Anda di halaman 1dari 5

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 2013

Kaltim mempunyai potensi batu bara yang cukup besar. Potensi batu bara di Kaltim saat ini diperkirakan sekitar 19,567 triliun ton dan cadangan batu bara mencapai 2,410 triliun ton. Pada tahun 2004, produksi batubara di Kaltim baru mencapai 66 juta ton. Dan pada tahun 2005, mencapai 80 juta ton. Oleh karena itu, pertambangan batubara menjadi andalan Kaltim sebagai penyumbang pendapatan daerah. Batubara asal Kaltim telah diekspor ke beberapa negera Asia, seperti Jepang, Korea Selatan, Thailand, Taiwan dan ke Australia.

Penggunaan batubara sebagai sumber energi alternatif selain minyak dan gas bumi terus meningkat. Tingginya konsumsi batubara didukung oleh berlimpahnya sumberdaya batubara di bumi Indonesia. Data terakhir menunjukkan bahwa sumberdaya batubara Indonesia sekitar 61 miliar ton (DIM, 2005). Angka ini diperoleh dari data permukaan sampai kedalaman maksimum 100 m dari singkapan. Umumnya tambang batubara di Indonesia dilakukan dengan teknik penambangan terbuka (open pit mine). Teknik ini dipilih karena batubara di Indonesia umumnya mempunyai kelebihan terletak tidak jauh dari permukaan. Selain itu metode tambang terbuka juga relatif lebih murah dibandingkan dengan tambang bawah tanah (underground mine). Namun tambang terbuka ini menimbulkan dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan di sekitarnya. Selain itu tambang terbuka umumnya hanya dilakukan dengan stripping ratio (SR) 1 : 7. Untuk SR yang lebih tinggi biasanya tambang tersebut ditinggalkan dengan alasan resiko yang tinggi sehingga prinsip optimalisasi penambangan tidak tercapai. Pemerintah saat ini berusaha untuk menarik para investor agar mau bergerak dalam pengusahaan tambang batubara bawah tanah guna mengantisipasi terkurasnya cadangan batubara di permukaan. Memang ada beberapa perusahaan batubara yang sudah melakukan teknik penambangan bawah tanah seperti PTBA Ombilin, PT. Kitadin dan PT. Fajar Bumi Sakti. Namun jumlah produksinya sangat sedikit dibandingkan dengan pengusaha batubara
Nama : Marthyn Hapyosel NIM : 111.130.049 Plug : 9

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 2013

yang melakukan tehnik penambangan terbuka. Minimnya jumlah tambang batubara bawah tanah ini mungkin salah satunya diakibatkan karena terbatasnya informasi mengenai tambang batubara bawah tanah, baik itu informasi geologinya maupun informasi mengenai sumberdaya batubara yang diperkirakan berpotensi untuk dikembangkan dengan metoda tambang bawah tanah. Dilain pihak, Kebijakan Batubara Nasional juga akan mendorong untuk pengembangan batubara dengan penambangan bawah tanah.

Berdasarkan hal tersebut, Pusat Sumber Daya Geologi yang berada di bawah Badan Geologi Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, pada tahun 2006 ini melakukan suatu kajian mengenai zonasi daerah potensi batubara untuk tambang bawah tanah di Cekungan Tarakan, Provinsi Kalimantan Timur. Kajian ini merupakan salah satu pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari Kelompok Program Penelitian Energi Fosil, yaitu melakukan inventarisasi sumberdaya batubara, baik itu yang bersifat permukaan maupun bawah permukaan. Kegiatan ini dapat terlaksana dengan didukung pembiayaan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2006. Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk mengantisipasi kekhawatiran akan terkurasnya cadangan batubara dan sekaligus agar terhindar dari dampak lingkungan yang diakibatkan oleh tambang terbuka.

Cekungan Tarakan merupakan salah satu dari 3 (tiga) Cekungan Tersier utama yang terdapat di bagian timur continental margin Kalimantan (dari utara ke selatan : Cekungan Tarakan, Cekungan Kutai dan Cekungan Barito), yang dicirikan oleh hadirnya batuan sedimen klastik sebagai penyusunnya yang dominan, berukuran halus sampai kasar dengan beberapa endapan karbonat. Secara fisiografi Cekungan Tarakan di Bagian Barat dibatasi oleh lapisan pra-Tesier Tinggian Kuching dan dipisahkan dari Cekungan Kutai oleh kelurusan timur-barat Tinggian Mangkalihat.

Nama : Marthyn Hapyosel NIM : 111.130.049 Plug : 9

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 2013

Proses pengendapan Cekungan Tarakan dimulai dari proses pengangkatan (transgresi) yang di perkirakan terjadi pada kala Eosen sampai Miosen awal bersamaan dengan terjadinya proses pengangkatan gradual pada Tinggian Kuching dari barat ke timur. Pada Kala Miosen Tengah terjadi penurunan (regresi) pada Cekungan Tarakan, yang dilanjutkan dengan terjadinya pengendapan progradasi ke arah timur dan membentuk endapan delta, yang menutupi endapan prodelta dan batial. Cekungan Tarakan mengalami proses penurunan secara lebih aktif lagi pada kala Miosen sampai Pliosen. Proses sedimentasi delta yang tebal relative bergerak ke arah timur terus berlanjut selaras dengan waktu. Cekungan Tarakan berupa depresi berbentuk busur yang terbuka ke Timur ke arah Selat Makasar/ Laut Sulawesi yang meluas ke utara ke Sabah dan berhenti pada zona subduksi di Tinggian Semporna dan merupakan cekungan paling utara di Kalimantan. Tinggian Kuching dengan inti lapisan pra-Tersier terletak di sebelah baratnya sedangkan batas selatannya adalah Punggungan Suikerbood dan Tinggian Mangkalihat. Ditinjau dari fasies dan lingkungan pengendapannya, Cekungan Tarakan terbagi menjadi empat sub cekungan, yaitu Sub Cekungan Tidung, Sub Cekungan Tarakan, Sub Cekungan Muras dan Sub Cekungan Berau.

Wilayah Kabupaten Kutai Timur bagian barat, provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi endapan batubara yang menarik. Daerah ini secara geologi termasuk ke dalam Cekungan Kutai bagian Utara yang tersusun oleh seri batuan sedimen Tersier mulai Eosen hingga Mio-Pliosen. Stratigrafi daerah ini dari batuan tua ke muda adalah Formasi Marah, Formasi Batuayau,Formasi Wahau dan Formasi Balikpapan. Kegiatan tektonik pda Oligosen, Miosen dan Pliosen membentuk ketidakselaraan antara ketiga formasi terakhir. Formasi pembawa batubara di daerah ini adalah Formasi Batuayau, Formasi Wahau dan Formasi Balikpapan. Lapisan-lapisan batubara secara umum terbentuk pada struktur lipatan khususnya inklin dengan arah sumbu Utara - Selatan sampaiTimurlaut Baratdaya.Terdapat dua hingga lima lapisan batubara utama denga ketebalan maksimum mencapai 26,80 m. Kualitas batubara pada ketiga formasi di daerah ini tidak memperlihatkan perbedaan yang cukup signifikan. Batubara Formasi Batuayau memiliki kandungan abu antara 2,26 9,37 % (adb) atau rata-rata 5,81% , Kandungan belerang antara 0,15 0,35 % (adb) atau ratarata 0,21% dan Nilai Kalori antara 5100 -5620 kal/gr atau rata-rata 5440 kal/gr. Batubara Formasi Wahau memiliki kandungan abu antara 2,28-12,40% (adb) atau rata-rata 4,96%,
Nama : Marthyn Hapyosel NIM : 111.130.049 Plug : 9

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 2013

Kandungan belerang antara 0,11-0,45% (adb) atau rata-rata 0,17% dan Nilai Kalori antara 4870 -5595 kal/gr atau rata-rata 5375 kal/gr. Batubara Formasi Balikpapan memiliki kandungan abu antara 3,28 5,21% (adb) atau rata-rata4,19 %, Kandungan belerang antara 0,11 0,18% (adb) atau rata-rata 0,15% dan Nilai Kalori antara 5245 5665 kal/gr atau ratarata 5540 kal/gr. Sumberdaya batubara daerah ini dihitung sampai kedalaman 100 m dan batas ketebalan batubara minimal 1,0 m adalah sekitar 2,371 milyar ton, dengan rincian 1,743 milyar ton dikategorikan sebagai sumberdaya hipotetik dan 627,8 juta ton sebagai sumberdaya tereka. Endapan batubara di daerah ini dari segi sumberdaya terhitung cukup besar dan dari segi kualitas tergolong batubara bersih dan ramah lingkungan namun salah satu kendala untuk pemanfaatannya adalh mahalnya biaya transportasi karena lokasinya yang jauh dari pantai. Di Sangatta terdapat perusahaan penghasil batubara yaitu PT. Kaltim Prima Coal yang berdiri sejak tahun 1991. Pada tahun 2007 perusahaan tambang ini memperkerjakan lebih dari 3.500 karyawan dan 5.000 karyawan kontraktor. Dan pada tahun 2013 mempekerjakan sekitar 5100 orang karyawan dan 15.000 karyawan kontraktor. Kegiatan tambang batubara di pinggir kota Sangata di kelola oleh PT KPC. Area penambangannya sangat luas dan merupakan tambang batubara terbuka. Di area penambangan, beraneka macam kendaraan berat sibuk melakukan kegiatan penambangan. Excavator menggali, mengambil, kemudian menumpahkan batubara ke dalam bak dump truck yang sudah siap menunggu. Dump truck yang sudah penuh batubara kemudian berjalan menuju tempat penampungan sementara di pelabuhan. Dari tempat penampungan sementara, batubara dimasukkan ke dalam kapal pengangkut dengan menggunakan belt conveyor. Kapal pengankut yang sudah penuh batubara pergi meninggalkan pelabuhan menuju tempat tujuan. Sebagian besar menuju ke luar negri, menuju negara import.

Muatan kapal pengangkut cukup banyak. Untuk kapal ukuran kecil, sekali angkut mencapai antara empat puluh ribu sampai delapan puluh ribu ton. Konon, jumlah produksi penambangan batubara oleh PT KPC di Sangata pada tahun 2007 mencapai sekitar 40 juta ton. Sebagian besar di export dan sebagian kecil untuk kebutuhan pembangkit listrik PLN.

Nama : Marthyn Hapyosel NIM : 111.130.049 Plug : 9

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 2013

Sebagai penambang batu bara besar milik keluarga Bakri, perusahaan ini membangun komplek elit tempat hunian para karyawannya. Dengan fasilitas yang lengkap, mewah, dan modern, fasilitas ini meliputi perkantoran, perumahan, fasilitas olahraga, klinik kesehatan, pendidikan, ibadah, dsb. Fasilitas olahraganya sangat lengkap, meliputi lapangan tenis, badminton, bola voli, lapangan bola, kolam renang dan lapangan golf. Bahkan bandara Tanjung Bara, juga berada dalam komplek penambangan batubara PT KPC.

Nama : Marthyn Hapyosel NIM : 111.130.049 Plug : 9

Anda mungkin juga menyukai