Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL METOPEN

PENGARUH LEVERAGE, PELUANG PERTUMBUHAN, PERSISTENSI LABA, RISIKO, DANCORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITYTERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE STUDI DI BURSA EFEK INDONESIA

Disusun oleh: Nama NIM Program Studi Jenjang : Dedif Suhermanto : 10010032 : Manajemen : Strata 1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YPPI REMBANG 2013

A. Judul Pengaruh Leverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba, Risiko, Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Earning response coefficient Pada Perusahaan High Profile

B. Latar Belakang Perkembangan zaman merupakan salah satu yang memicu atau menjadi dorongan berkembangnya semua bidang yang ada dan salah satu dari bidang yang berkembang adalah ekonomi yang di tandai dengan perkembangan yang pesat oleh perusahaan-perusahaan yang ada di dunia khususnya di indonesia, perusahaan yang sudah berkembang dan apalagi sudah maju dimana perusahaan akan melaporkan laporan keuangannya kepada publik dan siapapun bisa mengaksesnya yang juga di dalamnya terkandung informasi laba yang menginformasikan tentang laba perusahaan di mana akan di jadikan dasar oleh investor apabila ingin membeli saham perusahaan. Menurut Imroatussolihah (2013:75), Informasi laba merupakan salah satu instrumen yang digunakan investor dalam pengambilan keputusan investasi, akan tetapi saat ini informasi laba tidak dapat dijadikan satu-satunya instrumen dalam penentuan keputusan investasi,hal ini di tunjukan hasil penelitian Sayekti (2007) menyatakan adanya korelasi yang lemah antara return saham dan tingkat laba perusahaan, dan rendahnya kontribusi laba untuk memprediksi pergerakan harga saham.Sebagai seorang investor harus mempertimbangkan hal-hal lain yang di luar yang dapat dijadikan dasar untuk

memprediksi return saham yang di inginkan ketika akan melakukan investasi pada salah satu peusahaan yang di kehendaki atau di pilih. Dalam manajemen keuangan sering di lakukan penelitian mengenai hubungan antara return saham dengan laba untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan yang terjadi diantara keduanya, penelitian mengenai masalah inibiasanya menggunakan angka laba sebagai variabel dependen yang di regresikan dengan return saham sebagai variabel independen, tetapi ada metode lain yang di gunakan untuk mengukur laba yaitu dengan menggunakan variabel Earnings Response Coefficient ( Ambarwati , 2008:128). Scott (2003) mendefinisikan Earnings Response Coefficient(ERC) sebagai koefisien yang digunakan untuk mengukur besarnya return saham dalam merespon laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat ERC maka menunjukkan semakin tinggi pulareturn saham yang dapat diharapkan dari peningkatan laba. Investor akan lebih mudah memprediksi laba yang mungkin didapatkan dari investasi saham pada suatu perusahaan di masa datang dengan mengetahui tingkat ERC suatu perusahaan (Imroatussolihah, 2013). Tinggi rendahnya angka Earnings Response Coefficient (ERC) tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor finansial perusahaan melainkan juga

dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor non finansial.Dari faktor finansial sendiri terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC) salah satunya ialah leverage, Sudana (2009), menyatakan leverage timbul karena dalam operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan sumber

dana yang menimbulkan biaya tetap. Scott (2003)menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat leverage perusahaan akan menyebabkan rendahnya koefisien ERC. Perusahaan yang memiliki prosentase utang tinggi maka laba yang diperoleh perusahaan akan lebih banyak dialokasikan untuk kreditur daripada pemegang saham.Penelitian mengenai leveragepernah di lakukan oleh Ambarwati (2008) menemukan bahwa leverageberpengaruh negatif terhadap ERC, akan tetapi dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Hapsari (2010) menemukan bahwa leverageberpengaruh positif terhadap ERC sedangkan penelitian yang terbaru oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap ERC. Selain leveragepeluang pertumbuhan juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ERC. Menurut Scott (2003) peluang pertumbuhan akan meningkatkan harapan laba di masa mendatang sehingga akan menguntungkan baik bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang pertumbuhan akan meningkatkan ERC perusahaan. Penelitian yang di dilakukan oleh Collin dan Kothari (1994) menemukan adanya pengaruh positif antara peluang pertumbuhan terhadap ERC. Hasil yeng berbeda ditemukan oleh Hidayati dan Murni (2010) yang menyatakan bahwa peluang pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap ERC dan juga yang di lakukan oleh

Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa peluang pertumbuhan secara simultan berpengaruh terhadap ERC namun secara parsial juga sama dengan penelitian Hidayati dan Murni (2010) bahwa peluang pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap ERC.

