Anda di halaman 1dari 3

diantaranya: jika pada kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006, Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar

Isi, Standar Isi dirumuskan berdasarkan tujuan mata pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Standar Dasar Mata Pelajaran, pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan, Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran, serta mata pelajaran lepas satu dengan yang lain seperti sekumpulan mata pelajaran yang terpisah. Maka pada kurikulum 2013, Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan, Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai, serta semua mata pelajaran diikat oleh Kompetensi Inti (tiap kelas)

Sehingga dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan scientific mengarahkan siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam memproses pengetahuan, pengetahuan diperoleh berdasarkan fakta atau fenomena, guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, peserta didik menjadi pelaku aktif dalam pembelajaran, serta terbentuknya karakter dan sikap melalui contoh dan keteladanan tidak diajarkan secara verbal.

Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari gejalagejala alam dan interaksi gejala-gejala alam tersebut yang dinyatakan dalam zat dan energi, sehingga fisika sangat berkaitan erat dengan kehidupan dan lingkungan sekitar kita. Sesuai dengan karakteristik fisika sebagai bagian dari natural science, pembelajaran fisika harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berpikir ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah. Maka, pembelajaran fisika sesuai dengan kurikulum 2013 dalam pelaksanaannya dilakukan dengan pendekatan scientific (scientific approach) melalui proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan. Dalam konsep pendekatan scientific yang disampaikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dipaparkan minimal ada 7 (tujuh) kriteria dalam pendekatan scientific. Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai berikut: materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu,

bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata; penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang sertamerta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis; mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran; mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran; mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola pikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran; berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan; tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, tetapi menarik sistem penyajiannya (M. F. Atsnan, 2013: 1-2).

Dewasa ini banyak penelitian yang menunjukkan keefektifan pembelajaran dengan ketiga model pembelajaran ini, diantaranya: penelitian yang dilakukan oleh Euphony, Calvin, Emily, Tina, dan Takwai pada tahun 2010 yang berjudul The effectiveness of Inductive Discovery Learning in 1: 1 Mathematic Classroom, dan penelitian yang dilakukan oleh Bambang dan Anwar pada tahun 2009 yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Discovery Learning Ilmu Pendidikan untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pendidikan Mahasiswa PGSD FIP UNY. Dari kedua penelitian tersebut diperoleh hasil yang sama bahwa melalui pembelajaran Discovery Learning siswa lebih dapat memahami konsep dengan sangat baik sehingga konsep yang diperoleh dapat diingat dengan baik oleh siswa. Penelitian lain dilakukan oleh Elnetthra dan Fauziah pada tahun 2013 yang berjudul The Capability of Integrated Problem-based Learning in Improving Students Level of Creative-Critical Thinking, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya peningkatan positif terhadap cara berpikir siswa, khusunya cara berpikir kritis siswa melalui pembelajaran problem based learning. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Siti Kamariah pada tahun 2010 yang berjudul StudentCentered Laerning: An Approach in Physics Learning Style Using Problem-Based Learning (PBL) Method, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran PBL siswa dapat bekerja sebagai anggota tim yang baik, presenter yang sangat baik, meningkatkan komunikasi interpersonal, dan siswa mampu berpikir kritis.

Selain itu, juga telah dilakukan penenlitian tentang pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) oleh Sema Altun, Umit Turgut, dan Erdogan Buyukkasap pada tahun 2009 yang berjudul The Effect of Project Based Learning on Science Undergraduates Learning of Electricity, Attitude towards Physics and Sciendtific Process Skills, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek meningkatkan belajar siswa, membantu sikap siswa terhadap fisika, dan meningkatkan keterampilan meneliti siswa. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Renata Holubova pada tahun 2008 yang berjudul Effective Teaching MethodsProject Based Learning in Physics yang menunjukkan bahwa pembelajaran melalui project based learning merupakan bagian dari kegiatan memotivasi siswa dalam belajar. Pembelajaran berbasis proyek menjadi salah satu metode pembelajaran efektif untuk membantu siswa memahami ilmu pengetahuan dan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya. Dari semua penelitian yang telah diuraikan di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan melalui discovery learning, problem based learning, dan project based learning efektif digunakan dalam pembelajaran, ketiga model tersebut membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih kreatif dan kritis, membantu siswa memahami ilmu pengetahuan dengan sangat baik, dan menjadi bagian dari kegiatan motivasi siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Ketiga model pembelajaran tersebut merujuk pada pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (scientific approach), sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan scientific menjadi salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif digunakan untuk memahami ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

Anda mungkin juga menyukai