Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Alamdulillahhirobilalamin, puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta inayah-Nya sehingga kmi dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ; Mekanisme Pemkzulan/Impisme Presiden dan Wakil Presiden Berdasar Undang-Undang Amandemen#$ Makalah ini disusun guna memberikan informasi tambahan mengenai peran undang-undang dasar ! amandemen terhadap mekanisme pemak"ulan#impisme presiden dan $akil presden, dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah %an&asila' %enulis mengu&apkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sumbernya berupa artikel dan tulisan telah penulis jadikan referensi guna penyusunan makalah ini, semoga dapat terus berkarya guna menghasilkan tulisan-tulisan yang menga&u ter$ujudnya generasi masa depan yang lebih baik' %enulis berharap, semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pemba&a pada umumnya' %enulis menyadari bah$a makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan dan kesalahan' %enulis menerima kritik dan saran yang membantu guna penyempurnaan makalah ini' asar !"

(ogyakarta, )* +esember ),*,

A%TAR I&I

-alaman .o/er 0ata %engantar +aftar 1si 2A2 1 %3N+A-454AN 5atar belakang 6umusan masalah Tujuan penulisan Metode penulisan 2A2 11 T1N7A4AN %4STA0A )'* Teori Negara -ukum )'*'* 0onsep Negara -ukum )'*') 0onsep Negara -ukum +emokratis di 1ndonesia )') 0edudukan -ukum -ak Angket dan %emak"ulan )')'* -ak Angket dalam Sistem 0etatanegaraan di 1ndonesia )')') 0onsep %emak"ulan )')'8 %emak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen di 1ndonesia %emak"ulan

2A2 111

M3T9+3 %3N351T1AN 8'* Tipe %enelitian

8') %endekatan dan Teknik %enelitian 8'8 Teknik %engumpulan dan 7enis 2ahan 2A2 1: %3M2A-ASAN '* -ak Angket dan Mekanisme %emak"ulan Menurut 44+ *; ! '*'* %enggunaan -ak Angket oleh +%6 '*') Mekanisme %emak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen ') 3ksistensi %asal <2 44+ *; ! Terhadap Asas Negara -ukum ')'* 0edudukan %utusan M0 dalam Mekanisme

%emak"ulan ')') 0onsistensi Asas Negara -ukum dalam %asal <2 44+ *; ! 2A2 : %3N4T4% !'* 0esimpulan !') Saran +aftar %ustaka *' 2uku dan 7urnal )' %eraturan %erundang-4ndangan 8' Sumber 1nternet BAB I PEMBUKAAN

*'* 'a(ar Belakang Se&ara konstitusional, ketentuan mengenai pemak"ulan diatur di dalam 4ndang-4ndang +asar Negara 6epublik 1ndonesia Tahun *; ! sebagai aturan

dasar dan sumber hukum di 1ndonesia' %roses pemak"ulan harus senantiasa berdasarkan konstitusi sebagai manifestasi terhadap negara berkedaulatan rakyat yang dilaksanakan berdasarkan 44+ *; ! (constitutional democracy)' +alam perspektif 44+ *; !, proses pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen harus diusulkan oleh +e$an %er$akilan 6akyat =+%6> kepada Majelis %ermusya$aratan 6akyat =M%6>' Namun sebelum proses pengajuan pemberhentian kepada M%6, terlebih dahulu +%6 sebagai pihak yang mempunyai kedudukan hukum (legal standing) harus mengajukan permohonan kepada Mahkamah 0onstitusi =M0>' Sebelum upaya di atas dilakukan, +%6 terlebih dahulu menggunakan hak angket sebagai upaya penyelidikan terhadap kebijakan %residen dan#atau Wakil %residen' 0emudian +%6 menggunakan hak menyatakan pendapat sebagai pintu masuk +%6 untuk mamba$a %residen dan#atau Wakil %residen kepada M0' 2erdasarkan uraian di atas, praktik ketatanegaraan di 1ndonesia masih &enderung menegakkan hukum se&ara prosedural' 4paya purifikasi hukum dan keadilan yang seyogianya diajukan kepada M0 mengenai dugaan +%6 atas pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh %residen dan#atau Wakil %residen masih terkendala pada proses politik di +%6 dengan mekanisme pemungutan suara' 1mplikasinya terdapat kontradiksi antara ketentuan %asal * ayat =8> 44+ *; ! yang se&ara expressiv verbis menyatakan 1ndonesia adalah negara hukum dengan ketentuan %asal <2 44+ *; ! yang mana proses untuk menegakkan hukum masih harus berdasarkan kesepakatan politik di +%6 terlebih dahulu' Selanjutnya, apabila permohonan +%6 atas pelanggaran %residen dan#atau Wakil %residen telah berhasil diajukan kepada M0, dan selanjutnya M0 memutuskan bah$a %residen dan#atau Wakil %residen bertentangan dengan konstitusi (unconstitutional), yaitu melanggar %asal <A 44+ *; !, maka tidak serta merta %residen dan#atau Wakil %residen dapat diberhentikan sejak diba&akan %utusan M0' %roses selanjutnya masih bermuara pada sidang paripurna M%6' Sedangkan pengambilan keputusan untuk memberhentikan %residen dan#atau Wakil %residen harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 8# dari jumlah anggota

M%6 dan disetujui oleh sekurang-kurangnya )#8 dari jumlah anggota M%6 yang hadir' 1mplikasinya, apakah M%6 sebagai lembaga politik mampu menjunjung tinggi supremasi hukum sebagaimana %asal * ayat =8> 44+ *; !, sehingga melaksanakan %utusan M0 tersebut? +alam perspektif 44+ *; !, 1ndonesia adalah negara hukum' Namun berkaitan dengan mekanisme pemak"ulan sebagaimana dijelaskan di atas, 1ndonesia &enderung tidak menunjukkan karakternya sebagai negara hukum se&ara sempurna, yaitu tidak terdapat penguatan terhadap supremasi hukum, seperti keputusan hukum M0 yang bersifat final dan mengikat (finally binding) dilaksanakan oleh kesepakatan politik di M%6'

*') Rumusan Masala) 2erdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut@ *> 2agaimana 44+ *; ! mengatur penggunaan hak angket dan mekanisme pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen? )> Apakah ketentuan %asal <2 ayat =8> 44+ *; ! sesuai dengan prinsip negara hukum sebagaimana diatur dalam %asal * ayat =8> 44+ *; !?

*'8 Tu*uan Penulisan Tujuan penulisan ini yaitu menjelaskan penggunaan hak angket dan hubungannya dengan mekanisme pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen di 1ndonesia' Selanjutnya dilakukan analisis mengenai eksistensi dan konsistensi supremasi hukum dan konstitusi hukum di 1ndonesia berkaitan dengan pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen dalam perspektif 44+ *; !, kemudian menemukan sebuah konsep baru di bidang ketatanegaraan berkaitan dengan %emak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen'

%enulisan ini diharapkan memberikan nilai manfaat yaitu, dalam tataran teoretis, diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan pemikiran mengenai apa yang seharusnya dilakukan dalam praktik ketatanegaraan dalam rangka purifikasi atas lembaga politik' +alam tataran normatif, diharapkan mampu menjelaskan hukum positif 1ndonesia berkaitan dengan mekanisme politik hukum pemak"ulan di 1ndonesia' Sedangkan dalam tataran praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai sejauh mana implementasi praktik pemak"ulan di 1ndonesia sehingga tetap sesuai dengan asas negara hukum 1ndonesia'

*'

Me(+de Penulisan *> Metode 5iteratur # 0epustakaan

%enulis menggunakan studi kepustakaan dari berbagai sumber berupa media elektronik yang memuat informasi berkaitan dengan Mekanisme %emk"ulan#1mpisme %residen dan Wakil %residen 2erdasar 4ndang-4ndang +asar ! Amandemen' BAB II TIN,AUAN PU&TAKA

-$. Te+ri Negara /ukum -$.$. K+nsep Negara /ukum %roses transisi di 1ndonesia dengan dilakukannya perubahan terhadap 44+ *; ! telah mengubah se&ara mendasar penyelenggaraan sistem ketatanegaraan di 1ndonesia yang diarahkan untuk me$ujudkan negara hukum'A**B Wujud 1ndonesia adalah negara hukum dapat dilihat pada %asal * ayat =8> 44+ *; ! yang menyatakan bah$a, CNegara Indonesia adalah negara hukumD'

+alam perspektif teori, terdapat beberapa konsep negara hukum, yaitu Rechtstaat, Rule of Law, Socialist Legality, Nomokrasi 1slam, dan Negara -ukum %an&asila' A*)B +ari berbagai konsep tersebut, konsep yang paling banyak dikenal di berbagai negara adalah rechtstaat dan rule of law' %erkembangan $a$asan negara hukum telah berlangsung &epat' %ada abad ke-)* ini tidak ada suatu negara pun yang menganggap dirinya sebagai negara modern tanpa menyebutkan dirinya sebagai negara berdasarkan atas hukum' Menurut S&heltema, unsur-unsur rechtstaat adalah kepastian hukum, persamaan, demokrasi, dan pemerintahan yang melayani kepentingan umum' Rechtstaat lahir pada abad ke-*;, meskipun $a$asannya telah lama ada jauh sebelumnya' Rechtstaat lahir setelah tumbuhnya paham tentang negara yang berdaulat dan berkembangnya teori perjanjian mengenai terbentuknya negara serta kesepakatan penggunaan kekuasaannya' Model negara ini diterapkan di 2elanda, 7erman, dan %eran&is' 0onsep rechtstaat mun&ul dari Eriedri&h 7ulius Stahl yang diilhami oleh 1mmanuel 0ant' Menurut Stahl, unsur-unsur rechtstaat yaitu@ *> %erlindungan hak-hak asasi manusia; )> %emisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu; 8> %emerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan; dan > %eradilan administrasi negara' ' Selanjutnya, rule of law merupakan konsep negara hukum yang tumbuh dan berkembang di negara Anglo SaFon, antara lain Amerika Serikat dan 1nggris' Menurut Albert :enn +i&ey, mengandung unsur-unsur sebagai berikut@ *> Supremasi -ukum =supremacy of law> dan tidak adanya kese$enang-

$enangan tanpa aturan yang jelas; )> %ersamaan di muka hukum =e uality before the law); dan 8> -ak asasi manusia yang dijamin melalui undang-undang' +oktrin rule of law makin berkembang dan menjadi topik pembahasan yang tidak pernah berhenti sejak +i&ey mengemukakan pemikiran itu pada akhir abad ke-*;' 0etiga elemen unsur negara hukum yang dikemukakan +i&ey di atas hingga saat

ini tetap merupakan $arisan +i&ey yang sangat berharga' 2ukan hanya dalam memahami perkembangan pemikiran tentang negara hukum itu sendiri, tetapi juga dalam memahami demokrasi liberal atau demokrasi konstitusional yang kini dipraktikkan oleh bagian terbesar negara-negara di dunia, lebih-lebih di negaranegara yang baru merdeka =newly independent states> dan negara-negara yang baru terlepas dari sistem totaliter dan otoriter' Walaupun buah pikiran +i&ey dianggap &emerlang, ia tidak terlepas dari berbagai kritik' Sir 1/or 7ennings misalnya, menyatakan ketidak setujuannya terhadap pandangan +i&ey yang terlalu memberi tekanan pada ketentuan-ketentuan yang jelas dan pasti serta diskresi yang seke&il-ke&ilnya dalam proses hukum' Menurut 7ennings, pandangan demikian menunjukkan dorongan konser/atif +i&ey yang lebih memilih kepastian hukum daripada memberikan perhatian terhadap hukum yang diarahkan pada keadilan sosial yang membutuhkan banyak ke$enangan diskresional dalam pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang lebih luas' +oktrin negara hukum menurut 7ennings, mengandung beberapa komponen' +iantaranya yaitu pertama, negara se&ara keseluruhan harus diatur oleh hukum' !edua, dalam doktrin itu tersirat prinsip pemisahan kekuasaan dengan maksud men&egah kediktatoran' Satu hal yang pasti bah$a kekuasaan-kekuasaan dalam negara haruslah diperoleh dengan &ara-&ara yang sah dan pelaksanaannya harus sesuai dengan hukum' .iri&iri yang dapat digunakan sebagai indikator bah$a suatu negara menerapkan paham negara hukum yaitu@ *> "onstitutionalism; )> Law governs the government; 8> #n independent $udiciary; > Law must be fairly and consistenly applied; !> Law is transparent and accessible to all; G> #pplication of law is efficient and timely; <> %roperty and economic rights are protected& including contracts;

H> 'uman and intellectual rights are protected; dan ;> Law can be changed by an established process which itself is transparent and accessible to all'

-$.$- K+nsep Negara /ukum em+kra(is di Ind+nesia 44+ *; ! sebagai konstitusi Negara 1ndonesia merupakan the supreme law of the land' %as&a amandemen 44+ *; !, telah dirumuskan dalam batang tubuh mengenai konsep negara hukum, yang sebelumnya hanya di&antumkan dalam penjelasan pada 44+ *; ! pra amandemen' +ari beberapa penekanan hasil amandemen 44+ *; !, maka konsep negara hukum menjadi norma dalam 44+ *; !' Salah satu upaya =prosedur dan mekanisme> untuk melindungi rakyat terhadap penyalah gunaan kekuasaan negara dapat dilakukan melalui 44+ *; ! sebagai konstitusi Negara 1ndonesia' Menurut .arl S&hmit, konstitusi dianggap sebagai keputusan politik yang tertinggi' 9leh karena itu, konstitusi mempunyai kedudukan tertinggi dalam tertib hukum suatu negara' Menurut 2agir Manan, konsep negara hukum modern merupakan perpaduan antara konsep negara hukum dan negara kesejahteraan' +i dalam konsep ini, negara atau pemerintah tidak semata-mata sebagai penjaga keamanan atau ketertiban masyarakat saja, tetapi juga memikul tanggungja$ab untuk me$ujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan umum demi kemakmuran rakyat' +engan demikian negara hukum yang bertopang pada sistem demokrasi dapat disebut sebagai negara hukum yang demokratis =democratische rechtstaat>' +alam negara hukum modern, menurut hasil kerja 0omisi 0onstitusi M%6 61, se&ara konseptual ada tiga karakter utama dari suatu konstitusi, yaitu@ *> 0onstitusi sebagai suatu hukum tertinggi suatu negara = a constitution is a supreme law of the land>;

)> 0onstitusi sebagai suatu kerangka kerja sistem pemerintahan =a constitution is a frame work for government)( dan 8> 0onstitusi merupakan suatu instrumen yang legitimate untuk membatasi

kekuasaan pejabat pemerintah =a constitution a legitimate way to grant an limit powers of government officials>' Menurut Erans Magnis Suseno, negara hukum yang demokratis meliputi sebagai berikut@ *> Eungsi-fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga-lembaga sesuai dengan ketetapan-ketetapan sebuah 4ndang-4ndang +asar; )> 4ndang-undang dasar menjamin hak asasi manusia sebagai unsur yang paling penting; 8> 2adan-badan negara yang menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya atas dasar hukum yang berlaku; > Terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat mengadu ke pengadilan dan putusan pengadilan dilaksanakan oleh badan negara; dan !> 2adan kehakiman bebas dan tidak memihak' 0onsep Negara 1ndonesia diidealkan untuk me$ujudkan negara hukum yang demokratis' 0etentuan tersebut dapat dilihat pada %asal * 44+ *; !, yaitu kedaulatan rakyat berada di tangan rakyat yang dilakukan oleh 44+, serta Negara 1ndonesia adalah negara hukum' 0onsekuensinya, segala tindakan kekuasaan negara harus senantiasa berpegang pada hukum, dalam me$ujudkan demokrasi yang berdasarkan atas hukum =constitutional democracy>, atau negara hukum yang demokratis =democratische rechtstaat>'

-$- Kedudukan /ukum /ak Angke( dan Pemakzulan -$-$. /ak Angke( dalam &is(em Ke(a(anegaraan di Ind+nesia

+%6 memiliki beberapa hak dalam menjalankan fungsi dan $e$enangnya, yaitu hak angket, hak interpelasi dan hak menyatakan pendapat' -ak angket merupakan manifestasi dari fungsi penga$asan +%6 kepada %residen'%eranan hak angket merupakan $ujud dari suatu kekuasaan dengan mekanisme checks and balances antar lembaga negara, termasuk +%6 dengan %residen' -ak angket diatur dalam %asal ),A ayat =)> 44+ *; ! $uncto 4ndang-4ndang Nomor G Tahun *;! tentang -ak Angket $uncto 4ndang-4ndang Nomor )< Tahun ),,; Tentang Majelis %ermusya$aratan 6akyat, +e$an %er$akilan 6akyat, +e$an %er$akilan +aerah, dan +e$an %er$akilan 6akyat +aerah' %enggunaan hak angket sebagai $ujud dari fungsi penga$asan +%6 merupakan upaya untuk menghindari sentralisasi kekuasaan negara, termasuk kekuasaan %residen' -al ini sebagaimana adegium yang dikemukakan oleh %rof' 5ord A&ton yaitu, C%ower tends to corrupt& absolute power corrupt absolutelyD yaitu suatu kekuasaan itu &enderung disalahgunakan, dan suatu kekuasaan yang absolut &enderung disalahgunakan se&ara absolut'

-$-$- K+nsep Pemakzulan Se&ara garis besar, dalam dunia hukum tata negara terdapat dua model pemak"ulan, yaitu impeachment dan forum previlegiatum' 0onsep impeachment lahir di Mesir kuno dengan istilah iesangelia, kemudian pada abad ke-*< diadopsi oleh pemerintahan 1nggris dan dimasukkan dalam konstitusi Amerika Serikat pada akhir abad ke-*H' 0onsep impeachment dalam sistem ketatanegaraan Amerika Serikat adalah mekanisme pemberhentian pejabat negara karena melanggar pasalpasal impeachment, yaitu penghianatan terhadap negara, penyuapan, kejahatan tingkat tinggi lainnya, dan perbuatan ter&ela = treason& bribery& or other high crimes and misdemeanors>' )orum previlegiatum merupakan konsep pemberhentian pejabat tinggi negara, termasuk %residen melalui peradilan khusus =special legal proceedings>, yaitu %residen yang dianggap melanggar hukum diberhentikan melalui mekanisme pengadilan yang diper&epat tanpa melalui jenjang pemeriksaan pengadilan

kon/ensional dari tingkat ba$ah' 0onsep ini diterapkan di %eran&is dalam %asal GH konstitusinya yang mengatur bah$a %residen dan para pejabat negara dapat dituntut diberhentikan di dalam forum Mahkamah Agung %eran&is karena penghianatan kepada negara, melakukan kejahatan kriminal, dan tindakan tidak pantas lainnya'

-$-$0 Pemakzulan Presiden dan/a(au Wakil Presiden di Ind+nesia %ada era pra amandemen 44+ *; !, tidak ada aturan yang jelas untuk memberhentikan %residen dan#atau Wakil %residen di tengah masa jabatan' 1mplikasinya, proses pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen dilakukan dengan kesepakatan politik tanpa adanya kejelasan status hukum' %roses pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen pada $aktu itu senantiasa tergantung pada konfigurasi politik sehingga %residen dengan sangat mudah diberhentikan oleh parlemen ketika %residen tidak mempunyai banyak pendukung di parlemen' +alam praktik ketatanegaraan di 1ndonesia, telah terjadi dua kali pemak"ulan %residen, yaitu pemak"ulan terhadap %residen Soekarno pada tahun *;G< dan terhadap %residen Abdurrahman Wahid pada tahun ),,*' 0eduanya diberhentikan oleh M%6 tanpa alasan hukum yang jelas yang semata-mata didasarkan atas keputusan politik (politieke beslissing)' Artinya, pemeriksaan dan pemberhentian dalam rapat apripurna M%6 terhadap %residen dan#atau Wakil %residen bukan persidangan judisial, namun forum politik ketatanegaraan' %as&a amandemen 44+ *; !, telah diatur mengenai mekanisme pemberhentian =pemak"ulan> %residen dan#atau Wakil %residen ketika di tengah masa jabatan' Setidaknya pengaturan mengenai pemak"ulan ini sebagai agenda untuk menyempurnakan 44+ *; ! pra amandemen atas pemberhentian %residen yang sarat akan kepentingan politik' 44+ *; ! pas&a amandemen mengatur bah$a sebelum %residen dan#atau $akil %residen diberhentikan, terlebih dahulu harus diba$a kepada M0 dalam upaya penegakan hukum dan purifikasi keputusan

politik di +%6' Selanjutnya, M%6 memberhentikan %residen dan#atau Wakil %residen' Menurut 44+ *; ! pas&a amandemen, %residen dan#atau Wakil %residen dapat diberhentikan di tengah masa jabatannya apabila telah terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan ter&ela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai %residen dan#atau Wakil %residen' 2erkaitan dengan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, yaitu tindak pidana terhadap keamanan negara yang diatur di dalam undangundang' Meskipun 04-% tidak mengenal pembagian jenis kejahatan, kejahatan terhadap keamanan negara dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu kejahatan terhadap keamanan dalam negeri (hoog verraad) dan kejahatan keamanan negara di luar negeri (landverraad)' Sedangkan pelanggaran hukum berupa korupsi dan penyuapan merupakan kejahatan yang sangat membahayakan kepentingan negara dan masyarakat se&ara luas, bahkan terkait dengan perekonomian negara dan keberlangsungan pembangunan dan kehidupan berbangsa dan bernegara' Terdapat beberapa negara di dunia yang men&antumkan korupsi dan penyuapan sebagai alasan pemberhentian %residen, yaitu Amerika Serikat, 0orea Selatan, dan Eilipina' Selanjutnya, pelanggaran hukum berupa tindak pidana berat lainnya yaitu tindak pidana yang dian&am dengan pidana penjara lima tahun atau lebih' Sedangkan mengenai perbuatan ter&ela, baik dalam 44+ *; ! maupun 4ndang-4ndang Nomor ) Tahun ),,8 tentang Mahkamah 0onstitusi tidak ada batasan yang tegas dengan istilah ini' 2erkenaan dengan tidak memenuhi syarat sebagai %residen dan#atau Wakil %residen adalah syarat sebagaimana %asal G 44+ *; !, yaitu .alon %residen dan Wakil %residen harus $arga negara 1ndonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima ke$arganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu se&ara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan ke$ajibannya sebagai %residen dan Wakil %residen' Apabila dalam

suatu masa jabatan, %residen dan#atau Wakil %residen telah terbukti tidak memenuhi syarat atas jabatannya, maka dapat diberhentikan oleh M%6'

BAB III MET1 E PENE'ITIAN

0$. Tipe Peneli(ian Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum (legal research)& yaitu penelitian yang diterapkan dan diberlakukan khusus pada ilmu hukum'%enelitian ini dilakukan dengan mengkaji dan menganalisis substansi peraturan perundang-undangan atas pokok permasalahan atau isu hukum dalam konsistensinya dengan asas-asas hukum yang ada'

0$- Pendeka(an dan Teknik Peneli(ian Metode dalam desain penelitian ini menggunakan tiga pendekatan, yakni pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual

(conceptual approach)dan pendekatan asas-asas hukum (legal principle approach)' Sedangkan teknik penelitian menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan menguraikan, menjabarkan, dan menjelaskan konsep dan teori yang digunakan oleh penulis sebagai landasan pembahasannya'

0$0 Teknik Pengumpulan dan ,enis Ba)an Teknik pengumpulan bahan dilakukan melalui studi pustaka, dokumen, dan studi arsip' 2ahan yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer seperti peraturan perundang-undangan, serta bahan hukum sekunder berupa literatur hukum yang terdiri dari buku, jurnal, maupun media internet yang kemudian ditunjang dengan bahan non hukum' +i samping itu, penulis juga melakukan berbagai diskusi dan konsultasi dengan berbagai sumber yang memiliki kompetensi terkait dengan bidang penelitian yang menjadi fokus pembahasan'

BAB I2 PEMBA/A&AN

!$. /ak Angke( dan Mekanisme Pemakzulan Menuru( UU .3!" !$.$. Penggunaan /ak Angke( +le) PR -ak angket merupakan hak konstitusional +%6 sebagaimana diatur dalam %asal ),A ayat =)> 44+ *; ! sebagai $ujud fungsi penga$asan +%6 kepada %emerintah guna ter&apainya mekanisme saling kontrol dan imbang (checks and balances mechanism)' %enggunaan hak angket adalah hak untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang penting dan strategis, serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat dan bangsa yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan' %enggunaan hak angket diusulkan oleh paling sedikit )! =dua puluh lima> orang anggota +%6 dan lebih dari * =satu> fraksi' %engusulan hak angket disertai dengan dokumen yang memuat sekurang-kurangnya materi kebijakan dan#atau pelaksanaan undang-undang yang akan diselidiki dan alasan penyelidikan' 4sul yang demikian menjadi hak angket +%6 apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna +%6 yang dihadiri lebih dari *#) =satu perdua> jumlah anggota +%6 dan keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari *#) =satu perdua> jumlah anggota

+%6 yang hadir'+alam hal ini +%6 ber$enang memutuskan untuk menerima atau menolak usulan penggunaan angket' Selanjutnya, apabila usulan diterima maka +%6 membentuk panitia angket yang terdiri atas semua unsur fraksi +%6 dengan keputusan +%6' Setelah penyelidikan yang dilakukan %anitia Angket ini selesai, maka melaporkan pelaksanaan tugasnya dalam rapat paripurna +%6 paling lama G, =enam puluh> hari sejak dibentuknya panitia angket' Selanjutnya +%6 menggelar sidang paripurna dengan agenda kesimpulan atas penyelidikan melalui fraksi-fraksi' 0eputusan +%6 harus mendapat persetujuan dari rapat paripurna +%6 yang dihadiri lebih dari *#) =satu perdua> jumlah anggota +%6 dan putusan diambil dengan persetujuan lebih dari *#) =satu perdua> jumlah anggota +%6 yang hadir' -ak selanjutnya yang merupakan hak konstitusional yang dimiliki +%6 adalah hak menyatakan pendapat' Apabila ketentuan %asal <2 44+ *; ! $uncto %asal *<< 44 Nomor )< Tahun ),,; di&ermati, maka terdapat keganjilan maksud antara hak angket dan hak menyatakan pendapat, yaitu se&ara substansi rapat paripurna +%6 untuk keputusan hak angket merupakan $ujud penggunaan hak menyatakan pendapat, karena dalam hal ini masing-masing fraksi diper-kenankan menyampaikan pendapatnya sebelum keputusan +%6 atas penyelidikan dengan menggunakan hak angket' Namun dalam perspektif 44 Nomor )< Tahun ),,;, hak menyatakan pendapat merupakan tindak lanjut pelaksanaan hak angket'-ak menyatakan pendapat diusulkan paling sedikit oleh )! =dua puluh lima> anggota +%6' 0eputusan untuk menggunakan hak menyatakan pendapat +%6 apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna +%6 yang dihadiri paling sedikit 8# =tiga perempat> dari jumlah anggota +%6 dan keputusan diambil dengan persetujuan paling sedikit 8# =tiga perempat> dari jumlah anggota +%6 yang hadir' +%6 ber$enang memutuskan untuk menerima atau menolak usulan hak menyatakan pendapat' Apabila usulan diterima maka +%6 membentuk panitia khusus yang terdiri atas semua unsur fraksi +%6 dengan keputusan +%6' Namun apabila +%6 menolak usul hak menyatakan pendapat, maka usul untuk

menggunakan hak menyatakan pendapat tidak dapat diajukan kembali' 0emudian panitia khusus melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna +%6 paling lama G, =enam puluh> hari sejak dibentuknya panitia khusus' 6apat paripurna +%6 mengambil keputusan terhadap laporan panitia khusus' 0etika dalam rapat paripurna +%6 memutuskan menerima laporan panitia khusus yang menyatakan bah$a %residen dan#atau Wakil %residen melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan ter&ela, ataupun tidak lagi memenuhi syarat sebagai %residen dan#atau Wakil %residen, +%6 menyampaikan keputusan tentang hak menyatakan pendapat kepada Mahkamah 0onstitusi' +alam hal +%6 mengajukan permintaan kepada M0 atas dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh %residen dan#atau Wakil %residen, maka harus berhasil mendapatkan dukungan sekurang-kurangnya )#8 dari jumlah anggota +%6 yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya )#8 dari jumlah anggota +%6' Setelah +%6 berhasil memba$a %residen dan#atau Wakil %residen kepada M0, maka M0 $ajib memeriksa, mengadili dan memutus dengan seadil-adilnya paling lama ;, =sembilan puluh> hari setelah permintaan +%6 diterima dan didaftarkan di kepaniteraan M0' Namun, segala keterangan yang diberikan kepada %anitia Angket tidak dapat dipergunakan sebagai bukti dalam peradilan terhadap saksi atau ahli itu sendiri yang memberikan keterangan atau terhadap orang lain, termasuk dalam persidangan di M0'

!$.$- Mekanisme Pemakzulan Presiden dan/a(au Wakil Presiden 44+ *; ! pas&a amandemen telah mengatur tentang mekanisme pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen melalui beberapa pada tiga lembaga negara, yaitu +%6, M0, dan M%6' 4ntuk pertama kalinya, +%6 melakukan penyelidikan dengan menggunakan hak angket, selanjutnya +%6 menggunakan hak menyatakan pendapat sebagai tindak lanjut atas pelaksanaan hak angket' Atas penggunaan hak menyatakan pendapat ini, +%6 melakukan sidang paripurna' Sidang paripurna harus dihadiri )#8 dari anggota +%6 dan keputusan harus

diambil )#8 dari anggota +%6 yang hadir' %ermohonan diajukan oleh +%6 atas dugaan pelanggaran konstitusi oleh %residen dan#atau Wakil %residen 4ntuk selanjutnya paling lama sembilan puluh hari setelah permohonan +%6 diterima oleh M0, maka M0 $ajib memeriksa, mengadili, dan memutus konstitusionalitas %residen dan#atau Wakil %residen atas dugaan +%6 tersebut' Setelah M0 memutus %residen dan#atau Wakil %residen bersalah dengan melanggar hukum dan konstitusi, maka +%6 menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen kepada M%6' Selanjutnya, M%6 $ajib menggelar sidang paripurna untuk memutus usul +%6 untuk pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen paling lambat 8, =tiga puluh> hari sejak M%6 menerima usul +%6' 0eputusan pemberhentian di M%6 dilakukan dengan &ara /oting oleh anggota M%6' Sebelum pemberhentian, %residen dan#atau Wakil %residen mempunyai hak menyampaikan penjelasan di depan sidang paripurna M%6' %engaturan pasal pemak"ulan ini demi menjamin kepastian hukum

=rechts*ekerheid> atas jabatan %residen dan#atau Wakil %residen, dan menjadi dasar bah$a pemak"ulan adalah konstitusional' 44+ *; ! pra amandemen, tidak mengatur se&ara tegas pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen dalam masa jabatannya baik mengenai alasan maupun mekanismenya'%emberhentian %residen Soekarno tidak lepas dari peristi$a I-8,S#%01 tahun *;G!, yaitu sebuah per&obaan kudeta yang dilakukan oleh %artai 0omunis 1ndonesia =%01>' %eristi$a itu ditandai oleh pembunuhan oleh beberapa jenderal dan per$ira tinggi Angkatan +arat pada malam hari tanggal 8, September atau dini hari tanggal * 9ktober *;G!' Suhu politik yang tinggi terjadi diseluruh tanah air, menyusul peristi$a tersebut yang menyulut tuntunan yang besar kepada %residen Soekarno untuk segera membubarkan %01 dan meminta pertanggungja$aban %residen Soekarno' 2egitu pula dengan pemak"ulan %residen Abdurrahman Wahid, %roses pemberhentian %residen dia$ali oleh maraknya polemik di media masa mengenai dana (anatera 2ulog sebesar 6p' 8! Milyar dan dana bantuan Sultan 2runei +arussalam sebesar 4S J ) 7uta yang mengaitkan nama %residen Abdurrahman

Wahid' -al ini kemudian memi&u )8G Anggota +%6 untuk mengajukan usul penggunaan hak mengadakan penyelidikan terhadap kedua kasus tersebut'%ada akhirnya, %residen Abdurrahman Wahid pun dapat dijatuhkan dengan mudah dari jabatannya oleh M%6' Sampai saat ini, pemak"ulan terhadap %residen Soekarno dan %residen Abdurrahman Wahid masih menimbulkan pro dan kontra dalam perspektif politik dan hukum karena ketidakjelasan pengkaidahan dalam 44+ *; ! dan instrumen hukum ketatanegaraan lainnya'9leh karena itu, pas&a amandemen 44+ *; ! telah diatur ketentuan yang berkaitan dengan pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen, yaitu %residen tidak lagi dapat diberhentikan dengan mekanisme politik, yang mana %residen dan#atau Wakil %residen baru dapat diberhentikan oleh M%6 apabila terungkap fakta pelanggaran hukum dalam persidangan di M0, dan diputus oleh M0 bah$a %residen dan#atau Wakil %residen bersalah dengan melanggar hukum' +i samping itu, ketentuan mekanisme pemak"ulan dalam 44+ *; ! pas&a amandemen merupakan $ujud penguatan terhadap sistem pemerintahan presidensiil, yaitu %residen dan#atau Wakil %residen ketika dalam masa jabatannya tetap dapat melaksanakan tugas dan ke$ajiban kenegaraan sampai akhir jabatan' Sehingga +%6 dan M%6 tidak dapat berbuat se$enang$enang dalam menjatuhkan %residen dan#atau Wakil %residen yang hanya dengan alasan politik'

!$- Eksis(ensi Pasal 4B UU .3!" Ter)adap Asas Negara /ukum !$-$. Kedudukan Pu(usan MK dalam Mekanisme Pemakzulan Negara hukum merupakan konsep negara yang senantiasa menegakkan supremasi hukum melalui saluran-saluran hukum sebagaimana diatur dalam 44+ *; ! dan peraturan perundang-undangan' Sehingga negara hukum sebagai konsep Negara 1ndonesia harus berperan dalam mengatur ketentuan hukum yang holistik sebagai kesatuan sistem di 1ndonesia'

2erkaitan dengan proses pemak"ulan, permohonan +%6 yang telah diterima dan didaftarkan di kepaniteraan M0, maka M0 harus memeriksa, mengadili, dan memutus dugaan pelanggaran %residen dan#atau Wakil %residen dalam jangka $aktu ;, =sembilan puluh> hari' Apabila M0 memutus bah$a %residen dan#atau Wakil %residen telah melakukan pelanggaran, maka tidak serta merta %residen dan#atau Wakil %residen berhenti sejak putusan tersebut diba&akan' Selanjutnya +%6 masih menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen kepada M%6' Atas usul pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen ini, M%6 $ajib menyelenggarakan sidang untuk memutus usul +%6 dalam $aktu 8, =tiga puluh> hari' Namun, 44+ *; ! tidak mengatur se&ara tegas bah$a %utusan M0 harus dijalankan oleh M%6 untuk menjadi dasar hukum atas pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen' 2erkaitan dengan kedudukan %utusan M0, 44+ *; ! tidak mengatur bah$a putusan M0 $ajib dijalankan oleh +%6' 44+ *; ! justru mengatur bah$a keputusan hukum oleh M0 dijalankan oleh keputusan politik, yaitu keputusan M%6 yang diambil dengan mekanisme /oting oleh anggota M%6' 0eputusan M%6 untuk memberhentikan %residen dan#atau Wakil %residen diambil dalam rapat paripurna M%6 yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 8# hadir' %ermasalahannya adalah pada pelaksanaan %utusan M0' 0etika M0 se&ara hukum telah memutuskan %residen dan#atau Wakil %residen melakukan pelanggaran, namun mayoritas suara di M%6 tidak mendukung pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen sehingga suara di M%6 kurang dari )#8 dari jumlah anggota yang hadir, maka %utusan M0 tidak bisa dijalankan oleh M%6' 1mplikasinya, %residen dan#atau Wakil %residen tidak dapat diberhentikan' 6ealitas yang demikian sangat dimungkinkan, mengingat ketentuan di atas dapat menjadi alasan M%6 bah$a tindakan yang dilakukan adalah konstitusional, yaitu sesuai dengan apa yang diatur dalam %asal <2 ayat =<> 44+ *; !, dan suara dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya )#8 dari jumlah anggota yang

anggota M%6 &enderung dipengaruhi oleh konfigurasi politik' Sehingga, $alaupun se&ara hukum %residen dan atau Wakil %residen dinyatakan melakukan pelanggaran, namun se&ara politik M%6 tetap menghendaki %residen dan#atau Wakil %residen melaksanakan jabatannya'

!$-$- K+nsis(ensi Asas Negara /ukum dalam Pasal 4B UU .3!" 1ndonesia di&ita-&itakan oleh the founding parents sebagai suatu negara hukum' 2ahkan pada 44+ *; ! pas&a amandemen, pada %asal * ayat =8> ditegaskan bah$a +Negara Indonesia adalah Negara 'ukum,- +alam konsep bernegara yang menjunjung supremasi hukum, idealnya ada saluran hukum yang dimungkinkan bagi %residen dan#atau Wakil %residen untuk se&ara konstitusional mengajukan keberatan atas ketetapan M%6 dinilai kurang men&erminkan rasa keadilan' Namun, selama ini pembangunan bidang hukum hanya bersifat sektoral' Termasuk ketentuan 44+ *; ! mengenai pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen dilaksanakan menurut 44+ *; !' 0etentuan pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen sebagaimana diatur dalam %asal <2 ayat =<> 44+ *; !, yaitu@ +!eputusan .a$elis %ermusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian %residen dan/atau 0akil %residen harus diambil dalam rapat paripurna .a$elis %ermusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang1kurangnya 2/3 dari $umlah anggota dan disetu$ui oleh sekurang1kurangnya 4/2 dari $umlah anggota yang hadir& setelah %residen dan/atau 0akil %residen diberi kesempatan menyampaikan pen$elasan dalam rapat paripurna .a$elis %ermusyawaratan Rakyat'D Apabila kita &ermati dengan seksama, ketentuan pasal di atas merupakan pengingkaran terhadap konsep negara hukum yang dibangun di 1ndonesia' +alam bunyi ketentuan di atas jelas bah$a apabila M0 memutus %residen dan#atau Wakil %residen melakukan pelanggaran hukum, pada akhirnya M%6 menggelar sidang

paripurna untuk memberhentikan %residen dan#atau Wakil %residen' Mekanisme pemberhentian di M%6 dilakukan dengan mekanisme /oting, yaitu keputusan diambil dengan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 8# dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya )#8 jumlah anggota yang hadir' Terhadap asas negara hukum yang senantiasa menjunjung tinggi supremasi hukum, hendaknya 44+ *; ! memberikan ketentuan bah$a putusan M0 harus dijalankan sepenuhnya oleh M%6' Namun selama ini 44+ *; ! megatur mekanisme pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen dengan tanpa memandang penting keberadaan keputusan hukum' 1mplikasinya, apabila M0 memutuskan %residen dan#atau Wakil %residen melakukan pelanggaran, namun M%6 tidak menyetujui pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen' Maka sendi-sendi hukum dapat diruntuhkan oleh 44+ *; !, mengingat se&ara formal tindakan yang dilakukan oleh M%6 adalah konstitusional karena 44+ *; ! mengatur demikian' 9leh karena itu, hendaknya 44+ *; ! dipahami dan dikembangkan se&ara holistik sebagai satu kesatuan sistem' Apalagi, negara hendak dipahami sebagai suatu konsep hukum, yaitu sebagai negara hukum' +alam hukum sebagai suatu kesatuan sistem terdapat elemen kelembagaan (elemen institusional), elemen kaedah aturan (elemen instrumental), dan elemen perilaku para subjek hukum yang menyandang hak dan ke$ajiban yang ditentukan oleh norma aturan itu (elemen sub$ektif dan kultural)' +alam perspektif lain, menurut 5ukman -akim menyatakan bah$a negara hukum tidak bergantung pada adanya pernyataan dalam 44+ bah$a negara itu adalah negara hukum' Meskipun 44+ menyatakan bah$a suatu negara adalah berdasarkan hukum, belum merupakan jaminan bah$a negara dimaksud dalam praktik penyelenggaran pemerintah negaranya men&erminkan negara hukum' Sebab di negara yang demikian ini tidak adanya pembatasan tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan oleh para penguasanya' Apabila 44+ tidak menyatakan suatu negara sebagai negara hukum, namun dalam praktiknya men&erminkan eksistensi eksplisit pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia dan pemerintahan

yang terbatas dan terkontrol, maka se&ara kategoristik dapatlah negara itu disebut sebagai negara hukum yang demokratis' Walaupun demikian, terdapat beberapa alasan lain yang menyatakan bah$a ketentuan pasal di atas justru merupakan manifestasi atas negara hukum yang demokratis, karena %residen dan#atau Wakil %residen dipilih oleh rakyat dengan mekanisme pemilihan umum yang demokratis, maka pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen harus dilaksanakan oleh rakyat melalui M%6 sebagai lembaga per$akilan rakyat yang merupakan manifestasi dari kekuasaan rakyat' Namun, dalam upaya penegakan hukum dan konstitusi tidak dapat dilaksanakan dengan hanya mendasarkan pada bunyi teks suatu hukum dengan tanpa mempertimbangkan penegakan hukumnya' %ermasalahan besar dan hal ini terlihat dalam realitas hukum di 1ndonesia saat ini yaitu ketika prosedur dijadikan tujuan sehingga berimplikasi pada kemungkinkan para pejabat yang kebetulan bersalah atau diduga bersalah menjadikan alasan prosedur sebagai alasan untuk melanggengkan jabatan sehngga merapuhkan sendi-sendi hukum dan keadilan yang dibangun di 1ndonesia' Atas hak demikian, sudah seharusnya prosedur mengikuti substansi sehingga ter$ujud keadilan yang substantif' +i samping itu, se&ara normatif berdasarkan %asal * ayat =)> 44+ *; ! dapat dibenarkan bah$a Negara 1ndonesia menganut paham demokrasi konstitusionalisme yang mana menurut 0'.' Wheare, kedudukan konstitusi 1ndonesia dapat dimaknai pada dua aspek, yaitu aspek hukum dan aspek moral' %ertama, konstitusi dilihat dari aspek hukum mempunyai derajat tertinggi =supremacy>, dasar pertimbangannya karena konstitusi dibuat oleh badan pembuat undang-undang atau lembaga-lembaga yang mana pembentukannya atas nama rakyat, berasal dari rakyat' Sehingga kekuatan berlakunya dijamin oleh rakyat dan harus dilaksanakan langsung kepada masyarakat untuk kepentingan mereka' !edua, konstitusi dilihat dari aspek moral sebagai landasan fundamental, sehingga konstitusi berada di ba$ahnya' +engan kata lain, konstitusi tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai uni/ersal dan etika moral' 9leh karena itu, apabila aturan konstitusi bertentangan dengan etika moral, maka konstitusi harus

dikesampingkan' 5ebih lanjut, William -' -e$et menyatakan bah$a masih ada hukum yang lebih tinggi di atas konstitusi yaitu moral' Selanjutnya, berdasarkan %asal * ayat =8> 44+ *; ! dijelaskan bah$a 1ndonesia merupakan negara hukum' Namun pada pasal pemak"ulan tidak terdapat kesesuaian terhadap %asal * ayat =8> 44+ *; ! sehingga men&erminkan inkonsistensi dengan negara hukum dan unsur-unsurnya, yaitu penguatan terhadap supremasi hukum =supremacy of law> dan persamaan di depan hukum =e uality before the law>' Sebagai implementasi atas supremasi hukum, seharusnya apabila M0 memutus %residen dan#atau Wakil %residen melakukan pelanggaran, maka 44+ *; ! seharusnya mengatur bah$a M%6 harus melaksanakan %utusan M0 dan tidak lagi didasarkan pada mekanisme /oting' 9leh karena itu, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap 44+ *; ! demi menjaga konsistensi konsep negara hukum yang dibangun di 1ndonesia' 1mplikasinya, terdapat penguatan konsep negara hukum sesuai dengan %asal * ayat =8> 44+ *; !' Selanjutnya, harus adanya penguatan terhadap prinsip persamaan di depan hukum (e uality before the law) sebagai unsur negara hukum, tanpa adanya diskriminasi' +alam prinsip ini, semua orang harus mendapat perlakuan yang sama di depan hukum' 2erkaitan dengan pemak"ulan, 44+ *; ! memberikan perlakuan yang berbeda pada setiap orang di depan hukum, yaitu %residen dan#atau Wakil %residen medapat perlakuan khusus ketika terdapat dugaan melakukan pelanggaran' 9leh karena itu, seharusnya setiap dugaan pelanggaran, termasuk oleh %residen dan#atau Wakil presiden diproses melalui mekanisme dan saluran hukum demi menegakkan prinsip negara hukum' 2erdasarkan penjelasan di atas, maka dibutuhkan konsistensi pasal dalam 44+ *; ! yaitu, antara asas negara hukum dengan ketentuan mekanisme pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen' Mekanisme pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen di 1ndonesia ini merupakan titik kelemahan 44+ *; ! ketika kedaulatan hukum dikalahkan dengan praktik politik' Setelah praktik politik oleh +%6 berhasil dilakukan dengan memba$a %residen dan#atau Wakil %residen

kepada M0, dan kemudian M0 memutus bah$a %residen dan#atau Wakil %residen telah melakukan pelanggaran, maka %residen tidak berhenti atas jabatannya sejak putusan M0 diba&akan' 4ntuk selanjutnya putusan hukum dilaksanakan M%6 dengan keputusan politik yang semakin mengaburkan konsep negara hukum di 1ndonesia' +alam perspektif negara hukum, apakah dapat dibenarkan bah$a %utusan M0 yang bersifat final dan mengikat =finally binding> serta mempunyai kekuatan hukum tetap =inkracht van gewi$dse> dilaksanakan oleh M%6 sebagai lembaga politik yang suaranya ditentukan oleh konfigurasi politik? 1mplikasi terburuk atas keputusan M%6 yaitu %residen dan#atau Wakil %residen dengan status melanggar hukum tidak dapat diberhentikan dan dapat melaksanakan jabatannya sampai masa jabatannya berakhir, apabila pemberhentiannya ditentukan oleh M%6 dengan mekanisme /oting dengan mengesampingkan %utusan M0' Sebagai $ujud dari negara hukum yang demokratis, M%6 merupakan lembaga yang memberhentikan %residen dan#atau Wakil %residen sudah tepat' Namun, 44+ *; ! seharusnya konsisten terhadap asas negara hukum dengan mengatur bah$a setelah M0 memutus %residen telah melanggar hukum, maka M%6 harus menggelar sidang paripurna untuk memberhentikan %residen dan#atau Wakil %residen, tanpa mekanisme /oting' +engan M%6 melaksanakan putusan M0 tersebut, maka akan terdapat penguatan unsur negara hukum yaitu supremasi hukum yang ditegakkan seadil-adilnya' Terlepas apakah ketentuan mengenai pemak"ulan dalam 44+ *; ! dibuat karena peren&anaan =by design> maupun karena kebetulan =by accident>& reformasi hukum dengan salah satu agenda utamanya adalah amandemen 44+ *; !, ternyata tidak mampu me$ujudkan 1ndonesia sebagai negara hukum yang demokratis' Menurut %hilippe Nonet dan %hilip Sel"ni&k, bah$a perubahan hukum akan datang melalui proses politik' 5ebih lanjut, Moh Mahfud M+ menjelaskan bah$a hukum, termasuk 44+ *; ! merupakan produk politik sehingga jika politiknya tidak baik, maka hukumnya pun tidak akan baik' 1mplikasinya, berkaitan dengan aturan pemak"ulan dalam 44+ *; ! ra$an dan

bahkan membuka &elah politik di dalamnya' %enulis berharap 44+ *; ! harus senantiasa mengatur hukum se&ara holistik sehingga konsisten antar pasal, yaitu prinsip negara hukum yang diatur di dalam %asal * ayat =8> 44+ *; ! senantiasa menjadi landasan terhadap pasal-pasal selanjutnya dalam 44+ *; ! demi ter$ujudnya supremasi hukum sehingga ter$ujud negara hukum yang demokratis'

BAB 2 PENUTUP

"$. Kesimpulan 2erdasarkan uraian dalam pembahasan di atas, terdapat beberapa kesimpulan' %ertama, penggunaan hak angket oleh +%6 tidak dapat menegakkan supremasi hukum dan keadilan yang substantif dengan memba$a %residen dan#atau Wakil %residen kepada M0, $alaupun dalam penyelidikan ditemukan pelanggaran yang melibatkan Wakil %residen' 2erkaitan dengan mekanisme pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen, proses pemak"ulan harus melalui beberapa tahap pada tiga lembaga negara, yaitu +%6, M0, dan M%6 sebagaimana diatur dalam %asal <2 44+ *; !'

!edua, ketentuan %asal <2 ayat =8> dan ayat =<> 44+ *; ! tidak sesuai dengan asas negara hukum sebagaimana diatur dalam %asal * ayat =8> 44+ *; !' 0etentuan %asal <2 ayat =8> dan ayat =<> 44+ *; ! mengenai pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen tidak mampu menegakkan supremasi hukum, karena terdapat ketentuan pasal-pasal sebagai &elah untuk merapuhkan sendisendi negara hukum' 0etika M0 memutuskan bah$a %residen dan#atau Wakil presiden melakukan pelanggaran hukum, namun putusan tersebut tidak bisa memberhentian %residen dan#atau Wakil %residen sejak putusan diba&akan dalam persidangan M0, pemberhentian %residen dan#atau Wakil %residen hanya dapat dilakukan oleh M%6 berdasarkan persetujuan anggota M%6 yang tergantung pada konfigurasi politik'

"$- &aran Adapun saran yang menjadi rekomendasi penelitian ilmiah ini, pertama, konsep pemak"ulan sebagaimana diatur dalam 44+ *; ! masih lemah karena &enderung dipengaruhi oleh konfigurasi politik' Supremasi hukum harus diperkuat dengan senantiasa menjunjung tinggi supremasi hukum yang bebas dari inter/ensi kekuasaan maupun kepentingan politik dalam penegakan hukum di setiap peradilan, termasuk peradilan M0' 0edua, perlu adanya agenda penyempurnaan 44+ *; !, yaitu supremasi hukum sebagai unsur negara hukum harus senantiasa menjadi landasan dalam materi muatan 44+ *; !' Agenda penyempurnaan 44+ *; ! tersebut dilakukan dengan merubah ketentuan %asal <2 ayat =8> yang men&antumkan rumusan bah$a +#pabila %anitia #ngket menemukan pelanggaran oleh %residen dan/atau 0akil %residen& maka 5%R harus menga$ukan permohonan kepada .! untuk memutus dugaan pelanggaran tanpa menggunakan mekanisme pemungutan suara,, dan %asal <2 ayat =<> 44+ *; ! juga dirubah dengan men&antumkan rumusan bah$a

+%emberhentian %residen dan/atau 0akil %residen dilakukan oleh .%R dengan kewa$iban melaksanakan putusan .!,- 1mplikasinya, supremasi hukum dapat ditegakkan dengan seadil-adilnya dalam mekanisme pemak"ulan %residen dan#atau Wakil %residen sehingga mampu ter$ujud sebuah negara hukum yang demokratis di 1ndonesia'

A%TAR PU&TAKA

Buku5 Ali, A&hmad' ),,;' .enguak 6eori 'ukum (Legal 6heory) 6eori %eradilan (7udicialprudence) termasuk Interpretasi 8ndang18ndang (Legisprudence)' 7akarta@ %renada Media Iroup AsshiddiKie, 7imly' ),,!' 'ukum 6ata Negara dan %ilar1%ilar 5emokrasi' 7akarta@ 0onstitusi %ress LLLLLLLL-' ),, ' !onstitusi dan !onstitusionalisme Indonesia' 7akarta@ Setjen dan 0epaniteraan M0 LLLLLLLL-' ),,!' Implikasi %erubahan 885 9:3; 6erhadap

%embangunan 'ukum Nasional' 7akarta@ Setjen dan 0epaniteraan M0 A"hary, Muhammad Tahir' ),,<' Negara 'ukum< Suatu Studi tentang %rinsip1 prinsipnya 5ilihat dari Segi 'ukum Islam& Implementasinya pada %eriode Negara .adinah dan .asa !ini' 7akarta@ 0en&ana

3katjahjana,

Widodo'

),,H'

Lembaga

!epresidenan

dalam

Sistem

!etatanegaraan Indonesia' 7akarta@ %ustaka Sutra LLLLLLLLLL' ),,H' %engu$ian %eraturan %erundang1undangan dan Sistem %eradilannya di Indonesia' 7akarta@ %ustaka Sutra Eadjar, Abdul Mukthie' ),,G' 'ukum !onstitusi dan .ahkamah !onstitusi' 7akarta@ 0onstitusi %ress dan .itra Media -akim, 5ukman' ),,;' =ksistensi !omisi1!omisi Negara dalam Sistem !etatanegaraan Republik Indonesia, 6ingkasan +isertasi' Malang@ %+1- E4ni/ersitas 2ra$ijaya -amidi, 7a"im (et-al)' ),,;' 6eori dan %olitik 'ukum 6ata Negara ' (ogyakarta@ Total Media -oesein, Mainal Arifin' ),,;' 7udicial Review di .ahkamah #gung< 6iga 5ekade %engu$ian %eraturan %erundang1undangan' 7akarta@ 6aja$ali %ers -6, 6id$an' ),,G' 'ukum #dministrasi Negara' 6aja Irafindo %ersada@ 7akarta 1ndrayana, +enny' ),,H' Negara #ntara #da dan 6iada< Reformasi 'ukum !etatanegaraan- 7akarta@ 0ompas 1stanto, E' Sugeng' ),,<' %enelitian 'ukum' (ogyakarta@ .: Ianda Mahfud M+, Moh' ),,;' !onstitusi dan 'ukum dalam !ontroversi Isu' 7akarta@ 6aja$ali %ers LLLLLLLL' ),,G' .embangun %olitik 'ukum& .enegakkan !onstitusi' 7akarta@ 5%83S Mahkamah 0onstitusi' ),,;' %roceeding !ongres %ancasila< %ancasila dalam >erbagai %erspektif' 7akarta@ Setjen dan 0epaniteraan M0 Mar"uki, %eter Mahmud' ),,!' %enelitian 'ukum' 7akarta@ %renada Media Iroup Nonet, %hilippe dan %hilip Sel"ni&k' ),,H' 'ukum Responsif, Terjemahan Law and Society in 6ransition< 6oward Responsive Law' 2andung@ Nusa Media

%alguna, 1 +e$a Iede' ),,H' .ahkamah !onstitusi& 7udicial Review& dan 0elfare State<!umpulan %emikiran I 5ewa ?ede %alguna' 7akarta@ Setjen dan 0epaniteraan M0 Thaib, +ahlan (et-al)' ),,!' 6eori dan 'ukum !onstitusi' 7akarta@ 6aja$ali %ers Moel/a, -amdan' ),,!' Impeachment %residen< #lasan 6indak %idana %emberhentian %residen .enurut 885 9:3;' 7akarta@ 0onstitusi %ress

,urnal5 -amidi, 7a"im dan Mustafa 5utfi' ),,;' !etentuan !onstitusional %emberlakuan !eadaan 5arurat dalam Suatu Negara, 7urnal 0onstitusi' :olume G Nomor *' 7akarta@ Setjen dan 0epaniteraan M0 Mar"uki, M' 5ai&a' ),*,' %emak*ulan %residen/0akil %residen .enurut 8ndang1 8ndang 5asar 9:3;- 7urnal 0onstitusi' :olume < Nomor *' 7akarta@ Setjen dan 0epaniteraan M0 Sanusi, M' Arsyad' ),,;' Relasi #ntara !orupsi dan !ekuasaan, 7urnal 0onstitusi :olume G Nomor )' 7akarta@ Setjen dan 0epaniteraan M0 4lum, Muhammad 2ahrul dan +i"ar Al Eari"i' ),,;' Implementasi dan Implikasi %utusan .! 6erhadap 'ak !onstitusional 0arga Negara Indonesia , 7urnal 0onstitusi :olume G Nomor 8' 7akarta@ Setjen dan 0epaniteraan M0 Pera(uran Perundang-undangan5 1ndonesia, 4ndang-4ndang +asar Negara 6epublik 1ndonesia Tahun *; ! LLLL, 0itab 4ndang-4ndang -ukum %idana =0etboek van Strafrecht> LLLL, 4ndang-4ndang Nomor G Tahun *;! tentang %enetapan -ak Angket +e$an %er$akilan 6akyat LLLL, 4ndang-4ndang Nomor ) Tahun ),,8 tentang Mahkamah 0onstitusi =5embaran Negara 6epublik 1ndonesia Tahun ),,8 Nomor ;H, Tambahan 5embaran Negara 6epublik 1ndonesia Nomor 8*G>

LLLL,

4ndang-4ndang

Nomor

)<

Tahun

),,;

tentang

Majelis

%ermusya$aratan 6akyat, +e$an %er$akilan 6akyat, +e$an %er$akilan +aerah, dan +e$an %er$akilan 6akyat +aerah =5embaran Negara 6epublik 1ndonesia Tahun ),,; Nomor *)8, Tambahan 5embaran Negara 6epublik 1ndonesia Nomor !, 8> LLLL, %eraturan Mahkamah 0onstitusi No' )*#%M0#),,; tentang %edoman 2era&ara dalam Memutus %endapat +e$an %er$akilan 6akyat Mengenai +ugaan %elanggaran oleh %residen dan#atau Wakil %residen %eran&is, "onstitution of )rench

&um6er In(erne(5 +e$an %er$akilan 6akyat' %ansus #ngket "entury 6emukan 9@ %elanggaran, http<//www-dpr-go-id/id/berita/pansus/4@9@/$an/4A/9443/pansus1ang ket1century1 temukan19@1pelanggaran' diakses pada tanggal )) Maret ),*,, %ukul ,;'!) W12' Sumber@ http@##ulum'blog'&om

Anda mungkin juga menyukai