Berdasarkan definisi ERC, koefisien yang rendah menunjukkan bahwa laba yangdilaporkan tidak informatif terhadap investor,kemungkinan

penyebabnya karena laporan dianggapmemiliki banyak komponen transitory atau komponenyang belum tentu terjadi kembali dimasa yang akandatang. Sebaliknya koefisien ERC yang besarmenunjukkan bahwa bahwa harga saham sangatberhubungan dengan laba menunjukkan bahwa labamemiliki komponen yang relatif permanen.Persistensi dapat dilihat berdasarkan keseluruhanlaporan keuangan ataupun diukur berdasarkan komponen laporan keuangan

(Ambarwati, 2008). Ini menunjukan bahwa variabel pesintensi laba ada keterkaitan dengan ERC yang di buktikan oleh beberapa peneliti yaitu

penelitian yang di lakukan Ambarwati (2008) menemukan bahwa persistensi laba berpengaruh positif terhadap ERC, sedangkan Hapsari (2010) menemukan bahwa persistensi laba tidak berpengaruh terhadap ERC serta Imroatussolihah (2013) juga menemukan bahwa persistensi laba tidak berpengaruh terhadap ERC. Dalam hal investasi seorang investor juga selalu memperhatikan yang namanya risiko atau beta , Menurut Haryanto (2007), kebanyakan investor Indonesia adalah tipe risk averse atau penghindar risiko. Investor tipe risk aversehanya bersedia melakukan investasi jika tambahan hasil yang diharapkan lebih besar dari tambahan risiko. Sudana (2009), Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan.

Penelitian mengenai risiko pernah di lakukan oleh Ambarwati (2008) dan Hapsari (2010) menemukan bahwa risiko berpengaruh negatif terhadap ERC. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Hidayati dan Murni (2009) yang menemukan bahwa risiko berpengaruh positif terhadap ERC, sedangkan penelitian terbaru oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa risiko berpengaruh negatif terhadap ERC. Faktor-faktor non finansial seperti kegiatan lingkungan sosial perusahaan juga dapat memberikan efek terhadap besarnya koefisien laba secara kasap mata misalnya perusahaan melakukan CSR maka laba yang di punyai akan menurun karena di gunakan untuk pendanaan CSR tersebut. Pada teori legitimasi Lang and Lindholm, (1993) legitimasi yaitu merupakan suatu kondisi di mana sistem nilai sebuah entitas sama dengan sistem nilai dari sistem sosial masyarakat di mana suatu entitas menjadi bagian dari masyarakat. Lahirnya teori legitimasi dilandasi adanya kontrak sosial antara masyarakat dan perusahaan dalam menggunakan sumber ekonomi.Perwujudan legitimasi dalam dunia bisnis dapat berupa pelaporan aktivitas sosial yang berupa tanggung jawab sosial perusahaan. (Imroatussolihah :2013). Lang dan Lundholm (1993) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela berhubungan positif terhadap kinerja pasar.Sedangkan Sayekti (2007) dan Eriana (2010) menyatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap ERC. Peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Leverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba, Risiko, Dan Corporate

Social

Responsibility

Terhadap

Earning

response

coefficientPada

Perusahaan High Profile.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh leverage terhadap Earning response coefficient(ERC) pada perusahaan high profile ? 2. Bagaimana pengaruh peluang pertumbuhan terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile ? 3. Bagaimana pengaruh persistensi laba terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile ? 4. Bagaimana pengaruh risiko terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile ? 5. Bagaimana pengaruh corporate social responsibility terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile ? masalahdalam

D. Tujuan penelitian Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas ialah sebagai berikut: 1. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh leverage terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.

2. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh

peluang pertumbuhan

terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile. 3. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh persistensi laba terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile. 4. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh risiko terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile. 5. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh corporate social

responsibility terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.

E. Manfaat penelitian Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aspek teoritis Dalam penelitian ini bermanfaat meningkatkan kreatifitas dan

pemahaman peneliti dalam meneliti suatu permasalahan dan meningkatkan pengetahuan mengenai pasar modal serta Dapat memberikan pengalaman atau ilmu bagi peneliti di bidang ilmu Keuangan dan menambah pengalaman dalam mempraktekkan segala bentuk teori keuangan, khususnya di bidangLeverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba, Risiko, Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Earning response coefficientPada Perusahaan High Profile 2. aspek praktis

Penelitian ini di harapkan Dapat dijadikan referensi bagi perusahaan dalam mengkaji ulang kinerja keuangan serta di jadikan investor sebagai bahan acuan untuk melaksanakan investasi agar tercapainya

efisiensi dan efektifitas dalam kegiatan investasi yang di lakukan oleh investor guna mencapai keuntungan yang lebih maksimal.

F. LANDASAN TEORI 1. Tinjauan Pustaka a. Teori efisiensi pasar Teori efisiensi pasar atau Efficient Market Hypothesis (EMH) menyatakan bahwa pasar modal itu merupakan fair game dan informasi tidak dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan (Ambarwati, 2008).Dasar teori ini adalah investor bersifat rasional, pasar efisien, dan random walk.Teori efisiensi pasar juga merupakan salah satu dasar keberadaan akuntansi yaitu adanya asimetri informasi. Pelaku pasar yang mengetahui informasi yang lebih banyak daripada yang lain akan menimbulkan tekanan bagi yang lain untuk mendapatkan informasi yang lebih baik sehingga terhindar dari kerugian (Ambarwati, 2008). Investor diharapkan mengetahui

informasi-informasi yang akan memengaruhi investasinya, sehingga dapat memprediksi berbagai kemungkinan yang timbul dan menentukan keputusan yang harus dilakukan. b. Teori Stakeholder

Teori stakeholder dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara eksplisit merupakan bagian dari kegiatan usaha.Perusahaan memerlukan teori stakeholder untuk melanjutkan eksistensinya.Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan tidak hanya merupakan entitas yang beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder (Freeman, et al., 2002). c. Teori Legitimasi Legitimasi adalah suatu kondisi di mana sistem nilai sebuah entitas sama dengan sistem nilai dari sistem sosial masyarakat di mana suatu entitas menjadi bagian dari masyarakat (Lang and Lindholm, 1993). Lahirnya teori legitimasi dilandasi adanya kontrak sosial antara masyarakat dan perusahaan dalam menggunakan sumber

ekonomi.Perwujudan legitimasi dalam dunia bisnis dapat berupa pelaporan aktivitas sosial yang berupa tanggung jawab sosial perusahaan. Salah satu harapan perusahaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan adalah memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. d. ERC (Earning response coefficient) Scott (2003) mendefinisikan ERC sebagai koefisien yang digunakan untuk mengukur besarnya return saham dalam merespon laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Serta menurut hapsari (2010) Earnings Response coefficient (ERC) is the reactionof earnings that

10

announced by the company.Kartajumena (2010), menyatakankuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba akan tercermin dari tingginya koefisien respon laba, sebaliknya lemahnya reaksi pasar terhadap informasi laba akan tercermin nilai ERC yang rendah.pengukuran respon pasar berdasarkan hubungan antara kandungan kandungan informasi dalam laba dan abnormal return,Perhitungan ERC dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) Cross sectional dikenal juga dengan pool regression. ERC akan sarna untuk semua perusahaan, biasanya dalam satu industri. 2) Time series dikenal juga dengan firm specific ERC (Teets and Wasley, 1996). Tiap perusahaan merniliki satu angka ERC yang diperoleh dariforecast tahun-tahun sebelumnya. e. Leverage Sudana (2009) menyatakan leverage timbul karena dalam operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan sumber dana yang menimbulkan biaya tetap. Scott (2003) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat leverage perusahaan akan menyebabkan rendahnya koefisien ERC. Menurut Riyanto (1995) hutang dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu : 1) Hutang jangka pendek (short-term debt), Merupakan hutang yang jangka waktunya kurang dari satu tahun. Sebagian besar hutang jangka pendek terdiri dari kredit

11

perdagangan,

yaitu

kredit

yang

diperlukan

untuk

dapat

menyelengggarakan usahanya, meliputi kredit rekening koran, kredit dari penjual (levancier crediet), kredit dari pembeli (afnemers crediet), dan kredit wesel. 2) Hutang jangka menengah (intermediate-term debt), Merupakanhutang yang jangka waktunya lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun.Kebutuhan membelanjai usaha melalui kredit ini karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi melaluikredit jangka pendek maupun kredit jangka panjang. Bentuk utama dari hutang jangka menengah adalah term loan dan lease financing. 3) Hutang jangka panjang (long-term debt) Merupakanhutang yang jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun.Hutang jangka panjang ini digunakan untuk membiayai ekspansi perusahaan.Bentuk utama dari hutang jangka panjang adalah pinjaman obligasi (bonds-payable) dan pinjaman hipotik. f. Peluang pertumbuhan Menurut Scott (2003), peluang pertumbuhan akan meningkatkan harapan laba di masa mendatang sehingga akan menguntungkan baik bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang pertumbuhan akan meningkatkan ERC perusahaan.Peluang pertumbuhan dari informasi akuntansi dilihat dari berhasilnya perusahaan menghasilkan

12

laba sekarang.Rate of returnyang normal adalah tingkat return yang sarna dengan investasi yang berisiko di dalam industri yang kompetitif sedangkan pertumbuhan(growth) adalah tingkat pertumbuhan di atas rate ofreturnyang normal. Laba dimasa yang akan datang akan lebih besar bila terjadi peluang pertumbuhan sehingga ERC akan

berhubungan positif dengan pertumbuhan (Ambarwati, 2008). Dalam pengukuran pertumbuhan perusahaan menggunakan proksi market book eguity. g. Persistensi Laba Persistensi laba merupakan kemampuan laba yang dijadikan indikator laba periode mendatang (future earnings) yang dihasilkan oleh perusahaan secara berulang-ulang (repetitive) dalam jangka panjang (sustainable).Semakin persisten laba maka semakin tinggi harapan peningkatan laba di masa datang (Imroatussolihah, 2013). Persistensi dapat dilihat berdasarkan keseluruhan laporan keuangan ataupun diukur berdasarkan komponen laporan keuangan (Ambarwati, 2008), Persistensi menurut Ramakrishnan dan Thomas (1998) terbagi menjadi 3 komponen yang berbeda sebagai berikut: 1) Komponen permanen, diharapkan terjadi secarapasti (expect to persist indefinitely), 2) Komponen transitory, memengaruhi laba ditahunyang

bersangkutan, tapi tidak berpengaruh ke mas ayang akan datang

13

3) Price

irrelevant,

tidak

memiliki

persistensi

saran

sekali

(persistence to zero). Bila terdapat persistensi yang besar pada laba perusahaan maka ekspektasi laba dimasa yang akan datang akan lebih pasti dibanding bila perusahaan yang memiliki persistensi rendah, (Ambarwati, 2008). h. Risiko Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan (Sudana, 2009). Semakin tinggi risiko suatu perusahaan maka akan semakin rendah nilai perusahaan di mata investor. Investor akan melihat laba saat ini sebagai indikator dari kemampuan menghasilkan laba dan returnmasa depan, sehingga semakin berisiko returnmasa depan maka semakin rendah reaksi investor terhadap unexpected earning

(Imroatussolihah, 2013). i. Corporate Social Responsibility Lang dan Lundholm (1993) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela berhubungan positif terhadap kinerja pasar. Korelasi laba dan returnsaham yang rendah mengindikasikan bahwa informasi laba hanya memberikan sedikit informasi tentang nilai perusahaan yang

menunjukkan bahwa masih terdapat asimetri informasi yang tinggi. Pengungkapan tersebut bertujuan mengurangi asimetri informasi terutama pada perusahaan yang memiliki korelasi earning/returns yang rendah dan menyatakan adanya hubungan negatif antara korelasi

14

earnings/returns (ERC) dengan tingkat pengungkapan(Imroatussolihah, 2013).

2. Tinjauan penelitian terdahulu a. Hidayati dan Murni (2009) meneliti tentang pengaruh CSR terhadap ERC yang bertujuan untuk membuktikan pengaruh CSR terhadap ERC dengan menggunakan sampel 110 perusahaan high profil yang ada di BEI dengan metode purposive sampling dan alat analisis regresi berganda . dan juga dalam penelitian hidayati ini memasukan variabel kontrol seperti leverage, growth, dan beta yang akhirnya menemukan pengaruh negatif CSR terhadap ERC. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan regresi berganda, CSR sebagai variabel bebas dan sampelnya pada perusahaan high profil serta metode purposive sampling yang di gunakan untuk mengambil sampel, adapun perbedaanya ialah penelitian ini tidak memasukan variabel control seperti leverage, growth, dan beta namun variabel tersebut di jadikan variabel independent. b. Hapsari(2010) melakukan penelitian dengan tujuh variabel yang dapat mempengaaruhi ERC yaitu firm size, beta risk, earnings persistence, growth opportunities, capital structure, board composition and audit quality. yang membuktikan bahwa firm size, audit quality,earning persistence, tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC, dan beta risk, board composition, capital structure berpengaruh negative signifikan

15

sedangkan growth opportunities berpengaruh positif terhadap ERC, Sampel yang di gunakan ialah pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia, alat analis yang di gunakan ialah regresi berganda serta dan purposive sampling sebagai metode pengambilan sampel, persamaan dengan penelitian ini ialah beta risk, earnings persistence, growth opportunities sebagai variabel

independennya serta sama juga menggunakan regresi berganda dan purposive sampling namun ada juga perbedaanya ialah sampelnya pada perusahaan high profil dan ada beberapa variabel independent yang tidak di masukan dalam penelitian ini. c. Eriana kartadjumena (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengaruh voluntary disclossure of financial Information dan csr disclosure Terhadap earning response coefficient , sampel yang di gunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dalam penelitian ini di gunakan teknik analisis yaitu dengan teknik analisis regresi berganda yang hasilnya membuktikan bahwa voluntary disclosure of financial information yang diproksi dengan menggunakan disclosure index Botosan (1997), dan CSR disclosure yang diproksi dengan CSR Index dari Sembiring (2005) secara simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap earning response coefficient (ERC) namun secara parsial masing-masing variabel independen memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap earning

16

response

coefficient(ERC)

dimana

Voluntary

disclosure

of

financialinformation memiliki arah positif tidak signifikan terhadap earning response coefficient (ERC) sedangkan sebaliknya CSR disclosure memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap earning response coefficient. Persamaan dengan penelitian ini ialah

menggunakan CSR sebagai variabel independen, menggunakan teknik analisis regresi berganda, dan pengambilan sampel secara purposive sampling. Namun ada juga perbadaannya yaitu sampelnya adalah perusahaan high profil dan voluntary disclosure of financial information tidak di gunakan sebagai variabel independen. d. Ely Imroatussolihah (2013) meneliti tentang pengaruh pengaruh risiko leverage, peluang pertumbuhan, persistensi laba dan kualitas tanggung jawab sosial perusahaan terhadap earning response coefficient pada perusahaan high profile. Sampel yang digunakan ialah perusahaan high profil, Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruh risiko, leverage, peluang pertumbuhan, persistensi laba dan kualitas Corporate Social Resposibility terhadap Earning response coefficient(ERC)pada perusahaan high profile. hipotesisyang diajukan yang menyatakan persistensi laba bahwa dan risiko, kualitas leverage, Corporate peluang Social

pertumbuhan,

Resposibility berpengaruh secara simultan terhadap ERC. Sedangkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa risiko, leverage, Kualitas tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh negatif

17

terhadap ERC, sedangkan peluang pertumbuhan, persistensi laba tidak berpengaruh terhadap ERC. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama secara keseluruhan mulai dari variabel independentnya ,teknik analisisnya, sampelnya namun ada yang berbeda yaitu tahun pengambilan sampelnya jika pada penelitian Imroatussolihah (2013) adalah perusahaan high profil tahun 2009-2011 tapi penelitian ini tahun 2010-2012.

