Anda di halaman 1dari 4

Lingsir wengi sliramu tumeking sirno Ojo Tangi nggonmu guling awas jo ngetoro aku lagi bang wingo

wingo jin, setan kang tak utusi jin setan kang tak utusi dadyo sebarang Wojo lelayu sebet kebakaran-kebakaran!!!!!! ucap si usil teman satu kelas Lestari. Mana, dimana ada kebakaran. Ayo lari selamatkan diri, ayo cepetan. Ucap Lestari tergesa-gesa meninggalkan kelas. Sontak seisi kelas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Lestari yang kaget karena tiba-tiba dibangunkan. Ha ha ha haaaaa.... tawa teman-teman sekelasnya. Apanya yang lucu ko pada ketawa semua, katanya ada kebakaran bukannya lari malah ketawa. Ayo buruan lari. Tawa teman-teman Lestari semakin keras. Kalian ngerjain aku ya??!!!! Nyebelin banget si kalian ini.!! Ucap Lestari dengan kesalnya. ya udah deh, maafin kita semua ya. Plisss.. ucap teman Lestari. iya aku maafin, tapi lain kali kalian jangan kaya gitu lagi ya. Ucap lestari iya deh. Oh iya, liburan pada mau kemana ni????? ucap temannya lagi.aku mau kerumah saudaraku yang di desa. seru dong. Iyalah, aku tadi mimpi dengerin lagu yang liriknya kaya gini Lingsir wengi sliramu tumeking sirno ojo Tangi nggonmu guling awas jo ngetoro. Cerita Lestari kepada teman sebangkunya, Tiwi. Sontak Tiwi terkejut bahkan tidak mau membahas hal itu, tapi Lestari tetap memaksa Tiwi untuk menceritakan ada kisah apa dibalik lagu yang ia mimpikan. lagu itu lagu yang identik dengan sesuatu yang berhubungan dengan mistis, ya semacam ada hantu-hantunya gitu lah. Jelas Tiwi kepada Lestari. Lestari jadi merinding sendiri dibuatnya. Waktu telah berlalu, liburan yang di tunggu-tunggu pun datang. Lestari pun berkemaskemas menyiapkan segala keperluannya. baju udah, snack juga udah, terus apa lagi ya???? tanya Lestari pada dirinya sendiri. ehmmm kayanya udah semua, langsung berangkat aja deh. Lestari berangkat menuju rumah pamannya yang didesa, ia diantar oleh supir pribadinya. Lestari sangat menikmati perjalanannya, ketika ditengah perjalanan Lestari berhenti sejenak untuk melihat pemandangan pemandangannya indah banget ya om.? Tanya Lestari kepada supir pribadinya. iya non, om tidak pernah melihat pemandangan seindah dan senatural ini, udaranya sejuk dan membuat hati terasa nyaman dan tentram.jawab supir Lestari. non, mari kita lanjutkan perjalanan nanti keburu malam. Lanjut supir Lestari. Tak berapa lama kemudian Lestari tiba di rumah pak Joko. Pak Joko sekeluarga menyambutnya dengan baik. Budeeeee.. ucap Lestari kegirangan dan segera memeluk budenya. iki Lestari to??? Uwes gede ngene, pangling bude sama kamu nduk. Makin cantik wae. Puji bude Lastri. Lestari tersenyum malu.

Ya sudah, mari masuk nduk udah mau gelap! ajak pak Joko. Detik demi detik berlalu, mataharipun mulai meninggalkan posisi dan kedudukannya digantikan oleh bulan purnama yang bersinar terang menghiasi malam. Lestari, Andi, ayo nduk, le makan malam. Ajak bude. Serentak mereka menjawab siap bos. gimana nduk Lestari sekolahnya? Dapet peringkat gak kemarin di kelas? tanya pakde. Gak seru pakde, masak aku dapet guru yang galaaaaaak banget. Sampe temen-temen dipanggil ke kantor karena ngerjain guru itu. Ucap Lestari. Ya ndak boleh gitu lah, segalak apapun guru ya itu guru yang membimbing kita supaya menjadi pintar. La kenapa kok tementemen nduk Lestari dipanggil ke kantor? Tanya bude Lastri penasaran. Iya bude, tapikan Lestari gak ikut-ikutan ngerjain guru itu. Tegas Lestari. tementemen ngerjain gitulah bude, pance. Lanjut Lestari. Apa itu pance, pancing yo mbak?? tanya Andi sepupu Lestari. bukan pancing lohndol, pance itu panjang cerita. Ih Andi norak banget deh. ledek Lestari. uwes-uwes, jangan diperpanjang lagi mumet bude dengerinnya. Lanjut bude Lastri. Hari semakin larut dan jalanan juga sudah mulai sepi, Lestari bergegas menuju tempat tidurnya. Tetapi ia tidak bisa tidur, dan Lestari memutuskan duduk di depan jendela untuk merenung,Lingsir wengi sliramu tumeking sirno. suara apa itu, seperti lagu yang ada dalam mimpiku beberapa hari yang lalu. Apa aku salah dengar atau memang hanya perasaanku saja? Tanya Lestari dalam hati. Ah sudah lah sebaiknya aku tidur saja. Ucap Lestari tegas. Dalam waktu yang selarut itu Lestari masih belum bisa memejamkan matanya.Ia hanya memandangi langit-langit kamarnya tiba-tiba Lestad ri teringat pada kejadian 2 tahun yang lalu ketika dia juga berada disini, liburan disemester pertaamanya saat ia duduk dibangku SMP. Kala itu, ia baru saja pulang dari pasar bersama dengan sepupunya, Andi. Saat itu rumah Andi dipenuhi oleh warga. Lestari dan Andi pun segera berlari dan menyeruak dalam kerumunan orang. sabar ya nak, kuatkan hatimu jangan putus asa ya nak. Ucap salah satu warga desa. ada apa ini? Kenapa rumahku ramai sekali? tanya Andi dengan penuh kebingungan. Bapakmu hilang le. Jawab salah satu warga desa. tidak! Tidak mungkin! Bapakku hanya pergi menjaga sawah. Bapakku tidak hilang! bantah Andi. Andi tak kuasa menahan air mata yang keluar dan membahasi pipinya, ia berlari dan pergi ke sawah untuk mencari ayahnya. Andi, tunggu. Teriak Lestari. Akhirnya lestari mengikuti Andi mengelilingi sawah dan benar. Pakde Joko benar-benar tidak ada di sawah. Aku tak habis pikir, ada-ada saja. Orang dewasa bisa hilang? Apa gunanya menculik orang dewasa. Benar-benar aneh Lestari bergumam dalam hati. Setelah lelah mencari, mereka memutuskan untuk pulang. Di depan rumah mereka sudah disambut dangan Ibu Andi, beberapa warga juga pak RT. kamu ini kemana saja to le, nduk? Membuat khawatir ibu saja. Ucap bude Sri dengan penuh cemas. yasudah kalian ini harusnya istirahat. Tidak usah mikirin yang aneh-aneh. Ayo cepat tidur! perintah bude Sri.

Sudah tiga hari sejak hilangnya Ayah Andi. Keadaan bukannya membaik malah semakin banyak warga desa yang hilang. Dan kebanyakan dari mereka adalah laki-laki. Lestari yang saat itu belum pulang ke kota karena liburannya belum usai benar-benar mengalami kecemasan sampai akhirnya Andi mengajak Lestari juga temannya, Dini, Frida, Wawan, juga Aris untuk mencari ayah mereka yang hilang. Pagi-pagi sekali. Tanpa izin kepada orang tua, mereka berangkat ke sawah. Mengelilingi sawah. Tapi tidak ada hasil apapun. Ntah, apa yang membuat mereka berpikir untuk menelusuri hutan terlarang yang bahkan orang dewasa pun enggan menginjakkan kakinya disana. Mereka sudah bertekad akan melewati rintangan apapun mereka bersikeras untuk mencari ayah mereka dan membawanya pulang bersama mereka. Tapi bukan untuk Lestari. Ia bukan mencari ayahnya, dia mencari pakde nya. Ya ayah Andi. Dengan menginjakkan kaki di hutan terlarang itu tandanya perjalanan mereka akan semakin panjang, rintangan yang mereka hadapi akan semakin banyak. Benar saja, waktu sudah mulai sore bahkan mereka tidak tahu harus pergi kearah mana lagi. Mereka tidak mungkin bisa berhenti. Itu terlalu jauh sampai-sampai mereka sendiri tidak tahu kemana arah untuk pulang. Semuanya mulai merasa cemas. bagaimana ini, sudah sore begini masak tidak ketemu apa-apa? celetuk Frida. sabarlah Frid. Mana mungkin mencari orang hilang bisa langsung ketemu dalam sehari? jawab Wawan kesal. sudah-sudah! Jangan bertengkar! jawab Andi menengahi. Andi yang saat itu sudah mulai kelelahan menyandarkan bahunya di semak belukar rindang yang terlihat kuat untuk disandari. kreeeeekk tiba-tiba andi terjatuh kebelakang. Semak-semak itu ternyata tidak cukup kuat untuk Andi sandari. Tunggu dulu. Itu bukan semak-semak. Itu lebih terlihat seperti pintu yang tertutup oleh semak-semak sekarang. Mereka terkejut. Pintu apa yang ada di dalam hutan seperti ini. Pintunya terlihat sangat kuat terbuat dari besi atau baja?, ah ntah lah yang jelas itu seperti bahan logam. eh apa ini? tanya Dini. ini sepertinya tidak pernah dibuka makanya sampai ditumbuhi semak begini. Kata Aris. bukan-bukan, menurut aku ini tuh pintu rahasia dan sengaja ditutup dengan semak belukar supaya tidak ada yang tahu. Jawab lestari alah sok tahu kamu Les ucap Wawan mengejek. ih kamu wan. Aku kan berpendapat ucap Lestari kesal. Andi yang sedari tadi hanya diam tiba-tiba masuk kedalam gua itu. Sepertinya rasa penasaran tinggi yang Andi miliki sudah mulai bereaksi. Begitupun teman-temannya, tanpa banyak komentar mereka langsung mengikuti Andi. Mereka menyusuri lorong gua, semakin ke dalam lantai gua semakin terasa lembab bahkan baunya sangat tidak sedap. ahh bau apa ini? Tidak enak sekali. Oceh Dini kesal. ini kotoran hewan? jawab Andi. hewan apa yang bisa masuk kesini? Jelas-jelas pintunya tertutup tanya Frida. bodoh, ya burung, kelelawar atau binatang kecil lain kan bisa masuk!jawab Wawan.

