Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Hakikat Manusia Menurut Islam. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agama Islam di Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Kita sebagai makhluk Allah SWT harus mengetahui apa hakikat-hakikat kita manusia dalam islam. Hakikat-hakikat itu berisi tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini, fungsi dan peran dari manusia dan kewajiban manusia sebagai khalifatullah serta hamba Allah. Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca bisa kembali lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bisa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala laranganlarangan-Nya. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Surabaya, Oktober 2013

Tim Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan BAB II Pembahasan 2.1 Pengertian Hakikat 2.2 Pengertian Manusia 2.3 Tujuan Penciptaan Manusia 2.4 Fungsi dan Peran Manusia 2.5 Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT 2.6 Hakikat Manusia BAB III Penutup 3.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu yang sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan. Manusia adalah salah satu ciptaan Allah SWt yang paling sempurna. Diciptakan dari saripati tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnya menjadi wujud yang sekarang ini. Dalam bahasa Arab, kata manusia ini bersepadan dengan kata-kata ns, basyar, insn, maru, ins dan lain-lain. Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain ialah adanya akal dan nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat berpikir, bertanggung jawab, serta memilih jalan hidup, kelebihan-kelebihan ini seperti yang dijelaskan pada QS Al-Isra 70. Selain itu ada kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia sehingga membuat manusia berbeda dari sesama manusia, yaitu hati. Jika hati manusia itu kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata allah SWT. Namun sebaliknya jika hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor maka tentu derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk tuhan tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki kewajiban. Kewajiban yang utama adalah beribadah pada Allah SWT yang merupakan tugas pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan manusia harus sesuai dengan perintah Allah SWT. Adapun tanggung jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini adalah sebagai Khalifatullah dan sebagai hamba Allah.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu mengenai: 1) Apa pengertian hakikat dan manusia itu ? 2) Apa saja tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia ? 3) Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ? 4) Apa saja hakikat manusia itu ?

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini yakni: 1) Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia. 2) Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia 3) Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT 4) Untuk mengetahui Apa saja hakikat manusia itu.

1.4 Manfaat Adapun manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini yaitu; 1)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Hakikat Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.

2.2 Pengertian Manusia Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah. Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari. Berikut beberapa pendapat tentang manusia; a) Carles darwin : binatang yang terjadi dari sebab-sebab mekanis b) Sigmund freund : makhluk yang memiliki perilaku hasil interaksi antara id, ego, dan super ego c) Behaviorisme: homo mechanicus- perilaku manusia yang terbentuk sebagai hasil pembelajaran dengan lingkungan d) Kognitif : homo sapiens- selalu berusaha memahami lingkungannya e) Humanisme : homu ludens, berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan diri f) Aristoteles : hewan yang berakal sehat, mengeluarkan pendapat, dan berbicara berdasar akal pikiran.(Hamdan, dkk,2004:31) Sedangkan konsep manusia dalam Islam sebagai berikut; a) Historis : bani adam (al-araf 31)

b) Biologis : basyar (ar-rum 20) c) Intelektual : insan (at-ton 4) d) Sosiologis : naas (al-hujarat 13) e) Posisional : abd(saba 9) f) Khalifah (al-baqarah 30) Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan sosial. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain. Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu : 1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah. 2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja. 3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia. Teori Asal Mula Manusia menurut Charles Darwin Pernyataan Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk yang mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan antara manusia modern dan nenek moyangnya. Ditetapkanlah empat kelompok dasar sebagai berikut di bawah ini : a. Australophithecines b. Homo habilis c. Homo erectus d. Homo sapiens

Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut oleh evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari selatan". Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba yang telah punah, ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar dan kuat dan tegap, sementara yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah. Dengan menjabarkan hubungan dalam rantai tersebut sebagai "Australopithecus > Homo Habilis > Homo erectus > Homo sapiens," evolusionis secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah nenek moyang jenis selanjutnya. Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s) Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat cerita tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu diabadikan. "...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29). Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap dibumi. (Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.) Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun

pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yangberbunyi: "...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)

2.3 Tujuan Penciptaan Manusia Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hokum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia. 1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia Dalam al-quran Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya,Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alamAyat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Banyak yang salah mengira bahwa menjadi khalifah berarti menguasai. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta. Manusia juga dibebankan menjadi Khalifah Allah, Khalifah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk memakmurkan bumi. Dengan berpedoman pada QS Al Baqarah:30-36, maka status dasar manusia adalah sebagai khalifah (makhluk penerus ajaran Allah) sehingga manusia harus : a. Belajar. Obyek belajar nya adalah ilmu Allah yang berwujud Al Quran dan ciptaanNya.Hal ini tercantum juga di dalam QS An Naml: 15-16 dan QS Al Mukmin: 54 b. Mengajarkan Ilmu. Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan

c.

Membudayakan Ilmu. Ilmu Allah tidak hanya untuk disampaikan kepada manusia lain tetapi juga untuk diamalkan sehingga ilmu yang terus diamalkan akan membudaya. Hal ini tercantum pula di dalam QS Al Mumin:35

2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku. (Adz-Dzariyat: 56). Jadi berdasarkan ayat diatas tujuan penciptaan dari manusia tak lain adalah untuk ibadah. Ibadah sendiri artinya tunduk dan patuh kepada allah taala dengan penuh kecintaan dan pengagungan dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya sesuai dengan tuntutan yang ditetapkan dalam syarita-syariatNya. 3. Tujuan Individu Dalam Keluarga Tujuan manusia berkelurga menurut Al-Quran surat Al-Ruum ayat 21 yang artinya: "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mau berfikir." Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalah supaya tentram. Untuk menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain. 4. Tujuan Individu Dalam Masyarakat Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat yang bertujuan untuk memperoleh keberkahan dalam hidup yang melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri, seperti yang telah disebutkah dalam Al-Quran surat Al-Araaf ayat 96: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

5. Tujuan Individu Dalam Bernegara

Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warganegara yang baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman, nyaman serta makmur. 6. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional

Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional / dunia luar. Dengan era globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan tersesat dalam percaturan dunia.

2.4 Fungsi dan Peran Manusia Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang mempelopori oleh nabi Adam as adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di antaranya adalah: a. Belajar (Al-Quran surat An-Naml: 15-16 dan Al Mukmin: 54) Belajar yang di nyatakan pada ayat pertama surat Al-Alaq adalah mempelajari ilmu Allah dan pada ayat kedua di jelaskan yang di maksud ilmu Allah adalah kitab Allah. Istilah lain yang di nyatakan Al-Quran adalah iqra. Istilah iqra adalah istilah yang di pergunakan Allah terhadap Muhammad dan pengikutnya yang menjelaskan ilmu Allah yang berwujud AlQuran dan ciptaannya. b. Mengerjakan ilmu (Al-Quran surat Al-Baqaarah : 31-39) Pengertian ilmu Allah tidak identik dengan ilmu agama saja. Ilmu Allah adalah ilmu AlQuran dan Al-Bayan (ilmu pengetahuan). Al-Quran merupakan aturan hidup manusia serta hal-hal yang berhubungan dengan manusia. Mengerjakan Al-Quran berarti mengerjakan hidup dan kehidupan menurut Allah pencipta manusia dan alam semesta.

c. Mumbudayakan ilmu (Al-Quran surat Al-Mumin: 35) Ilmu Allah yang telah diketahui bukan hanya untuk di sampaikan kepada orang lain, tetapi juga untuk diamalkan oleh diri sendiri. Seorang kalifah bertangung jawab kepada 4 pihak, yaitu: 1. Fungsi Manusia Terhadap Diri Pribadi Manusia pribadi terdiri dari kesatuan unsur jasmani dan rohani, unsur rohani terdiri dari cipta (akal), rasa dan karsa. Fungsi manusia terhadap diri pribadi yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan unsur-unsur tersebut secara menyeluruh. Akal yang merupakan salah satu segi unsur rohani kita bertabiat suka berpikir. Tabiat suka berpikir akan dipenuhi dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berguna bagi hidup manusia. 2. Fungsi Manusia Terhadap Masyarakat Firman Allah, QS. al-Hujarat : 13, sebagai berikut : "Hai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan telah kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di hadirat Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". Dari ayat ini dapat diketahui bahwa manusia adalah makhluk individual, makhluk relegius, dan juga makhluk sosial. "Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan untuk kepentingan pribadi, sebagai makhluk relegi manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan kekuatan di luarnya [Allah], adanya hubungan yang bersifat vertikal, dan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan manusia yang lainnya", ...maka kemudian terbentuklah kelompokkelompok masyarakat [Bimo Walgito, 1987 : 41]. Fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar sifat sosial yang dimiliki manusia, yaitu adanya kesedian untuk selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Ditegaskan dalam Al-Qur'an bahwa manusia selalu mengadakan hubungan dengan Tuhannya dan juga mengadakan hubungan dengan sesama manusia. 3. Fungsi Manusia Terhadap Alam dan Lingkungan Fungsi manusia terhadap alam adalah bagaimana manusia memanfaatkan potensi alam untuk mencukupkan kebutuhan hidup manusia. Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan dibumi ditundukan Allah kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sendiri [QS.al-Jatsiyah:13]. Laut, sungai,

matahari, bulan, siang dan malam dijadikan sebagai sarana kemakmuran hidup manusia [QS. Ibrahim : 32-34]; binatang ternak diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia [QS. an-Nahl : 5] ; laut ditundukkan kepada manusia sebagai sarana komunikasi dan untuk digali dan dimanfaatkan kekayaannya [QS. Fathir:12 dan an-Nahl:14] [Ahmad Azhar Basyir, 1988 : 40]. Dalam memenuhi fungsi manusia terhadap alam, hendaknya selalu diusahakan agar keselamatan manusia tidak terganggu. Tidak memanfaatkan potensi alam secara berlebihlebihan, agar generasi mendatang masih dapat menikmatinya, karena potensi alam terbatas [Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 16]. Apabila berlaku belebih-lebihan, tamak, rakus, dalam menanfaatkan potensi alam akan berakibat kerusakan pada manusia itu sendiri. Dalam hubungan ini, Allah memperingatkan manusia [QS. Ruum : 41] bahwa, "Kerusakan di darat dan laut terjadi akibat perbuatan tangan manusia sendiri; Allah merasakan kepada mereka sebagai [akibat] perbuatan mereka, supaya mereka kembali ke jalan yang benar". Berdasarkan ayat ini, maka pemanfaatan potensi alam untuk kepentingan manusia sekarang, harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang, dengan berusaha menjaga, melestarikan potensi alam tersebut. 4. Fungsi Manusia Terhadap Allah Fungsi manusia terhadap Allah ditegaskan dalam al-Qur'an surat adz-Dzariyat ayat 56, sebagai berikut : "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku". Dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 21, Allah memerintahkan manusia untuk beribadah, sebagai berikut : "Hai manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa". Dengan demikian, beribadah kepada Allah yang menjadi fungsi manusia terhadap Allah baik dalam bentuk umum maupun dalam bentuk khusus. Ibadah dalam bentuk umum ialah melaksanakan hidup sesuai ketentuan-ketentuan Allah, sebagaimana diajarkan alQur'an dan Sunnah Rasul. Ibadah dalam pengertian umum mencakup segala macam perbuatan, tindakan dan sikap manusia dalam hidup sehari-hari. Sedangkan ibadah dalam bentuk khusus (mahdhah) yaitu berbagai macam pengabdian kepada Allah yang cara melakukannya sesuai dengan ketentuan syara'.

Dalam bidang 'aqidah, fungsi manusia terhadap Allah adalah meyakini bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Bertuhan kepada selain Allah berarti suatu penyimpangan dari fungsi manusia terhadap Allah. Bertuhan kepada Allah adalah sesuai sifat dasar manusia yaitu sifat relegius, tetapi sifat "hanief" yang ada pada manusia membuat manusia harus condong kepada kebenaran yaitu mentauhidkan Allah. Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat manusia 2.5 Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT 1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT Makna dari kata abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, dalam Al-Quran dinyatakan dengan quu anfusakun waahlikun naran (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka). 2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Tugas hidup di muka bumi ini adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya. Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah.

2.6 Hakikat Manusia Hakikat manusia adalah sebagai berikut : 1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. 2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. 3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.

4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya. 5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati. 6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial. Menurut Ibnu Sina yang terkenal dengan filasafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi a) Manusi sebagai makhluk sosial: manusia tidak bisa hidup tanpa manusia yang lain. Manusia beru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kebutuhan bila hidup berkumpul. b) Manusia sebagai makhluk ekonomi, karena mereka selalu memikirkan masa depan dan menyiapkan segala sesuatu untuk masa depannya. .(Hamdan, dkk,2004:34) Menurut pandangan Murtadha Mutahhari, manusia adalah makhluk serba dimensi a) Dimensi Pertama Secara fisik manusia hampir sama dengan hewan, membutuhkan makan, minum, istirahat dan menikah supaya ia dapat tumbuh dan berkembang. b) Dimensi Kedua Manusia memiliki sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian. c) Dimensi Ketiga Menusia mempunyai perhatian terhadap keindahan. d) Dimensi keempat Manusia memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan. e) Dimensi kelima Manusia mempunyai kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda karena dikaruniahi akal, fikiran dan khendak bebas. f) Dimensi keenam Manusia mampu mengenal dirinya.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini diantaranya: 1. Hakikat adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. AlQuran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan sosial. Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. 2. Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah. Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hokum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia. Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang mempelopori oleh nabi Adam as adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt. Manusia juga menjalankan fungsinya terhadap diri sendiri, masyarakat, alam dan lingkungan, dan kepada penciptanya, Allah swt. 3. Tugas manusia sebagai hamba Allah yakni ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Sebagai khalifah, manusia bertugas menjadi wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya. 4. Hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki sifat rasional, mampu mengarahkan hidupnya, berproses untuk terus berkembang dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA Abuddin Nata, AL-Quran dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998

Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001

Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004

Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Quran Tentang Manusia dan Agama, Bandung : Mizan, 1990

Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 2004

Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.

Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar. Azra, Azyumardi. 2004. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Mensoer, Adam. 2004. Materi Instruksional di Perguruan Tinggi, Jakarta: Departeman Agama Malik, Abduh.2009.Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam, Jakarta:

Daparteman Agama. http://www.membuatblog.web.id/2010/02/pengertian-hakikat-manusia.html di kunjungi 1 Oktober 2013

http://www.sanaky.com/materi/KONSEP_MANUSIA_BERKUALITAS_MENURUT_AL.pdf di kunjungi 1 Oktober 2013 http://leviyamani.blogspot.com/2009/12/konsep-manusia-dalam-islam.html di kunjungi 2 Oktober 2013 http://poetraboemi.wordpress.com/2008/02/20/konsep-manusia-dalam-al-quran/ di kunjungi 2 Oktober 2013 http://tafany.wordpress.com/2007/10/27/hakikat-manusia-menurut-islam-by-ana-aapriyati di kunjungi 2 Oktober 2013 http://islam1.org/khutub/View_of_Human_Being.htm di kunjungi 2 Oktober 2013 http://www.islamset.com/hip/mehdi_abboud.html di kunjungi 3 Oktober 2013 http://wmazmi.wordpress.com/2008/05/26/tujuan-penciptaan-manusia/ di kunjungi 3 Oktober 2013 http://suluk.blogsome.com/2005/02/26/tujuan-diciptakannya-manusia/ di kunjungi 3 Oktober 2013 http://halimsani.wordpress.com/2007/09/06/filsafat-manusiasiapakah-manusia/ di kunjungi 3 Oktober 2013 http://zaldym.wordpress.com/2010/02/28/fungsi-manusia-sebagai-khalifah-di-muka-bumi/ di kunjungi 4 Oktober 2013

http://abu-najah.blogspot.com/2010/06/manusia-sebagai-hamba-dan-khalifah.html di kunjungi 4 Oktober 2013 http://jaynoery86.wordpress.com/2007/07/03/manusia-dan-tanggung-jawab/ di kunjungi 4 Oktober 2013 http://deniz.ucoz.com/news/eksistensi_martabat_manusia_pelajaran_agama/2009-10-2926 di kunjungi 4 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai