Anda di halaman 1dari 15

RHINITIS ALERGIKA A.

DEFINISI Rinitis Alergika secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung, terjadi setelah paparan alergen melalui peradangan mukosa hidung yang diperantarai IgE. Respons hidung terhadap stimuli dari luar diperankan pertama-tama oleh mukosa kemudian baru oleh bentuk anatomi tulang. Fungsi utama hidung adalah untuk saluran udara, penciuman, humidifikasi udara yang dihirup, melindungi saluran napas bawah dengan cara filtrasi partikel, transport oleh silia mukosa, mikrobisidal, anti irus, imunologik, dan resonan suara. Reaksi mukosa hidung akan menimbulkan gejala obstruksi aliran udara, sekresi, bersin, dan rasa gatal. !ila tidak terdapat deformitas tulang hidung maka sumbatan hidung disebabkan oleh pembengkakan mukosa dan sekret yang kental. "enelitian epidemiologik memperlihatkan bahwa penyakit alergi dapat diobser asi mulai dari waktu lahir sampai kematian. #esuai dengan umur penderita, dapat dibedakan penampakan dan lokalisasi jenis alergi. B. KLASIFIKASI !erdasarkan waktunya, ada $ golongan rhinitis alergi % #easonal allergic rhinitis &#AR' terjadi pada waktu yang sama setiap tahunnya musim bunga, banyak serbuk sari beterbangan "errenial allergic rhinitis &"AR' terjadi setiap saat dalam setahun penyebab utama% debu, animal dander, jamur, kecoa (ccupational allergic rhinitis terkait dengan pekerjaan

Klasifikasi rhinitis alergi menurut guideline ARIA !""#$

). %AT&FISI&L&GI *ejala rinitis alergik dapat dicetuskan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah pajanan udara dingin, debu, uap, bau cat, polusi udara, tinta cetak, bau masakan, bubuk detergen, serta bau minuman beralkohol. +mumnya faktor pencetus ini berupa iritan non spesifik. Alergen penyebab pada bayi dan anak sering disebabkan oleh makanan alergen ingestan, sedangkan alergen inhalan lebih berperan dengan bertambahnya usia. ,anifestasi klinis reaksi hipersensiti itas tipe I pada telinga, hidung dan tenggorok anak menjelang usia - tahun jarang ditemukan. *ejala rinitis alergika dapat dicetuskan oleh beberapa faktor % Alergen, Alergen hirupan merupakan alergen terbanyak penyebab serangan gejala rinitis alergika. .ungau debu rumah, bulu hewan, dan tepung sari merupakan alergen hirupan utama penyebab rinitis alergika dengan bertambahnya usia, sedang pada bayi dan balita, makanan masih merupakan penyebab yang penting. Polutan, Fakta epidemiologi menunjukkan bahwa polutan memperberat rinitis. "olusi dalam ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan
2

di luar termasuk gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida. ,ekanisme terjadinya rinitis oleh polutan akhir-akhir ini telah diketahui lebih jelas. Aspirin, Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid dapat mencetuskan rinitis alergika pada penderita tertentu. ,anifestasi alergi pada hidung paling sering terjadi dibandingkan dengan organ lain, karena fungsi hidung sebagai penyaring partikel dan alergen hirup untuk melindungi saluran pernapasan bagian bawah. "artikel yang terjaring di hidung akan dibersihkan oleh sistem mukosilia. /istamin merupakan mediator penting pada gejala alergi di hidung. /al ini berbeda dengan alergi saluran napas bagian bawah &lihat bab tentang asma bronkial dan reaksi hipersensiti itas'. /istamin bekerja langsung pada reseptor histamin selular, dan secara tidak langsung melalui refleks yang berperan pada bersin dan hipersekresi. ,elalui sistem saraf otonom, histamin menimbulkan gejala bersin dan gatal, serta asodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler yang menimbulkan gejala beringus encer &watery rhinorrhoe' dan edema lokal. Reaksi ini timbul segera setelah beberapa menit pasca pajanan alergen. Refleks bersin dan hipersekresi sebetulnya adalah refleks fisiologik yang berfungsi protektif terhadap antigen yang masuk melalui hidung. Iritasi sedikit saja pada daerah mukosa dapat seketika menimbulkan respons hebat di seluruh mukosa hidung. Newly formed mediator adalah mediator yang dilepas setelah terlepasnya histamin, misalnya leukotrien &0.!-, 0.)-', prostaglandin &"*12', dan "AF. Efek mediator ini menyebabkan asodilatasi dan meningkatnya permeabilitas askular sehingga menyebabkan gejala hidung tersumbat &nasal blockage', meningkatnya sekresi kelenjar sehingga menimbulkan gejala beringus kental &mucous rhinorrhoe'. 3urang lebih 456 rinitis alergik merupakan manifestasi reaksi hipersensiti itas tipe I fase lambat. *ejala baru timbul setelah --7 jam pasca pajanan alergen akibat reaksi inflamasi jaringan yang berkepanjangan. "rostaglandin &"*12' banyak terdapat di sekret hidung ketika terjadi fase cepat, tetapi tidak terdapat pada
3

