Anda di halaman 1dari 3

Artikel 10E mendiskusikan mengenai kerangka konseptual yang berkaitan dengan definisi dan perbedaan antara instrumen ekuitas

dan kewajiban. Isu mengenai ketidakjelasan atau ketidakpastian definisi instrumen ekuitas dimana ekuitas (claim) tersebut dapat mempengaruhi arus kas masa depan bagi investor dan adanya ketidakkonsistenan dalam hal perbedaan definisi dari instrumen ekuitas dan kewajiban. Isu yang lain mengenai artikel ini adalah standar yang telah diterapkan memiliki pengecualian terhadap definisi kewajiban namun pengecualian tersebut sangat komplek sehingga menyebabkan kesulitan dalam pemahaman dan penerapannya. Akibat dari kesulitan dalam pemahaman dan penerapannya adalah menciptakan peluang-peluang bagi manajer untuk melakukan penyimpangan. Pandangan awal dari IASB atas artikel ini adalah sebagai berikut: a. Kerangka Konseptual harus mempertahankan definisi yang ada atas ekuitas seperti hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban. b. Pada setiap akhir periode pelaporan dilakukan pengukuran kembali atas masing-masing klaim ekuitas baik pengukuran kembali maupun realokasi total ekuitas. c. Suatu entitas harus mengakui pengukuran yang terbaru pada laporan perubahan ekuitas sebagai pemindahan kekayaan antar kelas klaim ekuitas. d. Kewajiban untuk menerbitkan instrumen ekuitas bukan merupakan kewajiban. e. Kewajiban yang akan timbul pada likuidasi perusahaan pelapor bukan merupakan kewajiban. Artikel ini mengusulkan bahwa suatu entitas harus menyediakan sebagai berikut: a. Informasi untuk membantu investor menilai jumlah waktu dan ketidakpastian arus kas bersih masa depan entitas dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laba rugi komprehensif, laporan arus kas, dan dalam catatan atas laporan keuangan. b. Informasi klaim dari pemegang hak ekuitas mengenai arus kas bersih dalam laporan perubahan ekuitas. Pernyataan tersebut harus sesuai dengan catatan yang terkait dan harus dirancang dengan cara yang memungkinkan pemegang ekuitas dapat memahami yaitu sebagai berikut: i. Klaim dari para pemegang hak ekuitas peringkat yang lebih tinggi (pemegang ekuitas dengan klaim pertama pada total ekuitas entitas). ii. Perubahan selama periode efek klaim tersebut.

Sebagian besar pembahasan dalam bagian ini telah difokuskan pada ekuitas klaim yang mengakibatkan kewajiban untuk menyampaikan instrumen ekuitas namun pertimbangan serupa berlaku untuk hak entitas dalam mengklaim pengiriman efek bersifat ekuitas, seperti sebuah call option saat pembelian saham sendiri atau pengajuan pembelian kembali sahamnya sendiri. Dalam artikel ini IASB masih berusaha untuk mendefinisikan kewajiban dan ekuitas dengan lebih baik. Banyaknya perdebatan atas kewajiban dan ekuitas mengakibatkan kesulitan interprentasi atas standar IFRS ini. IASB sudah banyak berusaha untuk menyamakan maksud dari definisi ekuitas namun hasil yang didapatkan belum memuaskan. IASB

Artikel 10F mendiskusikan isu mengenai perubahan pengukuran (measurement) yang tercantum dalam kerangka konseptual (Conceptual Framework). Hal ini disebabkan oleh kerangka konseptual yang ada belum memberikan panduan yang memadai atas metode pengukuran. IASB menganggap bahwa metode pengukuran seharusnya dapat berkontribusi dalam menghasilkan informasi relevan mengenai aset, kewajiban, pendapatan, dan seberapa efektif dan efisien manajer dalam menggunakan sumber daya perusahaan serta manajer dapat bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dalam penggunaan sumber daya perusahaan. Dalam artikel ini, IASB mengusulkan tiga prinsip yang dapat dimasukkan kedalam kerangka konseptual yaitu sebagai berikut: a. Prinsip 1 : Relevansi informasi yang dihasilkan oleh metode pengukuran tertentu tergantung pada bagaimana hal itu mempengaruhi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, pendapatan komprehensif, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Dalam proses ini manajer harus menghasilkan informasi keuangan yang relevan dan tepat waktu dikarenakan pengambilan informasi diwaktu yang tidak tepat dapat menghasilkan informasi yang tidak atau kurang relevan. b. Prinsip 2 : Biaya pengukuran tertentu harus benar dan lengkap dikarenakan penggunaan pelaporan keuangan sebagai informasi bagi investor yang ada dan potensial, kreditur dan kreditur lainnya dalam mengambil keputusan. Dalam prinsip ini banyaknya biaya-biaya yang dimasukkan dalam pengukuran atas dasar perkiraan sehingga menyebabkan penurunan relevansi. Besarnya biaya perkiraan yang dicantumkan oleh manajer juga dapat menghasilkan perusahaan menghasilkan informasi yang tidak relevan bagi penggunanya. c. Prinsip 3 : Jumlah kejadian atas perbedaan pengukuran yang terjadi harus minimum agar menghasilkan informasi yang relevan. Dalam prinsip ini manajer diharapkan dapat menghindari perubahan pemilihan metode pengukuran yang tidak diperlukan perusahaan dan manajer diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan. IASB percaya bahwa metode pengukuran yang paling relevan akan tergantung pada : a. Cara yang digunakan aset untuk dapat menghasilkan arus kas (kas) masa depan b. Bagaimana entitas akan memenuhi atau menggolongkan kewajiban

Anda mungkin juga menyukai