3. Pengembangan Hipotesis a. Hubungan Antara Leverage Dengan ERC Pada dasarnya leverage adalah merupakn tingkat hutang yang di miliki perusahaan guna menambah modal untuk menjalankan operasiaonal perusahaannya. Sudana (2009) menyatakan leverage timbul karena dalam operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan sumber dana yang menimbulkan biaya tetap. Scott (2003) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat leverage perusahaan akan menyebabkan rendahnya koefisien ERC. Penelitian mengenai leverage pernah di lakukan oleh Ambarwati (2008) menemukan bahwa leverageberpengaruh negatif terhadap ERC dan juga penelitian oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap ERC. Oleh karena itu maka dapat di rumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:

18

H1 = Di duga leverage berpengaruh negatif terhadap Earning response coefficient(ERC) b. Hubungan Antara Peluang Pertumbuhan Dengan ERC Menurut Scott (2003), peluang pertumbuhan akan meningkatkan harapan laba di masa mendatang sehingga akan menguntungkan baik bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang pertumbuhan akan meningkatkan ERC perusahaan. Peluang pertumbuhan dari informasi akuntansi dilihat dari berhasilnya perusahaan menghasilkan laba sekarang. Penelitian mengenai peluang pertumbuhan pernah di lakukan oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa peluang pertumbuhan secara simultan berpengaruh terhadap ERC. Berdasarkan uraian diatas maka dapat di susun suatu hipotesis sebagai berikut: H2 = Di duga peluang pertumbuhan berpengaruh positif terhadap Earning response coefficient(ERC).

c.

Hubungan Antara Persistensi Laba Dengan ERC Pada umumnya Persistensi laba merupakan kemampuan laba untuk di jadikan acuan untuk menghasilkan laba yang akan datang. apabila terdapat persistensi yang besar pada laba perusahaan maka ekspektasi laba dimasa yang akan datang akan lebih pasti dibanding bila perusahaan yang memiliki persistensi rendah, (Ambarwati, 2008).

19

Penelitian mengenai persistensi laba pernah di lakukan oleh Ambarwati (2008) menemukan bahwa persistensi laba berpengaruh positif terhadap ERC. Maka dari itu dapat di ajukan hipotesis sebagai berikut: H3 = Di duga persistensi laba berpengaruh positif terhadap Earning response coefficient(ERC). d. Hubungan Antara Risiko Dengan ERC Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan (Sudana, 2009). Penelitian mengenai risiko pernah di lakukan oleh Ambarwati (2008) dan Hapsari (2010) menemukan bahwa risiko berpengaruh negatif terhadap ERC dan juga Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa risiko berpengaruh negatif terhadap ERC. Selanjutnya dapat di rumuskan suatu hipotesis sebagai berikut: H4 = Di duga risiko berpengaruh nagatif terhadap Earning response coefficient(ERC). e. Hubungan Antara CSR Dengan ERC Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat merupakan hal penting yang harus di perhatikan oleh perusahaan karena itu merupakan bukti kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar.

20

Imroatussolihah (2013:79) Korelasi laba dan returnsaham yang rendah mengindikasikan bahwa informasi laba hanya memberikan sedikit informasi tentang nilai perusahaan yang menunjukkan bahwa masih terdapat asimetri informasi yang tinggi. Pengungkapan tersebut bertujuan mengurangi asimetri informasi terutama pada perusahaan yang memiliki korelasi earning/returns yang rendah dan menyatakan adanya hubungan negatif antara korelasi earnings/returns (ERC) dengan tingkat pengungkapan. Penelitian mengenai CSR pernah di lakukan oleh Eriana (2010) yang menyatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap ERC. Atas dasar uraian di ats maka di ajukan suatu hipotesi sebagai berikut: H5 = Di duga CSR berpengaruh negatif terhadapEarning response coefficient(ERC). berdasarkan uraian pengembangan hipotesis dari ke lima variabel independent yaitu meliputi leverage, peluang pertumbuhan, persistensi laba, risiko, dan corporate social responsibilitydi atas maka dapat di simpulkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:

21

Gambar I.1 Kerangka pemikiran.

Leverage (X1) Peluang pertumbuhan Persistensi laba (X3) Risiko

(+) (+) (-) (-)

(-)
ERC

(-)

(X4) CSR

(X5) Sumber : data sekunder, di olah

G. Metode Penelitian 1. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Dependen (Y) 1) Earning Response Coefficient(ERC) Scott (2003) mendefinisikan Earning response coefficient (ERC) sebagai koefisien yang digunakan untuk mengukur besarnya returnsaham dalam merespon laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Dalam pengukurannya ERC dapat di hitung dengan menggunakan model regresi linier sebagai berikut: CARit = a + uxit + eit Keterangan: CARit :cumulative abnormal return perusahaan pada periode t

22

UEit :Unexpected earnings : ERC eit :komponen error dalam model perusahaan pada periode t b. Variabel Independen (X) 1) Leverage Leverage merupakan tingkat hutang suatu perusahaan. Sudana (2009) menyatakan leverage timbul karena dalam operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan sumber dana yang menimbulkan biaya tetap. Perusahaan yang memiliki prosentase utang tinggi maka laba yang diperoleh perusahaan akan lebih banyak dialokasikan untuk kreditur daripada pemegang saham (Imroatussolihah, 2013). Dalam pengukuranya sendiri leverage di proksikan dengan DER (debt equity ratio) dengan Rumus sebagai berikut:

2) Peluang Pertumbuhan Peluang pertumbuhan dari informasi akuntansi dilihat dari berhasilnya perusahaan menghasilkan laba sekarang. Rate of return yang normal adalah tingkat return yang sarna dengan investasi yang berisiko di dalam industri yang kompetitif sedangkan

pertumbuhan(growth) adalah tingkat pertumbuhan di atas rate of return yang normal. Laba dimasa yang akan datang akan lebih besar bila terjadi peluang pertumbuhan sehingga ERC akan berhubungan positif dengan pertumbuhan (Ambarwati, 2008). Dalam pengukuran

23

pertumbuhan perusahaan menggunakan proksi market book eguity dan dapat di ketahui dengan rumus sebagai berikut:

3) Persistensi Laba Persistensi laba merupakan kemampuan laba yang dijadikan indikator laba periode mendatang (future earnings) yang dihasilkan oleh perusahaan secara berulang-ulang (repetitive) dalam jangka panjang (sustainable).Semakin persisten laba maka semakin tinggi harapan peningkatan laba di masa datang (Imroatussolihah, 2013). Bila terdapat persistensi yang besar pada laba perusahaan maka ekspektasi laba dimasa yang akan datang akan lebih pasti dibanding bila perusahaan yang memiliki persistensi rendah, (Ambarwati, 2008). Dalam pengukuran persintensi laba dapat di hitung menggunakan model regresi linier sebagai berikut: Xit = a + bXit-1 + Et Keterangan Xit =laba perushaan pada tahun t a = konstanta Xit-1 =laba perushaan pada tahun t 1 Et = standart error 4) Risiko

24

Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan (Sudana, 2009). Dalam pengukuranya risiko atau beta dapat di ukur dengan menggunakan model regresi linier sebagai berikut: Rit = i +it Rmt+ eit Keterangan Rit = return perusahaan pada tahun t i = konstanta Rmt= return pasar pada tahun t Eit = komponen error = risiko

25

5) Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility merupakan suatu bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar yang di wujudkan dengan dana CSR bagi masyarakat , dalam pengukurannya CSR dapat di hitung menggunakan rumus sebagai berikut: Rumus perhitungan CSRi adalah:

Keterangan: CSRi: Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan Xi: dummy variable: 1: jika item i diungkapkan; 0: jika item i tidak diungkapkan n: jumlah item untuk perusahaan , n 78, sehingga, 0 CSRi 1

2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang di gunakan dari Bursa Efek Indonesia guna memperoleh informasi mengenai daftar nama perusahaan yang tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia), laporan keuangan perusahaan, harga saham pada. Data berasal dari laporan keuangan yang dibutuhkan harga saham, jumlah saham beredar, total hutang , total ekuitas atau modal , dan laba perusahaan .

26

3. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini Jenis data yang dipergunakan yaitu data dokumenter. Data dokumenter sendiri merupakan jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat - surat notulen hasil rapat, memo atau bentuk laporan program (Indriantoro dan Supomo, 1999: 146). Sedangkan untuk sumber data, dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder ialah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 1999:147). Serta Data yang diperoleh antara lain dari ICMD (indonesian capital market directory).

4. Populasi Dan Sampel Populasi (Population), merupakan sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo,1999:115). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan high profil yang tercatat di BEI.Metode pengambilan sampel dalam penelitin ini purposive sampling.

27

Anda mungkin juga menyukai