Anda di halaman 1dari 18

Rizka

Wahyu Saputro Eko Budi Prasetyo Friskila Heni Pratiwi Nur Ayu Solehkwati Elisabet Intan P. S Devy Sekar Arum Granadha Nurmahendra

17113227 A 17113229 A 17113230 A 17113233 A 17113234 A 17113235 A 17113236 A

Tubulus

ginjal dan glomerulus nefron Ukuran ginjal ditentukan oleh jumlah nefron yang membentuknya. Tiap ginjal manusia memiliki kira-kira 1,3 juta nefron.

Ekskresi

bahan yang tidak diperlukan Pengaturan homeostatis Biosintesis dan metabolisme hormon

merupakan

penurunan laju filtrasi glomerulus (Glomerulus Filtration Rate/ GFR) yang terjadi selama beberapa jam hingga beberapa minggu, disertai dengan terjadinya akumulasi produk buangan, termasuk urea dan kreatinin.

Perubahan

filtrasi glomerulus Obstruksi tubulus Iskemia korteks ginjal

Peningkatan tekanan arteri rerata meningkatkan tekanan kapiler sehingga cenderung terjadi peningkatan filtrasi glomerulus.

Pada cedera glomerulus atau kapiler peritubulus, tekanan osmotik koloid cairan intertisium dapat meningkat.

cairan akan tertarik keluar glomerulus dan kapiler peritubulus sehingga terjadi pembengkakan dan edema di ruang Bowman dan intertisium yang mengelilingi tubulus

Peningkatan tekanan cairan interstisium disebabkan oleh obstruksi tubulus.

penimbunan cairan di nefron

kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi kerusakan ginjal yang ireversibel

laju filtrasi glomerulus menurun

kerusakan tubulus sel endotel dan adanya sumbatan intrarenal

Iskemia korteks ginjal

tersamar dan tidak spesifik walaupun hasil pemeriksaan biokimiawi serum selalu menunjukkan ketidaknormalan Gambaran klinis dapat meliputi : Perubahan volume urin (oliguria, poliuria) Kelainan neurologis (lemah, letih, gangguan mental) Gangguan pada kulit (gatal-gatal, pigmentasi, pallor) Tanda pada kardiopulmoner (sesak, pericarditis) dan gejala pada saluran cerna (mual, nafsu makan menurun, muntah)

Melalui

riwayat medis dan riwayat penggunaan obat, pemeriksaan fisik, penilaian pada hasil laboratorium dan jika diperlukan studi pencitraan (imagining studies) juga dapat digunakan dalam ARF. nilai keratinin serum (Scr) atau pengeluaran urin (Urine Output/ UOP) sebagai kriteria primer untuk mendiagnosis ARF

FENa

= (UNa x PCr x 100)/ (UCr x PNa)

UNa = kadar sodium urin PCr = kreatinin plasma UCr = kreatinin urin PNa = kadar natrium plasma

Uji laboratorium

Pra-renal Azotemia

GGA intrinsik

Obstruksi Pasca- Renal

Sendimen urin

Normal

Hablur, ada fragmen seluler

Ada seluler

fragmen

Sel darah merah urin Sel darah urin Sodium urin FENa (%) Osmolalitas urine/serum Urin/ Scr BUN/ Scr >1,5 >40: 1 putih

Tidak ada Tidak ada < 20 <1

2-4+ 2-4+ >40 >2 <1,3 <20:1

Variabel 1+ >40 Variabel <1,5 <20:1 15

>20

15

Sedimen urin

Penunjuk terhadap kondisi

Sel
Mikroorganism e Sel merah darah Pielonefritis Glomerulonefritis, Pielonefritis, infrak renal, nekrosis papilari, tumur ginjal, batu ginjal. Pielonefritis, nefritis interstisial Nefritis interstisial alergik terinduksi obat, penolakan transplantasi ginjal Nekrosis tubulus Hablur Granul Sel merah darah Nekrosis tubulus Pielonefritis, nefritis interstisial Glomerulonefritis, infrak renal, nefritis lupus, vaskulatis Kristal Obstruksi pasca- renal Urin basa, kemungkinan akibat sekundar dari infeksi Proteus sp, Obstruksi pasca- renal

Sel darah putih Eosinofil Sel epitel

Sel darah putih

Urine Fosfat

Komplikasi Ketidakseimbangan air dan natrium

Penatalaksanaan Manitol 20% Furosemid Dopamin Natrium bikarbonat Hiperkalemia : Kalsium klorida Na bikarbonat Glukosa dan insulin Hipokalemia : KCl

Ketidakseimbangan asam basa Ketidakseimbangan kalium

Abnormalitas kalsium dan fosfat

Hiperkalemia : antasida Hipokalemia : suplemen kalsium Suplemen zat besi Suplemen asam folat Furosemid Antagonis kalsium ACE inhibitor

Anemia

Komplikasi kardiovaskuler

Komplikasi gastrointestinal

Antasida Sukralfat antagonis H2

Anda mungkin juga menyukai