Anda di halaman 1dari 2

Leadership is the ability to influence a group toward the achievement of goals

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut (John C. Maxwell). Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi.

Tipe-Tipe Kepemimpinan
1. Tipe Otokratis Ciri-cirinya antara lain: a. Mengandalkan kepada kekuatan/ kekuasaan. b. Menganggap dirinya paling berkuasa. c. Keras dalam mempertahankan prinsip. d. Jauh dari para bahawan. e. Perintah diberikan secara paksa. 2. Tipe Laissez Faire Ciri-ciri antara lain: a. Memberi kebebasan kepada para bawahan. b. Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan. c. Semua pekerjaan dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan. d. Tidak mempunyai wibawa. e. Tidak ada koordinasi dan pengawan yang baik. 3. Tipe Paternalistik Ciri-ciri antara lain: a. Pemimpin bertindak sebagai bapak. b. Memperlakuakn bawahan sebagai orang yang belum dewasa. c. Selalu memberikan perlindungan. d. Keputusan ada ditangan pemimpin. 4. Tipe Militerlistik Ciri-ciri antara lain: a. Dalam komunikasi menggunakan saluran formal. b. Menggunakan sistem komando/ perintah. c. Segala sesuatu bersifat formal. d. Disiplin yang tinggi, kadang bersifat kaku. 5. Tipe Demokratis Ciri-ciri antara lain: a. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi. b. Bersifat terbuka. c. Bawahan diberi kesempatan untuk memberi saran dan ide-ide baru. d. Dalam pengambilan keputusan utamakan musyawarah untuk mufakat. e. Menghargai potensi individu. 6. Tipe Open Leadership Tipe ini hampir sama dengan tipe demokratis, Perbedaannya terletak dalam hal pengambilan keputusan, dalam tipe ini keputusan ada ditangan pemimpin.

KASUS-5 "Kehilangan Kursi"


Sebuah organisasi manufakturing yang mempunyai karyawan sekitar 270 orang mempekerjakan seorang manajer pabrik baru dengan maksud untuk mengurangi biaya-biaya produksi, meningkatkan kualitas produk, dan memperbaiki produktifitas karyawan. Pekerjaan adalah melelahkan dan kondisi-kondisi pekerjaan sangat tidak menyenangkan. Ini terutama disebakan oleh panas dan debu yang ditimbulkan dalam proses produksi. Hari kerja dibagi menjadi 3 shift, dimana lama waktu setiap shift adalah 8 jam, tanpa waktu makan yang ditetapkan secara eksplisit. Para karyawan biasanya membeli makan dan minuman dari warung-warung dari sekitar pabrik dan minum atau makan sambil bekerja. Teknisi keamanan pabrik mengemukakan bahwa gang-gang yang digunakan untuk lalu lintas truk-truk pengangkut barang sering terhambat atau terganggu oleh lalu lalang para karyawan yang memerlukan dan membeli minuman dan makanan. Manajer baru mengambil keputusan untuk membangun sebuah cafetaria untuk mengurangi bahaya keamanan ini dan untuk memberikan kepada karyawan sebuah tempat makan jauh dari proses produksi yang tidak meyenangkan.

Setelah bangunan diselesaikan, para karyawan mulai makan di cafetaria seperti yang diharapkan. Bagaimanapun juga meninggalkan lokasi pekerjaan menunjukkan secara implisit adanya periode istirahat untuk makan bagi para karyawan. Waktu yang dihabiskan para karyawan untuk keperluan tersebut tentunya naik secara menyolok dan sebagai akibatnya terjadi penurunan produktivitas. Manajer pabrik kemudian memutuskan bahwa untuk menghindari karyawan mondar mandir ke cafetaria, dia akan memindahkan kursi-kursi. Karyawan marah karena "kenyamanan" yang selama ini mereka rasakan telah diambil. Konsultan pengembangan organisasi (organization development), setelah diperkenalkan, memperoleh informasi dari serangkaian wawancara bahwa karyawan tidak pernah menginginkan cafetaria. Mereka sesungguhnya menginginkan lokasi yang lebih aman dari truk-truk pengangkut barang.

Apa kesalahan-kesalahan pokok yang dibuat manejemen dalam proses perubahan tersebut? Jelaskan! ANALISIS KASUS 1. Kesalahan pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat

Pembagian waktu kerja untuk para karyawan pada kasus diatas seharusnya harus ditetapkan secara jelas dan nyata. Dengan menerapkan jam/waktu kerja secara jelas dan nyata, tujuan organisasi manufakturing diatas untuk meningkatkan kualitas produk dan memperbaiki produktifitas karyawan dapat terpenuhi. Pada kasus diatas, waktu makan yang ditetapkan secara implisit meneyebabkan pro duktifitas dan kualitas karyawan menjadi labil. Karena tidak ada kejelasan waktu bekerja. Para karyawan dapat mondar-mandir dari pabrik ke warung-warung sekitar pabrik dengan bebasnya untuk membeli makanan dan minuman, lalu makanan dan minuman tersebu dapat disantap saat bekerja. Tentu hal ini mengurangi fokus dan kualitas karyawan dalam melakukan pekerjaan yang dimana manajer baru ini dituntut untuk memperbaiki kualitas dan produktifitas karyawan. Maka diperlukan pengaturan waktu bekerja dengan waktu istirahat secara eksplisit. Dengan hari kerja yang dibagi menjadi 3 shift dimana lama waktu setiap shift adalah 8 jam, waktu bekerja harus seoptimal mungkin diciptakan dengan waktu istirahat. Yaitu dengan membuat 2 kali waktu istirahat dengan rentang waktu istirahat pertama 10 menit. Dan rentang waktu istirahat kedua 20 menit. Setelah waktu bekerja 2 jam pertama, karyawan diberi waktu 10 menit untuk keluar membeli makanan dan minuman untuk sesi istirahat pertama dan juga bisa untuk membeli makanan untuk sesi istirahat kedua sehinggakaryawan tidak perlu mondar-mandir ke warung. Dan juga waktu istirahat harus disesuaikan dengan waktu lalu-lintas truk-truj pengangkut barang agar tidak menghambat lalu lalang karyawan.

2. Membuat "Cafetaria" tanpa Meminta Pendapat dari Karyawan


Pembangunan cafetaria ini sangat tidak efisien dan efektif bila dilihat dari tujuan awal organisasi dengan menunjuk manajer baru untuk mengurangi biaya-biaya produksi. Dengan membangun cafetaria, mungkin si manajer baru ini mempunyai itikad baik untuk mengoptimalisasi waktu kerja karyawan dengan menyediakan tempat istirahat. Tetapi tanpa adanya pengawasan dari organisasi terhadap karyawan, karyawan akan merasa diberi kebebasan untuk mengambil waktu istirahat lebih karena seperti yang telah diungkapkan diatas, tidak ada pengaturan waktu kerja secara eksplisit. Malah akan memperburuk waktu kerja karyawan dan menyebabkan penuruna kualitas kerja dan produktifitas karyawan. Manajer baru ini sepertinya menganut tipe kepemimpinan campuran antara tipe Otokritas dan tipe Laissez Faire. Karena manajer ini tidak menggunakan tipe kepemimpinan demokratis yang dimana dalam tipe demokratis ini, pemimpin harus bersifat terbuka dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat dari saran-saran dan ide-ide karyawan. Manajer baru ini jauh dari bawahan dan memperi perintah secara paksa. Tidak mempunyai wibawa dan tidak ada koordinasi dan pengawasan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai