Anda di halaman 1dari 5

ANTISEPTIK adalah agen kimia yang mencegah, memperlambat atau menghentikan pertumbuhan mikro-organisme (kuman) pada permukaan luar

tubuh dan membantu mencegah infeksi. Beberapa antiseptik mampu membunuh kuman (bakteriosida), sedangkan yang lain hanya mencegah atau menghambat pertumbuhan mereka (bakteriostatik). Antiseptik digunakan untuk memperlambat perkembangan kuman dan bakteri agar tidak menyebar dari jaringan yang terluka ke seluruh tubuh. Pada dasarnya terdapat dua jenis antiseptik yaitu germisida dan bakterisida. Germisida mampu menghancurkan mikroba sedangkan bakterisida digunakan untuk memperlambat pertumbuhan bakteri. Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva yang terdiri atas kelenjar saliva mayor dan minor. Terdapat tiga pasang kelenjar saliva mayor, yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar, Saliva sangat berpengaruh terhadap plak karena saliva membantu membersihkan permukaan rongga mulut secara mekanis, menetralkan produksi asam yang dihasilkan oleh bakteri, dan mengontrol aktivitas bakteri. Dalam sehari, kelenjarkelenjar saliva dapat mensekresi kira-kira 1 sampai dengan 1,5 liter.12 Bagian dari kelenjar saliva yang menghasilkan sekret disebut asini. Sel-sel yang menyusun asini kelenjar saliva dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sel serous, sel mukous, dan campuran keduanya. Asini serous Hasil sekresinya jernih dan encer seperti air, berisi enzim ptialin. Asini mukous Hasil sekresinya berupa musin dan sangat kental. Fungsi saliva berguna untuk menjaga kesehatan mulut dan membantu menciptakan keseimbangan biologis dalam mulut yaitu untuk perlindungan, menjaga kesehatan gigi, MENGHAMBAT AKTIVITAS ANTIBAKTERI, dan membantu proses pencernaan. Saliva juga mengandung beberapa komponen seperti growth factor, yang berguna untuk menjaga kesehatan dari jaringan luka mulut dan dapat membantu proses penyembuhan luka RADIOTERAPI : Pengobatan radioterapi dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel sekresi kelenjar saliva sehingga dapat muncul gejala mulut kering. Akibatnya, laju aliran saliva akan menurun sehingga pH saliva pun menurun Tujuan radioterapi adalah untuk pengobatan secara radikal, sebagai terapi paliatif yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit atau tidak nyaman akibat kanker dan sebagai adjuvant yaitu bertujuan untuk mengurangi risiko kekambuhan dari kanker.15 Dosis dari radiasi ditentukan dari ukuran, luasnya, tipe dan stadium tumor bersamaan dengan responnya terhadap radioterapi. Akibat utama dari radiasi terhadap kelenjar saliva adalah xerostomia yang ditandai oleh penurunan volume saliva. Saliva cenderung menjadi lebih kental. Kelenjar saliva pada tahap awal akan mengalami inflamasi akut kemudian mengalami atrofi dan fibrosis. Selama radioterapi, sel asinar serous dipengaruhi lebih dulu dari sel asinar mukus. Akibatnya saliva menjadi lebih lengket dan kental.

