Anda di halaman 1dari 15

GEOGRAFI PERKOTAAN

OLEH : NAMA : FADLI FAHREZA PUTRA NIM/BP : 1101567/2011 PRODI : GEOGRAFI (NK)

JURUSAN GEOGRAFI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013

Perubahan Tata Guna Lahan di Perkotaan


Klasifikasi Penggunaan Lahan

Selaras dengan perkembangan kota dan aktivitas penduduknya maka lahan di kota terpetak-petak sesuai dengan peruntukannya. (Jayadinata, 1999:54)

mengemukakan bahwa tata guna tanah perkotaan menunjukan pembagian dalam ruang dan peran kota. Misalnya kawasan perumahan, kawasan tempat bekerja, kawasan pertokoan dan kawasan rekreasi. Sedangkan menurut (Gallion, Athur,B and Simon Eisner, 1986:27) mengemukakan bahwa penggunaan lahan perkotaan terbagi menjadi 5 kategori, yaitu; (a) lahan pertanian, (b) perdagangan, (c) indsutri, (d) perumahan,dan (e) ruang terbuka.

Sugandhy menggolongkan penggunaan atas suatu lahan menjadi dua golongan (Sugandhy dalam Pangarso 2001:16), yaitu pengunaan lahan kaitannya dengan potensi alamiah, misalnya kesuburannya atau kandungan mineral dibawahnya; dan penggunaan lahan kaitannya dengan penggunaannya sebagai ruang pembangunan, yang secara langsung tidak memanfaatkan potensi alami lahan, tetapi lebih ditentukan oleh adanya hubungan tata ruang denagn penggunaanpenggunaan lain yang telah ada. Keterkaitan antara lahan dengan penggunaanpenggunaan lain diatasnya, menunjukan bahwa terdapat keterkaitan antara lahan dengan manusia.

Sedangkan

menurut

(Webster,

1990:23),

penggunaan

lahan

perkotaan

diklasifikasikan sebagai berikut; (a) lahan permukiman, meliputi perumahan termasuk pekarangan dan lapangan olah raga; (b) lahan jasa, meliputi perkantoran pemerintah dan swasta, sekolahan, puskesmas dan tempat ibadah; (c)

lahan perusahaan, meliputi pasar, toko,kios dan tempat hiburan; dan (d) lahan industri, meliputi pabrik dan percetakan.

Menurut (Winarso, 1995:11), penggunaan lahan diklasifikasikan menjadi; (a) lahan permukiman; (b) lahan perdagangan; (c) lahan pertanian; (d) lahan indsutri; (e) lahan jasa; (f) lahan rekreasi; (g) lahan ibadah dan (i) lahan lainnya. Biro Pusat Statistik (BPS) membuat klasifikasi penggunaan lahan dengan tujuan untuk mengetahui produktivitas lahan (pertanian) sebagai berikut; (a) lahan pertanian yang terdiri dari irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana PU, irigasi non-PU, tadah hujan, tegal/kebun, kolam/empang, lahan tanaman kayu, hutan; dan (b) lahan non pertanian, terdiri dari bangunan dan pekarangan, tanah kering, lain-lain.

Menurut (Chapin 1995:69), penggunaan lahan untuk fasilitas transportasi cenderung mendekati jalur transportasi barang dan orang sehingga dekat dengan jaringan transportasi serta dapat dijangkau dari kawasan permukiman dan tempat berkerja serta fasilitas pendidikan. Sementara fasilitas rekreasi, terutama untuk skala kota atau regional, cenderung menyesuaikan dengan potensi alam seperti pantai, danau, daerah dengan topografi tertentu, atau flora dan fauna tertentu.

Contoh Peta Tata Guna Lahan Perkotaan

Penentu Tata Guna Lahan Penentu dalam tata guna lahan bersifat sosial, ekonomi dan kepentingan umum. Menurut (Boris, 1997:34) mengemukakan bahwa terdapat nilai-nilai sosial dalam hubungan dengan penggunaan lahan, yang dapat berhubungan dengan kebiasaan, sikap moral, pantangan, pengaturan pemerintah, peninggalan kebudayaan, pola tradisional dan sebagainya.

Tingkah laku atau tindakan manusia menunjukan cara bagaimana manusia atau masyarakat bertindak dalam hubungannya dengan nilai-nilai (values) dan cita-cita (ideas) mereka. Nilai-nilai dan cita-cita itu baik yang terungkapkan maupun yang tidak terungkapkan adalah hasil dari pengalaman manusia dalam perekonomian dan kebudayaan tertentu dan dalam keadaan alam tertentu, dan merupakan pelengkap dari naluri-naluri dasar dalam kehidupan manusia. Tingkah laku dan tindakan manusia dalam tata guna lahan disebabkan oleh kebutuhan dan keinginan manusia yang berlaku baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan

ekonomi. Dalam kehidupan sosial, misalnya kemudahan, sangat penting artinya; pengaturan lokasi tempat tinggal, tempat bekerja, dan tempat rekreasi adalah untuk kemudahan itu.

Dalam kehidupan ekonomi, daya guna lahan dan biaya adalah faktor yang sangat penting. Untuk itu dilakukan pengaturan tempat sekolah, tempat hunian dan tempat rekreasi yang ekonomis berhubungan dengan pendapatan perkapita, dan sebagainya. Sementara itu kepentingan umum yang menjadi penentu dalam tata guna lahan meliputi kesehatan, keamanan, moral, dan kesejahteraan umum (termasuk kemudahan, keindahan, kenyamanan) dan sebagainya. Didalam kota harus terdapat pengaturan tentang penyediaan perlengkapan bagi kehidupan sosial keluarga masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, keindahan lingkungan.

Persebaran Lokasi Pemukiman Kota


Kota merupakan tempat berlangsungnya semua kegiatan sehingga diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Akan tetapi, karena adanya ketimpangan antara kebutuhan sarana dan prasarana dengan bertambahnya penduduk maka timbul berbagai masalah sosial, ekonomi, dan budaya.

Dalam membahas pengertian kota, ada beberapa istilah yang berhubungan dengan kota, antara lain sebagai berikut. a. Urban adalah suatu bentuk yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan yang modern. b. City adalah pusat wilayah kota. c. Bown adalah kota kabupaten atau pemerintah kota. d. Bown skip adalah kota kecamatan atau kota kawedanan.

Kota dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berikut. a. Kota wisata, merupakan kawasan pariwisata. b. Kota pelajar, merupakan kota kawasan pelajar karena banyak berdiri sekolahsekolah. c. Kota industri, merupakan daerah kota kawasan industri yang banyak pabrikpabriknya. d. Kota satelit, yaitu kota yang letaknya dekat dengan kota besar, warganya mendapat penghidupan wilayah hukum kota kecil tersebut. e. Kota perdagangan, yaitu kota yang terletak pada kawasan perdagangan. Di Amerika Serikat, kota pusat-pusat perdagangannya disebut CDB (Central Business District), sedangkan di Inggris pusat kota perdagangan disebut Central Area

Adapun pola pemekaran kota dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.

a. Pola Konsensus Pola ini awalnya berasal dari suatu tempat karena makin padat penghuninya lalu berkembang ke daerah tepi atau pinggiran. Perkembangan tersebut sebagai akibat semakin maraknya kegiatan di tempat tersebut. Akhirnya, lokasi awal tersebut menjadi pusat bisnis dan wilayah sekitarnya menjadi wilayah pendukung.

b. Pola Sektoral Pola ini berkembang dari sektor kegiatan yang menjadi bagian dari suatu kota yang akan berkembang. Perkembangan setiap sector tersebut akan membawa dampak terhadap pola keruangan di kota.

c. Pola Pusat Kegiatan Ganda Pola seperti ini berkembang dari kondisi lingkungan yang berbeda. Masingmasing lingkungan berkembang dan menjadi pusat kegiatan. Kota yang berkembang dengan pola seperti ini biasanya kota yang berada di tepi pantai.

Kota sebagai tata ruang harus merupakan lingkungan yang dinamis sehingga membutuhkan daya dukung bagi penghuninya. Oleh sebab itu, timbul sifat-sifat yang berbeda dengan permukiman pedesaan. Sifat-sifat tersebut, antara lain sebagai berikut.

a. Penduduk kota adalah anonim, artinya satu dengan yang lain tidak saling

mengenal. b. Sifat tidak peduli terhadap orang lain.

Persyaratan yang harus dipenuhi bagi kelangsungan kehidupan kota adalah: a) adanya suasana dan rasa aman pada warga kota. b) adanya suasana tertib setiap warga masyarakat sehingga mampu menempatkan dirinya masing-masing; dan c) adanya usaha untuk membina suasana sehat dan bebas dari segala penyakit menular.

Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral dikemukakan oleh Walter Christaller (1933), seorang ahli geografi dari Jerman. Teori ini didasarkan pada lokasi dan pola persebaran permukiman dalam ruang. Dalam suatu ruang kadang ditemukan persebaran pola permukiman desa dan kota yang berbeda ukuran luasnya. Teori pusat pertumbuhan dari Christaller ini diperkuat oleh pendapat August Losch (1945) seorang ahli ekonomi Jerman.

Keduanya berkesimpulan, bahwa cara yang baik untuk menyediakan pelayanan berdasarkan aspek keruangan dengan menempatkan aktivitas yang dimaksud pada hierarki permukiman yang luasnya meningkat dan lokasinya ada pada simpulsimpul jaringan heksagonal. Lokasi ini terdapat pada tempat sentral yang memungkinkan partisipasi manusia dengan jumlah maksimum, baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barangbarang yang dihasilkannya.

Tempat-tempat tersebut diasumsikan sebagai titik simpul dari suatu bentuk geometrik berdiagonal yang memiliki pengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Hubungan antara suatu tempat sentral dengan tempat sentral yang lain di sekitarnya membentuk jaringan sarang lebah seperti yang kamu lihat pada gambar samping.

Menurut Walter Christaller, suatu tempat sentral mempunyai batas-batas pengaruh yang melingkar dan komplementer terhadap tempat sentral tersebut. Daerah atau wilayah yang komplementer ini adalah daerah yang dilayani oleh tempat sentral. Lingkaran batas yang ada pada kawasan pengaruh tempat-tempat sentral itu disebut batas ambang (threshold level).

Konsep dasar dari teori tempat sentral sebagai berikut. 1) Population threshold, yaitu jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk melancarkan dan kesinambungan dari unit pelayanan. 2) Range (jangkauan), yaitu jarak maksimum yang perlu ditempuh penduduk untuk mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkannya dari tempat pusat. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: a) Range selalu lebih besar dibanding daerah tempat population threshold. b) Inner limit (batas dalam) adalah batas wilayah yang didiami population threshold. c) Outer limit (batas luar) adalah batas wilayah yang mendapatkan pelayanan terbaik, sehingga di luar batas itu penduduk akan mencari atau pergi ke pusat lain.

Agar kamu lebih jelas, coba perhatikan gambar di bawah.

Tempat sentral memiliki batas-batas pengaruh. Batasbatas itu melingkar dan komplementer dengan tempat sentral tersebut. Suatu tempat sentral dapat berupa kota-kota besar, pusat perbelanjaan, rumah sakit, ibu kota provinsi, dan kota kabupaten. Masing-masing tempat sentral tersebut menarik penduduk yang tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda-beda.

Teori Walter Christaller dapat diterapkan secara baik di suatu wilayah dengan syarat-syarat sebagai berikut. 1) Topografi dari wilayah tersebut relatif seragam, sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lainnya dalam hubungannya dengan jalur angkutan. 2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogeny dan tidak memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu, atau batu bara.

Tiga asas tempat sentral menurut Christaller sebagai berikut.

a. Tempat Sentral Menurut Asas Pasar (K3) Merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang responsif terhadap ketersediaan barang dan jasa atau sering disebut dengan kasus pasar optimal. Para konsumen di tempat-tempat yang lebih kecil terbagi menjadi tiga kelompok yang sama besarnya, jika berbelanja ke tiga tempat lebih besar yang letaknya terdekat.

b. Tempat Sentral Menurut Asas Transportasi (K4) Tempat sentral memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien kepada daerah sekitarnya. Para konsumen di tempat-tempat yang lebih kecil terbagi menjadi dua kelompok yang sama, jika berbelanja ke dua tempat lebih besar yang terdekat.

c. Tempat Sentral Menurut Administrasi (K7) Tempat sentral ini memengaruhi seluruh bagian wilayah sekitarnya dan wilayah itu sendiri. Pembangunan tempat sentral ini tidak berorientasi pada sektor ekonomi, tetapi pada sektor sosial dan politik. Contohnya kota pusat pemerintah. Para konsumen di tempat-tempat yang lebih kecil berbelanja ke tempat-tempat yang lebih besar yang letaknya terdekat.

Urbanisasi
Beberapa definisi Urbanisasi 1. Urbanisasi adalah suatu proses pembengkakan atau penggelembungan kota yang disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk. 2. Urbanisasi adalah suatu proses bertambahnya jumlah kota pada suatu wilayah yang disebabkan oleh perkembangan sosial, ekonomi, dan teknologi. 3. Urbanisasi adalah suatu proses berubahnya kehidupan pedesaan menjadi suasana perkotaan. 4. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang sifatnya menetap.

Faktor penyebab urbanisasi A. Faktor daya tarik (Pull Faktors) Lapangan pekerjaan di kota lebih beragam, Fasilitas sosial di kota lebi memadahi, Kota berpotensi sebagai sebagai tempat pemasaran, Tingkat upah di kota tinggi, Kota merupakan tempat yang lebih menguntungkan untuk mengembangkan jiwa dan pengetahuan B. Faktor pendorong (Push Factor) Menyempitnya lapangan pekerjaan di sector pertanian, Pemilihan lahan pertanian semakin sulit dan sempit, Alasan pendidikan, Kurangnya fasilitas social, Tingkat upah relative rendah, Tekanan adat-istiadat

Dampak Urbanisasi Kota 1. Kepadatan penduduk tinggi 2. Kurang tenaga kerja 3. Tingkat kriminalitas tinggi 4. Terhambatnya pembangunan desa 5. Bertambahnya jumlah pengangguran 6. Menurunnya produktivitas pertanian 7. Terdapat SLUM 8. Menuurnnya produktivitas pertanian 9. sering terjadi kemacetan lalu-lintas

Upaya Penanggulangan Masalah Urbanisasi

1. Mengembangkan industri kecil dan industri rumah tangga di desa 2. Melancarkan program KB baik di desa maupun di kota 3. Memperlancar pembangunan di bidang transportasi dan komunikasi antar kota-desa 4. Pembangunan perumahan rakyat di pinggiran kota

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN Faktor yang mempengaruhi perkembangan kota Faktor Alamiah : Lokasi, Fisiografi, Kekayaan alam Faktor Sosial : Penduduk, Kebijaksanaan pemerintah, Faktor Kebijaksanaan Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai