Anda di halaman 1dari 28

Analisis Kasus

PROMOSI KESEHATAN PUSKESMAS DESA TANUNG

Oleh: Shahmila Serangan Dina Amalia Meyta Indri Wahyuni Ardelia Bianda Meidina Rahmah Erisca Ayu Utami Iqbal P. Saputra Magista Febra Nugraha Fitrah Tindar Atthaariq Dheevan Thamil Chelvan 54071001101 54071001072 54071001011 54071001088 54071001034 54071001042 54071001018 54071001062 54071001073 54071001103

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG 2010

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1 A. Latar Belakang............................................................................................ 1 B. Tujuan......................................................................................................... 2 C. Manfaat ...................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3 A. Definisi ....................................................................................................... 3 B. Etiologi ....................................................................................................... 3 C. Epidemiologi............................................................................................... 3 D. Cara Penularan........................................................................................... 4 E. Patogenesis ................................................................................................ 4 F. Patologi ....................................................................................................... 5 G. Manifestasi Klinis ....................................................................................... 5 H. Diagnosa Banding ...................................................................................... 7 I. Diagnosis ..................................................................................................... 8 J. Tatalaksana ................................................................................................. 9 K. Komplikasi .................................................................................................. 10 L. Prognosis .................................................................................................... 11 M. Pencegahan .............................................................................................. 11 BAB III ANALISIS PERMASALAHAN ........................................................................... 13 A. Gambaran Umum Desa Tanung ................................................................ 13 Topografi dan Letak Geografis ........................................................... 13 Kependudukan ................................................................................... 13 B. Analisis Permasalahan Tahap Diagnosis .................................................... 15 A. Diagnosis Sosial .............................................................................. 15 B. Diagnosis Epidemiologik ................................................................ 15 C. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan................................................ 17 D. Diagnosis pendidikan dan organisasional ..................................... 18 E. Diagnosis Administratif dan Kebijakan .......................................... 19 F. Prioritas Masalah ........................................................................... 20 BAB IV TAHAP PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN ........................................... 21 A. Tujuan Promosi Kesehatan .................................................................... 21

B. Sasaran Promosi Kesehatan .................................................................... 21 C. Isi Promosi Kesehatan ............................................................................. 21 D. Metode Promosi Kesehatan.................................................................... 22 E. F. Media yang digunakan ............................................................................ 23 Rencana evaluasi ..................................................................................... 23

JADWAL KEGIATAN ................................................................................................... 25 PENUTUP ................................................................................................................... 26

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Campak di beberapa daerah terkait dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi. Di samping itu, campak juga menyajikan masalah serius karena ensefalitis. Sekitar satu dalam setiap 1.000-2.000 anak dengan campak terjadi ensefalitis akut, 50 % dari kasus encephalitis dan meninggal dan sekurang-kurangnya 25 % akan menderita gangguan neurologis. Campak seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) pada wilayah tertentu dimana terdapat kelompok rentan, hal ini dapat mengakibatkan anak terkena penyakit campak, bahkan seringkali diikuti kematian akibat terjadinya demam yang sangat tinggi penyebab kejang serta encephalitis, status gisi buruk dan adanya komplikasi yang menyertai seperti Bronkopneumoni dan diare. Jumlah penderitanya sendiri bervariasi dari tahun ke tahun dan cenderung mengalami peningkatan. Frekuensi KLB campak meningkat pada periode tahun 19981999 dari 32 menjadi 56 kejadian. Angka serangan dan angka proporsi ditemukan meningkat pada usia balita umur 5-9 tahun dibandingkan dengan kelompok umur yang lebih tua. Peningkatan KLB sendiri meningkat dari 0,1 % menjadi 2,4 %. Jumlah kasus campak di Kabupaten Macapada, berdasarkan rekapitulasi laporan mingguan Campak Puskesmas yang dikirmkan ke Dinas Kesehatan Akbupaten selama tiga tahun terakhir, adalah tahun 1999 sebanyak 100 kasus, tahun 2000 sebanyak 43 kasus, dan pada tahun 2001 sebanyak 102 kasus. Salah satu penyumbang terbesar dari jumlah tersebut adalah Desa Tanung yang terletak di bagian selatan Kabupaten Macapada. Untuk itulah perlu dilakukan suatu promosi kesehatan untuk mencegah peningkatan dari angka kejadian campak ini. Masalah kesehatan yang paling terkait dengan faktor-faktor lainnya, menuntut upaya penuntasan icampak secara terpadu dan berkelanjutan. Dengan demikian upaya penanggulangan campak supaya dilakukan secara berkesinambungan, sehingga memberikan hasil yang optimal dan tingkat keberhasilan yang maksimal.

B. Tujuan o Menurunkan angka penderita campak di wilayah Puskesmas Desa Tanung C. Manfaat o Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat o Mencegah penularan dari penyakit campak serta menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh campak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Campak adalah suatu penyakit infeksi virus aktif menular, ditandai oleh tiga stadium : 1. stadium inkubasi atau kataral sekitar 10-12 hari dengan sedikit, jika ada, tandatanda atau gejala-gejala, 2. stadium prodromal dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk yang semakin berat, dan 3. stadium akhir atau konvalesen dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi. (Behrman.R.E. et al, 1999).

B. ETIOLOGI Penyakit ini disebabkan oleh golongan paramyxovirus (Anonim), yaitu virus RNA dari famili Paramixofiridae, genus Morbillivirus. Hanya satu tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif selama sekurangkurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul. Penyebaran virus maksimal adalah dengan tetes semprotan selama masa prodromal (stadium kataral). Penularan terhadap kontak rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah pemajanan (mulai fase prodromal), pada beberapa keadaan awal hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul. (Berhman.R.E. et al, 1999)

C. EPIDEMIOLOGI Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50%

kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. (Hassan.R. et al, 1985)

D. CARA PENULARAN Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. Sayangnya, masih ada anggapan yang salah dalam masyarakat akan penyakit campak. Misalnya, bila satu anggota keluarga terkena campak , maka anggota keluarga lain sengaja ditulari agar sekalian repot. Alasannya, bukankah campak hanya terjadi sekali seumur hidup? Jadi kalau waktu kecil sudah pernah , setelah itu akan aman selamanya. Ini jelas pendapat yang tidak benar karena penyakit bukanlah untuk ditularkan. Apalagi dampak campak cukup berbahaya. Anggapan lain yang patut diluruskan, yaitu bahwa bercak merah pada campak harus keluar semua karena kalau tidak malah akan membahayakan penderita. Yang benar, justru jumlah bercak menandakan ringan-beratnya . Semakin banyak jumlahnya berarti semakin berat penyakitnya. Dokter justru akan mengusahakan agar pada anak tidak menjadi semakin parah atau bercak merahnya tidak sampai muncul di sekujur tubuh Selain itu, masih banyak orang tua yang memperlakukan anak secara salah. Salah satunya, anak tidak dimandikan. Dikhawatirkan, keringat yang melekat pada tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan gatal yang mendorongnya menggaruk kulit dengan tangan yang tidak bersih sehingga terjadi infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Sebaliknya, dengan mandi anak akan merasa nyaman.

E.PATOGENESIS Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam

dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.

F. PATOLOGI Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva. (Hassan.R. et al, 1985) Penularan : secara droplet terutama selama stadium kataralis. Umumnya menyerang pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. (Rachman.M. dan Dardjat.M.T., 1986). Biasanya ada hiperplasi jaringan limfoid, terutama pada apendiks, dimana sel raksasa multinukleus (sel raksasa retikuloendotelial Warthin- Finkeldey) dapat ditemukan. Di kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas kedalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial. Pneumonitis interstisial akibat dari virus campak mengambil bentuk pneumonia sel raksasa Hecht. Bronkopneumoni dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder. (Berhman.R.E. et al, 1999)

G. MANIFESTASI KLINIS Masa inkubasi sekitar 10-12 hari jika gejala-gejala prodromal pertama dipilih sebagai waktu mulai, atau sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang dipilih, jarang masa inkubasi dapat sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari dari hari infeksi dan kemudian menurun selama sekitar 24 jam. (Berhman.R.E. et al, 1999)

Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu (Hassan.R. et al, 1985, Andriyanto.I., 1996) : 1. stadium kataral (prodromal) Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 C), malaise, batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir. 2. stadium erupsi Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah black measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus. 3. stadium konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan

eritema dan eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. (Hassan.R. et al, 1985) Lesi campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus, dan saluran cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi disekitar kapiler. Ada hiperplasi limfonodi, terutama pada apendiks. Pada kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik pada mukosa bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.

H. DIAGNOSIS BANDING Campak jerman. o Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga. Eksantema subitum. o Perbedaan dengan penyakit campak. Ruam akan timbul bila suhu badan menurun. Infeksi enterovirus o Ruam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan campak. Sesuai dengan derajat demam dan berat penyakitnya. Penyakit Riketsia o Disertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai wajah yang secara khas terlihat pada penyakit campak. Meningokoksemia o Disertai ruam kulit yang mirip dengan campak, tetapi biasanya tidak dijumpai batuk dan konjungtivits. Ruam kulit akibat obat o Ruam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul setelah ada riwayat penyuntikan atau menelan obat. Demam skarlantina.

o Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu dengan tekstur seperti kulit angsa secara jelas terdapat didaerah abdomen yang relatif mudah dibedakan dengan campak.

I. DIAGNOSIS Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodormal, sel raksasa multinuklear dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan. Angka leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Pungsi lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah patognomonis untuk rubeola/campak. Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut (Anonim) : Anamnesis 1. anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai atau di diagnosis banding morbili. 2. mata merah, tahi mata, fotofobia, menambah kecurigaan. 3. dapat disertai diare dan muntah. 4. dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie, ekimosis. 5. anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak. Pemeriksaan fisik 1. pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis. 2. pada umunya anak tampak lemah. 3. koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral). 4. pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian seluruh tubuh.

J. TATALAKSANA Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk, dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul. (Hassan.R. et al, 1985) : 1. istirahat 2. pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi. 3. medikamentosa : antipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. Mukolitik bila perlu Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat. (Anonim) Anjuran lain kepada keluarga pasien :

Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit. Anak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum mendapat imunisasi . Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna, karena anak campak rentan terjangkit infeksi lain, seperti radang tenggorokan, flu, atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung sebulan setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.

Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya. Anak perlu beristirahat yang cukup.

K. KOMPLIKASI Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti: 1. Bronkopnemonia

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat

menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan. 2. Komplikasi neurologis Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan mental, neuritis optica dan ensefalitis. 3. Encephalitis morbili akut Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis. 4. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis) SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun kemudian. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli memegang peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita penyakit campak sebelum umur 2 tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun kemudian SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000. 5. Immunosuppresive measles encephalopathy Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif

L. PROGNOSIS Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi. (Hassan.R. et al, 1985) M. PENCEGAHAN 1. Imunisasi aktif. Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi (endemik). Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten. Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 10 15 bulan karena sebelum umur 10 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak tuberkulosis diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi pada umur 15 bulan. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9 bulan ke atas. Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap telur. Hanya saja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin ini juga dapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat tuberkulosita. Akan tetapi vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif4. 2. Imunisasi pasif. Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk kontak dibangsal rumah sakit anak5.

3. Isolasi Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.

BAB III ANALISIS PERMASALAHAN A. Gambaran Umum Desa Tanung Topografi dan Letak Geografis Desa Tanung terletak di sebelah selatan kabupaten Macapada, memiliki luas wilayah 25 km2. Berbatasan dengan hutan di sebelah utara, di sebelah selatan terdapat desa Lingga dan Daruna, dan lebih ke selatannya lagi terdapat juga sungai Bari, sementara di timur terdapat lanjutan hutan serta semak belukar dan di barat masih berupa semak. Iklim desa Tanung adalah Tropis dengan curah hujan sekitar 267.375 mililiter perbulan, dengan jumlah hari hujan sebanyak 145,25 hari atau rata-rata sekitar 12,10 hari setiap bulannya. Suhu udaranya bervariasi antara 26,16o C hingga 30,47o C, kelembaban udara berkisar pada 78,50 dan rata-rata kecepatan angin sekitar 46 km/jam. Desa Tanung terletak 100 m di atas permukaan laut, struktur tanahnya adalah tanah berlapis alluvial liat dan berpasir. Permukaan tanah relatif datar dengan tempat yang agak tinggi di utara desa di dekat hutan. Untuk sumber air masyarakat desa Tanung menggunakan sumur galian. Karena lokasi yang cukup jauh dari tepi sungai Bari.

Kependudukan Pada tahun 2009 penduduk desa Tanung ada sebanyak 1513 jiwa. Jumlah rumah tangga sendiri ada 1023 rumah tangga. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 711 orang laki-laki dan 802 orang perempuan.

Jumlah perbandingan Wanita dan pria pada desa Tanung


Laki Perempuan

47% 53%

Berdasarkan umur didapatkan bahwa mayoritas terbanyak ditempati oleh usia produktif dibandingkan dengan usia non-produktif. Kelahiran bayi juga cukup tinggi di desa Tanung, sekitar 45 bayi lahir selama tahun 2009. Namun angka kematian juga cukup tinggi terutama pada anak dan balita.

Jumlah penduduk per golongan umur


< 1 th 1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th 45 - 64 th >= 65 th

12%

7%

11% 12%

36%

22%

Penghasilan penduduk terutama dari beternak dan menebang kayu. Sehingga secara umum kehidupan ekonomi desa Tanung cukup sulit. Dominasi usia muda pada penduduk desa Tanung (45%) menyebabkan hampir sebagian penduduknya berada pada usia sekolah. Pada desa Tanung hanya terdapat satu gedung Sekolah Dasar yang digabung dengan gedung Sekolah Menengah Pertama. Jumlah murid Sekolah Dasar ada 112 anak dan sekolah menengah pertama 45 anak,sehingga jika dibandingkan terdapat 43 % anak yang mengikuti sekolah. Tenaga pengajar yang dimilki hanya 12 orang dan 3 diantaranya merupakan tenaga kerja sukarela. 47 % anak yang lain tidak mengikuti pendidikan formal dan rerata umurnya berada pada umur 14 15 tahun. Untuk fasilitas kesehatan terdapat sebuah Puskesmas di sebelah timur Desa Tanung, dengan tenaga kesehatan 6 orang, seorang dokter, 2 orang perawat dan 3 tenaga bantu yang dipekerjakan di Puskesmas tersebut. Terdapat 6 posko posyandu dan seorang bidan di Desa Tanung.

B. Analisis Permasalahan Tahap Diagnosis A. Diagnosis Sosial Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terhadap pejabat setempat yaitu kepala desa tentang masalah apa yang dijumpai di desa tersebut, berdasarkan informasi dari kepala desa tentang permasalahan yang terjadi di desa Tanung, didapatkan tiga masalah yang dikeluhkan terjadi di desa tersebut : 1. Tingginya jumlah bayi, balita, dan anak yang meninggal dua tahun terakhir 2. Masih banyak orang tua yang tidak mau menyekolahkan anaknya di pendidikan formil 3. Kesulitan warga mendapatkan bahan kebutuhan sehari-hari 4. Banyak anak dalam satu keluarga

B. Diagnosis Epidemiologik Berdasarkan survei yang sudah dilakukan pada tahun 2009 terhadap masyarakat didapatkan angka kematian bayi dan balita sebanyak 19 kasus dan anak-anak 9 kasus. Insidensi ini terus meningkat semenjak tahun 2007 dan 2006, sementara untuk tahun 2008 angka kematian hanya tepaut sedikit dibandingkan tahun 2009.
Tabel Angka Kematian bayi, Anak dan Balita di Desa Tanung

2006 Bayi ( < 1 th ) Balita ( 1 4 th ) Anak-anak th) Total kematian 7 (5-14 2 4 1

2007 6 6 3

2008 9 9 8

2009 9 10 9

15

26

28

Grafik Angka kematian pada bayi, anak dan balita di Desa Tanung
12

10

8 AK Bayi 6 AK Balita AK anak 4

0 2006 2007 2008 2009

Untuk mengetahui penyebab kematian yang cukup tinggi tersebut dilakukan studi lapangan lebih lanjut, setelah dilakukan studi langsung di lapangan untuk menemukan penyebab kematian sepanjang tahun 2009, ditemukan beberapa penyebab kematian sebagai berikut :
Tabel penyebab Kematian Bayi, Balita dan Anak di Desa Tanung

Penyebab kematian Campak Diare Trauma atau kecelakaan Infeksi saluran nafas Tetanus Batuk rejan Total

Jumlah kematian 18 3 3 2 1 1 28

Persentase 64,28 % 10,7 % 10,7 % 7,14 % 3,57 % 3,57 % 100 %

Berdasarkan data tersebut campak mendominasi penyebab kematian yang terjadi di desa Tanung dengan persentase sebanyak 64,28 % kasus, dilanjutkan dengan diare dan trauma yang masing-masing memiliki persentase 10,7 %. Sementara infeksi

saluran nafas menyebabkan 7,14 % kematian, diikuti oleh tetanus dan batuk rejan masing-masing 3,57 % dari seluruh kasus kematian pada bayi, anak dan balita. Sebanyak 47 % anak usia sekolah di desa Tanung tidak mengikuti pendidikan formal karena membantu orang tuanya bekerja. Hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi masyarakat yang rendah, minimnya fasilitas pendidikan, serta kurangnya kesadaran orangtua untuk menyekolahkan anaknya. Selain itu hal ini menunjukkan perilaku masyarakat yang tidak terlalu peduli terhadap pendidikan. Wilayah desa Tanung yang letaknya tertutup menyulitkan transportasi sehingga pasokan bahan pangan. Selain itu, mata pencaharian masyarakat adalah beternak dan penebang kayu karena tanahnya tidak baik untuk bercocok tanam. Hal itulah yang menyebabkan semakin kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terutama dari segi pangan. Kemungkinan keadaan inilah yang menyebabkan keadaan gizi pada masyarakat kurang baik terutama pada anak-anak dan hal ini mempermudah mereka untuk terkena penyakit. Rata-rata jumlah anak dalam satu keluarga di desa Tanung sekitar 5-6 anak. Hal ini akan menambah beban ekonomi serta tingginya resiko tertular penyakit dalam satu keluarga, terutama dalam kasus campak dimana penyebarannya melalui droplet udara.

C. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan Dilakukan pengamatan dan studi pada tentang perilaku serta pengamatan pada lingkungan tempat tinggal di masyarakat yang mempengaruhi kesehatan : Diagnosis perilaku: Kurangnya mengkonsumsi makanan yang bergizi Tidak mengkonsumsi vitamin A Tidak pernah ke puskesmas untuk mengimunisasi anak Tidak terbiasa untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan Tidak terbiasa untuk menutup mulut ketika bersin dan batuk Penggunaan alat makan secara bersama-sama Menganggap remeh penyakit

Diagnosis lingkungan: Rumah penduduk cukup padat dan berdekatan satu sama lain

Sirkulasi/ventilasi rumah kurang Curah hujan yang sangat tinggi Lingkungan sekitar yang lembab karena dekat hutan Kurangnya jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan, seperti posyandu

D. Diagnosis pendidikan dan organisasional Berdasarkan diagnosis perilaku serta diagnosis lingkungan diklasifikasikan masing-masing poin menjadi faktor predisposisi, pemungkin serta penguat. Ketiganya yaitu : Faktor predisposisi (predisposition) : Kurangnya pengetahuan dan adanya keengganan orangtua untuk

mengimunisasi anaknya Penggunaan alat makan secara bersama-sama memudahkan penularan penyakit antar anggota keluarga Menganggap remeh penyakit, sehingga apabila ada anggota keluarga yang sakit mereka enggan membawanya ke pusat kesehatan terdekat sehingga penyakit campak tak urung mengalami komplikasi dan menyebabkan kematian Kurangnya mengkonsumsi makanan yang bergizi, karena selain latar belakang pekerjaan penduduk yang hanya beternak atau penebang kayu, sulitnya transportasi termasuk logistik termasuk masalah lain yang keadaan ini Tidak terbiasa untuk menutup mulut ketika bersin dan batuk memudahkan penyebaran agen penginfeksi terutama yang melalui droplet udara Faktor pemungkin (enabling) : Kurangnya jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan, seperti posyandu Sulitnya transportasi yang menghambat pasokan bahan pangan Tidak terbiasa untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan Rumah penduduk yang cukup padat memperburuk

Faktor penguat (reinforcing) : Banyaknya jumlah anak dalam satu keluarga Kurangnya mengkonsumsi makanan yang bergizi

Tidak mengkonsumsi vitamin A Rumah penduduk padat Curah hujan yang sangat tinggi Lingkungan sekitar yang lembab karena dekat hutan

E. Diagnosis Administratif dan Kebijakan Sumber daya (diagnosis administratif): Adanya dukungan pemerintah setempat untuk mempermudah pembangunan fasilitas kesehatan dan penyediaan sarana transportasi yang akan segera dilaksanakan Adanya dukungan oleh pejabat setempat terhadap kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan kesehatan masyarakat Adanya minat masyarakat yang besar terhadap program kesehatan yang sebelumnya ditawarkan dan didapatkan umpan balik yang positif Tersedianya fasilitas umum seperti mushola, balai desa, dan gedung sekolah sebagai tempat pelaksanaan promosi kesehatan

Penilaian dalam diagnosis kebijakan: Hambatan politis tidak terlalu berarti terutama dari pejabat setempat yaitu kepala desa beserta jajarannya, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program juga cukup kondusif. Hanya saja kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan belum terlalu

diperhatikan dan diimplementasikan di Desa Tanung,selain itu tidak ditemukan adanya permasalahan yang berarti dari segi kebijakan. F. Prioritas Masalah Berdasarkan diagnosis permasalahan yang telah dilakukan, maka tingginya angka kematian bayi, anak, dan balita akibat campak menjadi prioritas utama masalah kesehatan di desa Tanung yang harus segera diatasi. Hal ini didasarkan pada skala prioritas berikut :

Tabel skala prioritas berdasarkan keluhan masyarakat

Mendesak Penting Tingginya balita, dan jumlah anak dua

Tidak Mendesak bayi, Masih banyak orang tua yang tahun yang tidak mau menyekolahkan anaknya di pendidikan formil Kesulitan warga mendapatkan bahan kebutuhan sehari-hari Banyak anak dalam satu keluarga

meninggal

terakhir karena campak

Tidak penting

BAB IV TAHAP PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN

G. Tujuan Promosi Kesehatan Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada bayi, anak dan balita di Desa Tanung akibat penyakit campak hingga <30% Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit campak Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya kesehatan lingkungan dan tempat tinggal

H. Sasaran Promosi Kesehatan Kegiatan promosi kesehatan ini ditujukan kepada: Para pasangan orangtua baik yang belum atau sudah memiliki bayi, balita, dan anak-anak usia sekolah

I. Isi Promosi Kesehatan Memberikan pengetahuan tentang campak kepada masyarakat bagaimana cara mengenali gejala , bahaya, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya, serta tindakan awal yang harus dilakukan jika mendapati orang lain yang diduga menderita penyakit campak. Pengarahan bagi orangtua tentang pentingnya imunisasi pada anak, terutama imunisasi campak karena angka kejadian yang tinggi di Desa Tanung Mengharuskan orangtua untuk mengikuti jadwal wajib imunisasi untuk anak terutama imunisasi campak Mengajarkan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan tempat tinggal

J. Metode Promosi Kesehatan Untuk langkah awal metode yang digunakan berupa penyuluhan. Penyuluhan ini dilakukan di balai desa untuk para orangtua dan di sekolah untuk anak-anak. Penyuluhan ini melibatkan pejabat setempat dan tokoh masyarakat untuk mengajak warga selain

tenaga kesehatan. Untuk orangtua selain diberikan penyuluhan mengenai campak, mereka juga diajarkan untuk melakukan tindakan awal yang bisa dilakukan jika anaknya diduga menderita campak dan mencegah penularannya. Selain itu dilakukan advokasi kepada pejabat setempat agar mewajibkan masyarakatnya untuk melakukan imunisasi rutin khususnya pada anak yang belum terkena campak. Agar terdapat keharusan bagi masyarakat untuk melakukan imunisasi. Selain itu dilakukan juga penambahan jumlah posyandu dan tenaga kesehatan berasal dari masyarakat, kepala desa juga menginstruksikan bagi setiap ketua RW/RT untuk selalu mengingatkan warganya yang memiliki bayi, balita ke Posyandu. A Penyuluhan Tentang Campak Materi harus mencakup Apa itu campak ? Bagaimana gejalanya ? Apa bahayanya? Bagaimana cara

penularannya? Apa tindakan awal yang harus dilakukan ? Bagaimana pencegahannya ? Apa pentingnya imunisasi ? B Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan: A. B. C. D. C D Rumah Tangga Institusi Pendidikan (Sekolah) Tempat kerja Tempat umum

Program Imunisasi campak dan Imunisasi rutin lain sesuai jadwal Meningkatkan jumlah posyandu menjadi 10 pos dan menggiatkan kunjungan Ibu ke Posyandu

K. Media yang digunakan Slide presentasi Papan tulis Brosur atau selebaran kesehatan Dibagikan pada saat penyuluhan kepada orang tua Poster

Ditempel di tempat-tempat umum dan strategis, seperti balai desa, sekolah, puskesmas, dan tempat umum lainnya

L. Rencana evaluasi Pemantauan dilakukan untuk melihat hal-hal yang mengganggu prosedur. Hal yang dipantau antara lain : a. Animo masyarakat terhadap program kesehatan b. Ketersediaan alat serta media yang dipakai selama promosi kesehatan Evaluasi awal, dicari indikator untuk evaluasi akhir sebelum terjadi intervensi yaitu : a. Data jumlah bayi, anak dan balita penderita campak b. Jumlah keluarga yang mengetahui informasi tentang campak c. Jumlah posyandu dan jumlah kunjungannya d. Jumlah Bayi, balita atau anak yang sudah mendapat vaksinasi Evaluasi proses (monitoring) Mengevaluasi kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan apakah sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Evaluasi akhir Penelitian dilakukan selama 1 tahun , mengumpulkan data jumlah penderita setelah intervensi (end line data) serta data-data yang merupakan komponen indikator evaluasi awal Membandingkan data awal dan data akhir apakah terdapat penurunan atau peningkatan dalam jumlah Menilai hasil akhir dari kegiatan promosi kesehatan yang telah dilakukan, apakah mencapai target yang diharapkan, yaitu jika terjadi penurunan angka kejadian campak < 30 %

7. RENCANA KEGIATAN

Keterangan : 1. Proses persiapan membutuhkan waktu 5 minggu, namun untuk pelaksanaan sendiri sudah dimulai pada minggu pertama Februari, diharapkan advokasi di minggu sebelumnya dapat membantu program penyuluhan Penyuluhan tentang campak dilakukan 3 kali, materi dan audiensinya sama Program imunisasi rutin dilakukan sepanjang tahun, tidak hanya insidental Penyuluhan perilaku kesehatan dilakukan 2 kali dengan materi yang serupa, audiensinya sama. Evaluasi akan dilakukan di akhir Desember

2. 3. 4. 5.

PENUTUP

Demikian program ini dibuat dengan tujuan Menurunkan angka kematian penderita campak di wilayah Puskesmas Desa Tanung, diharapkan program ini dapat berjalan lancar dan sukses serta mencapai tujuan awal tersebut. Bantuan dari pihak lain sangat diperlukan dalam melancarkan program ini (khususnya Pemerintah Daerah setempat). Bila terdapat kesalahan dalam penyusunan program ini, akan dilakukan evaluasi dan revisi dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai