Anda di halaman 1dari 85

Menghitung Distribusi Tekanan Udara dan

Gaya Hambat (Drag) Kepala Pesawat Boeing 777-200.

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Sains

Djoko Poernomo
3225011939

PROGRAM STUDI FISIKA


JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2008
PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Menghitung Distribusi Tekanan Udara dan

Gaya Hambat (Drag) Kepala Pesawat Boeing 777-200

Nama : Djoko Poernomo

No.Reg : 3225011939

Nama Tanda tangan Tanggal

Penanggung Jawab Dra. Marheni, M. Sc


Dekan NIP. 130 516 385 ............... ...............

Penanggung Jawab Drs. Siswoyo, M. Pd


Pembantu Dekan I NIP. 131 933 264 ............... ...............

Ketua DR. rer.nat Bambang Heru I


NIP. 132 093 381 ............... ...............

Sekretaris Drs. Anggoro Budi Susilo, M.Si


NIP. 132 005 000 ............... ...............

Anggota:
Pembimbing I Satwiko Sidopekso, Ph.D
NIP. 131 583 320 ............... ...............

Pembimbing II Tri Susilo, S.T, M.T


NID. 0414047401 ............... ...............

Penguji Ahli Agus Setyo Budi, M.Sc, Ph.D


NIP. 132 770 947 ............... ...............

Dinyatakan lulus ujian skripsi tanggal : 15 Agustus 2008


i

ABSTRAK

DJOKO POERNOMO. Menghitung Distribusi Tekanan Udara dan Gaya


Hambat (Drag) Kepala Pesawat Boeing 777-200. Skripsi. Jakarta : Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta. 2008.

Suatu benda berada pada suatu aliran udara, maka akan terjadi gaya
geser atau gesekan antara partikel-partikel udara dengan permukaan benda
yang dilaluinya. Karena adanya gesekan tersebut, maka kecepatan tiap-tiap
lapisan menjadi berkurang yang diakibatkan oleh gaya hambat sehingga akan
berpengaruh terhadap distribusi tekanan yang terjadi di sepanjang
permukaan benda. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan
distribusi tekanan udara disekitar kepala pesawat jenis Boeing 777-200
terhadap perubahan sudut serang dan perubahan kecepatan serta
mengetahui perbedaan besarnya gaya hambat yang terjadi terhadap
perubahan sudut serang dan kecepatan. Dari penelitian ini diharapkan dapat
mengetahui bagaimana distribusi yang terjadi di sekitar kepala pesawat
terbang boeing 777-200 khususnya pada permukaan bagian atas, depan dan
bawah terhadap perubahan sudut serang dan perubahan kecepatan serta
dapat mengetahui besarnya gaya hambat (drag) yang terjadi untuk masing-
masing sudut serang dan kecepatan. Eksperimen ini dilakukan dengan
menggunakan terowongan angin (Wind Tunnel) Suryadarma Low Speed
Tunnel (SLST WT-400) yang kemudian akan diperoleh besarnya koefisien
tekanan udara pada tiap-tiap titik uji di sepanjang permukaan benda. Dengan
menggunakan metode numerik maka akan diperoleh hasil berupa distribusi
tekanan udara yang terjadi di sekitar permukaan atas, depan dan bawah
benda uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi yang terjadi di
sekitar benda uji dipengaruhi oleh bentuk dari benda uji dan sudut serang
yang diberikan pada benda uji. Pada kepala pesawat Boeing 777-200,
semakin besar sudut serang maka besarnya gaya hambat akn meningkat.
Gaya hambat yang terjadi untuk masing-masing benda uji pada sudut serang
antara -90 sampai dengan 150 diperoleh hasil sebagai berikut: pada benda uji
silinder diperoleh hasil berkisar antara 0.0033 – 0.0041 N, pada benda uji
nose diperoleh hasil berkisar antara 0.0011 – 0.0018 N, sedangkan pada
benda uji kepala Boeing 777-200 diperoleh hasil berkisar antara 0.0013 –
0.0027 N.
ii

ABSTRACT

DJOKO POERNOMO. Calculating The Air Pressure Distribution and Drag


Force onThe Head of Boeing 777-200 Airplane. Final Project Paper. Jakarta.
Faculty of Mathematics and Natural Sciences. State University of Jakarta.
2008.

When an object is in a stream of air, a frictional force (friction) exist


between particles of air with the object’s surface that being it’s path. Because
of the friction, the velocity on esch layer because decreased by the drag force.
this will influence the air pressure distribution along the object surface. This
research observe the changing of air pressure distribution around the head of
Boeing 777-200 airplane by the changing angel of attack and velocity, also
the difference of drag force by the changing angle of attack and velocity. from
these, it will be known the air pressure distribution around the head of Boeing
777-200 airplane especially on upper, front and lower surface by the changing
angle of attack and velocity, also the drag force for each angle of attack and
velocity. The experiment done using a wind tunnel of Suryadarma Low Speed
Tunnel (SLST WT-400) to get the coeficient pressure on each test point along
the object surface. using a numerical methode will result the air pressure
distribution around upper, front and lower surface of tested object. The result
show that the air pressure distribution around the tested object is influenced
by the shape and angle of attack to the tested object. On the head of Boeing
777-200 airplne, bigger the angle of attack, the drag force will increased. Drag
force for each tested object with the angle of attack between -90 to 150 is as
follows: on a cylindrical tested object result around 0,0033-0,0041 N, on a
nose tested object result around 0,0011-0,0018 N, and on the head of Boeing
777-200 airplane result around 0,0013-0,0027 N.
iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Aa’lamiin.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat serta salam

semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta

keluarga, para sahabat dan pengikutnya.

Puji syukur yang setulus-tulusnya penulis haturkan kepada Allah SWT,

yang telah memberikan nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang diajukan sebagai syarat untuk

memperoleh gelar sarjana dengan judul, “Menghitung Distribusi Tekanan

Udara dan Gaya Hambat (Drag) Pesawat Boeing 777-200”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan

dan dorongan baik dalam bentuk dorongan moril maupun materil yang sangat

bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Sarbini yang sangat penulis sayangi yang telah memberikan

pendidikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan pendidikan di

universitas serta Ibu Sartini yang sangat penulis cintai yang telah

melahirkan dan merawat penulis.

2. Bapak Satwiko Sidopekso, Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan penulis bimbingan, arahan dan pemikiran dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Bapak Tri Susilo, S.T, M.T selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk penulis dalam rangka penyusunan skripsi mulai awal

hingga akhir.
iv

4. Bapak DR.rer.nat Bambang Heru Iswanto selaku Ketua Jurusan Fisika

FMIPA UNJ yang telah memberikan saran dalam pelaksanaan penelitian.

5. Bapak Dr. Sunaryo, M.Si. sebagai dosen pembimbing akademik yang

banyak memberikan arahan dan masukan selama masa perkuliahan.

6. Bapak Drs. Anggoro Budi Susilo, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika

Jurusan Fisika.

7. Desy Ariyanti yang telah memberikan perhatian yang besar setiap saat,

memberikan dukungan setiap waktu tanpa mengenal lelah.

8. Saudara Zanwar Pujipriyatmoko S.T,S.Si, dan Rahmat Kurnianto S.T,

yang telah banyak membantu dalam proses penelitian dan pembuatan

skripsi.

9. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

serta dapat dikembangkan sebaik-baiknya agar dapat bermanfaat bagi

masyarakat. Permohon maaf penulis haturkan kepada para pembaca atas

segala kekurangan dalam penyampaian kata-kata dan penulisan skripsi ini.

Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan agar dapat lebih baik lagi.

Segala kebaikan dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT, dan

kekurangan serta kesalahan datang dari penulis.

Terima Kasih...

Wassalam,

Jakarta, Agustus 2008

Djoko Poernomo
v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK............................................................................................ i

ABSTRACT.......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR............................................................................. iii

DAFTAR ISI......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................. vii

DAFTAR TABEL.................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah............................................................. 5

C. Pembatasan Masalah.......................................................... 6

D. Perumusan Masalah............................................................ 6

E. Tujuan Penelitian................................................................. 6

F. Manfaat Penelitian............................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Aerodinamika........................................................................ 8

1. Persamaan Kontinuitas................................................... 10

2. Hukum Bernoulli.............................................................. 10

3. Koefesien Tekanan......................................................... 11

4. Gaya Hambat................................................................. 12

B. Solusi Numerik ................................................................... 13


vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Operasional Penelitian............................................ 14

B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................. 14

C. Metode Penelitian............................................................... 14

D. Prosedur Penelitian

1. Peralatan yang digunakan.............................................. 15

b. Cara Kerja....................................................................... 20

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Distribuís Tekanan Udara................................................... 24

B. Gaya Hambat (DRAG)………………………….................... 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan......................................................................... 36

B. Saran.................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 38

LAMPIRAN.......................................................................................... 39
vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Ilustrasi distribusi tekanan di sekitar benda....................... 1

Gambar 1.2 Gaya yang bekerja pada aerofoil........................................ 2

Gambar 2.1: (a) aliran viskos, (b) aliran tak-viskos................................. 9

Gambar 2.2. Gaya yang terjadi sejajar arah aliran udara……………….. 12

Gambar. 3.1. Skema aliran udara pada terowongan angin terbuka……. 17

Gambar. 3.2. Posisi titik-titik uji pada benda uji silinder………………….. 18

Gambar. 3.3. Posisi titik-titik uji pada benda uji silinder………………….. 18

Gambar. 3.4. Posisi titik-titik uji pada benda uji silinder………………….. 19

Gambar. 3.5. Alur penelitian………………………………………………… 21

Gambar. 3.6. Tabel pengamatan…………………………………………… 23

Gambar 4.1. Distribusi tekanan udara di sekitar benda uji silinder

untuk sudut (a). -90, (b). 00 dan (c). 90............................... 25

Gambar 4.2. Distribusi tekanan udara di sekitar benda uji Nose

untuk sudut (a). -90, (b). 00dan (c). 90……………………… 27

Gambar 4.3. Distribusi tekanan udara di sekitar benda uji Boeing

777-200 untuk sudut (a). -90, (b). 00dan (c). 90………..….. 28

Gambar 4.4. Grafik gaya hambat terhadap perubahan sudut serang

dan perubahan kecepatan pada benda uji silinder............. 30

Gambar 4.5. Grafik gaya hambat terhadap perubahan sudut serang

dan perubahan kecepatan pada benda uji Nose................ 31


viii

Gambar 4.6. Grafik gaya hambat terhadap perubahan sudut serang

dan perubahan kecepatan pada benda uji Kepala

Pesawat Boeing 777-200................................................... 33

Gambar 4.7. Grafik gaya hambat pada masing-masing benda uji

dengan kecepatan: (a) 1663 rpm, (b)1865 rpm dan

(c) 2016 rpm………………………………………………..… 34


ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Gaya hambat pada benda uji silinder dengan perubahan

kecepatan dan sudut serang…………………………………. 29

Tabel 4.2. Gaya hambat pada benda uji Nose dengan perubahan

kecepatan dan sudut serang……….…………………………. 31

Tabel 4.3. Gaya hambat pada benda uji Kepala Pesawat Boeing 777-

200 dengan perubahan kecepatan dan sudut serang…..…. 32


x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Suryadarma Low Speed Tunnel WT – 400

(SLST WT – 400)................................................................ 39

Lampiran 2. Spesifikasi Benda Uji.......................................................... 40

Lampiran 3. Data Pengamatan Silinder.................................................. 44

Lampiran 4. Data Pengamatan Nose...................................................... 47

Lampiran 5. Data Pengamatan Boeing 777-200..................................... 50

Lampiran 6. Flow Chart Program Boeing 777-200………………………. 53

Lampiran 7. Distribusi tekanan pada benda uji silinder............................ 62

Lampiran 8. Distribusi tekanan pada benda uji NOSE............................. 65

Lampiran 9. Distribusi tekanan pada kepala pesawat Boeing 777-200.. 68

Lampiran 10.Tabel Kecepatan Aliran Dalam Seksi Uji Sesuai RPM

Pada Low Speed Tunel...................................................... 71


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem aerodinamik pada pesawat terbang dapat diamati apabila

ada aliran udara yang bergerak melalui permukaan pesawat terbang. Hal

ini terlihat pada saat pesawat sedang terbang. Bila suatu benda berada

pada suatu aliran udara, maka akan terjadi gesekan atau gaya geser.

Gesekan yang terjadi adalah gesekan antara partikel-partikel udara

dengan permukaan benda yang dilaluinya. Karena adanya gesekan

tersebut, maka kecepatan tiap-tiap lapisan menjadi berkurang yang

diakibatkan oleh gaya hambat sehingga akan berpengaruh terhadap

distribusi tekanan yang terjadi di sepanjang permukaan benda. Distribusi

tekanan bekerja normal tegak lurus terhadap permukaan benda (Bertin, J.

J. & Smith, M.L. 1989. Aerodynamics For Engineers. Prentice-Hall Inc,

New Jersey: 576 hlm, 181-182).

Gambar 1.1. Ilustrasi distribusi tekanan di sekitar benda.

1
2

Akibat adanya distribusi tekanan dan gaya gesek yang terjadi di

sepanjang permukaan pesawat, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja

pada pesawat yaitu resultan gaya aerodinamik (R) dan gaya momen (M).

Nilai gaya momen akan berharga positif (+) jika arahnya searah dengan

arah jarum jam dan sebaliknya akan berharga negatif (-) jika arahnya

berlawanan dengan arah jarum jam. Sedangkan resultan gaya dapat

dibagi menjadi beberapa komponen yaitu komponen yang tegak lurus dan

komponen yang sejajar sumbu koordinat. Komponen-komponen gaya

yang tegak lurus sumbu koordinat dan arahnya berlawanan dengan arah

gaya gravitasi disebut dengan gaya angkat atau lift (L). Dan komponen-

komponen gaya yang sejajar dengan sumbu koordinat dan arahnya

berlawanan dengan arah laju pesawat disebut dengan gaya hambat atau

drag (D).

Gambar 1.2 Gaya yang bekerja pada aerofoil.


3

Agar pesawat dapat terbang di udara maka besarnya gaya angkat

harus lebih besar dibandingkan dengan gaya berat pesawat. Bagian yang

paling penting untuk memperoleh gaya angkat yang besar pada pesawat

adalah pada bagian sayap pesawat. Hal yang tidak dapat di hindari adalah

munculnya gaya hambat yang diakibatkan karena adanya distribusi

tekanan yang terjadi disepanjang permukaan pesawat, namun gaya

hambat ini dapat dikurangi sekecil mungkin agar pesawat dapat terbang

secara optimal. Seluruh bagian pesawat akan berpotensi menimbulkan

gaya hambat terutama pada bagian kepala pesawat, oleh sebab itu perlu

suatu rancangan khusus pada kepala pesawat untuk meminimalisir gaya

hambat yang terjadi. Selain dipengaruhi oleh bentuk kepala pesawat,

distribusi tekanan dan gaya hambat juga dipengaruhi oleh arah datangnya

aliran udara (sudut serang) seperti terlihat pada saat pesawat sedang

tinggal landas (take off) dan juga pada saat mendarat (landing).

Untuk mendapatkan rancangan yang optimal perlu dilakukan

penelitian-penelitian yang berhubungan dengan pengaruh besarnya gaya

hambat terhadap bentuk benda. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa

metode. Metode pertama adalah metode dimana objek bergerak

sedangkan fluidanya diam (bergerak relatif terhadap benda), salah

satunya adalah dengan uji terbang. Namun pada uji terbang akan dijumpai

kesulitan-kesulitan pada saat penelitian dilakukan antara lain yaitu

besarnya biaya yang dikeluarkan dan juga resiko yang besar pada saat uji

terbang.
4

Metode yang kedua adalah metode dimana fluida bergerak dan

objeknya diam (bergerak relatif terhadap fluida), metode ini dibagi menjadi

du cara yaitu salah satunya adalah dengan cara membuat aliran dengan

menggunakan asap (smoke). Cara ini dapat langsung terlihat hasilnya

secara visual, namun cara ini tidak dapat menghitung besarnya tekanan

yang terjadi disepanjang permukaan. Cara lain dengan menggunakan

aliran udara buatan yang dihasilkan oleh kipas penggerak yang dikenal

sebagai terowongan angin (wind tunnel/wind channels). Dengan

menggunakan metode ini kesulitan-kesulitan pada metode yang pertama

dapat diatasi serta ada beberapa kemudahan dan keuntungan bila

dibandingkan dengan metode yang pertama diantaranya yaitu:

1. Kondisi aliran yang dapat diatur dengn mudah.

2. Besar sudut arah angin seperti sudut serang dapat diubah-ubah

dengan mudah.

3. Proses pengambilan data lebih mudah sehingga proses pelaksanaan

dapat berlangsung lebih cepat.

4. Bahaya dan kemungkinan lepas kontrol pada saat uji terbang dapat

dicegah.

5. Tidak dibutuhkannya banyak personil pada saat pelaksanaan.

6. Biaya yang diperlukan untuk proses pembuatan dan pelaksanaan

pengujian jauh lebih murah.

Setiap jenis pesawat memiliki bentuk kepala yang berbeda-beda

seperti pada pesawat tempur memiliki bentuk kepala yang runcing, hal ini
5

dimaksudkan agar pesawat dapat melaju dengan stabil pada kecepatan

tinggi serta dapat melakukan berbagai macam manuver diudara. Lain

halnya dengan pesawat komersil yang memiliki bentuk kepala tidak

runcing. Salah satu jenis pesawat komersil yang banyak digunakan adalah

jenis Boeing 777-200. Untuk dapat lebih memahami bagaimana distribusi

tekanan yang terjadi, maka akan dilakukan pengujian terhadap tiga

macam benda uji yang berbeda, yaitu:

1. Benda uji berbentuk silinder.

2. Benda uji berbentuk Nose.

3. Benda uji berbentuk kepala pesawat jenis Boeing 777-200.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat

diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana distribusi tekanan udara yang terjadi di sekitar kepala

pesawat.

2. Bagaimana pola aliran udara yang terjadi di sekitar kepala pesawat.

3. Bagaimana visualisasi distribusi tekanan dengan menggunakan

metode komputasi.

4. Berapa besar gaya hambat yang terjadi.

5. Bagaimana pengaruh bentuk benda uji terhadap besarnya gaya

hambat.
6

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, pembahasan dibatasi hanya untuk mengetahui

distribusi tekanan udara yang terjadi di sekitar benda uji, khususnya pada

bagian atas dan bawah dan membuat visualisasinya dalam bentuk

gambar dua dimensi serta mengetahui besarnya gaya hambat untuk

masing-masing benda uji pada sudut serang dan kecepatan yang

berbeda-beda.

Benda uji yang digunakan berbentuk kepala pesawat Boeing 777-

200 dengan skala perbandingan 1 : 86, dan dilakukan pada kondisi ruang

yang tetap.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah dapat

dirumuskan:

“Bagaimana distribusi tekanan udara dan gaya hambat yang terjadi

disekitar kepala pesawat serta mengetahui pengaruh perubahan

kecepatan aliran dan perubahan sudut serang terhadap distribusi dan

gaya hambat.”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui distribusi tekanan udara yang terjadi di sekitar kepala

pesawat.
7

2. Memvisualisasikan distribusi tekanan udara yang terjadi di sekitar

kepala pesawat.

3. Menghitung besarnya gaya hambat yang dialami pesawat terutama

pada bagian kepala pesawat.

4. Mengetahui pengaruh perubahan distribusi tekanan udara terhadap

perubahan sudut serang dan kecepatan.

5. Mengetahui pengaruh besarnya gaya hambat terhadap perubahan

sudut serang dan kecepatan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Mengetahui distribusi tekanan udara di sekitar kepala pesawat.

2. Mengetahui pengaruh dari bentuk benda terhadap distribusi tekanan

dan gaya hambat.

3. Sebagai bahan acuan untuk dapat menciptakan model kepala pesawat

dengan performa aerodinamik yang lebih baik.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. AERODINAMIKA

Aerodinamika mempelajari mengenai akibat-akibat yang

ditimbulkan fluida udara atau gas-gas lain yang bergerak. Hal ini berkaitan

dengan sifat aliran udaranya. Jika sifat aliran udara dikaitkan

kekentalannya (viskositas), maka aliran udara tersebut dapat dibedakan

atas dua jenis aliran, yaitu aliran viskos (viscid flow) dan aliran tak-viskos

(inviscid flow), sedangkan jika sifat aliran udara dikaitkan dengan

kerapatannya (densitas), maka aliran udara tersebut dapat dibedakan juga

atas dua jenis aliran, yaitu aliran termampatkan (compressible flow) dan

aliran tak-termampatkan (incompressible flow) (NASA. 2002.

Incompressible Flow Around A Cylinder and A Wing Section).

Pada aliran udara viskos memiliki atau dipengaruhi nilai kekentalan,

sehingga aliran udara ini akan mengalami gesekan atau gaya geser.

Gesekan yang terjadi adalah antara partikel-partikel udara dengan

permukaan benda yang dilaluinya. Lapisan udara (boundary layer) yang

mengalir melalui suatu benda dengan adanya gesekan tersebut diatas,

maka kecepatan udara tiap-tiap lapisan menjadi berkurang kerena

dipengaruhi oleh gaya hambat. Semakin jauh jarak lapisan aliran udara

8
9

dari permukaan benda, akan memiliki nilai kecepatan yang maksimum

(sama dengan aliran udara bebas).

Aliran udara tak viskos adalah suatu aliran udara yang tidak

mengalami gesekan karena aliran ini bersifat tidak dipengaruhi atau tidak

memiliki nilai kekentalan. Dengan memperhatikan keadaan aliran ini,

maka dapat dikatakan bahwa aliran tak-viskos (inviscid flow) memiliki nilai

viskositas sangat kecil atau viskositas fluidanya nol, sehingga gaya

hambat atau gaya geser yang terjadi dapat diabaikan.

(a) (b)

Gambar 2.1: (a) aliran viskos, (b) aliran tak-viskos.

Aliran termampatkan adalah suatu aliran udara yang mengalami

perubahan nilai kerapatannya (densitas - tidak konstan). Sedangkan aliran

Tak-termampatkan adalah suatu aliran udara yang tidak mengalami

perubahan nilai kerapatannya (densitas - konstan). Pada kenyataannya

keadaan seperti ini sangat sulit dijumpai, namun ada kesamaan dalam

pembahasan aliran invicid, yaitu penyederhanaan dalam perhitungan


10

aerodinamika sehingga aliran udara yang terjadi dianggap tak-

termampatkan (incompressible).

1. Persamaan Kontinuitas

Untuk menentukan persamaan kontinuitas digunakan prinsip

konservasi massa dari suatu aliran udara yang melewati suatu ruang.

Pola alirannya sama untuk semua bidang x dan y, komponen kecepatan

fluida pada sumbu x dinyatakan dengan u dan pada sumbu y dinyatakan

dengan v.

∂ρ ∂ ∂
+ (ρ ⋅ u ) + (ρ ⋅ v ) = 0 (2.1)
∂t ∂x ∂y

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kita mengasumsikan

kondisi aliran yang melewati benda uji adalah incompressible (memiliki ρ

konstan), dan inviscid (tidak mengalami gesekan udara), maka aliran

udara dapat kita definisikan sebagai

r
∇V
. =0 (2.2)

2. Hukum Bernoulli

Berdasarkan hukum Bernoulli bahwa jumlah energi potensial,

energi kinetik dan tekanan adalah konstan.

1 1
p 1 + ρ gy 1 + ρ V 1 2 = p 2 + ρ gy 2 + ρ V 22 (2.3)
2 2
11

Apabila diasumsikan kondisi aliran yang melewati benda adalah

incompressible (memiliki ρ konstan), dan inviscid (tidak mengalami

gesekan udara), maka hubungan antara tekanan udara dan kecepatan

aliran udara mengikuti Persamaan Bernoulli.

p + 1 ρ V 2 = konstan
2

Dimana : p = tekanan udara

ρ = rapat massa udara

V = kecepatan aliran udara

3. Koefesien Tekanan

Untuk mencari besar koefisien tekanan ( C p ) dapat digunakan

persamaan Bernoulli, yaitu dengan membandingkan perubahan tekanan

sebelum dan sesudah melewati benda (McCormick, Barners W. 1979.

Aerodynamics, Aeronautics, And Flight Mecanics. John Wiley & Sons Inc,

Canada: 652 hlm, 50-51).

1 1
ps + ρ Vs2 = p + ρ V 2
2 2
(2.4)
1
p − ps = ρ Vs2 − V 2
2
( )
dengan p s merupakan tekanan dan Vs adalah kecepatan fluida. Maka

besarnya koefesien tekanan adalah:

p − ps
Cp = (2.5)
1
2
ρ sν s2
12

4. Gaya Hambat (Drag)

Untuk mencari gaya hambat dapat menggunakan koefisien gaya

hambat( C D ), dimana C D adalah besarnya C p sepanjang permukaan

benda uji. Jika suatu benda diletakan pada suatu aliran udara, maka dapat

diselesaikan berdasarkan resultan gaya-gaya yang bekerja. Komponen

gaya yang arahnya tegak lurus terhadap arah aliran udara disebut dengan

gaya angkat (lift), sedangkan komponen gaya yang arahnya sejajar

dengan arah aliran udara disebut gaya hambat (drag).

Besarnya koefesien gaya hambat dapat kita tentukan dengan

D
CD = (2.6)
q∞ S

Tekanan(P)

θ
Drag

U∞

Gambar 2.2. Gaya yang terjadi sejajar arah aliran udara

Jika diasumsikan bahwa aliran yang terjadi disekitar benda uji tidak

mengalami gesekan (inviscid), maka besarnya gaya hambat dapat

ditentukan dengan rumus:

D = − ∫ ( p − p ∞ ) cos θds (2.7)


13

B. SOLUSI NUMERIK

Untuk dapat menyelesaikan persamaan differensial parsial kita bisa

menggunakan beberapa metode, salah satunya menggunakan metode

beda hingga (finite difference method). Metode beda hingga

menggunakan turunan kedua untuk menyelesaikan persamaan, yang

dapat ditulis sebagai:

d2 f 1
2
≈ 2 { f ( x + h ) + f (x − h ) − 2 f ( x )} (2.8)
dx h

Dengan h adalah interval antara koordinat titik. Untuk persamaan dengan

dua variabel f ( x, y ) dapat kita nyatakan dalam bentuk grid berupa

koordinat-koordinat titik pada bidang dengan x = ih dan y = jh (i,j=1,2,3,…)

maka persamaan diatas dapat kita tuliskan menjadi

1
{φi+1, j + φi−1, j + φi, j +1 + φi, j −1 − 4φi, j } = 0 (2.9)
h2

Dimana φi , j = titik pada koordinat ( i,j ). Nilai suatu titik pada suatu

koordinat dipengaruhi oleh nilai pada titik di sekitar titik tersebut.

φi , j +1

φi −1, j φi, j φi +1, j

φi , j −1

maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi

φi −1, j + φi +1, j + φi , j −1 + φi , j +1
φi , j = (2.10)
4
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Operasional

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan distribusi

tekanan udara disekitar kepala pesawat jenis Boeing 777-200 terhadap

perubahan sudut serang dan perubahan kecepatan serta mengetahui

perbedaan besarnya gaya hambat yang terjadi terhadap perubahan sudut

serang dan kecepatan.

B. Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Aerodinamika dan

Laboratorium Mekanik Universitas Suryadarma, yang berlokasi di komplek

Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Penelitian ini dilaksanakan pada rentan waktu tahun ajaran

2007/20028

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan terowongan angin

(Wind Tunnel) Suryadarma Low Speed Tunnel (SLST WT-400) dan tiga

macam benda uji yaitu benda uji berbentuk silinder, berbentuk nose dan

berbentuk kepala pesawat jenis boeing 777-200.

14
15

Benda uji diletakan pada seksi uji terowongan angin kemudian

dialiri udara dengan kecepatan tertentu. Untuk satu kali percobaan

dilakukan perubahan sudut serang: -90, -70, -50, -30, 00, 30, 50, 70, 90, 110,

130, 150, 170, 190 dan 210, kemudian akan diperoleh data untuk tiap-tiap

titik pada masing-masing kecepatan dan sudut serang. Setiap benda uji

mendapat perlakuan yang sama dengan kecepatan dan sudut serang

yang sama.

Data yang diperoleh dari terowongan angin adalah ketinggian

permukaan air didalam tabung manometer untuk tiap-tiap titik yang

terdapat dipermukaan benda uji. Data-data tersebut akan diolah dengan

menggunakan metode komputasi dengan solusi numerik dan kemudian

membuat visualisasinya.

D. Prosedur Penelitian

1. Peralatan yang digunakan

a. Terowongan angin Suryadarma Low Speed Tunnel (SLST WT-400)

(lampiran).

Suryadarma Low Speed Tunnel (SLST WT-400) merupakan

jenis terowongan angin terbuka. Disebut terbuka karena aliran udara

setelah melewati seksi uji akan keluar ke udara bebas, sehingga udara

yang digunakan atau masuk kedalam seksi uji selalu berganti dengan

udara yang baru. Pada umunya terowongan angin terbuka memiliki

bagian-bagian sebagai berikut:


16

1. Ruang Masukan (Bellmouth). Berfungsi sebagai pengarah udara

masuk kedalam terowongan angin serta untuk menghindari

separasi aliran yang terjadi sehingga tercapai distribusi dan

akselerasi kecepatan aliran yang seragam dan terus menerus.

2. Ruang Penenang (Settling Chamber). Berfungsi sebagai pelurus

aliran untuk mengurangi ketidak teraturan aliran yang masuk ke

dalam terowongan angin dengan menggunakan kawat nyamuk

(screen/gauzes) sehingga pada seksi uji diperoleh aliran yang

seragam dan bertubulensi rendah.

3. Seksi kontraksi (Contraction/Nozzel). Berfungsi untuk mempercepat

aliran agar kecepatan aliran udara menuju seksi uji sesuai dengan

kebutuhan serta merapatkan aliran agar lebih lurus dan bebas dari

adanya fluktuasi kecepatan yang terjadi di ruang penenang.

4. Seksi Uji (Test Section). Seksi uji merupakan tempat pemasangan

dan pengujian benda uji. Pada bagian ini terdapat dudukan (sting

mounting) sebagai tempat diletakannya benda uji serta dilengkapi

dengan sensor alat ukur. Seksi uji ini berbentuk persegi panjang.

5. Seksi Diffuser. Berfungsi menurunkan kecepatan agar udara lebih

mudah dikendalikan sebelum keluar ke udara bebas.

6. Seksi Fan. Berfungsi sebagai penarik aliran udara yang terdiri dari

motor penggerak, belt, stator dan dudukan motor.


17

Gambar. 3.1. Skema aliran udara pada terowongan angin terbuka.

b. Benda uji terdiri atas tiga macam:

1. Silinder

Benda uji silinder dipasang pada dudukan dengan poros

sudut serang menempel pada bagian belakang benda uji yang

berhimpit pada pusat penampang, titik ini merupakan pusat

koordinat dalam menentukan posisi benda uji. Benda uji ini memiliki

21 (dua puluh satu) titik uji yang tersebar pada permukaan silinder.

Titik-titik uji ini terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, pertama adalah

bagian atas yaitu terletak di sepanjang permukaan selubung

silinder dari bagian depan hingga belakang yang posisinya terletak

di atas pada benda uji. Kedua adalah bagian depan yaitu terletak di

sepanjang diameter dari penampang silinder. Ketiga adalah bagian

bawah atas yaitu terletak di sepanjang permukaan selubung silinder

dari bagian depan hingga belakang yang posisinya terletak di

bawah pada benda uji.


18

7 6 5 4 3 2 1

10

11

12

13

14

15 16 17 18 19 20 21

Gambar. 3.2. Posisi titik-titik uji pada benda uji silinder

2. Nose.

Benda uji nose berbentuk menyerupai kerucut namun pada

bagian depan tidak dibuat runcing tetapi dibuat lonjong seperti pada

bagian depan kepala pesawat. Benda uji ini memiliki 17 (tujuh

belas) titik uji yang tersebar pada bagian atas, bagian depan dan

bagian bawah. Benda uji ini dipasangkan pada dudukan sehingga

memungkinkan untuk merubah sudut serang sesuai yang

diinginkan.

1
2
3
4
5
6
7
8

10
11
12
13
14
15
16 17

Gambar. 3.3. Posisi titik-titik uji pada benda uji silinder


19

3, Kepala pesawat Boeing 777-200.

Benda uji ini adalah replika dari bentuk kepala pesawat

Boeing 777-200 yang terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu:

bagian hidung pesawat yang terdapat di depan pesawat, bagian

kokpit pesawat mulai dari pangkal hidung pesawat hingga bagian

jendela, dan bagian yang menghubungkan antara bagian kokpit

dengan badan pesawat. Benda uji ini memiliki 26 (dua puluh enam)

titik uji yang tersebar di permukaan bagian atas, bagian depan dan

bagian bawah pesawat.

5 4 3 2 1
6
7
8
9
10

11
12
13

14

15
16
17
18
19
20
21
22 23 24 25 26

Gambar. 3.4. Posisi titik-titik uji pada benda uji silinder

c. Multimanometer

Multimanometer ini menggunakan prinsip manometer berbentuk

tabung U, pada salah satu ujung tabung diberikan tekanan pada titik uji

sedangkan pada ujung lain dibiarkan terbuka sehingga tekanannya

sama dengan tekanan udara bebas. Multimanometer terdiri dari 90

(sembilan puluh) tabung dengan diameter yang sama dan disusun


20

pada dinding milimeter blok. Tabung-tabung tersebut saling terhubung

sehingga pada ujung tabung terbuka memiliki ketinggian fluida yang

sama untuk setiap tabung.

Pada tabung ke-89 diberikan tekanan pada dinding seksi uji

yang merupakan tekanan udara sebelum melalui seksi uji. Ketinggian

fluida pada tabung ini disebut H1. Pada tabung ke-90 dibiarkan terbuka

dan selanjutnya ketinggian pada tabung ini disebut H2. Sedangkan

tabung laingnya dihubungkan ke titik-titik uji pada seksi uji termasuk

titik uji pada benda uji.

d. Komputer

Pada penelitian ini digunakan satu unit komputer yang

mendukung software Matlab 7.0.

2. Cara Kerja

Benda uji diletakan pada seksi uji dari terowongan angin dengan

bagian depan menghadap ke arah datangnya aliran. Titik-titik uji pada

benda uji dihubungkan dengan tabung manometer sesuai dengan urutan

yang ditentukan. Data yang diperoleh dari manometer kemudian diolah

menjadi koefisien tekanan yang kemudian digunakan untuk menghitung

tekanan udara pada permukaan benda uji. Tekanan pada permukaan

benda uji digunakan untuk menentukan distribusi tekanan udara disekitar

benda uji serta menghitung besarnya gaya hambat (drag) dengan

menggunakan metode komputasi. Dengan merubah sudut serang dan

kecepatan maka akan terlihat perubahannya.


21

TEORI

PERSIAPAN ALAT
1. SILINDER
2. NOSE
3. BOEING 777-200

DATA C p

METODE KOMPUTASI METODE NUMERIK

DISTRIBUSI
GAYA HAMBAT KECEPATAN
DAN TEKANAN
UDARA

VISUALISASI

KESIMPULAN

Gambar. 3.5. Alur penelitian.


22

E. Teknik Pengumpulan data

Sebelum dilakukan percobaan terlebih dahulu menentukan

koordinat titik uji yang tersebar dipermukaan benda uji yang dibutuhkan

dalam menentukan distribusi yang terjadi.

Pada percobaan pertama menggunakan benda uji pertama sudut

serang yang diberikan adalah –90, ini berarti benda uji membentuk sudut

90 ke bawah terhadap arah aliran udara, kemudian memutar kipas

menggunakan energi listrik dengan kecepatan putaran kipas pada

keadaan maksimum. Setelah aliran udara stabil kemudian mencatat

kedalam tabel data-data untuk tiap-tiap titik uji yang terbaca pada tabung

manometer sesuai dengan urutan nomor yang telah ditentukan. Dengan

merubah sudut serang menjadi -70, -50, -30, 00, 30, 50, 70, 90, 110, 130, 150,

170, 190 dan 210 akan diperoleh data untuk tiap-tiap titik uji. Kemudian

menurunkan kecepatan putaran kipas serta mengembalikan benda uji

keposisi semula dan melakukan perlakuan yang sama seperti

sebelumnya. Data yang terbaca adalah ketinggian permukaan fluida pada

tabung yang diberi tekanan. Selain itu dicatat pula ketinggian pada tabung

H1, H2 dan kecepatan putaran kipas.

Pada percobaan kedua dan ketiga, mengganti benda uji pada seksi

uji dan memperlakukan hal yang sama seperti pada benda uji pertama

sehingga akan diperoleh data untuk masing-masing benda uji pada sudut

serang dan kecepatan yang berbeda-beda. Semua data-data yang telah

diperoleh akan diolah menjadi besaran koefisien tekanan dan juga


23

besarnya gaya hambat yang terjadi pada benda uji sesuai dengan

perubahan sudut serang dan kecepatan aliran.

Benda uji :
RPM Fan :

SUDUT SERANG
No -9 -7 -5 -3 0 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

H1
H2

Gambar. 3.6. Tabel pengamatan


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari hasil eksperimen adalah data ketinggian

permukaan air pada tabung manometer untuk masing-masing titik uji,

kecepatan dan sudut serang (lampiran). Dari hasil ini kemudian akan

diolah menjadi koefisien tekanan ( C p ) yang merupakan perbandingan

antara tekanan yang terjadi di titik uji permukaan benda uji terhadap

tekanan pada udara bebas dengan rumus:

h1 − h
Cp =
h1 − h2

Data tersebut digunakan untuk memperoleh estimasi distribusi

tekanan terhadap perubahan sudut serang dan perubahan kecepatan.

Distribusi ini akan digunakan untuk memperoleh besarnya gaya hambat

yang terjadi pada masing-masing benda uji terhadap sudut serang dan

kecepatan.

A. Distribusi Tekanan Udara

Data koefisien tekanan ( C p ) yang diperoleh kemudian diolah

menjadi tekanan yang terjadi pada masing-masing titik uji. Sehingga data

tersebut dapat menggambarkan besarnya tekanan dipermukaan benda uji.

Untuk menghasilkan besarnya tekanan yang terjadi di sekitar benda uji,

24
25

digunakan suatu program dengan menggunakan software Matlab 7.1

dengan solusi numerik menggunakan metode beda hingga (finite

difference method). List program terdapat dalam lampiran.

Untuk masing-masing benda uji dengan kecepatan 2016 rpm

perubahan sudut serang -90,-50,00,50 dan 90 diperoleh hasil sebagai

berikut:

N/m2 N/m2
(a) (b)

N/m2
(c)

Gambar 4.1. Distribusi tekanan udara di sekitar benda uji silinder untuk

sudut (a). -90, (b). 00 dan (c). 90


26

Pada gambar 4.1 diatas merupakan distribusi tekanan pada masing

masing sudut serang. Pada sudut serang 00, di sisi depan benda uji

mengalami tekanan yang terbesar sedangkan pada sisi bagian atas dan

bawah benda uji besarnya tekanan hampir sama. Pada sudut serang -90

dan 90, di sisi depan benda uji masih mengalami tekanan yang terbesar

namun pada sisi atas dan bawah benda uji terjadi perbedaan tekanan.

Pada sudut serang -90 tekanan pada bagian belakang sisi atas lebih

besar dibandingkan dengan tekanan pada bagian belakang sisi bawah.

Dan sebaliknya pada sudut serang 90, tekanan pada bagian belakang sisi

atas lebih kecil dibandingkan dengan tekanan pada bagian belakang sisi

bawah.

Gambar 4.2 merupakan distribusi tekanan di sekitar benda uji

berbentuk menyerupai kerucut. Pada sudut serang 00 yang di perlihatkan

pada gambar 4.2.(b) terlihat bahwa tekanan terbesar terjadi di bagian

depan benda uji sedangkan distribusi tekanan pada bagian atas dan

bawah benda uji hampir sama. Pada sudut serang -90, tekanan terbesar

terjadi di bagian depan benda uji namun dibagian depan sisi atas terjadi

tekanan yang lebih besar bila dibandingkan bagian depan sisi bawah. Hal

ini terjadi akibat permukaan benda uji bagian atas langsung menghadap

arah aliran udara. Dan sebaliknya terjadi pada sudut 90 yaitu bagian

depan sisi atas mengalami tekanan yang lebih kecil dibandingkan bagian

depan sisi bawahnya.


27

N/m2 N/m2
(a) (b)

N/m2
(c)

Gambar 4.2. Distribusi tekanan udara di sekitar benda uji Nose untuk

sudut (a). -90, (b). 00dan (c). 90

Pada benda uji Boeing 777-200 diperoleh hasil yang berbeda.

Untuk sudut serang 00 terjadi peningkatan tekanan pada bagian depan

dan bagian atas dari hidung pesawat. Hal ini disebabkan karena aliran

udara yang mengalir di bagian atas hidung pesawat, terhambat oleh


28

N/m2 N/m2
(a) (b)

N/m2
(c)

Gambar 4.3. Distribusi tekanan udara di sekitar benda uji Boeing 777-200

untuk sudut (a). -90, (b). 00dan (c). 90.

bagian kaca depan kokpit sehingga terjadi penumpukan partikel-partikel

udara yang mengakibatkan meningkatnya densitas sehingga tekanan

udara menigkat. Sedangkan pada bagian atas belakang dan bawah

belakang distribusi tekanannya hampir sama. Pada sudut serang -90,


29

tekanan terbesar terjadi pada bagian atas dari hidung pesawat hingga

bagian jendela kaca sedangkan pada bagian atas lebih besar di

bandingkan dengan bagian bawah. Pada sudut serang 90 masih terdapat

tekanan yang besar di sekitar hidung pesawat bagian atas sedangkan

pada bagian bawah tekanan terbesar terjadi di sekitar hidung bagian

bawah hingga kokpit bagian bawah.

B. Gaya Hambat (Drag)

Gaya hambat yang terjadi pada masing-masing benda uji dapat

dilihat pada tabel-tabel berikut:

Sudut Gaya Hambat Benda Uji Silinder (N)


Serang(0) RPM1663 RPM1865 RPM2016
-9 0.003307354 0.003714238 0.004453943
-7 0.003250876 0.003774566 0.004577196
-5 0.003227309 0.00382411 0.004563039
-3 0.003215371 0.003867506 0.004571968
0 0.00324032 0.003894275 0.004546933
3 0.00322862 0.003882386 0.004503249
5 0.003241028 0.003864755 0.004473427
7 0.00324327 0.003867267 0.004478256
9 0.00321436 0.003859676 0.004480276
11 0.003235286 0.003836666 0.004477986
13 0.00321986 0.00381651 0.004484825
15 0.003226715 0.003774903 0.004467971
17 0.00323112 0.00370168 0.004385162
19 0.003201098 0.003618491 0.004317345
21 0.003261093 0.003530522 0.004159977

Tabel 4.1. Gaya hambat pada benda uji silinder dengan perubahan

kecepatan dan sudut serang.


30

Silinder

0.005
0.0045
0.004
0.0035
G a y a H a m b a t (N )

0.003
0.0025
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25
Sudut Serang

RPM1663 RPM1865 RPM2016

Gambar 4.4. Grafik gaya hambat terhadap perubahan sudut serang dan

perubahan kecepatan pada benda uji silinder.

Pada gambar 4.4 berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa terjadi

perubahan gaya hambat terhadap perubahan sudut serang. Gaya hambat

yang terbesar terjadi pada saat kecepatan yang terbesar. Sedangkan

pada sudut serang 170 hingga 210 terjadi penurunan gaya hambat, hal ini

disebabkan karena terjadinya perubahan posisi permukaan pada bagian

depan terhadap arah aliran udara.


31

Sudut Gaya Hambat Benda Uji Nose (N)


Serang RPM1663 RPM1865 RPM2016
-9 0.001136175 0.001450017 0.001799292
-7 0.001174386 0.001530932 0.001856004
-5 0.00119813 0.001601684 0.001844878
-3 0.001221929 0.001667356 0.001855229
0 0.001243893 0.001682024 0.001899814
3 0.001248624 0.001657114 0.001888215
5 0.001264268 0.001602611 0.001903589
7 0.001261651 0.001527831 0.001905722
9 0.00126396 0.001451195 0.001913644
11 0.001266214 0.00141239 0.001896878
13 0.001271443 0.001400264 0.001883932
15 0.001292744 0.00140272 0.001897763

Tabel 4.2. Gaya hambat pada benda uji Nose dengan perubahan

kecepatan dan sudut serang.

NOSE

0.0025

0.002
Gaya Hambat (N)

0.0015

0.001

0.0005

0
-15 -10 -5 0 5 10 15 20
Sudut Serang

RPM1663 RPM1865 RPM2016

Gambar 4.5. Grafik gaya hambat terhadap perubahan sudut serang dan

perubahan kecepatan pada benda uji Nose.

Pada gambar 4.5 diatas merupakan grafik perubahan gaya hambat

terhadap perubahan sudut serang. Pada kecepatan 1865 rpm, gaya


32

hambat terbesar terjadi pada sudut serang 00 sedangkan pada sudut

besar terjadi penurunan gaya hambat.

Gaya Hambat Benda Uji Kepala Pesawat


Sudut (N)
Serang RPM1663 RPM1865 RPM2016
-9 0.001310569 0.00171884 0.001976276
-7 0.001268719 0.001750229 0.002025009
-5 0.001256126 0.001692847 0.001996744
-3 0.00126541 0.001680486 0.001987967
0 0.001257374 0.001636542 0.001973411
3 0.001234084 0.001616142 0.001918986
5 0.001241163 0.001629416 0.001907478
7 0.001253591 0.001652076 0.001905648
9 0.001250976 0.001654348 0.001904171
11 0.001281378 0.001746743 0.001949807
13 0.001380464 0.001746173 0.002015545
15 0.00148974 0.001790959 0.002143129
17 0.001600638 0.001928068 0.002308702
19 0.001763036 0.001992092 0.002491117
21 0.001838113 0.002338886 0.002766334

Tabel 4.3. Gaya hambat pada benda uji Kepala Pesawat Boeing 777-200

dengan perubahan kecepatan dan sudut serang.

Pada gambar 4.6 terlihat bahwa gaya hambat terkecil terjadi pada

saat sudut serang yang kecil, pada saat udara mengalir dan terhambat

pada bagian depan, aliran udara akan terpecah mengalir melalui bagian

atas dan melalui bagian bawah. Namun pada sudut serang yang besar

gaya hambat meningkat. Semakin besar sudut serang maka gaya hambat

akan semakin besar. Hal ini terjadi karena pada sudut-sudut yang besar,

tekanan terkonsentrasi pada permukaan bagian bawah atau pada

permukaan bagian atas sehingga mengakibatkan gaya hambat akan

semakin besar.
33

Kepala Pesawat Boeing 777-200

0.003

0.0025
Gaya Hambat (N)

0.002

0.0015

0.001

0.0005

0
-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25
Sudut Serang

RPM1663 RPM1865 RPM2016

Gambar 4.6. Grafik gaya hambat terhadap perubahan sudut serang dan

perubahan kecepatan pada benda uji Kepala Pesawat

Boeing 777-200.

Untuk membandingkan gaya hambat ketiga macam benda uji dapat

dilihat melalui grafik berikut ini:

RPM1663

0.0035
0.003
Gaya Hambat(N)

0.0025
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
-20 -10 0 10 20 30
Sudut Serang

Kepala Nose Silinder

(a)
34

RPM1865

0.0045
0.004
0.0035
Gaya Hambat (N)

0.003
0.0025
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25
Sudut Se rang

Kepala Nose Silinder

(b)

RPM2016

0.005

0.0045

0.004

0.0035
Gaya Hambat (N)

0.003

0.0025

0.002

0.0015

0.001

0.0005

0
-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25
Sudut Serang

Kepala Nose Silinder

(c)
Gambar 4.7. Grafik gaya hambat pada masing-masing benda uji dengan

kecepatan: (a) 1663 rpm, (b)1865 rpm dan (c) 2016 rpm.
35

Pada gambar 4.7 merupakan grafik perubahan gaya hambat

terhadap sudut serang pada masing- masing benda uji dan kecepatan.

Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa silinder memiliki gaya hambat

yang paling besar bila dibandingkan dengan benda uji lainnya. Hal ini

disebabkan karena adanya perbedaan luas permukaan benda uji. Bentuk

silinder memiliki luas permukaan yang lebih besar bila dibandingkan

dengan bentuk nose ataupun bentuk kepala pesawat sehingga tekanan

pada permukaan menjadi semakin besar yang mengakibatkan gaya

hambat menjadi semakin besar.

Pada bentuk nose dan kepala pesawat, keduanya memiliki gaya

hambat yang perbedaannya tidak begitu besar. Hal ini karena kedua

benda uji memiliki bentuk dan luas permukaan yang hampir sama.

Perbedaan bentuk terlihat pada bagian atas benda uji, bentuk dari kepala

pesawat memiliki bagian jendela untuk kokpit sedangkan pada nose

bagian bawah dan bagian atas benda memiliki bentuk yang sama.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah di

uraikan pada bab sebelumnya, besarnya gaya hambat (drag) yang

terjadi bergantung dari kecepatan aliran dan perubahan sudut

serang, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Gaya hambat (drag) dipengaruhi oleh bentuk benda uji. Untuk

kecepatan dan sudut serang yang sama, masing-masing benda

uji memiliki nilai gaya hambat yang berbeda. Pada benda uji

silinder diperoleh hasil berkisar antara 0.0033 – 0.0041 N, pada

benda uji nose diperoleh hasil berkisar antara 0.0011 – 0.0018 N,

sedangkan pada benda uji kepala Boeing 777-200 diperoleh hasil

berkisar antara 0.0013 – 0.0027 N.

2. Peningkatan kecepatan aliran akan meningkatkan besarnya

tekanan udara yang terjadi di sekitar benda uji, sehingga akan

berpengaruh terhadap distribusi tekanan dan besarnya gaya

hambat (drag).

3. Distribusi tekanan udara akan berubah apabila terjadi perubahan

sudut serang sehingga besarnya gaya hambat (drag) akan

berubah pula.

36
37

4. Pada kepala pesawat, semakin besar sudut serang maka akan

meningkatkan besarnya gaya hambat.

B. SARAN

Untuk penelitian selanjutnya, perlu diperhatikan beberapa hal

berikut:

1. Dalam proses pembuatan benda uji sebaiknya dibuat sebanyak

mungkin titik uji agar dapat diketahui nilai-nilai yang lebih akurat

di sepanjang permukaan benda.

2. Perubahan sudut serang dan kecepatan yang lebih bervariasi

agar diperoleh hasil yang lebih baik.

3. Perlu dibuat visualisasi untuk pola aliran udara yang terjadi

sehingga dapat diketahui apabila terjadi turbulensi di sekitar

benda uji.
38

DAFTAR PUSTAKA

Anderson,John D.1991. Fundamentals of Aerodynamics. Mc Graw Hill Inc., New

York: 772 hlm.

Anderson,John D.1991. Computational Fluid Dynamics. Mc Graw Hill Inc., New

York: 547 hlm.

Bertin, J. J. & Smith, M.L. 1989. Aerodynamics For Engineers. Prentice-Hall Inc,

New Jersey: 576 hlm

Currie, I.G.1993. Mechanics of Fluids. Mc Graw Hill Inc., New York: 454 hlm.

Garde,R.J. & A.G. Mirajgacker.1983. Engineering Fluid Mechanics. NEM Chand

& Bros. India: 718 hlm.

Hoerner, Sighard F. 1965. Fluid-Dynamic Drag. Gibbs & Cox, Inc., New York

City: 658 hlm.

Mathews, John H. 1992. Numerical Methods. Prentice Hall Inc. New York: 646

hlm.

McCormick, Barners W. 1979. Aerodynamics, Aeronautics, And Flight Mecanics.

John Wiley & Sons Inc, Canada: 652 hlm, 50-51

NASA. 2002. Incompressible Flow Around A Cylinder and A Wing Section.

http://www.allstar.fiu.edu/aeronautic/fluidynamics/level3, 27 Mei 2006.


LAMPIRAN
40

Lampiran 1. Suryadarma Low Speed Tunnel WT – 400


(SLST WT – 400)

Data geometri Terowongan Angin Terbuka (SLST)


1. Seksi uji : - Penampang :400 x 400 mm2
- Panjang : 1000 mm2
2. Ruang Penenang ; - Penampang : 1200 x 1200 mm2
- Panjang : 1105 mm
- Kawat screen : 3 lapis
3. Nozzel : - Penampang - Inlet : 1200 x 1200 mm2
- Outlet : 400 x 400 mm2
- Panjang : 885 mm2
4. Daya motor : 10 HP
5. Putaran max : 2800 rpm
41

Lampiran 4. Spesifikasi Benda Uji

2.1. Silinder

(a) Tampak Samping (b) Tampak Atas

(c) Tampak Muka

Panjang : 7,5 cm.

Diameter : 7,5 cm.

Jumlah Titik Uji : 21 titik.


42

2.2. Nose

(a) Tampak Samping (b) Tampak Atas

(c) Tampak Muka

Panjang : 7,5 cm.

Diameter : 7,5 cm.

Jumlah Titik Uji : 17 titik.


43

2.3. Kepala Pesawat Boeing 777-200

(a) Tampak Samping (b) Tampak Atas

(c) Tampak Muka

Panjang : 15 cm.

Diameter : 7,5 cm.

Jumlah Titik Uji : 26 titik.

Skala : 1 : 86.
Lampiran 3. Data Pengamatan Silinder
Data Pengamatan Silinder
RPM Fan : 2016
Angle Of Attack
No -9 -7 -5 -3 0 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
1 9.3 9.4 9.4 10.4 10.8 11 11 11 10.9 11 10.9 10.6 10.6 10.5 10.3
2 9.9 10.4 10.4 10.8 10.9 10.9 10.9 10.9 10.8 10.7 10.7 10.8 10.9 10.6 10.6
3 10.8 10.8 10.8 11 11.1 10.9 10.8 10.8 10.7 10.6 10.6 11 11 10.8 10.8
4 11.1 11.2 11.2 11 11.1 10.8 10.8 10.7 10.6 10.5 10.6 11.1 11.2 11.1 10
5 11.1 11.2 11.2 10.8 11 10.7 10.6 10.5 10.5 10.4 10.5 11 11.1 10.9 10.9
6 11 11.1 11.1 10.7 10.8 10.5 10.4 10.4 10.4 10.4 10.4 10.7 10.9 10.7 10.7
7 11 11 11 10.6 10.7 10.3 10.3 10.3 10.3 10.2 10.3 10.5 10.7 10.6 10.6
8 5.1 5.2 5.2 5.2 5.4 5.5 5.6 5.7 5.7 5.8 6 6.4 7 6.8 6.8
9 4.8 4.7 4.7 4.7 4.8 4.9 5 5 5.2 5.2 5.3 5.6 5.7 5.9 6
10 4.7 4.5 4.5 4.5 4.5 4.6 4.6 4.7 4.7 4.8 5 5.2 4.6 5.4 5.5
11 4.7 4.5 4.5 4.4 4.4 4.5 4.5 4.6 4.6 4.6 4.7 4.9 5 5.1 5.2
12 4.8 4.7 4.7 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.6 4.8 4.9 4.9 4.9
13 5.1 5 5 4.8 4.8 4.7 4.7 4.6 4.6 4.6 4.6 4.8 4.8 4.8 4.8
14 6 5.8 5.8 5.6 5.4 5.2 5.2 5.2 5 5 5 5 5 5 4.9
15 10.5 10.6 10.6 10.6 10.7 10.7 10.8 10.7 10.7 11 11 11.2 10.7 9.8 9.7
16 10.6 10.7 10.7 10.7 10.8 10.8 10.9 10.8 10.8 11.1 11.1 11 9.5 8.3 8.4
17 10.8 10.9 10.9 10.8 10.9 10.9 11 11 10.9 10.9 10.8 8.2 7.8 8.1 8.2
18 10.9 11 11.1 10.9 11.1 11 11 10.6 9.9 9.7 9 8.2 8.4 8.5 8.4
19 11 11 11.2 11 11.1 10.3 10.1 9.4 9.2 8.8 8.5 8.6 8.7 8.7 8.6
20 11 11 11 10.9 10.9 9.9 9.4 9.3 8.8 8.7 8.7 8.9 8.9 8.9 8.9
21 11.1 11.1 10.9 10.8 10.4 9.3 9 9.1 9.2 9.2 9.2 9.4 9.4 9.4 9.4

H1 7.8 7.8 7.8 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.7 7.8 7.8 7.9 7.9 7.9 7.9
H2 4.5 4.4 4.4 4.4 4.3 4.4 4.4 4.4 4.5 4.5 4.5 4.6 4.6 4.7 4.8
Data Pengamatan Silinder
RPM Fan
: 1865
Angle Of Attack
No -9 -7 -5 -3 0 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
1 8.8 9.3 9.8 10 10.3 10.4 10.3 10.3 10.3 10.4 10.3 10 10 10 10
2 9.5 10.1 10.2 10.2 10.2 10.2 10.1 10.1 10.1 10.1 10.1 10.1 10.2 10.2 10.1
3 9.9 10.3 10.3 10.3 10.3 10.2 10 10 10 10 10.1 10.2 10.3 10.3 10.3
4 10.3 10.3 10.3 10.3 10.3 10.2 10 10 10 10 9.9 10.3 10.4 10.4 10.4
5 10.2 10.2 10.2 10.2 10.2 10 9.9 9.9 9.9 9.9 9.8 10.2 10.3 10.3 10.3
6 10.1 10.2 10.1 10.1 10.1 9.9 9.8 9.8 9.8 9.8 9.7 10.1 10.2 10.2 10.1
7 10.1 10.1 10 10 10 9.8 9.7 9.7 9.7 9.7 9.6 10 10 10 10
8 5.4 5.4 5.4 5.4 5.5 5.5 5.7 5.7 5.8 5.9 6 6.3 6.5 6.6 6.8
9 5 5 4.9 5 5 5 5.1 5.2 5.3 5.4 5.4 5.7 5.8 5.9 6
10 4.9 4.9 4.8 4.9 4.9 4.9 4.8 4.9 5 5 5 5.3 5.4 5.5 5.6
11 4.9 4.8 4.7 4.8 4.8 4.8 4.7 4.8 4.9 4.9 4.9 5.1 5.2 5.3 5.3
12 5.1 5 4.8 4.8 4.8 4.8 4.7 4.7 4.7 4.8 4.8 5 5 5 5.1
13 5.3 5.2 5 5 5 4.9 4.8 4.8 4.8 4.8 4.9 5 5 5 5
14 6.1 5.8 5.7 5.6 5.5 5.4 5.3 5.3 5.2 5.2 5.1 5.2 5.2 5.2 5.1
15 9.9 9.9 9.9 10 10.2 10.2 10 10.1 10 10.1 10.1 10.1 10 9.9 9.8
16 10 10 10 10.1 10.2 10.2 10 10.2 10.1 10.3 10.4 10.3 9.7 9.5 9.3
17 10.1 10.1 10.1 10.2 10.2 10.3 10.1 10.3 10.3 10.2 10.3 7.9 7.6 7.8 7.9
18 10.2 10.1 10.2 10.3 10.3 10.4 10.3 10.1 9.6 9.4 9 7.9 8 8.1 8.1
19 10.2 10.2 10.3 10.4 10.4 10.2 10.1 9.5 8.9 8.5 8.2 8.2 8.3 8.3 8.3
20 10.3 10.3 10.2 10.2 10.3 10 9.3 8.9 8.5 8.4 8.3 8.5 8.5 8.5 8.5
21 10.3 10.3 10.2 10 9.9 9.3 9 8.8 8.8 8.8 8.8 9 9 9 9

H1 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6
H2 4.7 4.7 4.7 4.6 4.6 4.6 4.7 4.7 4.7 4.8 4.8 4.8 4.8 4.8 4.8
Data Pengamatan Silinder
RPM Fan : 1663
Angle Of Attack
No -9 -7 -5 -3 0 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
1 8.9 9 8.7 9.2 9.2 9.6 9.6 9.6 9.6 9.5 9.5 9.2 9.3 9.3 9.3
2 9.3 9.4 9.2 9.4 9.3 9.4 9.4 9.4 9.3 9.3 9.4 9.3 9.4 9.5 9.4
3 9.5 9.6 9.5 9.5 9.4 9.4 9.4 9.3 9.2 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.6
4 9.8 9.7 9.7 9.5 9.5 9.4 9.3 9.3 9.2 9.2 9.3 9.5 9.6 9.7 9.7
5 9.8 9.6 9.7 9.4 9.3 9.3 9.2 9.2 9.1 9.1 9.2 9.4 9.5 9.6 9.7
6 9.7 9.5 9.5 9.3 9.2 9.2 9.1 9.1 9 9 9.1 9.3 9.4 9.5 9.5
7 9.6 9.4 9.5 9.3 9.2 9.1 9 9 8.9 8.9 9 9.2 9.3 9.4 9.4
8 5.6 5.6 5.6 5.6 5.7 5.7 5.8 5.7 5.9 6 6.1 6.3 7.4 7.1 6.7
9 5.3 5.2 5.2 5.2 5.2 5.3 5.3 5.4 5.5 5.5 5.6 5.8 5.9 6 6.1
10 5.2 5.1 5.1 5.1 5.1 5.1 5.1 5.2 5.3 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.7
11 5.2 5 5.1 5 5 5 5 5 5.1 5.1 5.2 5.3 5.3 5.4 5.5
12 5.3 5.1 5.2 5.1 5 5 5 5 5 5 5.1 5.2 5.2 5.3 5.3
13 5.5 5.3 5.4 5.3 5.2 5.1 5.1 5.1 5.1 5.1 5.2 5.2 5.2 5.2 5.2
14 6.1 5.8 6 5.8 5.7 5.6 5.6 5.5 5.5 5.4 5.4 5.4 5.4 5.4 5.3
15 9.1 9.1 9.2 9.3 9.3 9.6 9.6 9.2 9.5 9.6 9.6 7.2 7.2 7.1 7
16 9.2 9.2 9.3 9.4 9.4 9.6 9.7 9.2 9.6 9.7 9.6 7.3 7.3 7.2 7.1
17 9.3 9.3 9.3 9.4 9.5 9.7 9.7 9.3 9.7 9.7 9.2 7.4 7.4 7.5 7.5
18 9.4 9.4 9.4 9.5 9.5 9.6 9.8 9.2 9.4 9 8.1 7.5 7 7.7 7.7
19 9.5 9.5 9.5 9.5 9.6 9.6 9.3 8.9 8.5 8.1 7.7 7.8 7.9 7.8 7.8
20 9.5 9.5 9.5 9.4 9.5 9.2 8.8 8.4 8.2 8 7.9 8 8.1 8 8
21 9.7 9.5 9.5 9.3 9.1 8.7 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.4 8.3 8.3

H1 7.4 7.3 7.3 7.3 7.3 7.3 7.4 7.3 7.3 7.3 7.3 7.4 7.4 7.5 7.5
H2 4.9 4.9 4.9 5 4.9 4.9 5 5 4.9 4.9 5 5 5.2 5.2 5.2
Lampiran 4. Data Pengamatan Nose
Data Pengamatan NOSE
RPM Fan : 2016
Angle Of Attack
No -9 -7 -5 -3 0 3 5 7 9 11 13 15
1 9.4 9.4 9.3 9.3 9.2 9.2 9.4 9.4 9.6 9.7 9.7 9.7
2 10 10 9.9 9.8 9.6 9.5 9.5 9.5 9.7 9.8 9.8 9.8
3 9.4 9.5 9.6 9.6 9.6 9.7 9.7 10 10 10.1 10.2 10.2
4 8.5 8.6 8.7 8.8 9 9.2 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.8
5 7.7 7.7 8 8.1 8.4 8.6 8.8 9 9.2 9.3 9.5 9.5
6 7.3 7.4 7.7 7.8 8 8.3 8.6 8.8 9.1 9.2 9.4 9.5
7 6.6 6.8 7.2 7.4 7.8 8.2 8.5 8.8 9.2 9.3 9.5 9.8
8 5 5.2 5.5 5.7 6 6.4 6.8 7.1 7.3 7.7 7.9 8.3
9 4.3 4.2 4.2 4.2 4.2 4.2 4.4 4.4 4.5 4.7 4.8 4.9
10 7.3 7.1 6.8 6.4 6 5.7 5.5 5.2 5 5.8 5.6 5.4
11 8.3 8.2 7.7 7.5 7.3 6.9 6.6 6.5 6.3 6.1 6 5.7
12 8.8 8.7 8.4 8.2 8 7.7 7.5 7.4 7.2 7 6.9 6.6
13 8.7 8.6 8.5 8.3 8.1 7.8 7.7 7.6 7.5 7.3 7.2 6.9
14 9.1 9 8.8 8.6 8.5 8.3 8 8 7.8 7.7 7.6 7.3
15 9.7 9.6 9.5 9.5 9.3 9 8.9 8.8 8.7 8.5 8.5 8.2
16 10.1 10 10 10 9.8 9.6 9.6 9.5 9.5 8.8 8.7 9
17 9.8 9.6 9.6 9.6 9.5 9.5 9.5 9.4 9.5 8.8 8.8 9.2

H1 7.2 7.1 7.3 7.2 7.2 7.2 7.4 7.4 7.4 7.4 7.4 7.4
H2 4.2 4.1 4.1 4.2 4.2 4.2 4.4 4.4 4.4 4.4 4.4 4.4
Data Pengamatan NOSE
RPM Fan : 1865

Angle Of Attack
No -9 -7 -5 -3 0 3 5 7 9 11 13 15
1 8.8 8.7 8.6 8.6 8.6 8.6 8.7 8.7 8.9 9 9.1 9.1
2 9.3 9.3 9.2 9 8.9 8.8 8.8 8.8 9 8.9 9 9
3 8.8 9 9 9 9 9 9.1 9.1 9.3 9.3 9.3 9.3
4 8 8.1 8.2 8.3 8.5 8.6 8.8 8.8 9 9.1 9.1 9.1
5 7.3 7.5 7.5 8 8 8.1 8.3 8.4 8.6 8.5 8.5 8.7
6 6.9 7.2 7.2 7.5 7.7 8 8.2 8.3 8.5 8.6 8.6 8.8
7 6.4 6.7 6.9 7.2 7.5 7.7 8 8.2 8.5 8.7 8.8 9
8 5 5.3 5.5 5.7 6 6.2 6.5 6.7 7 7.4 7.5 7.6
9 4.8 4.7 4.6 4.5 4.4 4.4 4.5 4.7 4.9 5 5.1 5.1
10 7 6.7 6.5 6.2 6 5.7 5.5 5.3 5 4.9 5 5
11 8 7.6 7.4 7.2 6.9 6.6 6.5 6.3 6.2 5.8 5.8 5.7
12 8.3 8.1 8 7.8 7.5 7.4 7.2 7 6.9 6.5 6.5 6.5
13 8.2 8 8 7.9 7.6 7.5 7.4 7.3 7.1 6.8 6.8 6.7
14 8.5 8.3 8.3 8.1 7.8 7.8 7.7 7.5 7.5 7.2 7.2 7.1
15 9 8.9 8.8 8.7 8.6 8.5 8.4 7.7 7.7 7.9 7.9 7.8
16 9.3 9.2 9.2 9.1 9.1 9 8.9 8.4 8.3 8.6 8.6 8.5
17 9 9 9 9 9 8.9 8.8 8.3 8.3 8.7 8.7 8.7

H1 7.1 7.1 7.1 7.1 7.1 7.1 7 7 7 7.1 7.1 7.1


H2 4.8 4.7 4.6 4.5 4.4 4.4 4.5 4.7 4.8 4.9 4.9 4.9
Data Pengamatan NOSE
RPM Fan : 1663

Angle Of Attack
No -9 -7 -5 -3 0 3 5 7 9 11 13 15
1 8.1 8.1 8 8 8 8 8 8 8.2 8.4 8.3 8.4
2 8.5 8.5 8.5 8.3 8.2 8.1 8.1 8.1 8.3 8.5 8.4 8.5
3 8.1 8.2 8.2 8.2 8.3 8.3 8.4 8.5 8.5 8.6 8.6 8.7
4 7.4 7.5 7.5 7.7 7.9 8 8 8.1 8.3 8.5 8.5 8.6
5 6.9 7.7 7.7 7.2 7.4 7.6 7.6 7.9 8 8.1 8.2 8.3
6 6.6 6.7 6.7 7 7.2 7.4 7.5 7.8 8 8.1 8.2 8.4
7 6.2 6.4 6.4 6.8 7 7.2 7.4 7.7 8 8.2 8.3 8.5
8 5.2 5.2 5.2 5.6 5.8 6 6.3 6.5 6.7 7 7.2 7.4
9 4.7 4.6 4.6 4.6 4.7 4.7 4.7 4.8 4.8 5 5 5.1
10 6.9 6.7 6.5 6.3 6.1 5.9 5.7 5.5 5.3 5.1 5 4.8
11 7.5 7.2 7 6.8 6.6 6.5 6.3 6.2 6 5.8 5.8 5.6
12 7.8 7.6 7.5 7.3 7.1 7 6.8 6.8 6.6 6.5 6.4 6.2
13 7.7 7.5 7.5 7.3 7.2 7.1 7 6.9 6.8 6.6 6.5 6.4
14 7.9 7.8 7.7 7.6 7.5 7.4 7.3 7.2 7 6.8 6.8 6.7
15 8.3 8.2 8.2 8.1 8 7.9 7.8 7.7 7.6 7.5 7.5 7.3
16 8.5 8.5 8.5 8.4 8.4 8.2 8.3 8.2 8.1 8 8 7.8
17 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.2 8.3 8.1 8.1 8.1 8

H1 6.6 6.6 6.6 6.6 6.7 6.7 6.7 6.7 6.8 6.8 6.8 6.8
H2 4.6 4.6 4.6 4.6 4.7 4.7 4.7 4.7 4.8 4.8 4.8 4.8
Lampiran 5. Data Pengamatan Boeing 777-200
Data Pengamatan Kepala Model Boeing 777-200
RPM Fan
: 2016
Angle Of Attack
No -9 -7 -5 -3 0 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
1 8.8 8.8 8.8 9 9.1 9.2 9.2 9.3 9.4 9.4 9.3 9.2 9.2 9.2 9.1
2 8.8 8.8 8.8 9.1 9.2 9.3 9.4 9.4 9.4 9.4 9.3 9.3 9.3 9.3 9.2
3 8.9 8.9 9 9.2 9.3 9.5 9.6 9.7 9.7 9.6 9.4 9.4 9.5 9.4 9.4
4 9 9 9.1 9.3 9.5 9.7 9.8 9.9 9.9 10 10.1 10 10 9.8 9.7
5 9.2 9.3 9.4 9.6 9.8 10 10.1 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 10.4 10.4 10.3
6 9.2 9.4 9.5 9.8 10 10.3 10.5 10.5 10.6 10.7 10.8 10.8 10.9 11 10.8
7 8.8 8.9 9 9.4 9.7 10 10.1 10.3 10.5 10.5 10.7 10.7 10.8 10.9 10.9
8 8.2 8.4 8.5 8.9 9.3 9.5 9.8 9.9 10.1 10.4 10.5 10.6 10.7 10.8 10.8
9 7.5 7.6 7.8 8.2 8.5 9 9.1 9.5 9.5 9.8 10 10.1 10.3 10.5 10.6
10 7.2 7.5 7.7 8.2 8.8 9.3 9.5 10 10.1 10.5 10.8 11.1 11.2 11.5 11.7
11 5.1 5.1 5.2 5.4 5.5 6 6.3 6.5 6.7 7 7.3 7.5 7.6 7.6 7.7
12 5.8 5.8 6 6.3 6.5 6.8 7 7.1 7.1 7.4 7.5 7.6 7.8 8 8.1
13 5.4 5.5 5.6 6 6.3 6.7 7 7.2 7.2 7.6 7.8 8.1 8.2 8.5 8.7
14 4.7 4.6 4.5 4.5 4.5 4.7 4.8 4.8 4.9 5 5.1 5.3 5.4 5.5 5.7
15 7.9 7.6 4.5 7 6.8 6.7 6.4 6.3 6.1 6 5.8 5.6 5.5 5.4 5.4
16 8.3 8.1 7.9 7.6 7.5 7.4 7.1 7 6.9 6.7 7.5 6.8 6.7 6 6.5
17 8.5 8.4 8.3 8 7.9 7.9 7.6 7.5 7.4 7.2 7 6.9 7.7 6.5 6.4
18 8.7 8.6 8.5 8.3 8.2 8.1 7.9 7.8 7.7 7.5 7.4 7.2 7.1 6.9 6.6
19 9 8.9 8.8 8.6 8.5 8.5 8.3 8.1 8.1 7.9 7.8 7.5 7.5 7.2 7.1
20 9.5 9.4 9.2 9.1 9 9 8.9 8.6 8.5 8.4 8.3 8 8 7.8 7.6
21 9.6 9.6 9.5 9.4 9.4 9.4 9.2 9 9 8.9 8.7 8.5 8.5 8.2 8
22 9.7 9.7 9.6 9.6 9.6 9.6 9.5 9.5 9.4 9.2 9 8.9 8.8 8.6 8.2
23 9.5 9.5 9.5 9.5 9.5 9.5 9.4 9.4 9.4 9.2 9.1 9 9 8.8 8.1
24 9.4 9.4 9.4 9.3 9.4 9.4 9.3 9.3 9.3 9.1 9 8.9 8.9 8.8 8.1
25 9.1 9.1 9.1 9.1 9.1 9.1 9.2 9.1 9.1 9 8.9 8.8 8.8 8.7 8
26 8.7 8.8 8.8 8.9 8.9 9 9 9 9 8.9 8.8 8.7 8.7 8.5 7.9

H1 7.5 7.6 7.6 7.7 7.8 7.8 7.8 7.8 7.8 7.8 7.8 7.9 7.8 7.9 7.8
H2 4.3 4.4 4.4 4.5 4.5 4.5 4.5 4.6 4.6 4.6 4.6 4.7 4.6 4.7 4.6
Data Pengamatan Kepala Model Boeing 777-200
RPM Fan
: 1865
Angle Of Attack
No -9 -7 -5 -3 0 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
1 8.3 8.4 8.5 8.6 8.7 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.3
2 8.4 8.4 8.5 8.6 8.7 8.8 8.9 8.9 8.8 8.8 8.8 8.9 8.9 8.9 8.4
3 8.4 8.5 8.6 8.7 8.8 9 9 9.2 9.3 9.2 9.1 9 9 9 8.5
4 8.5 8.6 8.8 8.9 9 9.1 9.7 9.3 9.4 9.5 9.6 9.5 9.6 9.4 9.3
5 8.7 8.8 9 9.1 9.4 9.5 9.5 9.5 9.6 9.7 9.7 9.8 9.8 9.8 9.8
6 8.6 8.9 9.1 9.3 9.5 9.7 9.8 9.8 10 10 10.1 10.1 10.2 10.2 10.2
7 8.1 8.5 8.7 8.8 9.3 9.4 9.6 9.1 9.8 9.9 10 10 10.1 10.2 10.3
8 7.6 8 8.4 8.5 8.8 9 9.2 8.8 9.5 9.8 9.8 9.9 10 10.1 10.2
9 7 7.4 7.7 7.9 8.3 8.5 8.7 8.4 9.1 9.3 9.4 9.6 9.7 9.8 10
10 6.7 7.2 7.6 7.9 8.5 8.8 9.1 8.3 9.6 9.9 10.1 10.4 10.5 10.7 10.9
11 5.1 5.3 5.4 5.5 5.7 6 6.8 6.5 6.7 7 7.1 7.3 7.5 7.6 7.7
12 5.6 5.9 6.1 6.3 7 6.7 7.4 7 7 7.2 7.3 7.4 7.6 7.7 7.9
13 5.3 5.6 5.8 6.6 6.8 6.6 7.4 7 7.1 7.4 7.5 7.8 7.9 8.1 8.4
14 5 4.8 4.7 4.8 4.9 5 5 5 5 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.8
15 7.9 7.4 7.1 7 7 6.5 6.4 6.2 6.1 6 5.8 5.7 5.7 5.5 5.5
16 8.1 7.8 7.6 7.5 7.3 7.1 7 6.8 6.8 6.6 6.5 6.3 7.3 7 6
17 8.3 8.1 7.8 7.8 7.6 7.3 7.4 7.3 7.2 7 7 6.7 7.7 7.5 6.5
18 8.4 8.3 8.1 8 7.9 7.6 7.7 7.5 7.5 7.4 7.2 6.5 8 7.3 6.8
19 8.7 8.5 8.4 8.3 8.2 8 8 7.8 7.3 7.7 7.5 7.8 8.3 7.6 7
20 9 8.8 8.8 8.7 8.6 8.5 8.4 8.3 7.7 8.1 8 7.3 8.7 8 7.4
21 9.1 9 9 8.9 8.9 8.8 8.8 8.6 8 8.4 8.4 7.6 8.1 8.4 7.8
22 9.3 9.2 9.2 9.1 9.1 9 9 8.9 8.4 8.8 8.7 8 8.5 8.8 8.1
23 9.1 9.1 9.1 9 9 9 9 8.9 8.4 8.8 8.8 8.1 8.6 8.9 8.3
24 8.9 8.9 8.9 8.9 8.9 8.5 8.8 8.8 8.3 8.7 8.7 8 8.6 8.9 8.3
25 8.6 8.7 8.7 8.7 8.7 8.7 8.7 8.6 8.1 8.5 8.6 7.9 8.5 8.8 8.2
26 8.4 8.5 8.4 8.5 8.5 8.6 8.5 8.5 8 8.3 8.5 7.8 8.4 8.1 8.1

H1 7.3 7.4 7.5 7.5 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6 7.6 7.7 7.7 7.8 7.9
H2 4.6 4.6 4.7 4.7 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9
Data Pengamatan Kepala Model Boeing 777-200
RPM Fan : 1663

Angle Of Attack
No -9 -7 -5 -3 0 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
1 8 8 8 8.1 8.2 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.2
2 8 8 8 8.1 8.2 8.3 8.4 8.4 8.4 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3
3 8 8 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.6 8.7 8.7 8.6 8.5 8.4 8.4 8.4
4 8.1 8.2 8.2 8.4 8.5 8.5 8.6 8.7 8.8 8.8 8.8 9 8.9 8.8 8.7
5 8.3 8.4 8.5 8.6 8.6 8.8 8.8 8.9 9 9 9 9.1 9 9.1 9
6 8.3 8.4 8.5 8.7 8.8 8.9 9.1 9.2 9.2 9.2 9.3 9.4 9.4 9.4 9.4
7 8 8 8.1 8.3 8.5 8.7 9 9 9.1 9.1 9.2 9.3 9.4 9.4 9.4
8 7.5 7.6 7.9 8 8.3 8.5 8.7 8.8 8.8 9 9.1 9.2 9.3 9.4 9.4
9 7 7.2 7.4 7.5 7.8 7.5 8.2 8.4 8.5 8.7 8.8 9 9 9.2 9.2
10 6.9 7 7.3 7.5 7.9 7.7 8.5 8.7 8.8 9.2 9.3 9.5 9.7 9.9 9.9
11 5.4 5.5 5.5 5.6 5.9 6 6.3 6.5 6.5 6.8 7 7.1 7.2 7.4 7.5
12 5.9 6 6.1 6.2 7.4 6.6 6.7 6.8 7 7 7.1 7.2 7.3 7.4 7.6
13 5.7 5.8 5.9 6 7.3 6.5 6.7 6.8 7.1 7.1 7.3 7.5 7.6 7.8 8
14 5.1 5.1 5.1 5.1 5.1 5.1 5.2 5.3 5.4 5.4 5.5 5.5 5.6 5.8 6
15 7.3 7.1 7 6.8 6.6 6.5 6.4 6.2 6.2 6.2 6 5.9 5.7 5.6 5.6
16 7.6 7.5 7.3 7.2 7.1 7 6.8 6.8 6.7 6.7 6.5 6.4 6.1 6.1 6
17 7.8 7.8 7.6 7.5 7.4 7.3 7.1 7.1 7 7 6.8 6.6 6.5 6.4 6.3
18 7.9 7.9 7.8 7.8 7.6 7.5 7.4 7.5 7.2 7.2 7 6.9 6.8 6.6 6.5
19 8 8 7.9 7.9 7.8 7.7 7.6 7.6 7.5 7.5 7.2 7.1 7 6.8 6.7
20 8.4 8.4 8.3 8.2 8.1 8.1 8 8 8 8 7.6 7.5 7.4 7.3 7
21 8.5 8.5 8.5 8.4 8.4 8.3 8.2 8.2 8.1 8.1 8 7.8 7.7 7.6 7.5
22 8.6 8.6 8.6 8.5 8.5 8.5 8.5 8.4 8.4 8.4 8.2 8 7.9 7.9 7.7
23 8.5 8.5 8.3 8.4 8.4 8.5 8.5 8.4 8.4 8.4 8.3 8.2 8 8 7.9
24 8.4 8.4 8.4 8.3 8.3 8.4 8.3 8.3 8.3 8.3 8.2 8.1 8 8 7.9
25 8.2 8.2 8.2 8.3 8.2 8.2 8.2 8.1 8.1 8.1 8.1 8 7.9 7.9 7.8
26 5 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7.8 7.8 7.8

H1 7.1 7.1 7.1 7.2 7.3 7.3 7.3 7.3 7.4 7.4 7.4 7.4 7.5 7.6 7.6
H2 5 5 5 5.1 5.1 5.1 5.2 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3
53

Lampiran 6. Flowchart Program MATLAB 7

MULAI

INPUT DATA
- Syarat batas
- Sudut serang
- Cp

P = C p ⋅ 1 ρ ⋅ Vs2 + Ps
2

Tebakan Awal
Vs

ITERASI
u(i,j)= u(i+1,j)+u(i-
1,j)+u(i,j+1)+u(i,j-1))/4

error1>0.00001

error1=0.00001

OUTPUT

SELESAI
54

List Program Menghitung Distribusi Tekanan Udara Kepala Pesawat


Boeing 777-200

clc
clear
clear all
for l = 1 : 15
l
P=97300; R=287; L=0.109; T=299; g=9.81; rhoA=1000; nwe=1.85*10^-5;
data = importdata ('1663.mat');
sdt = data(28,l); h1 = data(29,l); h2 = data(30,l);
dh=abs((h1-h2)/1000); rhoU=P/(R*T); V=sqrt(2*rhoA*g*dh/rhoU);
Re=V*L/nwe; M=V/(20.94*sqrt(T)); Q=rhoU*V^2/2; Pstat=9.8*rhoA*dh;
theta=sdt*pi/180;
s = 149;
A=[1;11;21;29;39;50;60;69;78;86;90;96;104;110;104;98;90;81;72;62;5
3;43;32;21;11;1];
for n = 1 : 26
B(n,1) = (h1-data(n,l))/(h1-h2);
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%%%%%%%% Syarat Batas boeing atas
%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%%%%%%%% atas 1
%%%%%%%%%%%%%%%%%
ra = 0;ia=0; a11=1;
for i = 1:90
eq = -.77144e-4*i^3+.43377e-2*i^2-.55896e-1*i+37.;
x = (i*cos(theta)- eq*sin(theta));
y = (i*sin(theta)+ eq*cos(theta));
v=round(x); w=round(y);
if A (3+ia) == i
ia = ia + 1;
end
C =
[A(ia+1,1)^2,A(ia+1,1),1;A(ia+2,1)^2,A(ia+2,1),1;A(ia+3,1)^2,A(ia+
3,1),1];
D = [B(ia+1,1);B(ia+2,1);B(ia+3,1)];
E = inv(C)*D;
Cp = E(1,1)*i^2 + E(2,1)*i + E(3,1);
g(i) = ((Cp*Q)+Pstat);
k = w+s; at1(i) = v;
if v == 1
blka = k;
end
if v < 1
j = 1;
else
j = v; wa1(v,2) = k; wa1(j,3) = g(i);
end
xa = (i*cos(-theta) - 37*sin(-theta));
va=round(xa);
if va == -1
ra = -i;
end
55

end
for i = ra:0
xa = (i*cos(theta)- 37*sin(theta));
ya = (i*sin(theta)+ 37*cos(theta));
va=round(xa); wa=round(ya); ka = wa + s;
if va ==1
blka = ka;
end
if va < 1
ja = 1;
else
ja = va; wa1(va,2) = ka; wa1(va,3) = g(1);
end
end
for i = 1 : at1(90)
wa1(i,1) = i;
if wa1(i,2)==0
wa1(i,2) = wa1(i-1,2); wa1(i,3) = wa1(i-1,3);
end
u(i,wa1(i,2)) = wa1(i,3);
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% atas 2
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
for i = 90:109
eq = -.11905e-2*i^3+.32976*i^2-30.770*i+977.76;
x = (i*cos(theta)- eq*sin(theta));
y = (i*sin(theta)+ eq*cos(theta));
v=round(x); w=round(y);
if i == 109
dp = v+1;
end
if A (3+ia) == i
ia = ia + 2;
end
C =
[A(ia+1,1)^2,A(ia+1,1),1;A(ia+2,1)^2,A(ia+2,1),1;A(ia+3,1)^2,A(ia+
3,1),1];
D = [B(ia+1,1);B(ia+2,1);B(ia+3,1)];
E = inv(C)*D;
Cp = E(1,1)*i^2 + E(2,1)*i + E(3,1);
g = ((Cp*Q)+Pstat);
k = w+s; at2(i) = v;
if v < 1
j = 1;
else
j = v; wa2(v,2) = k; wa2(v,3) = g;
end
end
for i = at2(90) : at2(109)
wa2(i,1) = i;
if wa2(i,2)==0
wa2(i,2) = wa2(i-1,2); wa2(i,3) = wa2(i-1,3);
end
u(i,wa2(i,2)) = wa2(i,3);
56

end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%%%%%%%% Syarat Batas boeing Bawah
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
rb = 0;
ia = 13;
for i = 110:-1:1
eq = .43435e-4*i^3-.17399e-2*i^2+.13056e-1*i-37.;
x = (i*cos(theta)- eq*sin(theta));
y = (i*sin(theta)+ eq*cos(theta));
v=round(x); w=round(y);
if A (3+ia) == i
ia = ia + 1;
end
if ia == 24
ia = 23;
end
C =
[A(ia+1,1)^2,A(ia+1,1),1;A(ia+2,1)^2,A(ia+2,1),1;A(ia+3,1)^2,A(ia+
3,1),1];
D = [B(ia+1,1);B(ia+2,1);B(ia+3,1)];
E = inv(C)*D;
Cp = E(1,1)*i^2 + E(2,1)*i + E(3,1);
g = ((Cp*Q)+Pstat);
k = w+s; bw1(i) = v;
if v == 1
blkb = k;
end
if v < 1
j = 1;
else
j = v; wb1(v,2) = k; wb1(v,3) = g;
end
xb = (i*cos(-theta)+ 37*sin(-theta));
vb=round(xb);
if vb == -1
rb = -i;
end
end
for i = rb:0
xb = (i*cos(theta)+ 37*sin(theta));
yb = (i*sin(theta)- 37*cos(theta));
vb=round(xb); wb=round(yb); kb = wb + s ;
if vb ==1
blkb = kb;
end
if vb < 1
jb = 1;
else
jb = vb; wb1(vb,2) = kb; wb1(vb,3) = g;
end
end
for i = 1 : bw1(110)
wb1(i,1) = i;
if wb1(i,2)==0
57

wb1(i,2) = wb1(i-1,2);
wb1(i,3) = wb1(i-1,3);
end
u(i,wb1(i,2)) = wb1(i,3);
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% SYARAT BATAS
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
% Syarat Atas
for i = 1:250
u(i,300) = 0;
end
% Syarat Bawah
for i = 1:250
u(i,1) = 0;
end
% Syarat Depan
for j = 1:300
u(1,j) = 0;
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% TEBAKAN AWAL
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% DEPAN
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
for i = dp:249
for j = 2:299
u(i,j) = Pstat;
end
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% atas 1
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
for i = 1 : at1(90)
for j = wa1(i,2)+1 : 299
u(i,j) = Pstat;
end
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% atas2
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
for i = at2(90) : at2(109)
for j = wa2(i,2)+1 : 299
u(i,j) = Pstat;
end
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% Bawah
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
for i = 1 : bw1(110)
for j = 2 : wb1(i,2)-1
u(i,j) = Pstat;
end
end
step=3
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%
58

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% ITERASI
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
error1 = 1;
while error1 > 0.00001
q = sum(sum(u));
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% DEPAN
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
for i = dp:249
for j = 2:299
u(i,j) = (u(i+1,j)+u(i-1,j)+u(i,j+1)+u(i,j-1))/4;
end
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% atas 1
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
for i = 2 : at1(90)
for j = wa1(i,2)+1 : 299
u(i,j) = (u(i+1,j)+u(i-1,j)+u(i,j+1)+u(i,j-1))/4;
end
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% atas 2
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
for i = at2(90) : at2(109)
for j = wa2(i,2)+1 : 299
u(i,j) = (u(i+1,j)+u(i-1,j)+u(i,j+1)+u(i,j-1))/4;
end
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% Bawah
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
for i = 2 : bw1(110)
for j = 2 : wb1(i,2)-1
u(i,j) = (u(i+1,j)+u(i-1,j)+u(i,j+1)+u(i,j-1))/4;
end
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% Syarat Belakang
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
for j = 2 : blkb-1
u(1,j) = u(2,j);
end
for j = blka+1 : 299
u(1,j) = u(2,j);
end
z = sum(sum(u));
error1 = (q - z)/q;
q = z;
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% Figure
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
u(1,150)=50; figure;
surf(u);
shading interp
clc
clear
clear all
end
59

List Program Menghitung Gaya Hambat (Drag) kepala pesawat


Boeing 77-200
clc
clear
clear all
for l = 1 : 15
P=97300; R=287; L=0.109; T=299; g=9.81; rhoA=1000; nwe=1.85*10^-5;
data = importdata ('BoRPM2016.mat');
sdt = data(28,l); h1 = data(29,l); h2 = data(30,l);
dh=abs((h1-h2)/1000); rhoU=P/(R*T); V=sqrt(2*rhoA*g*dh/rhoU);
Re=V*L/nwe; M=V/(20.94*sqrt(T)); Q=rhoU*V^2/2; Pstat=9.8*rhoA*dh;
theta=sdt*pi/180;s = 149;
A=[1;11;21;29;39;50;60;69;78;86;90;96;104;110;104;98;90;81;72;62;5
3;43;32;21;11;1];
for n = 1 : 26
B(n,1) = (h1-data(n,l))/(h1-h2);
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%%% Syarat Batas boeing atas %%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%%% atas 1 %%%%%%%%%%%%
ra = 0;ia=0; f=1;
for i = 1:90
eq = -.77144e-4*i^3+.43377e-2*i^2-.55896e-1*i+37.;
x = (i*cos(theta)- eq*sin(theta));
y = (i*sin(theta)+ eq*cos(theta)); v=round(x); w=round(y);
if A (3+ia) == i
ia = ia + 1;
end
C =
[A(ia+1,1)^2,A(ia+1,1),1;A(ia+2,1)^2,A(ia+2,1),1;A(ia+3,1)^2,A(ia+
3,1),1];
D = [B(ia+1,1);B(ia+2,1);B(ia+3,1)];
E = inv(C)*D;
Cp = E(1,1)*i^2 + E(2,1)*i + E(3,1);
g(i) = ((Cp*Q)+Pstat); k = w+s; at1(i) = v;
if v < 1
j = 1;
else
j = v; wa1(v,2) = k; wa1(j,3) = g(i);
end
xa = (i*cos(-theta) - 37*sin(-theta));
va=round(xa);
if va == -1
ra = -i;
end
end
for i = ra:0
xa = (i*cos(theta)- 37*sin(theta));
ya = (i*sin(theta)+ 37*cos(theta));
va=round(xa); wa=round(ya); ka = wa + s;
if va < 1
ja = 1;
else
ja = va; wa1(va,2) = ka; wa1(va,3) = g(1);
end
60

end
for i = 1 : at1(90)
wa1(i,1) = i;
if wa1(i,2)==0
wa1(i,2) = wa1(i-1,2); wa1(i,3) = wa1(i-1,3);
end
U(f,1) = wa1(i,1); U(f,2) = wa1(i,2); U(f,3) = wa1(i,3);
f=f+1;
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%%%% atas 2 %%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
for i = 91:109
eq = -.11905e-2*i^3+.32976*i^2-30.770*i+977.76;
x = (i*cos(theta)- eq*sin(theta));
y = (i*sin(theta)+ eq*cos(theta)); v=round(x); w=round(y);
if A (3+ia) == i
ia = ia + 2;
end
C =
[A(ia+1,1)^2,A(ia+1,1),1;A(ia+2,1)^2,A(ia+2,1),1;A(ia+3,1)^2,A(ia+
3,1),1];
D = [B(ia+1,1);B(ia+2,1);B(ia+3,1)];
E = inv(C)*D;
Cp = E(1,1)*i^2 + E(2,1)*i + E(3,1);
g = ((Cp*Q)+Pstat); k = w+s; at2(i) = v;
if v < 1
j = 1;
else
j = v; wa2(v,2) = k; wa2(v,3) = g;
end
end
for i = at2(91) : at2(109)
wa2(i,1) = i;
if wa2(i,2)==0
wa2(i,2) = wa2(i-1,2); wa2(i,3) = wa2(i-1,3);
end
U(f,1) = wa2(i,1); U(f,2) = wa2(i,2); U(f,3) = wa2(i,3);
f=f+1;
end
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%%%%%%%% Syarat Batas boeing Bawah %%%%%%%%%%%%%%%%%
rb = 0;
ia = 13;
for i = 110:-1:1
eq = .43435e-4*i^3-.17399e-2*i^2+.13056e-1*i-37.;
x = (i*cos(theta)- eq*sin(theta));
y = (i*sin(theta)+ eq*cos(theta)); v=round(x); w=round(y);
if A (3+ia) == i
ia = ia + 1;
end
if ia == 24
ia = 23;
end
C =
[A(ia+1,1)^2,A(ia+1,1),1;A(ia+2,1)^2,A(ia+2,1),1;A(ia+3,1)^2,A(ia+
3,1),1];
61

D = [B(ia+1,1);B(ia+2,1);B(ia+3,1)];
E = inv(C)*D;
Cp = E(1,1)*i^2 + E(2,1)*i + E(3,1);
g = ((Cp*Q)+Pstat); k = w+s; bw1(i) = v;
if v < 1
j = 1;
else
j = v; wb1(v,2) = k; wb1(v,3) = g;
end
xb = (i*cos(-theta)+ 37*sin(-theta));
vb=round(xb);
if vb == -1
rb = -i;
end
end
for i = rb:0
xb = (i*cos(theta)+ 37*sin(theta));
yb = (i*sin(theta)- 37*cos(theta));
vb=round(xb); wb=round(yb); kb = wb + s ;
if vb < 1
jb = 1;
else
jb = vb; wb1(vb,2) = kb; wb1(vb,3) = g;
end
end
for i = bw1(110) : -1 : 1
wb1(i,1) = i;
if wb1(i,2)==0
wb1(i,2) = wb1(i-1,2);
wb1(i,3) = wb1(i-1,3);
end
U(f,1) = wb1(i,1); U(f,2) = wb1(i,2); U(f,3) = wb1(i,3);
f=f+1;
end
for i = 3 : f-3
C = [U(i-2,1)^2,U(i-
2,1),1;U(i,1)^2,U(i,1),1;U(i+2,1)^2,U(i+2,1),1];
D = [U(i-2,2);U(i,2);U(i+2,2)];
E = inv(C)*D;
sd = atan(2*E(1,1)*U(i,1)+E(2,1));
alfa=(90*pi/180)-abs(sd); U(i,4) = U(i,3)*cos(alfa);
end
drag=0;
for m = 1 : f-1
if m < 3
U(m,4)=U(3,4);
elseif m > f-3
U(m,4)=U(f-3,4);
end
drag = drag + U(m,4);
end
Z(l,1)=sdt;Z(l,2)=drag/1000;
end
Z
62

Lampiran 7. Distribusi tekanan pada benda uji silinder


1. Kecepatan putaran 1663 rpm.

(a) Sudut -9 (b) Sudut -7 (c) Sudut -5 (d) Sudut -3

(e) Sudut 0 (f) Sudut 3 (g) Sudut 5 (h) Sudut 7

(i) Sudut 9 (j) Sudut 11 (k) Sudut 13 (l) Sudut 15

(m) Sudut 17 (n) Sudut 19 (o) Sudut 21


63

2. Kecepatan putaran 1865 rpm.

(a) Sudut -9 (b) Sudut -7 (c) Sudut -5 (d) Sudut -3

(e) Sudut 0 (f) Sudut 3 (g) Sudut 5 (h) Sudut 7

(i) Sudut 9 (j) Sudut 11 (k) Sudut 13 (l) Sudut 15

(m) Sudut 17 (n) Sudut 19 (o) Sudut 21


64

3. Kecepatan putaran 2016 rpm.

(a) Sudut -9 (b) Sudut -7 (c) Sudut -5 (d) Sudut -3

(e) Sudut 0 (f) Sudut 3 (g) Sudut 5 (h) Sudut 7

(i) Sudut 9 (j) Sudut 11 (k) Sudut 13 (l) Sudut 15

(m) Sudut 17 (n) Sudut 19 (o) Sudut 21


65

Lampiran 8. Distribusi tekanan pada benda uji NOSE


1. Kecepatan putaran 1663 rpm.

(a) Sudut -9 (b) Sudut -7 (c) Sudut -5 (d) Sudut -3

(e) Sudut 0 (f) Sudut 3 (g) Sudut 5 (h) Sudut 7

(i) Sudut 9 (j) Sudut 11 (k) Sudut 13 (l) Sudut 15


66

2. Kecepatan putaran 1865 rpm.

(a) Sudut -9 (b) Sudut -7 (c) Sudut -5 (d) Sudut -3

(e) Sudut 0 (f) Sudut 3 (g) Sudut 5 (h) Sudut 7

(i) Sudut 9 (j) Sudut 11 (k) Sudut 13 (l) Sudut 15


67

3. Kecepatan putaran 2016 rpm.

(a) Sudut -9 (b) Sudut -7 (c) Sudut -5 (d) Sudut -3

(e) Sudut 0 (f) Sudut 3 (g) Sudut 5 (h) Sudut 7

(i) Sudut 9 (j) Sudut 11 (k) Sudut 13 (l) Sudut 15


68

Lampiran 9. Distribusi tekanan pada kepala pesawat Boeing 777-200


1. Kecepatan putaran 1663 rpm.

(a) Sudut -9 (b) Sudut -7 (c) Sudut -5 (d) Sudut -3

(e) Sudut 0 (f) Sudut 3 (g) Sudut 5 (h) Sudut 7

(i) Sudut 9 (j) Sudut 11 (k) Sudut 13 (l) Sudut 15

(m) Sudut 17 (n) Sudut 19 (o) Sudut 21


69

2. Kecepatan putaran 1865 rpm.

(a) Sudut -9 (b) Sudut -7 (c) Sudut -5 (d) Sudut -3

(e) Sudut 0 (f) Sudut 3 (g) Sudut 5 (h) Sudut 7

(i) Sudut 9 (j) Sudut 11 (k) Sudut 13 (l) Sudut 15

(m) Sudut 17 (n) Sudut 19 (o) Sudut 21


70

3. Kecepatan putaran 2016 rpm.

(a) Sudut -9 (b) Sudut -7 (c) Sudut -5 (d) Sudut -3

(e) Sudut 0 (f) Sudut 3 (g) Sudut 5 (h) Sudut 7

(i) Sudut 9 (j) Sudut 11 (k) Sudut 13 (l) Sudut 15

(m) Sudut 17 (n) Sudut 19 (o) Sudut 21


71

Lampiran 10. Tabel Kecepatan Aliran Dalam Seksi Uji Sesuai RPM
Pada Low Speed Tunel

N0 RPM Vair (m/s)


1 0 0
2 101 0
3 202 2,5
4 302 3,1 – 3,3
5 402 4,1 – 4,4
6 503 6,3
7 605 8,1 – 8,3
8 706 9,2 – 9,4
9 806 11,2 – 11,3
10 907 12,2 – 12,3
11 1007 14,3 – 14,5
12 1109 15,9 - 16
13 1209 17,6 – 17,7
14 1309 19,4 – 19,6
15 1411 20,9 – 21,1
16 1512 22,7 – 22,9
17 1612 24,8 - 25
18 1709 26,5 – 26,7
19 1814 28,5 – 28,6
20 1915 30,6 – 30,9
21 2016 32,6 – 32,9
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta :

Nama : Djoko Poernomo

Nomor Registrasi : 3225011939

Program Studi : Fisika

Jurusan : Fisika

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul:

“Menghitung Distribusi Tekanan Udara dan Gaya Hambat (Drag)

Kepala Pesawat Boeing 777-200”

1. Dibuat dan diselesaikan oleh saya sendiri berdasarkan data yang

diperoleh dari hasil penelitian pada bulan Juni-Oktober 2007.

2. Bukan merupakan duplikat skripsi yang pernah dibuat oleh orang lain

atau jiplakan karya tulis orang lain dan bukan terjemahan karya orang

lain.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia

menanggung segala akibat yang timbul jika pernyataan ini tidak benar.

Jakarta, Agustus 2008

Yang membuat pernyataan

Djoko Poernomo
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Djoko Poernomo. Lahir di Jakarta pada

tanggal 27 Febuari 1983. Anak kedua dari dua

bersaudara dari pasangan Bapak Sarbini dan Ibu

Sartini.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SDN 03 Ciracas,

Jakarta Timur, selama 6 tahun dan lulus pada tahun 1995. Kemudian

pada tahun 1995 melanjutkan ke sekolah menengeh pertama SMPN 208

Jakarta, lulus tahun 1998. Setelah lulus langsung melanjutkan ke sekolah

mengeh umum SMUN 58 Jakarta, dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang

sama mengikuti SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan

diterima di jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta.

Selain Pendidikan formal, pendidikan informal yang pernah diikuti adalah

pendidikan dan pelatihan komputer sebagai progamer.

Pengalaman organisasi yang pernah diikuti adalah Sie Penelitian

dan Pengembangan Badan Eksekutif Mahasiswa Fisika tahun 2002-2004,

anggota Perhimpunan Mahasiswa Fisika (COMPACT) tahun 2002-2006.

Selama kuliah pernah menjadi Asisten Dosen untuk Praktikum

Fisika Dasar I dan Fisika Dasar II. Bekerja di salah satu Bimbingan Belajar

sebagai Pengelola dan staf mengajar. Dan juga pernah bekerja menjadi

Science Guide di ProAcademia International (Fisika Dunia Fantasi).

Anda mungkin juga menyukai