)

PEMBIMBING : Dr. H. Abdullah Wali Nasution, DABK, Sp.And

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH 2013

KATA PENGANTAR Dengan mengucapakan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang telah dievaluasi oleh pembimbing modul seksual and health tepat pada waktunya. Shalawat serta salam juga kami tuturkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan bagi umat yang bertaqwa kepada -Nya . Makalha ilmiah yang berjudul HUBUNGAN MEROKOK DENGAN DISFUNGSI SEKSUAL ini penulis buat sebagai tugas Modul seksual and health dan sebagai wadah untuk menambah wawasan mengenai pemeriksaan terhadap pasien yang menderita pielonefritis. Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan makalah ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak yang sangat membantu semasa penulisan dilakukan. Kami tim penulis amat sadar karena keterbatasan yang kami miliki saat menulis karya tulis ini. Untuk itu, para pembaca dipersilahkan menelusuri kepustakaan yang telah dicantumkan sebagai bacaan anjuran di akhir karya tulis ilmiah dengan memegang asas medicine is a life-long study. Padang, November 2013

Tim penulis

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebiasaan. Mulai dari berolahraga, membaca, menulis, mengarang,dan sebagainya.Di antara sekian banyak kebiasaan manusia, ada salah satu kebiasaan manusia yang sangat merugikan bagi kesehatan mereka.Anehnya, kebiasaan yang tidak baik ini sering dilakukan oleh masyarakat kita, yakni kebiasaan merokok. Merokok sendiri bukanlah hal yang dianggap tabu oleh masyarakat kita,meskipun yang melakukannya adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah.Hal ini sangat memprihatinkan, karena sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam rokok terdapat banyak zat beracun yang nantinya akan mengganggu kesehatan tubuh kita terutama dapat menimbulkan terjadinya disfungsi ereksi pada pria. Rokok lebiih kurang mengandung 4000 elemen-elemen racun. Racun utama pada rokok adalh tar, nikotin dan kabon monoksida. Maka jika menghirup rokok baik sengaja ataupun tidak berate kita menghirup 4000 macam racun. Kebiasaan merokok tidak hanya merugikan si perokok saja, tapi juga merugikan orang yang menghirup asap rokok tersebut. 1.2 Tujuan Diharapkan warga masyarakat dapat sadar dan segera meninggalkan atau mengurangi kebiasaan mereka yang tidak baik.Karena bagaimanapun juga dampak rokok bagi kesehatan pelaku (perokok aktif) maupun kesehatan orang yang terkena paparan asap rokok perokok aktif (perokok pasif) sangat besar. 1.3 Manfaat 1. 2. 3. Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematik Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah dengan baik dan benar Menambah wawasan mengenai Pengaruh rokok terhadap disfungsi ereksi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rokok 2.1.1. Defenisi Rokok Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya, yang dihasilkan dari tananman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya dimana sinteisnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Sutiyoso,2004). Triswanto (2007) mengatakan bahwa rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang berukuran panjang 70 hingga 120 mm yang berisi daun tembakau yang telah diolah. Jadi rokok merupakan hasil olahan tembakau yang dibungkus dengan kertas berbentuk silinder. 2.1.2. Kandungan Rokok Rokok mengandung ribuan bahan zat kimia. Beberapa ahli menyatakan bahwa sebatang rokok yang dibakar akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya dan 43 diantaranya merupakan bahan penyebab kanker (karsinogenik). Secara umum, bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen gas dan komponen padat (partikel) (Aditama,1997 dalam Arief,2007) Komponen gas yang terkandung dalam rokok terdiri dari karbon monoksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen, dan senyawa hidrokarbon. Sedangkan komponen padat terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol dan kadmium. Tar merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru dan mengandung bahan-bahan karsinogen yang dapat menyebabkan kanker. Tar adalah kumpulan dari ratusan atau bahkan ribuan bahan kimia yang berbahaya dalam komponen padat asap rokok setelah dikurangi nikotin dan air. Jadi tar merupakan suatu komponen yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat karsinogenik.

Nikotin merupakan kandungan rokok yang menyebabkan perokok merasa rileks. Nikotin adalah senyawa kimia organik dan merupakan sebuah alkaloid yang ditemukan secara alami di berbagai macam tumbuhan seperti tembakau dan tomat. Nikotin bisa mencapai 0,3% sampai 0,5% dari berat kering tembakau. Nikotin mengandung zat yang dapat membuat orang ketagihan dan menimbulkan ketergantungan. Karbon monoksida merupakan bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil. Karbon monoksida lebih mudah terikat dengan hemoglobin (Hb) daripada oksigen. Dengan demikian, hal ini akan mempengaruhi pemenuhan oksigen ke seluruh tubuh padahal oksigen sangat diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh.sel tubuh yang kekurangan oksigen akan berusaha melakukan kompensasi dengan menyempitkan (spasme) pembuluh darah. Masih banyak komponen rokok yang belum dikenal masyarakat secara luas. Komponen rokok tersebut adalah hidrogen sianida, amoniak, oksida nitrogen, farmaldehida, arsenik, aseton, pyridine, methyl chloride, senyawa hidrokarbon benzopiren, fenol, polonium, kadnium, acrolein, formic acid, dan lain-lain. 2.1.3. Bahaya Rokok Berbagai sumber menyatakan bahwa merokok dapat

membahayakan kesehatan tubuh, baik bagi perokok aktif maupun orang yang berada di sekitar perokok aktif tersebut. Rokok bukan hanya

menyebabkan kanker dan penyakit jantung namun rokok menyebabkan penyakit penyakit yang serius mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Adapun penyakit yang dapat diakibatkan oleh rokok adalah : a. Kanker paru b. Bronkitis kronik dan emfisema c. Penyakit kardiovaskular d. Gangguan pada janin dalam kandungan e. Gangguan pada seksualitas f. Rambut rontok

g. Katarak h. Kulit keriput i. Hilang pendengaran j. Psoriasis 2.2 Disfungsi Seksual 2.2.1. Pengertian Disfungsi Seksual

1. Definisi Disfungsi Seksual Istilah disfungsi seksual menunjukkan adanya gangguan pada salah satu atau lebih aspek fungsi seksual. Bila didefinisikan secara luas, disfungsi seksual adalah ketidakmampuan untuk menikmati secara penuh hubungan seks. Secara khusus, disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadi pada salah satu atau lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang normal. Sehingga disfungsi seksual dapat terjadi apabila ada gangguan dari salah satu saja siklus respon seksual.

2. Siklus Respon Seksual (Kolodny, Master, Johnson, 1979) a. Fase Perangsangan (Excitement Phase) Perangsangan terjadi sebagai hasil dari pacuan yang dapat berbentuk fisik atau psikis. Kadang fase perangsangan ini berlangsung singkat, segera masuk ke fase plateau. pada saat yang lain terjadi lambat dan berlangsung bertahap memerlukan waktu yang lebih lama. Pemacu dapat berasal dari rangsangan erotik maupun non erotik, seperti pandangan, suara, bau, lamunan, pikiran, dan mimpi. b. Fase Plateau Pada fase ini, bangkitan seksual mencapai derajat tertinggi yaitu sebelum mencapai ambang batas yang diperlukan untuk terjadinya orgasme. c. Fase Orgasme Orgasme adalah perasaan kepuasan seks yang bersifat fisik dan psikologik dalam aktivitas seks sebagai akibat pelepasan memuncaknya ketegangan seksual (sexual tension) setelah terjadi fase rangsangan yang memuncak pada fase plateau.

d. Fase Resolusi
Pada fase ini perubahan anatomik dan faal alat kelamin dan luar alat kelamin yang telah terjadi akan kembali ke keadaan asal. Sehingga adanya hambatan atau gangguan pada salah satu siklus respon seksual diatas dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual.

2.2.2. Etiologi Disfungsi Seksual

Berikut ini ada beberapa penyebab terjadinya disfungsi seksual yaitu : 1. Dikarenakan adanya suatu penyakit seperti diabetes melitus, menurunnya hormon, anemia, kurang gizi, dan lain-lain 2. Asanya gangguan psikologis seperti depresi, fobia, dan gangguan lainnya. Pada dasarnya disfungsi seksual dapat terjadi baik pada pria ataupun wanita, etiologi disfungsi seksual dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Faktor Fisik Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian badan tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu dapat menyebabkan disfungsi seksual dalam berbagai tingkat (Tobing, 2006). Faktor fisik yang sering mengganggu seks pada usia tua sebagian karena penyakit-penyakit kronis yang tidak jelas terasa atau tidak diketahui gejalanya dari luar. Makin tua usia makin banyak orang yang gagal melakukan koitus atau senggama (Tobing, 2006). Kadang-kadang penderita merasakannya sebagai gangguan ringan yang tidak perlu diperiksakan dan sering tidak disadari (Raymond Rosen., et al, 1998). Dalam Product Monograph Levitra (2003) menyebutkan berbagai faktor resiko untuk menderita disfungsi seksual sebagai berikut. a. Gangguan vaskuler pembuluh darah, misalnya gangguan arteri koronaria. b. Penyakit sistemik, antara lain diabetes melitus, hipertensi (HTN), hiperlipidemia (kelebihan lemak darah). c. Gangguan neurologis seperti pada penyakit stroke, multiple sklerosis. d. Faktor neurogen yakni kerusakan sumsum belakang dan kerusakan saraf.

e. Gangguan

hormonal,

menurunnya

testosteron

dalam

darah

(hipogonadisme) dan hiperprolaktinemia. f. Gangguan anatomi penis seperti penyakit peyronie (penis bengkok). g. Faktor lain seperti prostatektomi, merokok, alkohol, dan obesitas. Beberapa obat-obatan anti depresan dan psikotropika menurut penelitian juga dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain: barbiturat, benzodiazepin, selective serotonin seuptake inhibitors (SSRI), lithium, tricyclic antidepressant (Tobing, 2006).

2. Faktor Psikis Faktor psikoseksual ialah semua faktor kejiwaan yang terganggu dalam diri penderita. Gangguan ini mencakup gangguan jiwa misalnya depresi, anxietas (kecemasan) yang menyebabkan disfungsi seksual. Pada orang yang masih muda, sebagian besar disfungsi seksual disebabkan faktor psikoseksual. Kondisi fisik terutama organ-organnya masih kuat dan normal sehingga jarang sekali menyebabkan terjadinya disfungsi seksual (Tobing, 2006). Tetapi apapun etiologinya, penderita akan mengalami problema psikis, yang selanjutnya akan memperburuk fungsi seksualnya. Disfungsi seksual pria yang dapat menimbulkan disfungsi seksual pada wanita juga ( Abdelmassih, 1992, Basson, R, et al., 2000). Masalah psikis meliputi perasaan bersalah, trauma hubungan seksual, kurangnya pengetahuan tentang seks, dan keluarga tidak harmonis (Susilo, 1994, Pangkahila, 2001, 2006, Richard, 1992).

2.2.3. Tanda-tanda terjadinya disfungsi seksual 1. Pada Pria a. Terjadinya penurunan libido b. Obesitas c. Mempunyai penyakit impoten d. adanya penyakit infeksi, seperti TBC, hepatitis, sehingga hilangnya kadar hormon estrogen 2. Pada Wanita

a. penurunan gairah seksual b. terjadinya gangguan orgasme akibat kecemasan atau trauma seksual c. terjadinya dispareunia, ini adalah akibat vagina yang mengering d. terjadinya vaginismus, ini adalah vagina menjadi berkerut saat beraktivitas e. stres dan lelah

2.2.4. Macam-Macam Disfungsi Seksual

1. Gangguan Dorongan Seksual (GDS) a. Pengertian Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hormon testosteron, kesehatan tubuh, faktor psikis dan pengalaman seksual sebelumnya. Jika di antara faktor tersebut ada yang menghambat atau faktor tersebut terganggu, maka akan terjadi GDS (Pangkahila, 2007), berupa: 1) Dorongan seksual hipoaktif The Diagnostic and Statistical Manual-IV memberi definisi dorongan seksual hipoaktif ialah berkurangnya atau hilangnya fantasi seksual dan dorongan secara persisten atau berulang yang menyebabkan gangguan yang nyata atau kesulitan interpersonal. 2) Gangguan eversi seksual Timbul perasaaan takut pada semua bentuk aktivitas seksual sehingga menimbulkan gangguan. b. Prevalensi dan manifestasi Diduga lebih dari 15 persen pria dewasa mengalami dorongan seksual hipoaktif. Pada usia 40-60 tahun, dorongan seksual hipoaktif merupakan keluhan terbanyak. Pada dasarnya GDS disebabkan oleh faktor fisik dan psikis, antara lain adalah kejemuan, perasaan bersalah, stres yang berkepanjangan, dan pengalaman seksual yang tidak menyenangkan (Pangkahila, 2006).

2. Gangguan Ereksi a. Disfungsi ereksi 1) Pengertian Disfungsi ereksi (DE) berarti ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan hubungan seksual dengan baik (Pangkahila, 2007). Disfungsi ereksi disebut primer bila sejak semula ereksi yang cukup unutuk melakukan hubungan seksual tidak pernah tercapai. Sedang disfungsi ereksi sekunder berarti sebelumnya pernah berhasil melakukan hubungan seksual, tetapi kemudian gagal karena sesuatu sebab yang mengganggu ereksinya (Pangkahila, 2006). 2) Penyebab dan manifestasi Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor fisik dan faktor psikis. Penyebab fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor hormonal, faktor vaskulogenik, faktor neurogenik, dan faktor iatrogenik (Pangkahila, 2007). Faktor psikis meliputi semua faktor yang menghambat reaksi seksual terhadap rangsangan seksual yang diterima. Walaupun penyebab dasarnya adalah faktor fisik, faktor psikis hampir selalu muncul dan menyertainya (Pangkahila, 2007).

3. Gangguan Ejakulasi (Pangkahila, 2007) a. Ejakulasi dini 1) Pengertian Ada beberapa pengertian mengenai ejakulasi dini (ED). ED merupakan ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sampai pasangannnya mencapai orgasme, paling sedikit 50 persen dari kesempatan melakukan hubungan seksual. Berdasarkan waktu, ada yang mengatakan penis yang mengalami ED bila ejakulasi terjadi dalam waktu kurang dari 1-10 menit. Untuk menentukan seorang pria mengalami ED harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : ejakulasi terjadi dalam waktu cepat, tidak dapat dikontrol, tidak dikehendaki oleh yang bersangkutan, serta mengganggu yang bersangkutan dan atau pasangannya (Pangkahila, 2007).

2) Prevalensi dan manifestasi ED merupakan disfungsi seksual terbanyak yang dijumpai di klinik, melampaui DE. Survei epidemiologi di AS menunjukkan sekitar 30 persen pria mengalami ED. Ada beberapa teori penyebab ED, yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu penyebab psikis dan penyebab fisik. Penyebab fisik berkaitan dengan serotonin. Pria dengan 5-HT rendah mempunyai ejaculatory threshold yang rendah sehingga cepat mengalami ejakulasi. Penyebab psikis ialah kebiasaan ingin mencapai orgasme dan ejakulasi secara tergesa-gesa sehingga terjadinya ED (Pangkahila, 2006). b. Ejakulasi terhambat 1) Pengertian Berlawanan dengan ED, maka pria yang mengalami ejakulasi terhambat (ET) justru tidak dapat mengalami ejakulasi di dalam vagina. Tetapi pada umumnya pria dengan ET dapat mengalami ejakulasi dengan cara lain, misalnya masturbasi dan oral seks, tetapi sebagian tetap tidak dapat mencapai ejakulasi dengan cara apapun. 2) Prevalensi dan manifestasi Dalam 10 tahun terakhir ini hanya 4 pasien datang dengan keluhan ET. Sebagian besar ET disebabkan oleh faktor psikis, misalnya fanatisme agama sejak masa kecil yang menganggap kelamin wanita adalah sesuatu yang kotor, takut terjadi kehamilan, dan trauma psikoseksual yang pernah dialami.

4. Disfungsi Orgasme (Pangkahila, 2007) a. Pengertian Disfungsi orgasme adalah terhambatnya atau tidak tercapainya orgasme yang bersifat persisten atau berulang setelah memasuki fase rangsangan (excitement phase) selama melakukan aktivitas seksual. b. Penyebab dan manifestasi Hambatan orgasme dapat disebabkan oleh penyebab fisik yaitu penyakit SSP seperti multiple sklerosis, parkinson, dan lumbal sympathectomy. Penyebab psikis yaitu kecemasan, perasaan takut

menghamili, dan kejemuan terhadap pasangan. Pria yang mengalami hambatan orgasme tetap dapat ereksi dan ejakulasi, tapi sensasi erotiknya tidak dirasakan.

5. Dispareunia (Pangkahila, 2007) a. Pengertian Dispareunia berarti hubungan seksual yang menimbulkan rasa sakit pada kelamin atau sekitar kelamin. b. Penyebab dan manifestasi Salah satu penyebab dispareunia ini adalah infeksi pada kelamin. Ini berarti terjadi penularan infeksi melalui hubungan seksual yang terasa sakit itu. Pada pria, dispareunia hampir pasti disebabkan oleh penyakit atau gangguan fisik berupa peradangan atau infeksi pada penis, buah pelir, saluran kencing, atau kelenjar prostat dan kelenjar kelamin lainnya.

2.3 Pengaruh Rokok terhadap Disfungsi Seksual A. Pada laki-laki Merokok dapat merusak pembuluh darah dan nikotin yang terkandung dalam rokok akan mempersempit arteri sehingga mengurangi aliran darah ke penis Kemudian pada laki-laki rokok berpengaruh pada kualitas dan kuantitas sperma. Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas sangat berpotensi

menimbulkan radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul yang mempunyai atom dengan elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas tidak stabil dan mempunyai reaktivasi yang tinggi. Reaktivitasnya dapat merusak seluruh tipe makromolekul seluler termasuk karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat. Kelebihan produksi radikal bebas atau oksigen yang reaktif (ROS, reactive oxygen species) dapat merusak sperma, dan ROS telah diketahui sebagai salah satu penyebab infertilitas. Radikal bebas secara fisiologis terdapat pada sperma manusia dan timbulnya radikal bebas dalam tubuh diimbangi dengan mekanisme

pertahan endogen, dengan memproduksi zat yang mempunyai pengaruh sebagai anti radikal bebas yang disebut antioksidan. Akan tetapi, pada saat level ROS meningkat melebihi dari sistem pertahanan antioksidan tubuh, terjadilah stress oksidatif. Stres oksidatif merupakan kondisi dimana terjadinya peningkatan ROS yang akan menyebabkan kerusakan sel, jaringan atau organ. Pada kondisi stres oksidatif, radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel dan merusak organisasi membran sel. Membran ini sangat penting bagi fungsi reseptor dan fungsi enzim, sehingga terjadinya peroksidasi lipid membran sel oleh radikal bebas dapat mengakibatkan hilangnya fungsi seluler secara total. Stres oksidatif menyebabkan menurun atau hilangnya motilitas sperma karena partikel gas rokok yang dapat menyebabkan terjadinya aglutinasi sperma , kerusakan pada DNA dan apoptosis sel sperma, penurunan morfologi sperma, viabilitas, dan kemampuan spermatozoa. Selain mempengaruhi spermatogenesis, merokok juga

menyebabkan perubahan kadar hormon testosteron. Pengaruh asap rokok dapat mempengaruhi sintesa hormon testosteron melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama melibatkan komponen logam (kadmium dan nikel) dalam asap rokok yang dapat menganggu aktivitas enzim adenil siklase pada membran sel leydig sehingga mengakibatkan terhambatnya sintesa hormon testosteron. Mekanisme kedua melibatkan nikotin dalam asap rokok yang dapat menstimulasi medula adrenal untuk melepaskan katekolamin. Katekolamin dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga dapat mengganggu proses spermatogensis dan sintesa hormon testosteron melalui mekanisme umpan balik antara hipotalamus-hipofisis anterior testis. B. Pada wanita Merokok dapat menurunkan kesuburan wanita hingga 50%. Tembakau bisa menyebabkan lendir leher rahim mengental, mencegah perkembangan sperma, serta menurunkan level estrogen yang dapat

mengurangi kualitas dinding rahim dan membatasi aliran darah yang diperlukan untuk implantasi telur.

PENUTUP 3.1 Kesimpulan Merokok merupakan salah gaya hidup yang berdampak negative terutama bagi kesehatan tubuh seseorang. Seorang perokok yang aktif akn menyimpan beribu-ribu zat racun di tubuhnya. Zat racun ini akan masuk keperedaran darah dan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Hal ini akan mengakibatkan aliran darah tidak lancar dan penis gagal ereksi sehinga terjadi disfungsi ereksi ( impotensi) 3.2 Saran 1. 2. 3. Menghentikan kebiasaan merokok segera mungkin Konsultasi ke dokter jika terjadi masalah ereksi Temui terapi seksual, ini dapat membantu berhenti merokok dan mengambalikan kemampuan seksual

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y.1997. Rokok dan kesehatan.Jakarta:Universitas Indonesia Agarwal A, Shaleh RA, Bedaiwy MA. (2003). Role of reactive oxygen species in the pathophysiology of human reproduction. Fertil Steril. 79 :829-843 Amarudin.2009. Hubungan dengan infertilitas dengan kualitas spermatozoa pada pria.Jakarta :Universitas Respati Indonesia Anonimous.2007.Rokok dan Kesehatan Reproduksi Pria. http://www.gesang.co.id/article_detail.php?aid=662 diakses tanggal 6 November 2013 Durank, Mark dkk.2006.Psikologi Abnormal.Buku kedua.Yogyakarta: Pustaka PelajarPangkahila. 2007 Diagnostic and Statistical Manual for Psychiatric Disorders. Edisi keempat. Washington, DC: American Psychiatric Association, 1994 Triswanto, S.2007. Stop smoking. Sleman : Progresif books

Anda mungkin juga menyukai