Anda di halaman 1dari 5

E-Learning pada Perusahaan

Di zaman yang serba canggih ini, hampir seluruh lembaga menggunakan media elektronik, contohnya komputer untuk menunjang pekerjaannya. Karena hal inilah, semakin hari semakin banyak saja bermunculan istilah yang didepannya terdapat huruf e yang maksudnya elektronik, contohnya e-mail, e-business, e-commerce, e-learning dan sebagainya. Saya akan membahas salah satunya, yaitu e-learning. Secara sederhana, e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan media elektronik yaitu komputer yang biasanya digunakan untuk pembelajaran jarak jauh. Menurut Allan J. Henderson, elearning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003). Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa E-Learning adalah proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi (TIK) secara sistematis dengan mengintegrasikan semua komponen pembelajaran, termasuk interaksi pembelajaran lintas ruang dan waktu, dengan kualitas yang terjamin.( Prof. Dr. Sulistyoweni Widanarko (BPMA)). Diatas hanyalah pendapat beberapa ahli saja, masih banyak lagi pengertian elearning menurut ahli yang lain. Tapi secara garis besar, pendefisian mereka tentang elearning hampir sama. Biasanya e-learning digunakan oleh lembaga pendidikan untuk memberikan materi pelajaran secra online ataupun offline. Tapi belakangan ini, tidak hanya lembaga pendidikan saja yang menggunakan e-learning ini, beberapa perusahaan juga sudah mulai menerapkan e-learning untuk menunjang kemampuan para karyawannya. Pada perusahaan, e-learning biasanya digunakan untuk media pelatihan dan peningkatan kinerja kerja untuk para karyawan secara jarak jauh. Jadi biaya pelatihan bisa ditekan dengan menggunakan e-learning karena mereka tak harus bertatap muka saat melakukan pelatihan. Cukup login dan mendapatkan materi dari e-learning tersebut. Beberapa perusahaan yang sudah menggunakan e-learning diantaranya : 1. Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) LPPI didirikan oleh Bank Indonesia pada tahun 1958 dengan tugas untuk mendidik kaderkader dan pimpinan perbankan, penelitian dan pengembangan bidang perbankan; serta menyebarluaskan pengetahuan perbankan kepada masyarakat secara baik dan profesional. Untuk menunjang tugasnya tersebut, LPPI membuat e-learning untuk menunjang pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dalam dunia perbankan. E-learning LPPI memiliki tiga layanan, yaitu : I. PROGRAM REGULER e-Learning LPPI Dengan pilihan 25 modul yang sudah tersedia dan akan terus bertambah sesuai permintaan pasar II. PROGRAM INHOUSE e-Learning LPPI Program ini merupakan program reguler LPPI yang khusus disiapkan untuk Bank tertentu sehingga isinya bisa disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan kurikulum dari masingmasing user.

III. PROGRAM KHUSUS e-Learning LPPI Paket ini menawarkan pengadaan sistem pembelajaran e-Learning untuk user secara mandiri yang meliputi. 3.1 Set up LMS (Learning Management System) secara online. 3.2 Set up LMS (Learning Management System) secara offline. 3.3 Akses LMS eLearning 3.4 Modul Pembelajaran

2. Garuda Indonesia E-learning di Garuda Indonesia diimplementasikan di perusahaan penerbangan itu pada akhir tahun 2005. Penerapan e-learning ini diyakini dapat dipakai sebagai salah satu allat untuk mencapai tujuan perusahaan. Investasi yang dikeluarkan untuk mengembangkan eLearning relatif sangat kecil. Pasalnya, platform infrastruktur TI di Garuda memang sudah tersedia secara lengkap, sehingga memudahkan penambahan sistem aplikasi, tanpa mesti mengubah konfigurasi yang sudah ada. Di samping itu, perangkat lunak e-learning yang digunakan pun diambil dari open source, yakni Moodle.

3. BNI BNI secara resmi menggunakan sistem e-learning pada November 2006. Dalam pengembangannya, BNI menginvestasikan dana yang tidak sedikit, yaitu hingga Rp. 8,1 miliar lebih, terutama digunakan untuk pengembangan konten, yang mencakup 69 kursus, terdiri dari 269 modul, dengan total waktu pelatihan 167 jam. Sementara LMS yang digunakan merupakan salah satu modul yang ada di aplikasi SDM dari Oracle e-Business Suite versi 11, yang dinamakan Human Capital Management System. Hingga Oktober 2007, dari total pegawai BNI yang sebanyak 18.431 orang, tercatat 16.733 orang telah menggunakan Program e-Learning BNI. Pengguna terbanyak dari Sentra Kredit Cabang sebanyak 1.036 learner (dari total 1.193 pegawai); sedangkan persentase terbanyak dicapai oleh Divisi Bisnis Kartu, yang telah melatih 391 learner atau mencapai 98,24% dari total pegawainya yang sebanyak 398 orang. Melalui penerapan e-learning, pihak BNI bisa menikmati penghematan yang signifikan. Penghematan biaya pelatihan dengan menggunakan e-learning dibanding pelatihan tradisional, minimum meliputi tiga komponen biaya, yakni biaya transportasi, uang saku peserta, dan konsumsi. Data per 31 Juli 2007, dari 24 course dan 6 test/survei online, penghematan dari tiga komponen biaya itu senilai Rp 64 miliar lebih. Penerapan e-learning ini bisa menghemat biaya pelatihan per individu, di samping adanya berbagai manfaat lainnya. Selain sosialisasi dari awal, BNI juga memberikan stimulus-stimulus untuk mensukseskan

program perubahan yang dilakukan, misalnya, program Learner Award untuk pegawai yang aktif melakukan pembelajaran melalui e-learning. Award tersebut berupa insentif sejumlah rupiah tertentu bagi yang telah menyelesaikan courseware, hadiah laptop bagi best performers hingga training ke luar negeri. Dengan penerapan e learning ini sendiri, beberapa inisiatif sudah menunjukkan hasil, misalnya produktivitas karyawan meningkat. Ke depannya BNI mengharapkan dengan adanya perubahan sistem dan paradigma ini, karyawan bisa semakin engange, dan itu artinya tidak hanya puas dan senang kerja di perusahaan ini, tapi terus mencari cara-cara baru untuk meningkatkan kinerja perusahaan. 4. BII Pada BII, e-learning telah diimplementasi sejak tahun 2000. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi karyawan bank ini. Lalu, pada 2005 dikembangkanlah portal korporat yang disebut BII Corporate University.Pada perkembangan selanjutnya, LMS pun diimplementasi sebagai aplikasi inti sistem e-learning. Investasi yang ditanamkan BII untuk mengembangkan sistem e-learning hanya 0,1% total anggaran pelatihan. Relatif kecilnya investasi untuk mengembangkan BII Corporate University dan LMS itu, terutama lantaran menggunakan platform open source. Adapun dana yang dikeluarkan lebih digunakan untuk meng-upgrade kinerja perangkat keras, mengembangkan modul pembelajaran, dan biaya penunjang lainnya. Fitur-fitur yang tersedia pada portal itu dibangun berdasarkan konsep content management system (CMS), sehingga sistem ini bisa diisi beragam konten dari banyak kontributor, sehingga tercipta lingkungan berbagi pengetahuan secara kolaboratif. Modul pembelajaran jarak jauh yang telah disediakan, antara lain: Know Your Customer-Anti Money Laundering (KYC-AML); Operational Risk Management; dan Product Knowledge & Service Quality, Introduction to Banking; dan Legal for Bankers.

5. FIF PT Federal International Finance (FIF) juga termasuk perusahaan yang menerapkan elearning. Bahkan, di perusahaan pembiayaan kredit sepeda motor ini e-learning telah dipakai sebagai tool orientasi karyawan baru dan prasyarat kelulusan masa probation. Pengembangan e-learning di FIF sudah dimulai tahun 2003. Namun, efektif dipakai dalam proses pembelajaran wajib bagi karyawan FIF baru Mei 2006. Nama programnya Oracle Learning Management System (OLMS) - SCORM Comply. Biaya untuk membangun e-learning ini relatif kecil, karena aplikasi LMS diperoleh gratis dari Oracle sebagai bagian dari pembelian paket software Human Resource Management System (HRMS). Adapun biaya yang dikeluarkan, terutama untuk pembelian terminal Rp 2 juta per cabang (total 102 komputer yang diinstal); biaya pengembangan modul secara paralel 6-10 modul (durasi 4 jam) US$ 2-3 ribu; dan biaya lainnya. Sejak Mei 2006 hingga April 2007, total karyawan yang mengakses sebanyak 4.600 orang. Sementara karyawan yang diwajibkan mengikuti 2.600 orang. e-Learning ini sangat bermanfaat sebagai salah satu tool strategis untuk meningkatkan kompetensi knowledge karyawan FIF. Lebih lanjut, penerapan e-learning di FIF telah meningkatkan efisiensi secara signifikan. Sebagai gambaran, karyawan baru wajib mendapat pelatihan kelas yang disebut Basic Mentality. Sejak Mei 2006, pelatihan yang tadinya dijalankan konvensional dikonversi menjadi e-learning. Tercatat ada 2.500 karyawan baru yang diwajibkan mengikuti pelatihan selama periode 1 Mei 2006 hingga 30 April 2007. Dengan konversi ini, tercipta efisiensi sebesar 72% per tahun. Dengan adanya e-learning, pelatihan yang seharusnya diadakan dalam waktu 6 hari, bisa dipangkas menjadi tiga hari. Penghematan yang bakal diperoleh FIF dengan pola e-learning (dibanding pola konvensional) sebesar 45%.

Dari paparan diatas, e-learning yang diterapkan di perusahaan-perusahaan tersebut, sedikit berbeda dengan e-learning yang diterapkan di lembaga pendidikan, misalnya universitas. Jika e-learning di universitas digunakan untuk menunjang pembelajaran atau ada yang juga menjadi media belajar satu-satunya (jika e-learning yang digunakan untuk pembelajaran jarak jauh) maka e-learning di perusahaan digunakan untuk meningkatkan kualitas pegawainya dengan memberikan pelatihanpelatihan tetapi dengan biaya yang jauh lebih sedikit. Selain dari tujuan digunakannya e-learning itu sendiri, semuanya hampir sama, misalnya kontennya. Di e-learning perusahaan kita mempunyai username dan password untuk login, di e-learning universitas juga sama, hanya saja mungkin modul atau materi yang diberikan berbeda.

Anda mungkin juga menyukai