Anda di halaman 1dari 7

Spesies Tumbuhan Asing Invasif (Invasive Alien Plant Species) dan Peluang Pengawasannya Dalam Penyelenggaraan Perkarantinaan Tumbuhan

Oleh : R. Alaydrus

Abstract Quarantine pests may include pests of agriculture, of forests and of wild flora, indirect pests of plants, and plants themselves. The latter category is of particular relevance to invasive alien species. IPPC recomended RPPOs its members take general background measures against alien pests as well as specific measures for individual pests. Built up a list of plants reported to be invasive and several species have been selected for more detailed study, including pest risk analysis. Pendahuluan Tuhan yang maha kuasa menganugerahkan sumber daya alam hayati yang berlimpah dan beranekaragam berupa aneka ragam spesies hewan, ikan dan tumbuhan dan organisme lainnya. Keanekaragaman hayati tersebut memiliki peran yang sangat berarti bagi kehidupan manusia dan lingkungan, antara lain sebagai sumber pangan dan obat-obatan, menjadi reservoir air, menjaga siklus karbon dan lain sebagainya sehingga perlu dijaga dan dilindungi kelestariannya Kondisi geografis dari sebuah negara kepulauan dan terletak antara dua benua yaitu Asia dan Australia menyebabkan Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang kaya akan kekhasan yang dengan tingkat endemiik masing-masing wilayah dan merupakan lintasan distribusi keanekaragaman hayati sehingga menempatkan Indonesia pada posisi yang penting dalam peta keanekaragaman hayati di dunia karena termasuk dalam sepuluh negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi.. Saat ini keanekaragaman hayati mengalami penurunan cukup tinggi yang apabila tidak segera dihentikan akan mengalami penurunan secara terus menerus dan diperkirakan sekitar 20-70 persen habitat asli telah lenyap. Kemerosotan keanekaragaman hayati disebabkan karena berbagai hal, antara lain karena konservasi lahan, eksploitasi yang berlebihan dan introduksi spesies asing. Intoduksi spesies asing cukup berpengaruh terhadap penurunan keanekaragaman hayati juga mengancam sistem ekologi sehingga pada gilirannya akan berujung pada kerugian ekonomi.

Masuk dan menyebarnya spesies asing bisa terjadi karena disengaja melalui perdagangan, introduksi komoditas, kepariwisataan, atau tanpa sengaja terikut pada makhluk hidup, benih , media pembawa atau pada alat angkut(sarana transportasi) dll. Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi keanekaragaman hayati(Convention on Biological Diversity/CBD) melalui Undang-Undang No.5 tahun 1994, Indonesia mempunyai kewajiban dalam mengatasi isu terkait dengan introduksi spesies asing sebagaimana tertuang dalam artikel 8(h) CBD yang mewajibkan setiap negara pihak untuk melakukan pemusnahan, pengawasan dan dampak dari spesies asing invasive(Invasif Alien Species) dengan berpedoman pada ketentuan perundangan dan pedoman pada tingkat nasional, regional dan internasional. Beberapa instrumen yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka membatasi dan mencegah introduksi serta penyebaran spesies asing, antara lain melalui peraturan yang terkait dengan perkarantinaan tumbuhan dan peraturan pemerintah terkait dengan AMDAL, namun belum cukup dalam menangani permasalahan introduksi spesies asing(invasif). Penyelenggaraan perkarantinaan tumbuhan yang telah diintegrasikan dengan pengawasan keamanan hayati nabati belum menyentuh secara khusus terhadap introduksi spesies asing invasif meskipun telah ada amanat yang tertuang dalam permentan No.61 tahun 2010 akan tetapi payung hukum yang secara tegas dan seharusnya ada pada kementerian lingkungan hidup selaku focal point CBD belum ada sehingga menyulitkan kementerian terkait untuk membuat posisi dan menetapkan rujukan hukum dalam melakukan pengawasan terhadap spesies asing invasif. Penyelenggaraan perkarantinaan tumbuhan yang mengacu pada International Standar Phytosanitary Measure (ISPM)-International Plant Protection Organization(IPPC) dapat menilai bahwa disamping terhadap sasaran OPTK juga sekaligus dapat meliput spesies asing invasive dan organisme hidup hasil perekayasaan melalui ISPM N0.11 karena dalam standar ini juga mencakup analisis risiko lingkungan dan organisme hidup hasil perekayasaan sebagaimana diketahui bahwa dampak invasi dari suatu spesies yang bersifat invasive adalah lingkungan. Spesies Asing Invasif Dalam kesepakatan internasional dalam bentuk CBD (Convention on Biological Diversity ) yang diumumkan dalam Earth Summit tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brasil, Terminilogi spesies Asing Invasf sebagai berikut:

Invasive alien species: alien species whose introduction and/or spread threaten biological diversity(ecosystems, habitats or species) Alien species : -species, subspecies or lower taxon, introduced outside its natural distribution -includes any part, gametes, eggs, or propagules of such species that might survive and subsequently reproduce Berdasarkan pengertian tersebut Karantina Pertanian memandang dan mendefinisikan Spesies Asing Invasif sebagai tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan organisme lain yang bukan bagian dari suatu ekosistem yang dapat menimbulkan kerusakan ekosistem, lingkungan,kerugian ekonomi, dan atau berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati dan kesehatan manusia Dampak Spesies Asing Invasif Terintroduksinya spesies asing invasive ke suatu wilayah territorial akan menimbulkan dampak ekologi dan dampak sosial ekonomi. Dampak ini akan dirasakan pada berbagai sektor utamanya pariwisata, pertanian, kehutanan, perikanan serta kesehatan manusia. Kebanyakan spesies asing (non-indigenous) tidak menjadi invasive dan menyebakan permasalahan pada daerah barunya. Bahkan banyak diantaranya memberikan keuntungan yang besar bagi masyarakat misalnya dalam pertanian, hortikultura, kehutanan dan aquaculture. Alkan tetapi terdapat sejumlah spesies asing yang menjadi invasive pada lingkungan, ekonomi, kesehatan masyarakat atau berimplikasi pada politik. Dampak terhadap ekosistem Masuknya spesies asing ke dalam suatu ekosistem menimbulkan dampak negative terhadap ekosistem apabila jenis asing tersebut telah menjadi invasive. Spesies asing invasive tersebut tumbuh dan berkompetisi dengan jenis lokal. yang kemudian mengganggu jenis-jenis local sehingga terjadi perubahan pada ekosistem. Perubahan tersebut biasanya menyebabkan: 1. Penurunan keanekaragaman hayati 2. Perubahan pada suplai sumberdaya 3. Kerusakan ekosistem Ekosistem yang telah diinvasi oleh spesies asing invasive umumnya umumnya adalah jenis ekosistem rentan seperti ekosistem hutan, baik konservasi dan budidaya; ekosistem perairan, ekosistem pesisir dan laut,dan ekosistem pertanian

Ekosistem mempunyai derajat kepekaan yang berbeda-beda terhadap invasi spesies asing. Karakter ekosistem yang mempengaruhi kepekaan terhadap invasi kadang tidak jelas, tetapi umumnya terjadi pada ekosistem yang mengalami perubahan. Perubahan tersebut akan mempengaruhi kemudahan invasi oleh suatu spesies tertentu. Perubahan ekosistem disebabkan oleh dua hal, yaitu perubahan secara alami, seperti hujan dengan angin putting beliung dan banjir dan perubahan akibat kegiatan manusia, seperti perubahan sistem bentangan lahan, kebakaran, kegiatan fisik antara lain pembangunan jalan, jembatan dan bendungan. Daerah umum yang rentan terhadap invasi biologis meliputi : 1. daerah pantai dan perairan laut dangkal 2. perairan air tawar terutama di waduk, danau dan sungai 3. hutan 4. savana 5. daerah kering 6. gunung 7. daerah pertanian/perkebunan pulau/daerah terpencil secara geografis Saat ini dampak Spesies Asing Invasif terhadap kerusakan lingkungan berupa kehilangan keanekaragama hayati secara menyeluruh sesudah terjadinya kerusakan habitat merupakan urutan kedua setelah kerusakan lingkungan sebagai akibat perubahan iklim global. Dampak terhadap ekonomi Spesies asing dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Kerugian tersebut dilihat dari biaya untuk mengendalikan spesies asing, misalnya gulma dan penurunan sistem produksi yang dipengaruhinya. Dampak terhadap kesehatan Spesies asing seperti Giant African Snail(Achatina fulica) merupakan inang perantara rat lungworm (Angiostrongylus cantonensis) yang dapat mengifeksi otak manusia dan menyebabkan paralysis, koma bahkan kematian.

Proses Masuknya Spesies Tumbuhan Asing Invasif Pengetahuan tentang proses terjadinya invasi diperlukan untuk merancang tindakan pengelolaan dan pengendalian spesies asing invasive secara efektif dan efisien. Proses invasi terjadi secara bertahap diawali dari kehadiran spesies invasive disuatu home range hingga terjadinya pengambilalihan lokasi baru. Selain mencakup distribusi dan dampak yang ditimbukan, ketersediaan informasi tentang jenis invasive juga perlu dilengkapi dengan identifikasi tahapan dimana invasi suatu spesies invasive berada.

Spesies Tumbuhan Asing Invasif mempunyai pengaruh yang luas terhadap keanekaragaman asli termasuk berkompetisi dengan taxon tumbuhan asli, persilangan secara genetik dengan spesies terdekat, merubah karakter kimiawi atau fisik tanah, modifikasi habitat alami atau semi alami dan media pembawa OPT. Contoh Tanaman yang invasive di bebeberap wilayah di dunia dan memberikan pengaruh yang cukup besar adalah water hyacinth (Eichhornia crassipes), melaleuca or paper bark tree (Melaleuca quinquenervia) and Miconia calvescens.

Penyebaran Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Indonesia Semakin berkembangnya teknologi pada masa sekarang ini, akan sangat sulit bagi semua negara untuk menutup dirinya dari temuan-temuan dan masuknya spesies asing, seperti pemasukan bibit unggul untuk kegiatan pertanian. Batasan spesies asing bagi Indonesia tidak membatasi spesies yang datang dari luar wilayah Indonesia saja, tetapi mencakup perpindahan spesies antar pulau dalam wilayah Indonesia. Masuknya flora, fauna dan mikroorganisme asing tersebut sudah cukup lama dan dalam jumlah yang relatif banyak. Di Indonesia tercatat kurang lebih 1800-an spesies flora asing telah diintroduksi serta beberapa mikroorganisme yang belum teridentifikasi status dan keberadaannnya. Sampai saat ini, sudah banyak spesies yang terintroduksi ke Indonesia,. Sebagian spesies asing yang didatangkan tersebut menjadi invasif, diantaranya: 1. Eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang pertamakali diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1886 dari Brazil ke kebun Raya Bogor untuk dikembangkan sebagai tanaman ornamental/hias. 2. Erechtites valerianifolia yang terikut sebagai kontaminan biji kopi dari Brazil dan Chromolaena odorata, spesies yang berasal dari Amerika Selatan/Utara yang secara tidak sengaja terbawa masuk Indonesia melalui perdagangan via kapal laut 3. Mikania micrantha yang masuk ke Indonesia melalui Kebun Raya Bogor untuk bahan baku obat namun dalam prosesnya menyebar keluar dan menekan pertumbuhan Mikania lokal (M. cordata) 4. Acacia nilotica yang sengaja dimasukkan dari Australia untuk penghijauan. Tindakan Karantina Tumbuhan terhadap Spesies Tumbuhan Asing Invasif. Pada prinsipnya pencegahan masuknya spesies spesies asing khususnya yang bersifat invasif adalah upaya yang terbaik sebagaimana upaya pencegahan terhadap masuk dan tersebarnya OPTK.

Badan Karantina Pertanian telah mendapatkan mandat untuk menyelenggarakan pengawasan keamanan hayati disamping tugas pokoknya untuk menyelenggarakan perkarantinaan tumbuhan dan hewan. Penyelenggaraan Perkarantinan Tumbuhan dan pengawasan Keamanan Hayatii. Pengawasan Keamanan Hayati Nabati meliputi Pengawasan Pangan Segar Asal Tumbuhan, Produk rekayasa Genetika, Agens Hayati, Invasif Aliens Species,Media Pembawa lain serta benda lain. Pada dasarnya penyelenggaraan perkarantinan pertanian di Indonesia terkait dalam pengawasan Spesies Asing Invasif khususnya di tempat pemasukan dan pengeluaran belum memiliki dasar hukum yang kuat. Kementerian Lingkungan Hidup yang merupakan Focal Point CBD di Indonesia juga belum memiliki peraturan setingkat undang-undang yang yang spesifik mengatur mengenai Spesies Asing Invasif sehingga menyulitkan bagi Badan Karantina Pertanian maupun penyelenggara pengawasan lainnya untuk melaksanakan pengawasan terhadap Spesies Asing Invasif jenis hewan, ikan maupun tumbuhan. Inisiatif untuk mendorong lahirnya bentuk regulasi yang dapat menjadi payung bagi sektor lain dalam menyelenggarakan pengawasan maupun hal lainnya terkait spesies asing invasive telah dilakukan melalui penyusunan rancangan peraturan Presiden yang berinduk di Kementerian Lingkungan Hidup sampai saat ini masih belum tuntas. Karantina Tumbuhan Indonesia sebagai salah satu Organisasi Perlindungan Tumbuhan Regional(Regional Plant Protection Organizations/RPPOs)) yang berinduk pada Organisasi Perlidungan Tumbuhan International(IPPC) sebagaimana Pasal IX IPPC, memiliki fungsi sebagai badan koordinasi yang meliputi wilayah geografi dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas untuk mendukung tujuan IPPC. Konskuensinya adalah RPPOs juga harus aktif dengan kegiatan yang terkait dengan spesies asing invasive. Karantina Tumbuhan Indonesia dapat secara tidak langsung menerapkan pengawasan spesies asing Invasif khususnya golongan tumbuhan dengan berpedoman pada standar yang diterbitkan oleh IPPC yakni ISPM no.11. Jika standar ini dipedomani, penetapan jenis-jenis OPTK(Q-Pest) dapat secara langsung telah meliput spesies-spesies yang merupakan spesies asing invasif disamping spesies-spesies yang ditetapkan sebagai OPTK melalui Analisis Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Sehingga dalam proses AROPT Karantina, tumbuhan dipandang tidak saja sebagai media pembawa potensial OPTK akan tetapi dapat sekaligus dianalisis potensinya sebagai spesies invasif. Kenyataannya, terdapat sejumlah spesies yang telah ditetapkan sebagai spesies asing invasive dalam daftar spesies asing invasive global(ISSG)

diantaranya Trogoderma granarium, Lymantria dispar, Captotermes formosanus yang penetapannya juga mempertimbangan aspek lingkungan sebagai dampaknya. Tindakan Karantina harus diberlakukan terhadap spesies tumbuhan asing invasif apakah statusnya sebagai media pembawa ataupun tanaman hias (ornamental/landscape) tanpa toleransi. Dari 8 tindakan Karantina tumbuhan, pemeriksaan, penolakan dan pemusnahan adalah tindakan yang tepat dalam pengawasan spesies asing invasiif khususnya pemasukan.

Penutup Sumber daya alam hayati merupakan hal yang vital bagi pertumbuhan sosial dan ekonomi kemanusiaan dimana didalamnya terdapat keanekaragaman hayati sebagai asset yang tidak ternilai untuk saat ini dan bagi generasi mendatang sehingga mengefektifkan upaya menghentikan kehilangan pada keanekaragaman dalam upaya melanjutkan pemanfaatannya yang sejalan dengan usaha konservasi dan keberlangsungan pemanfaatan komponenkomponen didalamnya sebagai sumber daya genetik secara seimbang dan adil sugah merupakan suatu keharusan Implementasi IPPC secara langsung sejalan dengan penerapan pasal 8(h) dari CBD.karena terdapat banyak ketetapan dan standar dalam IPPC secara langsung sejalan bahkan overlap dengan pedoman prinsip dari CBD.

Anda mungkin juga menyukai