Perjalanan mereka semakin panjang. Lorong gua juga semakin gelap. mereka memutuskan untuk beristirahat di sebuah ruangan gua. Tiba salah satu lampu senter yang mereka miliki meredup. yah mau habis ini baterainya kata Lestari. kalo baterainya semua habis kita tidak akan bisa kemana-mana, jadi sebaiknya matikan saja dan gunakan satu jelas Andi dan semuanya menurut. Akhirnya mereka menggunakan satu lampu saja dan menyimpan beberapa lampu yang lain untuk digunakan sebagai penerangan. Mereka pun beristirahat di gua tersebut dengan maksud agar setelah beristirahat mereka mendapatkan tambahan energi dan dapat melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Namun, di waktu istirahat tersebut tiba-tiba Lestari mendengar kembali ,Lingsir wengi sliramu tumeking sirno yang menggema di dalam gua tersebut. Rasa takut menyelimuti perasaan Lestari pada saat itu. Kemudian, rasa takut itu semakin terasa bersamaan dengan suara binatang-binatang malam yang berada di dalam gua tersebut. Dalam rasa ketakutannya Lestari ingin sekali membangunkan teman-temannya tapi dia tidak tega karena teman-temannya begitu lelah dan tertidur sangat lelap. Lestaripun hanya bisa menahan rasa takutnya, dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain memandangi langitlangit gua dan teman-teman Lestari yang sedang tidur. Karena esok Lestari harus melanjutkan perjalanannya, Lestrai memaksa dirinya untuk memejamkan mata akan tetapi ia sulit sekali untuk memejamkan mata Tak lama, fajar tiba untuk menyongsong datangnya pagi yang cerah dengan suara gemuruh kicauan burung di luar gua. teman-teman ayo bangun, sudah pagi nihucap salah seorang teman Lestari. Aaah, aku masih ngantuk nih, baru aja tidur udah bangun lagi.jawab Frida, sudah-sudah, sebaiknya kita lanjutkan perjalanan panjang kita ucap Andi. Tanpa berfikir panjang Lestari dan kawan-kawan melanjutkan perjalanan untuk menyusuri lorong gua tersebut. Langkah demi langkah mereka pijakkan kedasar gua. Walau banyak rintangan yang menghalang, hal tersebut tak dapat menyurutkan niat baik mereka untuk mencari tahu keberadaan ayah Andi dan juga warga desa yang lain. berhentiiiiiii.!!!! Teriak Dini. kenapa kamu Din? Ganggu orang lagi jalan aja ucap Frida. kamu tahu enggak. ya enggak lah Din. Kan kamu belum ngomong. Ucap Frida iya juga, kamu sih gak ngingetin aku dulu. ngingetin apa, Dini sayang? tanya Frida sinis aku juga gak tahu suruh ngingetin apa jawab Dini dengan santainya. uuuuugggh, capek deh. Lestari dan kawan-kawan menjawab serentak. memangnya ada apa sih Din? tanya Lestari lembut. sebenarnyaaa jawab Dini dengan nada penasaran. Suasana di dalam gua semakin tegang dan bulu kuduk mereka berdiri.

Anda mungkin juga menyukai