Produksi saliva turun sebanyak 50% selama satu minggu setelah radioterapi. Perubahan komposisi saliva juga terjadi antara lain, penurunan sekresi IgA, kapasitas buffer, dan pH saliva menjadi asam XEROSTOMIA adalah keluhan subyektif pada pasien berupa adanya rasa kering dalam rongga mulutnya akibat adanya penurunan produksi daliva (hiposalivasi) dan atau perubahan komposisi saliva (Guggenheimer 2003; Scully, 2005). Xerostomia merupakan term konvensional yang digunakan untuk keluhan subyektif pasien terhadap mulut kering, tetapi hiposalivasi merupakan kondisi obyektif tentang penurunan sekresi saliva. Xerostomia didefinisikan sebagai keluhan subjektif dari mulut kering yang disebabkan oleh penurunan produksi saliva.3 Xerostomia adalah kondisi yang berhubungan dengan penurunan penghasilan saliva dan perubahan dalam komposisi saliva seperti saliva menjadi kental. Xerostomia juga berkaitan dengan gangguan mengunyah, gangguan bicara, gangguan pengecapan, halitosis, dan meningkatnya infeksi oral. Individu yang menderita xerostomia sering mengeluhkan masalah dalam makan, berbicara, menelan, dan pemakaian gigitiruan. Makanan yang kering biasanya sulit dikunyah dan ditelan. Pemakaian gigitiruan juga mengalami masalah dengan retensi gigitiruan, lesi akibat gigitiruan, dan lidah juga lengket pada palatum. Tanda Pasien yang menderita xerostomia dapat mengeluhkan gangguan pengecapan ( dysgeusia), rasa sakit pada lidah (glossodynia) dan peningkatan kebutuhan untuk minum air, terutama pada malam hari. Xerostomia dapat mengakibatkan peningkatan karies dental, erythema mukosa oral, pembengkakan kelenjar parotid, angular cheilitis, mukositis, inflamasi atau ulser pada lidah dan mukosa bukal, kandidiasis, sialadenitis, halitosis, ulserasi pada rongga mulut. Metode terbaik untuk mengurangi KARIES RADIASI adalah dengan setiap hari selama 5 menit mengaplikasikan viscous topical gel netral sodium fluoride 1% di aplicator trays yang dibuat khusus. Penggunaan topical fluoride menyebabkan keterlambatan efek irradiasi selama 6 bulan dari kenaikan keterlibatan S. mutans. Diet sukrosa, dalam tambahan dengan pemakaian topical fluoride dapat mengurangi lebih jauh konsentrasi dari S. mutans dan Lactobacillus. Hasil terbaik dapat dihasilkan dari kombinasi prosedur dental restorative, oral hygiene yang baik, diet ketat dari makanan kariogenik, dan pemakaian topikal dari sodium flouride. Kerjasama pasien dalam menjaga oral hygiene merupakan hal yang sangat penting karena karies radiasi adalah ancaman jangka panjang. Gigi dengan karies yang luas atau keterlibatan periodontal biasanya diektraksi terlebih dahulu sebelum irradiasi. Kontribusi volume saliva di setiap kelenjar saliva dilaporkan 60- 65% dari kelenjar parotis, 20-30% dari kelenjar submandibularis, 2-5% dari kelenjar sublingualis. Sekresi saliva normal adalah 8001500 ml/hari.

Efek samping Radioterapi terhadap Kelenjar Saliva Sampai saat ini belum pasti diketahui apakah kerusakan pada kelenjar saliva disebabkan karena radioterapi kanker daerah kepala dan leher secara langsung merusak sel kelenjar saliva atau sebagai kerusakan sekunder karena radioterapi kanker daerah kepala dan leher menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah.. Radioterapi dapat menyebabkan inflamasi (radang) pada kelenjar saliva sehingga terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan udem. Menurut Vissink dkk. Radioterapi kanker daerah kepala dan leher dengan dosis lebih besar dari 75 Gy menyebabkan degenerasi asinar (perubahan morfologi sel akibat radioterapi), atrofi (berkurangnya ukuran suatu organ karena penurunan jumlah sel), dan fibrosis (proses deposit kolagen yang berlebihan di dalam jaringan). Fibrosis terjadi akibat dari proliferasi fibroblast (jaringan parut) pada jaringan nekrosis yang berlebihan. Radioterapi daerah kepala dan leher dapat menyebabkan kerusakan pada kelenjar saliva yang ditandai dengan adanya penurunan kecepatan aliran saliva, meningkatnya viskositas saliva, perubahan warna saliva, penurunan pH saliva dan perubahan komposisi saliva Penurunan kecepatan aliran saliva menyebabkan mulut kering atau Xerostomia. Xerostomia merupakan efek samping yang paling sering dijumpai pada pasien yang menerima radioterapi pada daerah kepala dan leher. Xerostomia mulai terjadi pada hari ke-3 atau ke-4 setelah tindakan radioterapi daerah kepala dan leher, dengan dosis total radioterapi berkisar antara 6 - 10 Gy. Xerostomia yang disebabkan oleh radioterapi daerah kepala dan leher bersifat permanen. Tabel 1. Hubungan antara dosis penyinaran dan sekresi saliva.5.6 Dosis Gejala < 10 Gy Reduksi tidak tetap sekresi saliva 10 -15 Gy hiposalivasi yang jelas dapat ditunjukan. Mulai terjadi keluhan dry mouth 15 -40 Gy Reduksi masih terus berlangsung reversible > 40 Gy Xerostomia Semipermanen atau permanen Dari tabel 1 ditunjukkan tingkat perubahan kelenjar saliva pada dosis kurang dari 10 Gy terjadi radang/inflamasi kelenjar saliva yang menyebabkan reduksi(indicator/proses awal penurunan produksi saliva) tidak tetap sekresi saliva dimana pengaruh radioterapi lebih banyak mengenai sel asinar dari kelenjar saliva serous dibandingkan dengan kelenjar saliva mukus. - Sel asinar serous lebih radiosensitif dari sel asinar mukus, sehingga kelenjar saliva seperti kelenjar parotis (sekresi bersifat serous) dan kelenjar submandibularis (sekresibersifat seromukus) akan lebih radiosensitif dibandingkan dengan kelenjar sublingualis (sekresi bersifat mucus, hal ini juga didasarkan pada sel asinar yang dimiliki masing-masing kelenjar

Maksut tidak tetap Missal Volume rata-rata saliva yang dihasilkan perhari berkisar kurang lebih 1,5 liter Pada orang dewasa.terjadi reduksi sebesar 1 ml pada hari pertama, atau 2 ml pada hari ke dua .masih tidak tetap. Reduksi saliva masih kecil dan tidak signifikan Dosis 10 - 15 Gy menyebabkan penyusutan parenkim sehingga terjadi pengecilan kelenjar saliva dan penyumbatan sehingga xerostomia mulai nyata terlihat dan menyebabkan keluhan mulut kering atau dry mouth. hiposalivasi yang jelas dapat ditunjukan hiposalivasi adalah penurunan produksi/sekresi dari saliva. Sekresi saliva ini berhubungan dengan laju aliran saliva. Misalnya pada pada orang dewasa Laju aliran saliva normal tanpa adanya stimulasi(rangsangan pengunyahan yang dapat meningkatkan aliran saliva)berkisar antara 0,25 - 0,35 ml/menit, dengan rata-rata terendah 0,1 - 0,25 ml/menit. dan pada keadaan hiposalivasi laju aliran saliva kurang dari 0,1 ml/menit. Sedangkan laju aliran saliva normal yang distimulasi mencapai 1 - 3 ml/menit, rata-rata terendah mencapai 0,7 1 ml/menit dimana pada keadaan hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva yang lebih rendah dari 0,7 ml/menit. Maksut hiposalivasi yg jelas adalah karena sudah ada tanda terjadinya xerostomia oleh pasien . Xerostomia adalah keluhan subyektif pada pasien berupa adanya rasa kering dalam rongga mulutnya akibat adanya penurunan produksi daliva (hiposalivasi) dan atau perubahan komposisi saliva Dosis 15 - 40 Gy penyumbatan pada kelenjar saliva makin terjadi sehingga terjadi fibrosis yang mengakibatkan reduksi secara reversibel. Maksut rediksi masih terus berlangsung : penurunan produksi saliva masih terus berlanjut, missal stelah penyinaran 10-15 gray terjadi penurunanproduksi sebanyak 40persen, nah pada dosis 15-40 ini penurunan masih terus berlanjut. Tetapi maksut reversible/semntara adalah kelenjar saliva masih dapat memproduksi saliva walaupun produksinya masih sedikit. Masih bisa meningkat bila diberi rangsangan.misal saat mengunyah - Penurunan aliran saliva menyebabkan mukosa mulut kering, terlihat fisur yang dalam pada mukosa lidah, bibir kering, dan gangguan fungsi mulut seperti berbicara, mengunyah, menelan, dan berkurangnya Indera pengecapan setelah menerima dosis radioterapi pada daerah kepala dan leher 20-40 Gy Dosis lebih besar dari 40 Gy terjadi kerusakan pada glandula secara ireversibel akibat banyaknya kehilangan sel asinar. Tidak ada saliva yg diproduksi pada kelenjar tersebut. Tingkat viskositas saliva meningkat akibt dari kerusakan sel asinar serous, sehingga terjadi penurunan jumlah saliva yang bersifat serous. Warna saliva juga berubah menjadi kuning atau coklat, pH saliva akan berkurang menjadi 5. Perubahan pH terjadi karena penurunan sistem buffer Masih bingungsaliva masih doproduksi walaupun hanya sebesar 5 persen atau kelenjar saliva sudah tidak memproduksi saliva.jadi hanya tinggal kelfnjar saliva minur dan sublingualis yg memproduksi karena tidak begitu bersifat radiosensitiv

Produksi saliva dengan cepat menurun dan dapat berkurang 40% setelah 1 minggu tindakan radioterapi kanker daerah kepala dan leher. Pasien yang menerima radioterapi kanker daerah kepala dan leher pada minggu pertama sampai minggu keenam, aliran saliva akan berkurang menjadi 40%, 29%, 19%, 9% dan 5% berturut-turut dari rata-rata sebelum mendapat radioterapi pada daerah kepala dan leher Namun pada beberapa kasus dilaporkan bahwa hipertropi kelenjar saliva dapat mengkompensasi radioterapi dan kembali membaik sekurang-kurangnya setahun setelah berhenti menerima radioterapi. Radioterapi daerah kepala dan leher dapat menyebabkan perubahan pada viskositas saliva.

Anda mungkin juga menyukai