fase lambat, karena mediator ini banyak dihasilkan oleh sel mast. Fase cepat diperankan oleh sel mast dan basofil, sedangkan fase lambat lebih diperankan oleh basofil. *ejala rinitis alergik fase lambat seperti hidung tersumbat, kurangnya penciuman, dan hiperreakti itas lebih diperankan oleh eosinofil. ,ekanisme eosinofilia lokal pada hidung masih belum sepenuhnya dimengerti. !eberapa teori mekanisme terjadinya eosinofilia antara lain teori meningkatnya kemotaksis, ekspresi molekul adhesi atau bertambah lamanya hidup eosinofil dalam jaringan. #ejumlah mediator peptida &sitokin' berperan dalam proses terjadinya eosinofilia. #itokin biasanya diproduksi oleh limfosit ., tapi dapat juga oleh sel mast, basofil, makrofag, dan epitel. I0-- berperan merangsang sel limfosit ! melakukan isotype switch untuk memproduksi IgE, di samping berperan juga meningkatkan ekspresi molekul adhesi pada epitel askuler &8)A,-9' yang secara selektif mendatangkan eosinofil ke jaringan. I0-$ berperan merangsang pematangan sel mast. I0-4 berperan secara selektif untuk diferensiasi dan pematangan eosinofil dalam sumsum tulang, mengaktifkan eosinofil untuk melepaskan mediator, dan memperlama hidup eosinofil dalam jaringan. Akibat meningkatnya eosinofil dalam jaringan maka terjadilah proses yang berkepanjangan dengan keluhan hidung tersumbat, hilangnya penciuman, dan hiperreakti itas hidung. #ecara klasik rinitis alergika dianggap sebagai inflamasi nasal yang terjadi dengan perantaraan IgE. "ada pemeriksaan patologi, ditemukan infiltrat inflamasi yang terdiri atas berbagai macam sel. "ada rinitis alergika selain granulosit, perubahan kualitatif monosit merupakan hal penting dan ternyata IgE rupanya tidak saja diproduksi lokal pada mukosa hidung. .etapi terjadi respons selular yang meliputi% kemotaksis, pergerakan selektif dan migrasi sel-sel transendotel. "elepasan sitokin dan kemokin antara lain I0-:, I0-9$, eota;in dan RA<.E# berpengaruh pada penarikan sel-sel radang yang selanjutnya menyebabkan inflamasi alergi. Akti asi dan deferensiasi bermacam-macam tipe sel termasuk% eosinofil, sel )1-=., sel mast, dan sel epitel. Alergen menginduksi #el .h-2, selanjutnya terjadi peningkatan ekspresi sitokin termasuk di dalamnya adalah I0-$, I0--, I0-4, I0->, I04

95 yang merangsang IgE, dan sel ,ast. #elanjutnya sel ,ast menghasilkan I0--, I04, I0-7, dan tryptase pada epitel. ,ediator dan sitokin akan mengadakan upregulasi I)A,-9. 3hemoattractant I0-4 dan RA<.E# menyebabkan infiltrasi eosinofil, basofil, sel .h-2, dan sel ,ast. "erpanjangan masa hidup sel terutama dipengaruhi oleh I0-4. "elepasan mediator oleh sel-sel yang diaktifkan, di antaranya histamin dan cystenil-leukotrien yang merupakan mediator utama dalam rinitis alergika menyebabkan gejala rinorea, gatal, dan buntu. "enyusupan eosinofil menyebabkan kerusakan mukosa sehingga memungkinkan terjadinya iritasi langsung polutan dan alergen pada syaraf parasimpatik, bersama mediator Eosinophil Derivative Neurotoxin &E1<' dan histamin menyebabkan gejala bersin. .erdapat hubungan antara system imun dan sumsum tulang. Fakta ini membuktikan bahwa epitel mukosa hidung memproduksi Stem Cell Factor &#)F' dan berperan dalam atraksi, proliferasi, dan akti asi sel ,ast dalam inflamasi alergi pada mukosa hidung. /ipereakti itas nasal merupakan akibat dari respons imun di atas, merupakan tanda penting rinitis alergika. D. TANDA DAN GE'ALA KLINIS ,anifestasi utama adalah rinorea, gatal hidung, bersin-bersin dan sumbatan hidung. "embagian rinitis alergika sebelum ini menggunakan kriteria waktu pajanan menjadi rinitis musiman &seasonal allergic rhinitis', sepanjang tahun perenial allergic rhinitis', dan akibat kerja &occupational allergic rhinitis'. *ejala rinitis sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. .anda-tanda fisik yang sering ditemui juga meliputi perkembangan wajah yang abnormal, maloklusi gigi, allergic gape &mulut selalu terbuka agar bisa bernafas', allergic shiners &kulit berwarna kehitaman dibawah kelopak mata bawah', lipatan tran ersal pada hidung &transverse nasal crease', edema konjungti a, mata gatal dan kemerahan. "emeriksaan rongga hidung dengan spekulum sering didapatkan sekret hidung jernih, membrane mukosa edema, basah dan kebiru-biruan &boggy and bluish'.

"ada anak kualitas hidup yang dipengaruhi antara lain kesulitan belajar dan masalah sekolah, kesulitan integrasi dengan teman sebaya, kecemasan, dan disfungsi keluarga. 3ualitas hidup ini akan diperburuk dengan adanya ko-morbiditas. "engobatan rinitis juga mempengaruhi kualitas hidup baik positif maupun negatif. #edatif antihistamin memperburuk kualitas hidup, sedangkan non sedatif antihistamin berpengaruh positif terhadap kualitas hidup. "embagian lain yang lebih banyak diterima adalah dengan menggunakan parameter gejala dan kualitas hidup, menjadi intermiten ringan-sedang-berat, dan persisten ringan-sedang-berat. ,anifestasi klinis rinitis alergik baru ditemukan pada anak berusia di atas --4 tahun dan insidensnya akan meningkat secara progresif dan akan mencapai 95-946 pada usia dewasa. ,anifestasi gejala klinis rinitis alergik yang khas ditemukan pada orang dewasa dan dewasa muda. "ada anak manifestasi alergi dapat berupa rinosinusitis berulang, adenoiditis, otitis media, dan tonsilitis. #esuai dengan patogenesisnya, gejala rinitis alergik dapat berupa rasa gatal di hidung dan mata, bersin, sekresi hidung, hidung tersumbat, dan bernapas melalui mulut. #ekret hidung dapat keluar melalui lubang hidung atau berupa post nasal drip yang ditelan. /idung tersumbat dapat terjadi bilateral, unilateral atau bergantian. *ejala bernapas melalui mulut sering terjadi pada malam hari yang dapat menimbulkan gejala tenggorokan kering, mengorok, gangguan tidur, serta gejala kelelahan pada siang hari. *ejala lain dapat berupa suara sengau, gangguan penciuman dan pengecapan, dan gejala sinusitis. *ejala kombinasi bersin, ingusan, serta hidung tersumbat adalah gejala yang paling dirasakan mengganggu dan menjengkelkan. Anak yang menderita rinitis alergik kronik dapat mempunyai bentuk wajah yang khas. #ering didapatkan warna gelap &dark circle atau shiners' serta bengkak &bags' di bawah mata. !ila terdapat gejala hidung tersumbat yang berat pada anak, sering terlihat mulut selalu terbuka yang disebut sebagai adenoid face. 3eadaan ini memudahkan timbulnya gejala lengkung palatum yang tinggi, overbite serta maloklusi. Anak yang sering menggosok hidung karena rasa gatal menunjukkan tanda yang disebut allergic salute.
6

,enurut saat timbulnya, maka rinitis alergik dapat dibagi menjadi rinitis alergik intermiten &seasonal!acute!occasional allergic rhinitis' dan rinitis alergik persisten &perennial!chronic!long duration rhinitis'. #. Rinitis alergik intermiten Rinitis alergik intermiten mempunyai gejala yang hilang timbul, yang hanya berlangsung selama kurang dari - hari dalam seminggu atau kurang dari empat minggu. Rinitis alergik musiman yang sering juga disebut hay fever disebabkan oleh alergi terhadap serbuk bunga &pollen', biasanya terdapat di negara dengan - musim. .erdapat $ kelompok alergen serbuk bunga yaitu% tree" grass serta weed yang tiap kelompok ini berturut-turut terdapat pada musim semi, musim panas dan musim gugur. "enyakit ini sering terjadi yaitu pada sekitar 956 populasi, biasanya mulai masa anak dan paling sering pada dewasa muda yang meningkat sesuai bertambahnya umur dan menjadi masalah pada usia tua. *ejala berupa rasa gatal pada mata, hidung dan tenggorokan disertai bersin berulang, ingus encer dan hidung tersumbat. *ejala asma dapat terjadi pada puncak musim. *ejala ini akan memburuk pada keadaan udara kering, sinar matahari, serta di daerah pedesaan. !. Rinitis alergik persisten Rinitis alergik persisten mempunyai gejala yang berlangsung lebih dari - hari dalam seminggu dan lebih dari - minggu. *ejala rinitis alergik ini dapat terjadi sepanjang tahun, penyebabnya terkadang sama dengan rinitis non alergik. *ejalanya sering timbul, akan tetapi hanya sekitar 2-- 6 populasi yang mengalami gejala yang berarti. Rinitis alergik biasanya mulai timbul pada masa anak, sedangkan rinitis non alergik pada usia dewasa. Alergi terhadap tungau debu rumah merupakan penyebab yang penting, sedangkan jamur sering pada pasien yang disertai gejala asma dan kadang alergi terhadap bulu binatang. Alergen makanan juga dapat menimbulkan rinitis tetapi masih merupakan kontro ersi. "ada orang dewasa sebagian besar tidak diketahui sebabnya.
7

*ejala rinitis persisten hampir sama dengan gejala hay fever tetapi gejala gatal kurang, yang mencolok adalah gejala hidung tersumbat. #emua penderita dengan gejala menahun dapat bereaksi terhadap stimulus nonspesifik dan iritan. #edangkan klasifikasi rinitis alergik yang baru menurut ARIA terdapat dua jenis sesuai dengan derajat beratnya penyakit. Rinitis alergik dibagi menjadi rinitis alergik ringan &mild' dan rinitis alergik sedang-berat &moderate!severe'. "ada rinitis alergik ringan, pasien dapat melakukan akti itas sehari-harinya &seperti bersekolah, bekerja, berolahraga' dengan baik, tidur tidak terganggu, dan tidak ada gejala yang berat. #ebaliknya pada rinitis alergik sedang-berat, akti itas sehari-hari pasien tidak dapat berjalan dengan baik, tidur terganggu, dan terdapat gejala yang berat. E. DIAGN&SA 1iagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji laboratorium. 3eluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika. "emeriksaan fisik meliputi gejala utama dan gejala minor. +ji laboratorium yang penting adalah pemeriksaan in i o dengan uji kulit goresan, IgE total, IgE spesifik, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. +ji "ro okasi nasal masih terbatas pada bidang penelitian. Riwayat atopi dalam keluarga merupakan faktor predisposisi rinitis alergik yang terpenting pada anak. "ada anak terdapat tanda karakteristik pada muka seperti allergic salute" allergic crease" Dennie#s line" allergic shiner dan allergic face seperti telah diuraikan di atas, namun demikian tidak satu pun yang patognomonik. "emeriksaan ./. dapat dilakukan dengan menggunakan rinoskopi kaku atau fleksibel, sekaligus juga dapat menyingkirkan kelainan seperti infeksi, polip nasal atau tumor. "ada rinitis alergik ditemukan tanda klasik yaitu mukosa edema dan pucat kebiruan dengan ingus encer. .anda ini hanya ditemukan pada pasien yang sedang
8

dalam serangan. .anda lain yang mungkin ditemukan adalah otitis media serosa atau hipertrofi adenoid. ,eskipun tes kulit dapat dilakukan pada semua anak tetapi tes kulit kurang bermakna pada anak berusia di bawah $ tahun. Alergen penyebab yang sering adalah inhalan seperti tungau debu rumah, jamur, debu rumah, dan serpihan binatang piaraan, walaupun alergen makanan juga dapat sebagai penyebab terutama pada bayi. #usu sapi sering menjadi penyebab walaupun uji kulit sering hasilnya negatif. +ji pro okasi hidung jarang dilakukan pada anak karena pemeriksaan ini tidak menyenangkan. "emeriksaan sekret hidung dilakukan untuk mendapatkan sel eosinofil yang meningkat ?$6 kecuali pada saat infeksi sekunder maka sel neutrofil segmen akan lebih dominan. *ambaran sitologi sekret hidung yang memperlihatkan banyak sel basofil, eosinofil, juga terdapat pada rinitis eosinofilia nonalergik dan mastositosis hidung primer. F. DIAGN&SA BANDING Rinitis alergika harus dibedakan dengan % 9. Rinitis asomotorik 2. Rinitis bakterial $. Rinitis irus *. K&(%LIKASI #inusitis kronis &tersering' "oliposis nasal #inusitis dengan trias asma &asma, sinusitis dengan poliposis nasal dan sensiti e terhadap aspirin' Asma (bstruksi tuba Eustachian dan efusi telingah bagian tengah
9

/ipertyopi tonsil dan adenoid *angguan kognitif

H. %ENATALAKSANAAN "enatalaksanaan rinitis alergika meliputi edukasi, penghindaran alergen, farmakoterapi dan imunoterapi. Inter ensi tunggal mungkin tidak cukup dalam penatalaksanaan rinitis alergika, penghindaran alergen hendaknya merupakan bagian terpadu dari strategi penatalaksanaan, terutama bila alergen penyebab dapat diidentifikasi. Edukasi sebaiknya selalu diberikan berkenaan dengan penyakit yang kronis, yang berdasarkan kelainan atopi, pengobatan memerlukan waktu yang lama dan pendidikan penggunaan obat harus benar terutama jika harus menggunakan kortikosteroid hirupan atau semprotan. Imunoterapi sangat efektif bila penyebabnya adalah alergen hirupan. Farmakoterapi hendaknya mempertimbangkan keamanan obat, efektifitas, dan kemudahan pemberian. Farmakoterapi masih merupakan andalan utama sehubungan dengan kronisitas penyakit. .abel $ menunjukkan obatobat yang biasanya dipakai baik tunggal maupun dalam kombinasi. 3ombinasi yang sering dipakai adalah antihistamin /9 dengan dekongestan. "emilihan obat-obatan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain% 9. (bat-obat yang tidak memiliki efek jangka panjang. 2. .idak menimbulkan takifilaksis. $. !eberapa studi menemukan efektifitas kortikosteroid intranasal. ,eskipun demikian pilihan terapi harus dipertimbangkan dengan kriteria yang lain. -. 3ortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan dengan adanya efek samping sistemik. 4. @enis obat dan efek terapetik. @enis obat !ersin Rinorea !untu *atal hidung 3eluhan mata
10

Antihistamin /9(ralIntranasal ==== ==== Intraokuler 5 3ortikosteroid intranasal === 3romolinIntranasalIntraokuler =5 1ekongestanIntranasal(ral 55 Antikolinergik 5 Antilekotrien > 5 === => 55 == =

==

=====

==5 === == 5== 55 5 ==

5 5 === == =5 =5 ==== 55 5 5 == 5

"enatalaksanaan rinitis alergik pada anak terutama dilakukan dengan penghindaran alergen penyebab dan kontrol lingkungan. ,edikamentosa diberikan bila perlu, dengan antihistamin oral sebagai obat pilihan utama. Imunoterapi pada anak diberikan secara selektif dengan tujuan pencegahan. @enis-jenis terapi medikamentosa akan diuraikan di bawah ini% Antihistamin-/9 oral Antihistamin-/9 oral bekerja dengan memblok reseptor /9 sehingga mempunyai akti itas anti alergi. (bat ini tidak menyebabkan takifilaksis. Antihistamin-/9 oral dibagi menjadi generasi pertama dan kedua. *enerasi pertama antara lain klorfeniramin dan difenhidramin, sedangkan generasi kedua yaitu setiriAinBle osetiriAin dan loratadinBdesloratadin. *enerasi terbaru antihistamin-/9 oral dianggap lebih baik karena mempunyai rasio efektifitasBkeamanan dan farmakokinetik yang baik, dapat diminum sekali sehari, serta bekerja cepat &kurang dari 9 jam' dalam mengurangi gejala hidung dan mata, namun obat generasi terbaru ini kurang efektif dalam mengatasi kongesti hidung. Efek samping antihistamin-/9 generasi pertama yaitu sedasi dan efek antikolinergik. #edangkan antihistamin-/9 generasi kedua sebagian besar tidak menimbulkan sedasi, serta tidak mempunyai efek antikolinergik atau kardiotoksisitas. Antihistamin-/9 lokal Antihistamin-/9 lokal &misalnya aAelastin dan le okobastin' juga bekerja dengan memblok reseptor /9. AAelastin mempunyai beberapa akti itas anti alergik. Antihistamin-/9 lokal bekerja sangat cepat &kurang dari $5 menit'
11

dalam mengatasi gejala hidung atau mata. Efek samping obat ini relatif ringan. AAelastin memberikan rasa pahit pada sebagian pasien. 3ortikosteroid intranasal 3ortikosteroid hiperreakti itas dan intranasal inflamasi &misalnya nasal. beklometason, ini budesonid, terapi flunisolid, flutikason, mometason, dan triamsinolon' dapat mengurangi (bat merupakan medikamentosa yang paling efektif bagi rinitis alergik dan efektif terhadap kongesti hidung. Efeknya akan terlihat setelah 7-92 jam, dan efek maksimal terlihat setelah beberapa hari. 3ortikosteroid topikal hidung pada anak masih banyak dipertentangkan karena efek sistemik pemakaian lama dan efek lokal obat ini. <amun belum ada laporan tentang efek samping setelah pemberian kortikosteroid topikal hidung jangka panjang. 1osis steroid topikal hidung dapat diberikan dengan dosis setengah dewasa dan dianjurkan sekali sehari pada waktu pagi hari. (bat ini diberikan pada kasus rinitis alergik dengan keluhan hidung tersumbat yang menonjol. 3ortikosteroid oralBI, 3ortikosteroid oralBI, &misalnya deksametason, hidrokortison, metilprednisolon, prednisolon, prednison, triamsinolon, dan betametason' poten untuk mengurangi inflamasi dan hiperreakti itas nasal. "emberian jangka pendek mungkin diperlukan. @ika memungkinkan, kortikosteroid intranasal digunakan untuk menggantikan pemakaian kortikosteroid oralBI,. Efek samping lokal obat ini cukup ringan, dan efek samping sistemik mempunyai batas yang luas. "emberian kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan untuk rinitis alergik pada anak. "ada anak kecil perlu dipertimbangkan pemakaian kombinasi obat intranasal dan inhalasi. 3romon lokal &Clocal chromonesD' 3romon lokal &local chromones', seperti kromoglikat dan nedokromil, mekanisme kerjanya belum banyak diketahui. 3romon intraokular sangat

12

efektif, sedangkan kromon intranasal kurang efektif dan masa kerjanya singkat. Efek samping lokal obat ini ringan dan tingkat keamanannya baik. (bat semprot hidung natrium kromoglikat sebagai stabilisator sel mast dapat diberikan pada anak yang kooperatif. (bat ini biasanya diberikan - kali sehari dan sampai saat ini tidak dijumpai efek samping. 1ekongestan oral 1ekongestan oral seperti efedrin, fenilefrin, dan pseudoefedrin, merupakan obat simpatomimetik yang dapat mengurangi gejala kongesti hidung. "enggunaan obat ini pada pasien dengan penyakit jantung harus berhati-hati. Efek samping obat ini antara lain hipertensi, berdebar-debar, gelisah, agitasi, tremor, insomnia, sakit kepala, kekeringan membran mukosa, retensi urin, dan eksaserbasi glaukoma atau tirotoksikosis. 1ekongestan oral dapat diberikan dengan perhatian terhadap efek sentral. "ada kombinasi dengan antihistamin-/9 oral efektifitasnya dapat meningkat, namun efek samping juga bertambah. 1ekongestan intranasal 1ekongestan intranasal &misalnya epinefrin, naftaAolin, oksimetaAolin, dan ;ilometaAolin' juga merupakan obat simpatomimetik yang dapat mengurangi gejala kongesti hidung. (bat ini bekerja lebih cepat dan efektif daripada dekongestan oral. "enggunaannya harus dibatasi kurang dari 95 hari untuk mencegah terjadinya rinitis medikamentosa. Efek sampingnya sama seperti sediaan oral tetapi lebih ringan. "emberian asokonstriktor topikal tidak dianjurkan untuk rinitis alergik pada anak di bawah usia l tahun karena batas antara dosis terapi dengan dosis toksis yang sempit. "ada dosis toksik akan terjadi gangguan kardio askular dan sistem saraf pusat. Antikolinergik intranasal

13

Antikolinergik intranasal &misalnya ipratropium' dapat menghilangkan gejala beringus &rhinorrhea' baik pada pasien alergik maupun non alergik. Efek samping lokalnya ringan dan tidak terdapat efek antikolinergik sistemik. Ipratropium bromida diberikan untuk rinitis alergik pada anak dengan keluhan hidung beringus yang menonjol. Anti-leukotrien Anti-leukotrien, seperti montelukast, pranlukast dan Aafirlukast, akan memblok reseptor )yst0., dan merupakan obat yang menjanjikan baik dipakai sendiri ataupun dalam kombinasi dengan antihistamin-/9 oral, namun masih diperlukan banyak data mengenai obat-obat ini. Efek sampingnya dapat ditoleransi tubuh dengan baik. @enis obat yang sering digunakan % $romolin" obat semprot mengandung kromolin 4,2 mgBdosis diberikan $-kaliBhari Setiri%in" dosis pemberian sesuai usia anak adalah% 2-4 tahun% 2.4 mgBdosis,9 kaliBhariE ? 7 tahun % 4-95 mgBdosis,9 kaliBhari. &oratadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah% 2F4 tahun% 2.4 mgBdosis,9 kaliBhariE ? 7 tahun % 95 mgBdosis, 9 kaliBhari. Feksofenadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah % 7-99 tahun% $5 mgBhari, 2 kaliBhariE ? 92 tahun % 75 mgBhari, 2 kaliBhari atau 9:5mgBhari, kaliBhari. '%elastine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah% 4F99 tahun % 9 semprotan 2 kaliBhariE ? 92 tahun % 2 semprotan, 2 kaliBhari. Pseudoephedrine" dosis pemberian sesuai usia anak adalah% 2-7 tahun % 94 mgBhari, - kaliBhariE 7-92 tahun % $5mgBhari, - kaliBhariE ? 92 tahun % 75 mgBhari - kaliBhari. Ipratropium bromide 5.5$6 2 semprotan, 2-$ kaliBhari. $ortikosteroid intranasal. 1igunakan pada pasien yang memiliki gejala yang lebih persisten dan lebih parah. Efektif untuk semua gejala dengan inflamasi eosinofilik.
14

Fluticasone intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia ? - tahun % 9-2 semprotanBdosis, 9 kaliBhari. (ometasone intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia $-99 tahun % 9 semprotanBdosis, 9 kaliBhariE usia ? 99 tahun % 2 semprotanBdosis, 9 kaliBhari.

)udesonide intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia ? 7 tahun % 9-2 semprotanBdosis, 9 kaliBhari. !udesonide mempunyai bioa aibilitas yang rendah dan keamanannya lebih baik.

&eukotrien antagonis *afirlukast yang diberikan pada anak sebesar 25 mgBdosis 2 kaliB2-jam. Rinitis alergik pada masa anak akan bertambah berat dengan bertambahnya usia. 3adangkala rinitis alergik dapat merupakan masalah pada usia tua. 1engan mengetahui faktor penyebab, dengan penghindaran dapat mengurangi kekerapan timbulnya gejala. "enggunaan beberapa jenis medikamentosa profilaksis juga dapat mengurangi gejala yang timbul.

15

Anda mungkin juga menyukai