Anda di halaman 1dari 10

Bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia karena ragam bahasa Indonesia lama dipakai sejak zaman Kerajaan

Sriwijaya sampai dengan saat dicetuskannya Sumpah Pemuda. Ciri ragam bahasa Indonesia lama masih dipengaruhi oleh bahasa Melayu . Bahasa Melayu inilah yang akhirnya menjadi bahasa Indonesia. Alasan Bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia : 1. Bahasa Melayu berfungsi sebagai lingua franca, 2. Bahasa Melayu sederhana karena tidak mengenal tingkatan bahasa, 3. Keikhlasan suku daerah lain ,dan 4. Bahasa Melayu berfungsi sebagai kebudayaan. Ada beberapa alasan lain bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut: 1. Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan. 2. Bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena tidak mengenal tingkatan bahasa. 3. Semua suku di Indonesia sepakat bahasa Melayu dijadikan bahasa nasional. Bahasa melayu mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai bidang atau kegiatan di Indonesia pada masa lalu. Bahasa ini tidak hanya sekedar sebagai alat komunikasi di bidang ekonomi (perdagangan), tetapi juga di bidang visual (alat komunikasi massa), dan politik (perjanjian antar kerajaan). Sejak itulah penguasaan dan pemakaian bahasa melayu menyebar ke seluruh pelosok kepulauan Indonesia. Perkembangan bahasa melayu tersebut dinamakan perkembangan konseptual yang memiliki tiga bentuk. Pertama, perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh interaksi antar daerah. Kedua, perkembangan bahasa daerah yang lain. Ketiga, perkembangan bahasa yang diakibatkan oleh pertemuan bahasa melayu dalam konteks yang lebih luas. Bahasa melayu berkembang berdasarkan interaksi dengan lingkungan sosial yang bersinggungan antar ruang dan waktu, yang mana terjadi suatu hal yang sedang mempengaruhi penggunaan bahasa. Historis tersebut dapat dilihat dari asal usul bahasa yang merupakan awal komunikasi antar orang yang menggunakan bahasa isyarat ke katakata yang semakin komunikatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi diambilnya bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia :

1. Bahasa melayu adalah bahasa sederhana. Komunikatif, dijadikan bahasa yang menjadi ciri khas bagi perdagangan dan pelayanan di pelabuhan Indonesia maupun di negara-negara luar Indonesia. 2. Bahasa melayu tidak mempunyai tingkatan-tingkatan bahasa seperti yang dimiliki oleh bahasa lain. 3. Bahasa melayu dijadikan bahasa kebudayaan.

Mahasiswa memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional, dan mampu menggunakan secara baik dan benar untuk mengungkapkan pemahaman, rasa kebangsaan dan cinta tanah air, dan untuk berbagai keperluan dalam bidang ilmu, teknologi. Penguasaan bahasa yang baik akan mempermudah proses komunikasi dan memberi kepercayaan diri bagi seseorang untuk berekspresi dan bersosialisasi. Penguasaan bahasa juga memberi kemudahan untuk mengakses berbagai informasi pengetahuan dan hiburan secara luas baik melalui sumber buku buku bacaan, media masa cetak, media masa elektronik maupun jaringan informasi di dunia maya (internet). Menyadari fungsi dan arti penting bahasa itu, sudah sepatutnya para mahasiswa menumbuhkan sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia. Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa, atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja. Bahasa Indonesia dikenal secara luas sejak "Soempah Pemoeda", 28 Oktober 1928, yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pengangkatan status ini ternyata bukan hanya isapan jempol. Bahasa Indonesia bisa menjalankan fungsi sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia rasa kesatuan dan persatuan bangsa yang berbagai etnis terpupuk. Kehadiran bahasa Indonesia di tengah-tengah ratusan bahasa daerah tidak menimbulkan sentimen negatif bagi etnis yang menggunakannya. Sebaliknya, justru kehadiran bahasa Indonesia dianggap sebagai pelindung sentimen kedaerahan dan sebagai penengah ego kesukuan. Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa Indonesia telah berhasil pula menjalankan fungsinya sebagai alat pengungkapan perasaan. Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada orang yang berpandangan bahwa bahasa Indonesia belum sanggup mengungkapkan nuansa perasaan yang halus, sekarang dapat dilihat kenyataan bahwa seni sastra dan seni drama, baik yang dituliskan maupun yang dilisankan, telah berkembang demikian pesatnya. Hal ini menunjukkan bahwa nuansa perasaan betapa pun halusnya dapat diungkapkan secara jelas dan sempurna dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kenyataan ini tentulah dapat menambah tebalnya rasa kesetiaan kepada bahasa Indonesia dan rasa kebanggaan akan kemampuan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari lembaga pendidikan terendah (taman kanak-kanak) sampai dengan lembaga pendidikan tertinggi (perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Di daerah ini,

bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa Indonesia. Karya-karya ilmiah di perguruan tinggi (baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa - skripsi, tesis, disertasi, dan hasil atau laporan penelitian) yang ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia, menunjukkan bahwa bahasa Indonesia telah mampu sebagai alat penyampaian iptek, dan sekaligus menepis anggapan bahasa Indonesia belum mampu mewadahi konsep-konsep iptek. Pada dasarnya mahasiswa telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan karakter setiap mahasiswa. Didukung dengan mata kuliah bahasa Indonesia di lingkungan perkuliahan membuat mahasiswa semakin meningkatkan kualitas berbahasa Indonesia. Mahasiswa diajarkan untuk lebih mengerti dalam penulisan, penyusunan dan pengucapan dalam berbahasa yang baik dan benar. Pentingnya mempelajari bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan karena, mahasiswa sebagai calon sarjana dipersiapkan tidak hanya untuk menjadi konsumen ilmu pengetahuan melainkan juga sebagai produsen dalam bidang ilmiah.

Esai Dalam dunia pendidikan khususnya di kalangan mahasiswa perguruan tinggi, aktivitas menulis sudah lama ditengarai merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan proses belajar yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu. Hampir keseluruhan proses belajar mahasiswa untuk setiap mata kuliah dituntut menulis karya tulis ilmiah berupa makalah atau paper, tidak terkecuali fakultas, jurusan, program studi apapun itu. Pada akhir penyelesaian studi di perguruan tinggi mahasiswa diwajibkan menulis sebuah karya tulis ilmiah berupa skripsi. Kenyataan menunjukkan bahwa aktivitas menulis tersebut selalu dianggap sangat sulit dilakukan bagi mahasiswa. Pasalnya, aktivitas menulis yang dalam hal ini menulis karya tulis ilmiah membutuhkan banyak waktu, tenaga dan perhatian yang serius. Selain itu, aktivitas menulis sebenarnya membutuhkan keterampilan khusus yang terkadang tidak dimiliki oleh semua mahasiswa, sehingga tidak sedikit mahasiswa yang merasa kesulitan ketika menulis karangan ilmiah. Mata kuliah bahasa Indonesia pada tingkat perguruan tinggi dipandang sangat penting ditangani secara sungguh-sungguh, sekurang-kurangnya selama pendidikan di Sekolah Menengah Atas belum mampu menamatkan siswa dengan kompetensi bahasa Indonesia yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, dengan demikian pemakaian bahasa baku, lebih-lebih pemakaian bahasa baku dalam skripsi mahasiswa sebagai bentuk karya tulis ilmiah sangatlah penting. Pemakaian ragam bahasa baku dalam surat resmi sangat mutlak. Hal ini mengungkapkan bahwa bahasa Indonesia baku merupakan ragam resmi yang digunakan dalam keperluan resmi: wacana ilmiah, kotbah, ceramah, kuliah, dan bercakap-cakap dengan orang yang dihormati. Termasuk di dalamnya skripsi yang merupakan tugas mahasiswa untuk menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Karya tulis ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya tulis ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya tulis ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Penulis harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang ditemukan di lapangan. Dapat pula, penulis menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya. Dengan demikian, bahasa dan skripsi mahasiswa adalah ragam bahasa baku, ragam bahasa ilmiah. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal. Proses pencendekiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern

yang dewasa ini umumnya masih bersumber pada bahasa asing harus dapat dilangsungkan lewat ragam bahasa Indonesia.

Suku Amungme merupakan salah satu dari 250-an suku yang hidup dan mendiami Provinsi Papua. Suku Amungme mendiami kawasan pegunungan Biji Earst-berg dan Grassberg yang sebagian besar telah terkonsensi oleh PT. Freeport Indonesia. Amungme yang terdiri dari dua kata Amung yang berarti manusia dan Me yang berarti manusia. Secara etimologis, Amungme diartikan sebagai manusia yang pertama atau sejati. Di sebelah utara, suku ini sering juga disebut suku Damal, bahkan ada juga sebutan lain seperti Ugunduni. Sesuai dengan penelitian Summer Institute of Linguistics (SIL) menyebutkan bahwa ada terdapat 14 ribu penduduk yang sekaligus sebagai penutur bahasa. Bahasa yang dipergunakan adalah Amungkal. Tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yaaang di atas sekali. Selain itu tanah juga dihubungkan dengan negeri tempat kelahiran dan tanah tumpah darah. Tak dapat disangkal bahwa tanah merupakan pusat dari segala unsur kehidupan dalam alam ini. Karena tanah, maka suatu bangsa akan terus berjuang dengan segala akibatnya, kendati itu harus dibayar dengan darah dan air mata. Di kalangan masyarakat agraris, tanah mempunyai arti simbol yang sangat penting. Kecintaan pada tanah ini, dalam beberapa masyarakat agraris dihubungkan dengan penghormatan kepada dewi bumi. Ada dua

pandangan tentang tanah yang menjadi masalah besar di setiap benua, yaitu (1) tanah sebagai simbol yang berharga; dan (2) tanah sebagai alat. Makna adalah apa yang dimaksudkan oleh pembicara atau penulis, yaitu apa yang dirasakan dan direncanakan untuk disampaikan kepada pihak lain. frawlay

memformulasikan lima pendekatan dalam menentukan makna, yaitu (1) makna referensi, (2) makna bentuk logika, (3) makna dalam konteks dan penggunaan, (4) makna budaya, (5) makna dalam struktur konseptual. Makna budaya merupakan salah satu formulasi yang dipakai dalam uraian ini. Makna budaya merupakan tanda yang membangun jaring-jaring komunikasi dan interaksi antara pemilik budaya. Metode atau langkah kerja penelitian ini menggunakan pendekatan makna budaya. Dalam pendekatan ini, peneliti memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi perhatian dengan menggunakan kebudayaan dari gejala yang diakaji tersebut sebagai acuan atau kacamata dalam melihat, memperlakukan,dan menelitinya. Bagi suku Amungme, tanah mempunyai makna yang begitu menyatu, mendalam dengan kehidupan lahir batindan dunia luar mereka. Makna tanah dalam suku Amungme dapat diuraikan sebagai berikut. Tanah adalah Identitas Amungme

Tanah adalah identitas Amungme. Seorang Amungme dikenal identitasnya dengan mengetahui dari mana dia berasal. Tanah dan lingkungannya telah membentuk orang Amungme untuk mempunyai pengetahuan yang tinggi akan sumber daya alamnya. Dan ketika mereka dipindahkan, itu berarti mereka kehilangan akan pola hidup yang telah dijalaninya sekian lama. Pemindahan berarti hilangnya pengetahuan mereka akan alamnya dan pengetahuan untuk mempertahankan hidupnya. Secara sosiologis tanah merupakan bagian dari kesucian diri dan alam orang Amungme dalam menata sikap dan sosial kemasyarakatan yang selaras. Orang Amungme menjiwai dan menafasi tanah secara

secara budaya, bahwa tanah memiliki makna ekonomis. Ekonomi merujuk pada sistem mata pencaharian dan sistem pendapatan keluarga. Realita menunjukkan bahwa secara historis, tanah sebagai identitas diri Amungme itu selalu diingatkan para orang tua kepada generasinya untuk tidak lupa akan tanah kampung halaman leluhur ibu kandungnya. Tanah (Alam) adalah Aku Tanah dalam struktur dasar antropologi di kalangan orang Amungme menyatu dengan manusia baik hidup, lahir dan batin. Tanah adalah kehidupan manusia. Maka sebagai kehidupan, tanah dipandang sebagai rumah yang memberi perlindungan. Dalam wacana budaya, orang Amungme dipahami sebagai makhluk ciptaan Tuhan paling mulia di dunia yang diciptakan menurut gambaran Tuhan sebagai Sang Pencipta. Oleh karena itu, orang Amungme dituntut untuk selalu berupaya mengendalikan dirinya dari berbagai bentuk dan jenis tindakan kejahatan yang merusakan citra orang Amungme. Tanah adalah Dunia Roh Leluhur Tanah adalah tempat tinggal arwah nenek moyang yang merupakan sumber kekuatan hidup manusia dan tempat bersemayamnya arwah leluhur Amungme. Dalam pemahaman budaya Amungme tertera pula persepsi dan konsepsi tentang eksistensi roh para leluhur di atas alam dan tanahnya. Dipahami pula bahwa roh para leluhur merupakan kekuatan spiritual yang turut menentukan keberadaan dan kebertahanan hidup mereka sebagai manusia dan masyarakat. Pemahaman budaya yang melatari penghormatan terhadap roh para leluhur adalah karena leluhur merupakan cikal-bakal keberadaan dan penentu keberlanjutan hidup mereka satu klen. Secara kontekstual, pandangan tersebut mengisyaratakan pula bahwa orang Amungme tidak menyembah roh para leluhur, tetapi menghormatinya sesuai peran yang

diembannya dalam hubungan dengan Tuhan pada satu sisi dan dengan keturunannyapada sisi lain. Tanah adalah Roh Alam Dalam konteks budaya orang Amungme terpatri pula gagasan dan keyakinan tentang eksistensi roh alam sebagai salah satu kekuatan spiritual yang turut menentukan keberadaan dan kebertahanan hindu mereka sebagai manusia dan masyarakat. Akan tetapi, eksistensi roh alam dipahami bukan sebagai kekuatan spiritual yang berdiri sendiri secara otonom, tetapi dalam hubungannya dengan Tuhan sebagai pemilik dan penguasa alam semesta. Pandangan orang Amungme , terbingkai pula pemahaman bahwa roh alam memiliki sifat-sifat yang baik, namun alam kadang-kadang menampilkan kebiasaan buruk dan jahat terhadap manusia. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap makhluk hidup, bergantung sepenuhnya pada bumi ini yang menyediakan tanah, air dan segala sesuatu untuk hidup. Tanpa tanah dan air, tidak akan ada kehidupan. Dari sudut pandang kepercayaan masyarakat adat, diperoleh suatu pemahaman yang bermakna bahwa setiap manusia pasti memiliki tanah, dan harus memperlakukan tanah dengan penuh hormat. Konsep budaya tentang tanah merupakan salah satu inti kepercayaan adat. Secara antropologis, tanah dipandang oleh suku Amungme sebagai bagian yang melekat dengan hidupnya. Pandangan tanah itu dimaknai sebagai: a) identitas diri Amungme, b) tanah (alam) adalah aku, c) ibu kandung, d) dunia roh leluhur, dan e) roh alam.

Anda mungkin juga menyukai