Anda di halaman 1dari 14

PLC

1. A. Bagian-Bagian PLC Bagian PLC Secara Umum

PLC merupakan suatu sistem mikrokontroler khusus yang digunakan untuk industri. Contohnya pada sistem kontrol proses, yang berfungsi untuk mempermudah monitoring sistem pada industri dan menggantikan sistem kontroling konvensional berbasis relai.

Bagian-bagian yang terpadat pada PLC yaitu : a. CPU (Central Processing Unit) CPU merupakan otak dari sebuah kontroler PLC yang biasanya berupa mikrokontroler. Awalnya mikrokontroler pada PLC ini menggunakan

mikrokontroler 8051 8 bit. Namun saat ini mikrokontroler yang berbasis 16 atau 32 bit telah dapat digunakan. Untuk produk PLC buatan Jepang

mikrokontrolernya adalah Hitachi dan Fujitsu. Untuk produk Eropa banyak digunakan Siemens, sedangkan Amerika menggunakan produk Motorola. Fungsi dari CPU ini adalah untuk menangani masalah komunikasi data dengan piranti eksternal, interkonektivitas antar bagian-bagian internal PLC, eksekusi program, manajemen memori, mengwasi atau mengamati masukan dan memberikan sinyal ke output. Kontroler PLC ini memiliki kemampuan untuk memeriksa memori

secara teratur dan kompleks untuk mengetahui rusak atau tidaknya memori pada PLC. Untuk mengetahui kesalahan atau kerusakan pada PLC dapat dilihat pada indikator LED PLC. b. Memori Memori sistem ini berfungsi untuk menyimpan sistem operasi dan juga untuk menyimpoan program yang harus dijalankan dalam bentuk biner, hasil terjemahan diagram ladder yang dibuat oleh pemrogram. Data-data yang terdapat pada memori dapat diubah (dikosongkan atau dihapus). Pemrograman PLC biasanya dilakukan melalui kanal serial komputer yang dipakai untuk memprogram. Memori pengguna terdiri dari bebrapa blok yang memiliki fungsi khusus. Beberapa bagian pada memori digunakan untuk menyimpan status input dan output. Status yang sesunguhnya dari input maupun output akan disimpan sebagai logic/ bilangan 0 dan 1. Masing-masing input berkaitan dengan bit yang terdapat dalam memori. Bagian lain dalam memori digunakan untuk menyimpan variabel yang telah dituliskan di dalam program. c. Pemrograman PLC Kontroler PLC dapat diprogram melalui komputer, namun ada juga cara lain untuk memprogramnya yaitu dengan cara memprogram manual atau yang biasa disebut dengan konsol (console). Untuk melakukan pemrograman manual ini dibutuhkan software yang sesuai dengan produk PLC nya, karena masingmasing produk PLC membutuhkan softwarenya sendiri-sendiri. Dalam memprogram ulang PLC sangat penting diperhatikan bahwa saat sistem diperbaiki program yang benar dan sesuai harus disimpan kedalam PLC lagi. Dan juga penting dilakukan pemeriksaan program PLC apakah selama penyimpanan tidak terjadi perubahan atau sebaliknya, apakah program sudah berjalan benar atau tidak. Karena dengan pemeriksaan ini dapat menghindari situasi berbahaya dalam ruang produksi (pabrik). d. Power Supply PLC Power supplydigunakan untuk memberikan aliran daya ke seluruh bagian PLC termasuk CPU, Memori, dll. Rata-rata PLC bekerja dengan daya 24 VDC atau 220 VAC. Untuk PLC besar catu daya biasanya terpisah sebagai modul

sendiri sedangkan untuk PLC kecil kecil catu dayanya sudah menyatu dengan PLC nya. e. Input PLC Kecerdasan suatu sistem yang terotomasi sangat bergantung pada kemampuan sebuah PLC untuk membaca sinyal dari berbagai macam jenis sensor dan piranti input yang lain. Untuk mendeteksi proses yang sedang terjadi maka dibutuhkan sensor-sensor yang tepat untuk masing-masing kondisi. Sinyal-sinyal yang telah terdeteksi sensor tersebut dapat berupa logic (ON atau OFF) maupun analog. Pada PLC kecil biasanya hanya mampu menerima input digital saja namun untuk PLC besar mampu menerima input analog dari unit khusus yang sesuai dengan PLC nya. f. Interfacing Input Interfacing input berada dijalur input dan CPU. Tujuan elemen ini adalah untuk melindungi CPU dari sinyal-sinyal yang tidak diinginkan dan dapat merusak CPU tersebut. Modul interfacing input ini berfungsi untuk mengkonversi sinyal-sinyal input dari luar ke sinyal yang sesuai dengan tegangan kerja CPU. Contoh input tegangan pada sensor yaitu 22 VDC maka harus di konversikan ke 5 VDC agar sesuai dengan tegangan kerja CPU. g. Output PLC Jika sistem terotomasi memliki input pastinya juga memiliki output. Tidak akan lengkap jika tidak ada jalur input yang digunakan untuk menghubungkan ke alat-alat eksternal. Contoh alat yang banyak digunakan yaitu motoor, solenoida, relai, lampu indikator, speaker, dsb. Outputan ini dapat berupa analog maupun digital. Output digital akan dianalogikan seperti skalar yang dapat memutus atau menyambungkan jalur. Untuk output analog contohnya dapat digunakan merubah tegangan untuk pengendalian motor secara regulasi linier sehingga memperoleh kecepatan yang diinginkan. h. Interfacing output Seperti juga interfacing input, output juga memerlukan interfacing yang sama digunakan untuk memberikan perlindungan antara CPU dengan peralatan eksternal agar tidak terjadi kerusakan pada CPU-nya.

i.

Jalur Tambahan Setiap PLC biasanya memiliki jumlah input dan output yang terbatas. Jika

diperlukan jumlah ini dapat ditambahkan dengan menggunakan modul input dan output tambahan.

B.

Bagian - Bagian PLC CPM1A

Penjelasan bagian - bagian PLC CPM1A, sebagai berikut : 1. Grounding, digunakan untuk mengurangi resiko bahaya terkena sengatan listrik. 2. Terminal Input, berupa skrup ulir yang digunakan untuk menyambung peralatan intput dari luar 3. Skema Terminal Input, skema yang menggambarkan terminal input yang terletak disampingnya 4. Konektor Expansion I/O unit, digunakan untuk koneksi ke Expansion I/O unit 5. Jenis PLC, label dari perusahaan Omron yang menerangkan jenis PLC itu sendiri 6. Skema Terminal Output, skema yang menggambarkan terminal output yang terletak disampingnya 7. Terminal Output, berupa skrup ulir yang digunakan untuk menyambung ke peralatan output luar

8.

LED Indikator, Indikator pada PLC yang menunjukan kerja PLC dan keadaan PLC saat bekerja

9.

Peripheral Port, digunakan untuk menyambung dengan PC menggunakan kabel adapter RS - 232 atau RS - 422

Untuk lebih jelasnya pada LED indikator terdapat tiga bagian utama yaitu : 1. Input Indikator, LED akan menyala hijau jika terdapat inputan pada Terminal Input kondisi ON 2. Output Indikator, LED akan menyala hijau jika Output terminak aktif kondisi ON 3. PC Status Indikator, terdapat empat bagian utama yaitu PWR, RUN, COMM, ERR/ALM untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Indikator PWR (Hijau) RUN (Hijau) COMM (Kuning) ERR/ALM (Merah) Status ON OFF ON OFF ON OFF ON Berkedip OFF Keterangan Catu daya disalurkan ke PC Catu daya tidak disalurkan ke PC PC sedang bekerja atau sedang memonitor PC sedang diprogram atau terdapat kesalahan Data sedang dikirim melalui Peripheral Port Tidak ada proses pengiriman data pada Peripheral Port Muncul suatu kesalahan fatal (operasi PC berhenti) Muncul suatu kesalahan tak-fatal (operasi PC berlanjut) Operasi berjalan dengan normal

INPUT DAN OUTPUT PLC

1.

MODUL INPUT PLC Modul input / output PLC pada dasarnya adalah antarmuka yang

mengoneksikan PLC dengan peralatan input / output luar. Lewat sensor-sensor yang terhubung dengan modul ini, PLC mengindra besaran-besaran fisik (posisi, gerakan, level, arus, tegangan) yang terasosiasi dengan sebuah proses atau mesin. Berdasarkan status dari input dan program yang tersimpan di memori PLC. Secara fisik, rangkaian input/output dengan unit CPU tersebut terpisah Secara kelistrikan. Hal ini untuk menjaga agar kerusakan pada peralatan input output tidak menyebabkan terjadinya hubung singkat pada unit CPU. isolasi rangkaian modul dari CPU ini umumnya menggunakan rangkaian otocoupler.

Gambar 1 rangkaian internal input PLC dengan input tegangan DC

Gambar 2 rangkaian internal input PLC dengan input tegangan AC

Gambar 3 rangkaian internal input PLC dengan input tegangan AC/DC

Dari gambar 1 sampai gambar 3, terlihat bahwa secara fisik rangkaian pada modul ini terpisah dari rangkaian internal (CPU). Isolasi rangkaian ini menggunakan optocoupler dengan dua buah diode pemancar yang dipasang antiparalel. Hal ini dilakukan untuk tujuan fleksibilitas penyambungan terminal input dengan catu daya penggerak sensor atau saklar yang terhubung. Dalam hal ini, terminal common pada modul dapat dihubungkan balk dengan polaritas yang lebih positif atau lebih negatif dari catu dayanya Besar arus yang mengalir di dalam sebuah terminal input ketika sebuah saklar tertutup umumnya berada dalam satuan miliampere (tipikalnya adalah 7 miliampere). Arus sebesar ini telah cukup untuk menggerakkan basis transistor pada optocoupler menjadi ON. Jika menggunakan sumber tegangan yang lebih kecil dari yang telah ditentukan oleh vendor PLC yang dipakai maka akan terjadi situasi undercurrent, yaitu arus yang mengalir pada modul tidak dapat menggerakan basis transistor pada optocoupler tersebut

2.

MODUL OUTPUT PLC Pada Modul output PLC ada tiga jenis output PLC yang juga populer di

pasaran, yaitu: Relay, Transistor, Triac. a. output Relay output PLC jenis relay adalah yang paling fleksibel penggunaannya karena dapat menggerakkan beban AC maupun DC. kelemahannya terletak pada tanggapan switching-nya yang relatif lambat (sekitar 10 ms ), dan akan mengalami kerusakan setelah beberapa juta siklus switching.

Gambar 4 rangkaian internal output PLC Jenis relay

Besar rating arus untuk setiap terminal umumnya tidak boleh melebihi 2 A untuk tegangan 220 volt (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada manual PLC yang digunakan). Bila batas besar rating arus ini dilampaui, akan menimbulkan kerusakan pada modul output nya. Jika keluaran yang akan dikontrol merupakan beban yang relatif besar (mengalirkan arus dengan jumlah besar) maka akan lebih aman jika output relay ini mengontrol beban tersebut lewat relay luar. b. output transistor output PLC jenis transistor, beban yang dapat dikontrol terbatas pada bebanbeban jenis DC saja. (besar arus yang bisa dilewatkan umumnya adalah 1 A, dengan waktu respons kurang dari 1 ms) Berdasarkan transistornya, ada dua jenis output PLC ini: (1) jenis NPN dan (2) jenis PNP. Pada prinsipnya kedua jenis keluaran ini adalah sama, yaitu dapat mengalirkan arus atau daya dalam satu arah saja. Ada dua jenis mode operasi transistor ini: (1) transistor digunakan sebagai penguat linier, dan (2) transistor digunakan sebagai saklar. Dalam rangkaian internal PLC, Iransistor dioperasikan sebagai saklar, yaitu dengan cara mengoperasikan pada daerah jenuhnya. Perlu ditekankan di sini, walaupun transistor ini berlaku sebagai saklar, tetapi secara praktis akan selalu ada drop tegangan pada saklar ini (antara kaki collector terhadap emiter) yang besarnya berkisar antara 1-2 volt

Gambar 5 rangkaian internal output PLC Jenis Transistor

jenis keluaran transistor NPN. Dari gambar, terlihat bahwa terminal common pada modul output harus selalu dihubungkan dengan sumber tegangan positif (ingat, transistor dalam operasinya hanya akan mengalirkan arus dari collector ke emiter jika tegangan collector lebih positif dari tegangan emitter. Modul output PLC jenis PNP memiliki prinsip kerja kebalikan dari jenis NPN yang telah dibahas di atas. c. output jenis triac output Triac terbatas pada beban jenis AC (besar arus yang bisa dilewatkan umumnya adalah 1 A, dengan waktu respons kurang dari 1 ms). Triac adalah sebuah komponen semikonduktor yang berfungsi mengalirkan arus bolak-balik. Arus yang dialirkan dikontrol oleh terminal gate pada triac tersebut dalam modul output PLC jenis ini, triac digunakan untuk memerlukan gerakkan beban-beban AC lewat rangkaian internalnya

Gambar 6 rangkaian internal output PLC Jenis Triac

3.

Analog Input PLC Selain dapat mengolah sinyal digital, PLC juga dapat mengolah sinyal

analog. Modul ini biasanya didesain untuk membaca sinyal-sinyal standard industri yakni 0 5 V, 10 V, atau 4 20 mA. Untuk menggunakan analog input, modul ini harus dihubungkan ke rangkaian PLC dan ditentukan Unit No.-nya. Unit No. ini ditentukan dengan cara mengatur skrup Mach No. di depan Modul Analog Unit. Skrup Mach No. ini ada 2 buah: satu skrup puluhan (x10) dan satu skrup satuan (x10). Jika ingin membuat modul ini memiliki Unit No. 12, putar skrup puluhan ke angka 1 dan skrup satuan ke angka 2. Selain itu, di IO Table dan Unit Setup pada CX-Programmer juga harus diberi Unit No. yang sama. Ingat,

Unit No. modul ini tidak boleh sama dengan modul lain karena akan bertabrakan pengalamatan memorinya.

Gambar 7 Terminal Modul Analog input (No. Unit)

Pengalamatan nomer modul bisa dilihat pada table berikut: Switch Unit setting Word allocated in Word allocated in

number special I/O unit area in special I/O unit area in CIO Area DM Area D20000 to D20099 D20100 to D20199 D20200 to D20299 D20300 to D20399 D20400 to D20499 D20500 to D20599 to

0 1 2 3 4 5 to n

Unit #0 CIO 2000 to 2009 Unit #1 CIO 2010 to 2019 Unit #2 CIO 2020 to 2029 Unit #3 CIO 2030 to 2039 Unit #4 CIO 2040 to 2049 Unit #5 CIO 2050 to 2059 to To

Unit #n CIO 2000 + (n x 10) to D20000 + (n x 100) to CIO 2000 + (n x 10) + D20000 + (n x 100) + 9 99

Sebagai contoh, modul CJ1W-AD081-V1 mempunyai 8 terminal input. Jadi, jika Unit No. nya 2, maka memori CIO (memori penempatan I/O) berada di alamat CIO 2020 hingga CIO 2027. Memori CIO adalah memori penempatan data input/output pada modul analog. Untuk modul analog input, nilai masukan analog yang terbaca di terminal input disimpan di memori ini setelah dikonversi menjadi data biner 16-bit bertipe signed integer. Sehingga apabila modul CJ1W-AD081-V1 dengan seting Unit No. nya 2, maka data hasil konversinya disimpan pada alamat CIO 2020 sampai CIO 2027. Selain penentuan alamat memori, jenis input yang dibaca juga harus ditentukan (tegangan atau arus). Penentuan ini dilakukan dengan mengubah switch di bagian belakang terminal (gambar di bawah).

Gambar 8 Terminal Modul Analog input (Switch pemilihan input)

Setelah itu input bisa diakses dengan memindahkan datanya dari CIO ke DM dengan menggunakan instruksi MOV pada ladder diagram.

Gambar 9 contoh program pembacaan input analog

Dengan instruksi MOV tadi, data sinyal analog yang berasal dari input terminal 2 dapat dibaca dan diolah.

4.

Analog Output PLC Modul analog output digunakan untuk mengeluarkan sinyal analog dari

PLC. Sinyal analog yang dapat dikeluarkan umumnya berada dalam rentang sinyal-sinyal standard industri seperti 4 20 mA. Sama seperti pada modul analog input, modul analog output juga harus diatur Unit No. nya terlebih dahulu untuk menentukan pengalamatan memorinya. Selain itu, resolusi dan jenis outputnya juga bisa ditentukan (tegangan atau arus). Cara mengeluarkan output analog mirip dengan cara membaca input analog, yakni dengan cara memindahkan atau memasukkan data ke dalam memori CIO, tetapi dengan sedikit perbedaan. Dalam mengeluarkan output analog, setelah memindahkan data ke memori CIO, Conversion Enable Bit harus diset agar output dikonversi ke analog dan dikeluarkan. Misalkan ingin mengeluarkan output analog dari modul CJ1W-DA042-V sebesar 2.5V pada range tegangan 0 5V dengan resolusi 4000 (pengaturan resolusi bisa dilihat pada datasheet). Maka nilai yang dikeluarkan adalah #07D0. Terminal output 2 dan Unit No. 3 (seting Unit No. tidak boleh sama dengan modul lainnya karena akan mengakibatkan pengalamatannya bertabrakan). Sehingga didapatkan alamat CIO 2031.

Gambar 10 contoh program mengeluarkan output analog

Setelah perintah MOV, digunakan perintah SET untuk me-set Conversion Enable Bit. Letak bit ini berada pada alamat CIO 2000 + (10 x n) untuk Unit No. #n.

Gambar 11 alamat bit SET Pada contoh ini, alamat Conversion Enable Bit ada pada CIO 2030 karena Unit No. bernilai 3. Bit yang di-set adalah bit ke-2 sehingga alamat yang di-set adalah CIO 2030.01. Dengan cara yang sama, pengeluaran output analog juga dapat dilakukan pada pin-pin lainnya.

Keunggulan PLC dibanding Sistem Konvensional Salah satu keunggulan PLC dibanding sistem konvensional kontrol panel adalah sebagai berikut : Pada Progammable Logic Controller : 1. Pengawatan lebih sedikit. 2. Perawatan relatif mudah . 3. Pelacakan sistem lebih sedarhana. 4. Konsumsi daya relatif rendah. 5. Dokumentasi gambar lebih sederhana dan lebih mudah dimengerti. 6. Modifikasi sistem lebih sederhana dan cepat. Pada Sistem Konvensional Kontrol Panel: 1. Pengawatan lebih kompleks. 2. Perawatan membutuhkan waktu yang lama. 3. Pelacakan kesalahan membutuhkan waktu yang lama. 4. Konsumsi daya yang relatif tinggi. 5. Dokumentasi gambar lebih banyak. 6. Modifikasi sistem membutuhkan waktu yang lama.

b.

Hal-hal yang dapat dikerjakan oleh PLC

Sebagai kontrol urutan mempunyai fungsi: 1. Pengganti relay kontrol logika konvensional. 2. Pewaktu/pencacah (Timer / counter). 3. Pengganti pengontrol PCB card. 4. Mesin kontrol ( auto / semi auto/manual ). Sebagai kontrol yang canggih mempunyai fungsi: 1. Operasi aritmatika. 2. Penanganan informasi. 3. Kontrol analog ( suhu, tekanan, dan lain-lain ). 4. PID ( Proporsional-Integral-Diferensial). 5. Kontrol motor servo. 6. Kontrol motor stepper. Sebagai kontrol pengawasan mempunyai fungsi: 1. Proses monitor dan alarm. 2. Monitor dan diagnosa kesalahan. 3. Antarmuka dengan komputer (RS- 23C/ RS-422). 4. Antarmuka printer / ASCII. 5. Jaringan kerja otomatisasi pabrik. 6. Local Area Network. 7. Wibe Area Network. 8. FMS (Flexible Manufacturing System), CIM ( Computer Integrated Manufacturing ), FA ( factory automation ).

Anda mungkin juga menyukai