Anda di halaman 1dari 2

Nama : Hafida Auliarista NIM Stase : 20080310202 : Forensik

1. Berdasarkan UU Perlindungan Hak Anak, maka pada keadaan child abuse yang lebih berat hukumannya pada orangtua atau orang lain? 2. Jika ada pasien dengan tanda kekerasan di IGD, apa yang dokter umum lakukan sebagai dokter jaga?

JAWABAN 1. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 pasal 80 tentang Perlindungan Anak, maka jika pelaku child abuse adalah orangtuanya sendiri, maka hukuman akan ditambah sepertiganya. Berikut isi undang-undang yang mencantumkan hal tersebut: 1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun 6 bulan dan/ atau denda paling banyak Rp. 72.000.000.00. 2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 100.000.000.00. 3) Dalam hal anak yang dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana penjara paling lama 10 tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 200.000.000.00 4) Pidana dapat ditambah sepertiga dari keentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orangtuanya. 2. Sebagai dokter umum yang mendapati pasien dengan tanda-tanda kekerasan, maka harus diperiksa secara lengkap dari anamnesis umum dan diperdalam kronologisnya serta

pemeriksaan fisik yang terdiri dari keadaan luka, jenis, tempat, ukuran dan lain sebagainya. Walaupun pasien saat itu tidak meminta untuk di visum atau surat visumnya belum ada. Data-data tersebut harus dituliskan di rekam medis sejelas dan selengkap mungkin agar mempermudah jika nantinya pasien tersebut meminta visum. Apabila selang 1 minggu pasien datang dengan membawa surat permintaan visum, maka sebagai dokter akan menuliskan data-data yang didapatkan dari pemeriksaan visum yang sudah dilakukan 1 minggu sebelumnya. Agar surat hasil visum dapat dipergunakan sebagai barang bukti tindak kekerasan, maka yang harus dituliskan dalam surat tersebut: a. Dituliskan kapan dilakukan pemeriksaan visum pada pasien terduga tindak kekerasan. Jadi, saat pasien datang 1 minggu setelah kejadian bukan tanggal pemeriksaan, tetapi tanggal sesaat setelah pasien mendapat tindak kekerasan tersebut (1minggu sebelum pasien datang membawa surat visum tersebut). b. Dituliskan bahwa yang tertulis di surat hasil visum bukanlah hasil pemeriksaan fisik, akan tetapi berdasarkan catatan rekam medis terhadap pemeriksaan fisik sesaat setelah pasien mendapatkan tindak kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai