Anda di halaman 1dari 2

Kasus : SIDOMUKTI pasien penderita stroke, Suharto 57 tahun warga RT 1RW 11 perum candi indah desa candirejo kecamatan

tuntang kabupaten semarang, tidak memiliki biaya atas perawatan selama beberapa pecan di RSUD kota salatiga. Hingga kemarin 29 agustus 2010, keluarga yang diwakili istrinya suharni, hanya bias pasrah berharap agar biaya perawatan tersebut dapat digratiskan. Suharni mengungkapkan, suaminya berprofesi sebagai sopir truk mendadak jatuh dan dinyatakn stroke. Telah terjadi penyumbatan pembuluh darah pada suaminya. Setelah terserang stroke, pria itu nyaris sudah tidak mampu berbicara dengan jelas. Dia kerap bergerak sendiri dan meronta, sehingga tidak lagi dibaringkan di atas tempat tidur. Karena jatuh dari tempat tidur berapa waktu lalu, maka kami tidurkan dilantai, kata Suharni, istrinya. Sejumlah Dokter spesialis RSUD Kota Salatiga telah menanganinya setelah beberapa waktu dirawat Dokter memperbolehkan Suharto pulang untuk pemulihan. Tujuannya agar biaya rumah sakit tidak membengkak, sehingga pemulihan diserahkan di rumah saja. Tetapi kini kami kesulitan karena tidak memiliki biaya sekitar Rp. 6 juta untuk membayar rumah sakit, kata Suharni di ruang kelas 3 ruang cempaka RSUD, tempat suaminya dirawat. Ibu 4 putra tersebut kemudian berupaya mendapatkan pembebasan biaya dengan meminta jaminan kesehatan masyarakat miskin. Kemudian atas bantuan Dewan Kesehatan Rakyat Provinsi melalui anggotanya Andreas Nur, diupayakan pembebasan itu. Tetapi pihak rumah sakit belum memberikan persetujuan karena pembebasan itu belum diterima. Kami berharap agar pasien dipulangkan dahulu, urusan biaya setelah prosess permohonan dipenuhi, kata Andreas, Dewan Kesehatan Rakyat Provinsi. Dokter Agus Sunaryo SpPD menerangkan, sewaktu dating pasien dari wilayah Kabupaten Semarang tersebut tidak meminta pelayanan kesehatan masyarakat miskin kepada rumah sakit. Pasien baru mengaku dari warga tidak mampu, setelah mengajukan pembebbasan biaya saat meminta pulang. Kalau sudah begini kami hanya bisa memberikan keringanan biaya. Sebab hingga kini kami belum mendapatkan surat jaminan kesehatan provinsi maupun jaminan kesehatan dari Kabupaten Semarang, ujarnya.

SUARA MERDEKA 30 agustus 2010 Analisa permasalahan : Dilema etis dari kasus diatas adalah

Anda mungkin juga menyukai