Anda di halaman 1dari 3

ANGIOSTRONGYLIASIS ICD-9 128.8; ICD-10 B83.

2
(Eosinophilic meningoenchepalitis, Eosinophilic meningitis)
1. Identifikasi.
Penyakit nematoda dari Susunan Saraf Pusat (SSP) terutama menyerang selaput otak. Invasi
parasit mungkin tidak memberikan gejala atau muncul gejala yang ringan, pada umumnya
ditandai dengan sakit kepala berat, kaku pada leher dan punggung dengan paresthesia yang
bervariasi. Kira kira 5 % penderita mengalami kelumpuhan pada muka dan terjadi secara
temporer. Demam ringan mungkin muncul. Cacing ditemukan di Liquor Cerebrospinalis
(LCS) dan mata. LCS biasanya menunjukkan gejala pleositosis dengan lebih dari 20 %
eosinofil; Eosinofilia tidak selalu ada tetapi mencapai sekitar 82 %. Penyakit berlangsung
dari beberapa hari hingga beberapa bulan. Jarang terjadi kematian.
Diferensial diagnosis adalah dengan cysticercosis otak, paragonimiasis, echinococcosis,
gnathomiasis, tuberculous meningitis, coccidiodal meningitis, aseptic meningitis dan
neurosyphillis.
Diagnosa, terutama di daerah endemis, yaitu dengan ditemukannya sel eosinofil di dalam
LCS dan adanya riwayat pernah mengkonsumsi kerang mentah. Tes imunodiagnostik bersifat
presumtif; ditemukannya cacing di dalam LCS atau pada otopsi lebih menegaskan diagnosa.
2. Penyebab penyakit
Parastrongylus (Angiostrongylus) cantonensis, adalah nematoda (cacing paru dari tikus).
Larva stadium 3 pada hospes intermediair (kerang darat atau kerang laut) infektif terhadap
manusia.
3. Disribusi penyakit.
Penyakit ini endemis di Hawaii, Tahiti, banyak pulau di Kepulauan Pasifik, Vietman,
Thailand, Malaysia, Cina, Indonesia, Taiwan, Filipina dan Kuba. Nematoda ditemukan di
bagian utara Jepang, Selatan Brisbane, Australia dan di Afrika ditemukan di bagian barat
Pantai Gading dan juga dilaporkan ditemukan di Madagaskar, Mesir, Puertorico dan New
Orleans (AS).
4. Reservoir : tikus (Rattus and Bandicota spp)
5. Cara penularan :
Karena memakan siput mentah atau setengah matang, siput dan planarian darat yang
merupakan hospes intermediair atau berperan sebagai alat transport yang mengandung larva
infektif. Udang, ikan dan kepiting darat yang memakan kerang atau siput bisa membawa
larva infektif. Salada dan sayuran lainnya yang terkontaminasi oleh kerang kecil bisa
berperan sebagai sumber infeksi. Kerang terinfeksi oleh larva stadium pertama yang
diekskresikan oleh tikus yang terinfeksi; pada saat larva stadium ketiga berkembang didalam
kerang, maka tikus (dan manusia) yang menelan kerang juga akan terinfeksi. Di dalam tubuh
tikus, larva pindah ke otak dan di otak matang menjadi stadium dewasa; larva dewasa muda
pindah ke permukaan otak dan melalui pembuluh vena mencapai tujuan akhir mereka di
arteri pulmonaris.
Sesudah kawin, cacing betina meninggalkan telur-telurnya yang kemudian menetas di ujung
arteri pulmonaris; larva stadium pertama memasuki sistem bronkhi, melewati trakhea,
tertelan dan keluar melalui tinja. Pada manusia, siklus ini jarang sekali melewati stadium SSP
(Susunan Saraf Pusat).
6. Masa inkubasi : Biasanya 1 – 3 minggu, bisa juga lebih pendek atau lebih panjang.
7. Masa penularan : Tidak ditularkan dari orang ke orang.
8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua orang rentan terhadap infeksi. Malnutrisi dan penyakit penyakit yang melemahkan
keadaan umum bisa membuat penyakit ini bertambah berat bahkan fatal.
9. Cara pemberantasan.
A. Tindakan pencegahan.
1). Memberi penyuluhan kepada masyarakat umum tentang cara-cara menyiapkan
makanan mentah dan makanan yang berasal dari siput baik siput darat maupun laut.
2). Pengendalian tikus.
3). Rebus siput, udang, ikan dan kepiting selama 3 – 5 menit atau bekukan pada – 15 oC
(5oF) selama 24 jam; tindakan ini efektif membunuh larva.
4). Hindari makan makanan mentah yang terkontaminasi oleh siput dan mollusca,
membersihkan salada dan sayur-sayuran dengan seksama untuk menghilangkan
mollusca tidak selalu dapat menghilangkan larva yang infektif. Radiasi dan
pasturisasi akan sangat efektif.
B. Pengawasan dari penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1). Laporan kepada institusi kesehatan setempat; laporan resmi tidak dilakukan. Class 5
(lihat tentang pelaporan penyakit menular).
2). Isolasi: tidak dilakukan.
3). Disinfeksi serentak : Tidak diperlukan.
4). Karantina : tidak dilakukan.
5). Imunisasi kontak : tidak dilakukan.
6). Investigasi dari kontak dan sumber infeksi : perlu dilakukan investigasi terhadap
makanan yang diduga sebagai sumber infeksi serta cara-cara makanan tersebut
disiapkan.
7). Pengobatan spesifik : Mebendazole dan albendazole efektif untuk pengobatan anak-
anak di Taiwan.
C. Penanggulangan wabah : Jika ditemukan adanya pengelompokan sejumlah kasus dalam
wilayah geografis tertentu atau pada suatu institusi tertentu, segera lakukan penyelidikan
epidemiologis.
D. Implikasi bencana : tidak ada.
E. Tindakan internasional : tidak ada.

Anda mungkin juga menyukai