Anda di halaman 1dari 39

Menelusuri Sentimen Anti Pedagang

Kita tetap teringat dengan apa yang terjadi ketika Kerusuhan Mei 1998 melanda Jakarta. Sebagian orang yang mengikuti lewat berbagai media massa, terutama televisi dan radio, yang melakukan reportase perkembangan keadaan dari menit ke menit. Sebagian lain bahkan menyaksikan kejadian itu dengan mata kepala sendirii karena tepat berada di lokasi kejadian. alam peristiwa itu sejumlah besar bangunan baik berupa rumah tinggal, toko, rumah toko, bank dan !njungan "ank Mandiri #!$M%, pusat&pusat perbelanjaan, serta perkantoran dirusak, dijarah dan kemudian akhinta dibakar massa. 'asil analisis keruangan yang dilakukan oleh (usat (enelitian (erkotaan, )embaga (enelitian *niversitas $risakti, Jakarta menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat bahwa jenis hubungan yang menjadi korban adalah milik warga etnis $ionghoa. 'asil penelitian itu juga menemukan bahwa Kerusuhan Mei 1+ , 1- Mei 1998 menghan.urkan bangunan yang ada di sepanjang jalan besar. Kejadian tersebut menimbulkan pertanyaan, apakah yang ada sebuah penggerak di belakang kerusuhan itu / (emukiman warga keturunan etnis $ionghoa diidentikkan dengan dunia usaha, dan oleh karenanya mereka adalah kelompok pemilik modal. (andangan ini biasanya dipertajam lagi dengan stereotip&stereotip. 0mage ini se.ara tak disadari perlahan&lahan telah menjelma menjadi perasaan untuk menaruh .uriga dan memiliki ke.enderungan sebagai perasaan sentimen. $ulisan ini akan menelusuri akar&akar kekerasan rasial .

(emukiman&pemukiman ke.il orang $ionghoa sudah ada di 0ndonesia jauh sebelum kedatangan orang 1ropah, terutama di bandar&bandar perdagangan di sepanjang pantai utara pulau Jawa. Ketika "elanda memantapkan kedudukannya di Jawa, penduduk $ionghoa lalu bertambah banyak dan tersebar luas. "ahkan di kawasan yang pada abad ke&18 belum lagi berada di bawah kekuasan "elanda, seperti halnya dengan Kalimantan "arat dan "angka, orang $ionghoa telah datang dalam jumlah besar. Menjelang tahun 1823, diperkirakan jumlah penduduk $ionghoa di 0ndonesia sebanyak 444.333 orang, dua pertiganya berdiam di pulau Jawa. $etapi pertumbuhan yang sangat pesat sekali terjadi dalam 53 tahun belakangan, ketika migran& migran $ionghoa datang dalam jumlah yang besar bersamaan dengan meluasnya kekuasaan "elanda atas seluruh kepulauan dan peningkatan eksploitasi sumber&sumber kekayaannya. Meskipun demikian, sejak tahun 19+3 jumlah migran $ionghoa menjadi relati6 ke.il. (engaruh yang kuat dari depresi ekonomi, perang, revolusi dan naiknya kekuasan pemerintah 0ndonesia yang merdeka telah membatasi pertumbuhan penduduk $ionghoa itu hampir seluruhnya kepada pertumbuhan yang wajar # 7harles ! 7oppel, 1998 9 41 , 44 % "erakhirnya migrasi orang&orang $ionghoa seusai (erang (asi6ik, sebagaimana dikatakan :oshihara Kunio, akan mendorong pembauran. Keturunan&keturunan para imigran $ionghoa beberapa yang lalu dewasa ini masih orang $ionghoa, karena masuknya imigran baru di masa lalu masih menghidupkan komunitas $ionghoa, tetapi dengan berhentinya pemasukan ini sekarang, maka orang $ionghoa akan semakin berbaur dalam masyarakat pribumi. # :oshihara Kunio, 1993 9 152 % Migrasi yang mendorong adanya pemukiman orang $ionghoa di 0ndonesia dimulai sejak adanya perdagangan oleh pedagang&pedagang $ionghoa yang
4

menggunakan perahu&perahu jiungnya dari bagian tenggara daratan $iongkok, sedangkan pertumbuhan penduduk $ionghoa di 0ndonesia selanjutnya, sangat erat hubungannya dengan peranannya dalam bidang ekonomi. "ebas dari akibat&akibat birokrasi kerajaan $iongkok yang membuat mereka terkekang, orang $ionghoa perantauan itu membuktikan bahwa mereka paling .o.ok untuk perkembangan ekonomi. Mereka menekankan sistem nilai yang mementingkan kerajinan, kehematan, pengandalan pada diri sendiri, semangat berusaha dan ketrampilan, ditambah pula dengan prinsip&prinsip organisasi sosial yang mudah sekali disesuaikan dan digunakan. 'al tersebut menyebabkan mereka berhasil dalam bidang ekonomi di suatu negara yang kaya alamnya, dan yang penduduk aslinya sama sekali berlainan orientasinya. ari abad ke&15 sampai abad ke&43, yaitu pada waktu orang&orang "elanda maju pesat dengan eksploitasi ekonomi 'india "elanda yang makin sistematis itu, orang&orang $ionghoa makin banyak memperoleh peranan yang orang "elanda sendiri tidak mampu melaksanakan. Mereka diperkenankan untuk mengikuti selera mereka terhadap pekerjaan sebagai usahawan dan membina jaringan perdagangan dan 6inansial yang menyeluruh, yang membentang dari pelabuhan&pelabuhan besar sampai ke pasar&pasar desa. ;rang "elanda menguasai bidang perkapalan dan usaha ekspor&impor yang menghidupi dan dihidupi oleh jaringan ini, dan memungut pajak dan bea pada beberapa tempat di dalam sistem tersebut. Ke.uali mendapat dorongan untuk menduduki posisi&posisi perdagangan di antara kaum penjajah "elanda dan penduduk asli, orang $ionghoa juga dipekerjakan sejak tahun 1823&an sampai 19+3&an, sebagai buruh diperkebunan dan pertambangan yang menghasilkan komoditi untuk pasaran 1ropa. (ada tahun&tahun terakhir perkembangan kolonial ini, orang $ionghoa perantauan makin banyak
+

dipekerjakan sebagai mandor atau pegawai kantor di dalam perusahan& perusahan orang 1ropa itu. 0nilah sebabnya mengapa pengunduran diri orang&orang "elanda dari bisnis pada tahun 19-3&an, menempatkan orang& orang $ionghoa pada posisi untuk menguasai atau mengawasi bagian besar ekonomi yang bukan pertanian di seluruh 0ndonesia< suatu posisi yang dibenarkan oleh sejarah yang panjang dan berbau kolonialisme, dikekalkan oleh perbedaan budaya yang mendalam dan yang terbuka untuk serangan nasionalisme # = >illiam Skinner, 1981 9 4 , + % alam sebuah masyarakat yang beretnis banyak, kebudayaan dari masing& masing etnis juga berisikan konsep&konsep mengenai berbagai etnis yang hidup bersama dalam masyarakat tersebut. :ang ter.akup dalam konsep& konsep kebudayaan tersebut adalah si6at&si6at atau karakter dari masing& masing etnis tersebut. 0si dan konsep&konsep atau pengetahuan yang ada dalam kebudayaan dari masing&masing etnis adalah pengetahuan mengenai diri atau etnis mereka masing&masing, sebagai pertentangan atau lawan dari etnis&etnis lainnya. 0ni dilakukan untuk memun.ulkan keberadaan etnis atau keetnisan dalam interaksi antar anggota etnis yang berbeda. Konsep&konsep yang ada di dalam kebudayaan mengenai etnisnya dan mengenai kebenarannya yang subyekti6. :aitu kebenaran subyekti6 mengenai .iri&.iri etnisnya dan etnis&etnis lainnya. (engetahuan mengenai sesuatu etnis lain yang ada dalam kebudayaan sesuatu etnis tertentu adalah konsep&konsep yang seringkali juga digunakan sebagian a.uan bertindak dalam menghadapi etnis lain tersebut. >alaupun tidak selalu demikian adanya dalam perwujudan tindakan&tindakan dari para pelakunya. Konsep&

konsep yang subyekti6 yang ada dalam kebudayaan tersebut dinamakan stereotip dan stereotip dapat berkembang menjadi prasangka. Sebuah stereotip mengenai etnis itu mun.ul dari pengalaman seorang atau sejumlah orang yang menjadi anggota sebuah etnis dalam berhubungan dengan para pelaku dari sesuatu etnis tersebut. maka pengalaman tersebut menjadi pengetahuan. konsep&konsep yang ada dalam ari sejumlah pengalaman an, sebagai pengetahuan yang diyakini yang terbatas, yang dipahami dengan menga.u pada poila kebudayaannya, yang se.ara berulang terjadi dengan anggota&anggota etnis tersebut menjadi kebudayaannya kebenarannya. Melalui berbagai jaringan sosial yang dipunyai oleh seorang pelaku, pengetahuan kebudayan mengenai .iri&.iri sesuatu etnis tersebut disebarluaskan kepada sesama warga masyarakat etnis. (engetahuan kebudayaan yang ber.orak stereotip, yaitu mengenai .iri&.iri sesuatu etnis menjadi pengetahuan yang berlaku umum dalam kebudayaan dari masyarakat tersebut yang diyakini kebenarannya. # (arsudi Suparlan , 433- 9 45 , 48 % alam masyarakat 0ndonesia pada umumnya berkembang sejumlah stereotip negati6 tertentu mengenai karakter masyarakat etnis $ionghoa. Menurut 7harles ! 7oppel mengindenti6ikasikan setidaknya terdapat lima karakter umum etnis $ionghoa yang berkembang dalam persepsi masyarakat di 0ndonesia. (ertama, masyarakat etnis $ionghoa .enderung dianggap sebagai sebuah bangsa #ras% yang terpisah, yakni "angsa 7ina. Kedua, posisi masyarakat etnis $ionghoa yang diuntungkan dalam struktur sosial di bawah pemerintahan kolonial "elanda dilihat sebagai 6aktor penting yang memungkinkan mereka untuk menjadi kekuatan ekonomi dominan, yang
-

kemudian menjadi sumber ketidaksenangan di kalangan masyarakat asli. Ketiga, struktur sosial diskriminati6 selama penjajahan "elanda, di mana mayoritas kalangan etnis $ionghoa lebih suka mengidenti6ikasikan diri mereka dengan bangsa "elanda, juga melahirkan persepsi bahwa masyarakat etnis $ionghoa memiliki sikap arogan, memandang rendah masyarakat 0ndonesia asli, dan .enderung eksklusi6 serta mempertahankan hubungan 9kekerabatan ? dengan 7ina aratan. Keempat, masyarakat etnis $ionghoa dilihat sebagai kelompok yang tidak mungkin berubah dan akan selalu mempertahankan nilai&nilai kulturalnya di mana pun mereka berada. 'al ini, misalnya kerap terlihat dalam ungkapan sekali Tionghoa, tetap Tionghoa $erakhir, masyarakat etnis $ionghoa dilihat sebagai kelompok yang hanya peduli kepada kepentingan mereka sendiri, khususnya kepentingan ekonomi. Stereotip demikian pada akhirnya melahirkan ke.urigaan yang mendalam mengenai loyalitas politik masyarakat etnis $ionghoa. "anyak dugaan bahwa loyalitas masyarakat etnis $ionghoa, meskipun mereka sudah menjadi warga negara 0ndonesia, tidak kepada 0ndonesia. (ersepsi mengenai ke.enderungan masyarakat etnis $ionghoa untuk tetap mempertahankan nilai&nilai kultural serta hubungan kekerabatan menimbulkan ke.urigaan bahwa pada dasarnya loyalitas politik tersebut masih tetap diberikan kepada 7ina aratan. Kalaupun loyalitas politik tersebut tidak diberikan kepada ? engan kata lain, masyarakat etnis $ionghoa $anah )eluhur?, diduga mereka memberikan loyalitas tersebut kepada kepentingan ekonomi semata. tempat di mana mereka berada. dianggap hanya ? loyal ? kepada kepentingan ekonomi tanpa memperdulikan

Ke.urigaan terhadap loyalitas politik masyarakat etnis $ionghoa ini antara lain diperkuat oleh pembenaran sejarah, khususnya selama periode @evolusi Kemerdekaan. alam menyikapi perjuangan bangsa 0ndonesia meraih kemerdekaan, sebagian besar masyarakat etnis $ionghoa dilihat tidak memiliki rasa simpati sama sekali dan hanya sebagian ke.il yang berperan dalam mendukung gerakan nasionalisme 0ndonesia. #@iAal Sukma, 1999 9 1+3 , 1+8 dan 7harles ! 7oppel, 1998 9 +2 , 21 % Kendati demikian, sebagaimana dikatakan )eo Suryadinata, sebenarnya lima orang $ionghoa, yaitu )iem Koen 'ian, ;ei $jong 'auw, $an 1ng Swa, ;ei $iang $joei dan :ap $jwan "ing telah ikut serta dalam persiapan kemerdekian 0ndonesia yang dipimpin oleh Soekarno dan 'atta 28 tahun lalu. Bamun 6akta ini tidak banyak diketahui orang. Bamun yang ditonjolkan dalam buku&buku sejarah hanya (ao !n $ui yang dipergunakan "elanda untuk menentang revolusi 0ndonesia # )eo Suryadinata, 4334 9 41 , 44 dan 'istoria, Bo 13&$ahun 00 , 433+ , 'lm. 84 , 8+ % Selama periode emokrasi (arlementer dan khususnya emokrasi

$erpimpin, ke.urigaan terhadap posisi politik dan loyalitas masyarakat etnis $ionghoa tersebut, terutama di kalangan elite politik anti&komunis, juga diperkuat oleh adanya hubungan sebagian dari mereka dengan (artai Komunis 0ndonesia #(K0% dan @@7. Sejak awal, masyarakat etnis $ionghoa di 0ndonesia di.urigai berperan sebagai ? penghubung C antara (K0 dan @@7. Ke.urigaan demikian antara lain berkaitan dengan kedekatan antara masyarakat keturunan $ionghoa dengan (K0 dan karena banyak orang $ionghoa yang juga menjadi anggota (K0. Sementara, (K0 kerap dilihat sebagai partai yang selalu membela kepentingan masyarakat $ionghoa # misalnya, dalam peristiwa anti&$ionghoa pada tahun 19-9&23 dan 192+ %.
5

i samping itu, ke.urigaan tersebut juga diperkuat oleh adanya sumbangan ,sumbangan politik dari warga masyarakat etnis $ionghoa kepada (K0. Sikap ini kemudian memperkuat ke.urigaan $B0 !ngkatan 19-3. # @iAal Sukma , 1999 9 1+3 , 1+8 % Kegagalan upaya perebutan kekuasan oleh =erakan +3 September memberi peluang bagi ! di bawah pimpinan Mayor Jenderal Soeharto untuk menumpas (K0. "esarnya gelombang anti&(K0 dan tuntutan mundur bagi (residen Soekarno pada akhirnya melahirkan reAim ;rde "aru sejak Maret 1922. Memburuknya hubungan dengan @@7 juga berakhir dengan membekukan hubungan diplomatik pada tahun 1925. Sejak itu, struktur persepsi an.aman mengalami sedikit perubahan di mana hanya dua sumber an.aman nyata yang masih perlu ditanggulangi 9 masyarakat $ionghoa dan @@7.# @iAal Sukma , 1999 9 184 , 182 % Segera setelah terjadi kudeta 192-, orang&orang $ionghoa dianggap bertanggung jawab atas apa yang dituduhkan sebagai peranan @@7 dalam kup yang tidak berhasil itu. Sentimen anti&$ionghoa melambung tinggi dan orang&orang $ionghoa mengalami masa yang sulit # )eo Suryadinata, 1988 9 188 % Sejak tahun 1984, sebagaimana dikatakan ;nghokham, sejarah 0ndonesia penuh kekerasan dan kekerasaan seakan&akan masih dianggap alat sah untuk menyelesaikan kon6lik&kon6lik yang ada. Bamun meski an.aman demikian tetap ada, tidak semua kekerasan sepanjang sejarah pas.akolonial bersi6at anti $ionghoa. Masalah kekerasan itu hanya bisa selesai bila masyarakat 0ndonesia, baik pemerintah maupun rakyatnya, mengakui bahwa sejarah tersebut penuh kekerasan dan bertobat.
8

arat yang

sudah ada sejak dibukanya hubungan diplomatik dengan "eijing pada tahun

!kan tetapi, kadang kala justru kelihatan bahwa kon6lik rasial tersebut dikipasi dan dibiarkan. "iarpun demikian. $idak ada yang lebih mendestabilisasi wibawa pemerintah dan mengundang kegun.angan masyarakat daripada kekerasan di masyarakat. Masa depan 0ndonesia mungkin akan tergantung dari hubungan mayoritas&minoritas serta peme.ahannya. # ;nghokham , 4338 9 15 % Meskipun kekhawatiran akan kembalinya sisa&sisa (K0 masih tetap kuat, pemerintah ;rde "aru melihat bahwa kemungkinan demikian dapat diwujudkan melalui dukungan masyarakat $ionghoa dan hubungannya dengan @@7. engan kata lain, pada awal masa ;rde "aru, pemerintah menilai bahwa an.aman komunisme di 0ndonesia dapat menjadi lebih besar dengan adanya upaya dari @@7 untuk menghidupkan kembali (K0, dan upaya tersebut mendapat dukungan dari masyarakat $ionghoa di 0ndonesia yang loyalitasnya terhadap @epublik 0ndonesia masih tetap diragukan. (ersepsi mengenai ?koneksi @@7 , $ionghoa 0ndonesia? ini menjadi sema.am unsur utama dalam persepsi an.aman ;rde "aru, di mana diyakini bahwa masyarakat etnis $ionghoa dapat menjadi ? fifth colum ? bagi @@7 dalam melakukan aksi subversi di 0ndonesia. ;leh karena itu, an.aman komunisme tetap dianggap memiliki kaitan erat dengan 6aktor @@7 di lingkungan eksternal di satu pihak dan 6aktor ke.urigaan atas loyalitas masyarakat $ionghoa di dalam negeri di lain pihak. engan kata lain, masyarakat $ionghoa dilihat sebagai simpul pertautan #linkage% dari an.aman dari dalam #komunisme% dan an.aman dari luar #@@7% # @iAal Sukma, 1999 9 184 , 182 dan 7harles ! 7oppel, 1998 9 148 , 183 %

i samping itu, struktur persepsi mengenai an.aman komunisme yang diyakini oleh ;rde "aru memiliki kaitan erat dengan basis legitimasi reAim. @eAim ;rde "aru dibawah (residen Soeharto lahir berkat peranan !"@0, khususnya $B0&! , dalam menumpas (K0 yang dilihat sebagai kekuatan yang ingin mengubah identitas negara @epublik 0ndonesia yang sejalan dengan .ita&.ita proklamasi 198-. alam hal ini, !"@0 melihat dirinya sebagai kekuatan penyelamat yang mempertahankan (an.asila dan ** 198- dan rongrongan (K0 yang dibantu oleh pihak asing #@@7%, dan oleh karena itu berada pada posisi untuk mengoreksi berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah Soekarno sebelumnya. engan kata lain, ;rde "aru posisi !"@0 sebagai unsur dominan dalam pemerintahan

mendapat legitimasi dari perannya sebagai penyelamat @epublik 0ndonesia dari jurang kehan.uran akibat konspirasi am.aman komunisme (K0 dan 7ina Komunis. i samping klaimnya sebagai penyelamat negara dari an.aman komunisme serta penegasan komitmen terhadap (an.asila dan ** 8-, pemerintah ;rde "aru juga merumuskan dua prioritas utama kebijakan yang menjadi landasan legitimasinya. (ertama, pembangunan ekonomi. @ehabilitasi ekonomi menjadi tugas utama dari pemerintahan ;rde "aru. Kedua, dalam rangka mensukseskan agenda pembangunan ekonomi, diperlukan stabilitas nasional yang dapat di.apai dengan adanya keamanan nasional. alam hal ini, pemerintah ;rde "aru menegaskan bahwa kemungkinan kembalinya komunisme dan kebangkitan (K0 merupakan an.aman utama terhadap keamanan dan stabilitas nasional, yang pada gilirannya akan mengganggu proses pembangunan nasional. Stabilitas hanya dapat di.apai antara lain melalui pen.egahan terhadap intervensi asing dalam masalah internal
13

0ndonesia, khususnya dari @@7. Komunisme, khususnya komunis 7ina, dipersepsikan sebagai an.aman utama bagi keamanan nasional yang akan mengganggu proses pembangunan nasional. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kemungkinan aktualisasi penetrasi an.aman dari luar ini #@@7% sangat dimungkinkan kalau ada aktor domestik yang menjadi penghubung atau entry point. an, masyarakat $ionghoa di.urigai sebagai pihak yang dapat ber6ungsi sebagai entry point bagi kembali komunisme di 0ndonesia. Ke.urigaan demikian, pada gilirannya, menjadi sema.am kon6irmasi terhadap ke.urigaan masyarakat terhadap minoritas $ionghoa dan sedikit banyak menjadi 6aktor yang ? melanggengkan ? sentimen anti&$ionghoa. dalam masyarakat Seperti yang dibahas dalam bagian sebelumnya, masyarakat $ionghoa , termasuk mereka yang sudah menjadi >B0 , .enderung dilihat sebagai sebuah ras terpisah yang kurang disenangi. Sumber ketidaksenangan ini antara lain berasal dari posisi ekonomi etnis $ionghoa yang se.ara umum relati6 lebih baik. ;leh karena itu, masyarakat .enderung mempertanyakan loyalitas kelompok ini dan tidak peduli terhadap kepentingan nasional 0ndonesia. Misalnya, banyak pihak .uriga bahwa loyalitas sebenarnya dari masyarakat $ionghoa ditujukan kepada ? tanah leluhur C dan bukan kepada 0ndonesia. (ada gilirannya, perasaan dan sentimen demikian menjadi masalah yang tidak mudah untuk dipe.ahkan oleh pemerintah ;rde "aru, terutama dalam men.egah terjadinya berbagai kerusuhan anti&$ionghoa se.ara periodik. engan kata lain, pertemuan antara konstruksi persepsi an.aman nasional di satu pihak dan persepsi publik di lain pihak, menjadi salah satu simpul historis yang membuat masalah ini terus menjadi masalah nasional yang belum jelas arah penyelesaiannya # @iAal Sukma , 1999 9 184 , 182 %
11

Kendati demikian, pemerintahan Soeharto menggunakan modal $ionghoa domestik, terlihat dengan didirikannya Indonesian Busines Centre #0"7% pada 2 Juni 1928 di Jakarta. 0"7 bertujuan untuk membantu kabinet yang bari itu melaksanakan @epelita (ertama #1929 , 1958% pengembangan kerja sama antara sektor negara dan sektor swasta. 7entre. melalui irektur

(erusahaan Begara "erdikari, Suhardiman menjadi Ketua 0ndonesia "usines i samping itu didirikan National Development Corporation untuk memobilisasi modal $ionghoa sehingga dapat dipergunakan untuk pembangunan. (rogram organisasi itu sangat ambisius dan orang yang terlibat di dalamnya terbatas pada pengusaha yang pro&$aiwan bukan pro @@7. Kebanyakan orang yang terlibat didalamnya hanya dikenal oleh kalangan terbatas sehingga organisasi # )eo Suryadinata , 1988 9 182 % (ada ;rde "aru, menurut ! Made $ony Supriatna, para kapitalis $ionghoa diberi kesempatan nntuk mengembangkan bisnisnya se.ara luas. ;rientasi ;rde "aru pada ekonomi membutuhkan pen.iptaan bisnis investasi yang luas dan bersi6at massal. alam hal ini, yang memenuhi syarat untuk menghimpun modal hanyalah golongan $ionghoa karena lemahnya struktur modal yang dimiliki oleh para pengusaha pribumi. (ilihan ;rde "aru untuk menerapkan jalan kapitalis dalam pembangunan ekonomi membuat 6aktor modal $ionghoa dan modal asing lainnya menjadi sangat penting. Menarik bahwa ;rde "aru yang dikuasai oleh militer memilih modal dari golongan $ionghoa, walaupun tidak se.ara terang&terangan sebagai komponen pembentukan modal dalam negeri. !da beberapa sebab yang mendasari hal ini. (ertama, se.ara kultural, golongan $ionghoa perantauan telah sangat akrab dengan dunia bisnis. Kapitalisme perdagangan telah
14

dilakukan telah dilakukan golongan oleh golongan $ionghoa perantauan kurang lebih selama dua abad belakangan. unia bisnis dan komersial telah lama menjadi bagian dari hidup sosial golongan $ionghoa, sementara di kalangan pribumi hal ini belum dikenal se.ara luas. !rtinya, dunia bisnis dan komersial bisa dikatakan sudah menjadi ? tradisi C di kalangan $ionghoa (erantauan. Kedua, para pengelola kekuasaan yang sebagian besar adalah pejabat militer memiliki pengalaman dalam kerja sama bisnis dengan golongan $ionghoa. Karakter sosial golongan $ionghoa mudah disiasati oleh penguasa menjadi sasaran kebijakan dan sekaligus memberikan keuntungan pribadi. (engalaman tentara dalam menyerahkan urusan bisnis ke tangan golongan $ionghoa akhir tahun 19-3&an dan awal 1923&an agaknya juga sangat menentukan pilihan terhadap kapitalisme. engan kata lain, pengalaman bahwa jabatan dan kekuasaan mengatur mampu menghasilkan kemakmuran pribadi menjadikan para pejabat ini merasa lebih aman menyerahkan urusan ekonomi kepada golongan $ionghoa. Selain bisa diper.aya sebagai patner bisnis, golongan $ionghoa. Selain bisa diper.aya sebagai patner bisnis golongan $ionghoa juga mengerti posisi dan kedudukan seorang pejabat, serta dengan sukarela memenuhi kebutuhan pribadi pejabat tersebut. Ketiga, ekonomi 0ndonesia diran.ang oleh para teknokrat yang hendak menata ekonomi se.ara rasional. yang paling menguntungkan. itinjau dari perspekti6 rasional yang dimiliki oleh para teknokrat, maka sangat ke arah kapitalisme menjadi hal alam pandangan para teknokrat, modal $ionghoa diperlukan selama periode transisi sebelum para penguasa pribumi tumbuh karena injeksi investasi kapital besar&besaran. Keper.ayaan
1+

sema.am ini tumbuh karena asumsi kewirastawaan yang diperlukan untuk menggerakkan ekonomi. =olongan $ionghoa memang telah membuktikan hal ini dalam sejarah mereka. (ara teknokrat ;rde "aru per.aya bahwa injeksi modal luar negeri lewat (enaman Modal !sing itu dan penggalangan modal di dalam negeri se.ara besar&besaran akan memperbaiki ekonomi dalam waktu yang singkat. ;rientasi rasional dan pramatis dalah, antara lain, penyebab para teknokrat ini ber&orientasi ke luar ketimbang berorientasi kedalam dengan memperkuat modal dalam negeri dan pengusaha pribumi. alam ** Bo 1 D1925 tentang (enanaman Modal !sing disebutkan bahwa ada tiga ma.am modal yang mau digalang, yakni modal asing, modal asing domestik, dan modal domestik. ua yang terakhir, umumnya dimiliki oleh para pengusaha golongan $ionghoa. !gaknya, pilihan untuk bertindak pragmatis dengan membuat ekonomi berorientasi ke luar ini dihasilkan oleh pengalaman belajar di luar negeri dan lobby politik yang terbentuk oleh para teknokrat dengan lembaga&lembaga keuangan internasional. Karena itu dalam ;rde "aru tampak ada rangkaian siasat politis dan ekonomis yang direkayasakan bukan saja sebagai siasat rekayasa pembangunan ekonomi, melainkan juga menyangkut nasib golongan $ionghoa. (ersekutuan antara pengusa&pengusaha kembali berulang dalam bentuknya yang primiti6 namun dengan .ara kerja yang sangat .anggih. Kapitalisme yang menjadi dasar persekutuan ini sesungguhnya berhasil men.iptakan suatu sistem ekonomi yang terus bergerak dan mengumpulkan modal sehingga sulit dikontrol # ! Made $ony Supriatna , 1992 9 83 , 84 %

18

"erkaitan dengan modal $ionghoa, menurut Je66rey ! >inters, dalam bukunya Power In Motion Modal Berpindah, Modal Berkuasa , menyatakan bahwa ada suatu program untuk memberi jaminan dan memikat para penanaman modal berpindah untuk tidak pergi lagi, pada tahun 1928 perhatian ditujukan pada $ionghoa 0ndonesia. $ertunda dalam memberi respon terhadap penanaman modal berpindah $ionghoa 0ndonesia, salah satu 6aktor disebabkan memburuknya hubungannya hubungan 0ndonesia dengan @epublik @akyat 7ina #@@7% . (K0 telah mendapat dukungan dari @@7, dan hal ini telah menimbulkan ke.urigaan orang&orang $ionghoa 0ndonesia. "ahwa kelompok etnis $ionghoa adalah kelas penanaman modal domestik yang paling giat dan dinamis tampaknya tidak menghilangkan pandangan yang diterima se.ara luas bahwa mereka mendukung (eristiwa 192-. Satu 6aktor lain, yang hanya di permukaan saja terkait dengan persoalan (K0, adalah bahwa orang&orang 0ndonesia asli sedang melakukan serangan& serangan terhadap etnis $ionghoa di negerinya selama 1922 , 1925. (roperti etnis $ionghoa dihan.urkan dan dibakar. Satu 6aktor terakhir adalah pengaruh kreditor 0ndonesia yang kuat. "erbeda dengan penanaman modal lainnya, orang&orang $ionghoa 0ndonesia lebih memusatkan perhatian pada perdagangan dalam negeri dan sektor barang konsumen. Kedua sektor itu tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap kemampuan ekspor negara itu. (erusahaan&perusahaan besar asing di sektor ekstrati6lah yang dibutuhkan untuk membawa pemasukan dalam bentuk valuta asing yang akan memuaskan >orl "ank, 0ME, dan negara&negara 0==0. Maka beberapa 6aktor menyatu untuk menunda tanggapan negara kepada etnis $ionghoa. $etapi penundaan itu tidak dapat berlangsung tanpa batas, karena potensi investasi dan produksi yang dikuasai oleh orang&prang $ionghoa 0ndonesia
1-

terlalu besar diabaikan. Menjelang tahun 1928 langkah&langkah yang menentukan telah diambil untuk membawa modal ini kembali. (erundang& undangan utama yang memberi isyarat mengenai kebijakan baru reAim ;rde "aru kepada unsur&unsur yang berpindah&pindah dari kelas investor 0ndonesia sendiri adalah *ndang&*ndang (enanaman Modal $ahun 1928. alam Begeri engan *ndang&*ndang ini, reAim ;rde "aru memberi isertai dengan

insenti6 serta perlindungan yang sama bagi investor domestik seperti yang dinikmati oleh orang&orang asing lewat ** (M! 1925. tindakan keras dari tentara terhadap orang&orang yang mengadakan aksi&aksi kekerasan, yang ditujukan kepada etnis $ionghoa, telah mendorong para investor domestik 0ndonesia yang paling mobil untuk mengembalikan asset mereka dan sekali lagi melakukan produksi dan perdagangan. # Je66rey ! >inters, 1999 9 133 , 134 % (ara kapitalis swasta yang mun.ul dan tumbuh dalam Aaman pemerintahan Soeharto sebagian besar adalah pengusaha yang tidak mun.ul sebelumnya, tetapi mereka memiliki hubungan usaha yang telah berlangsung lama dengan para perwira militer. :ang paling terkemuka di antara mereka yang memiliki koneksi militer adalah )iem Sioe )iong. 'ubungan )iem Sioe )iong dengan Soeharto telah dimulai sejak dini dalam karir sang jenderal dan )iem Sioe )iong menjadi Cukong #pengusaha $ionghoa yang punya koneksi dengan pejabat&pejabat tinggi% terkemuka bagi ;rde "aru. 0a berhasil memperoleh monopoli .engkeh yang sangat menguntungkan, lisensi pabrik tepung terigu terbesar, dan kemudahan yang sangat besar untuk memperoleh devisa negara. :ap Swie Kie berhasil karena konsesi hutan yang luas yang diperolehnya, sementara perusahaan =o Swie Kie dibangun di atas lisensi dari "adan *rusan )ogistik #"ulog% untuk mengimpor dan
12

menyalurkan barang kebutuhan pokok. >illiam Soeryadjaya mengadakan usaha patungan dengan perakit mobil negara =aya Motors dan dengan 0bnu Sutowo, direkttur perusahaan minyak negara (ertamina, dan menjadi agen tunggal untuk mengimpor dan merakit mobil $oyota dan dengan ivisi aihatsu yang sangat menguntungkan. "ob 'asan, yang telah lama punya hubungan iponegoro dan Kostrad di bawah Soeharto, memperoleh koneksi hutan dan bantuan negara untuk mendirikan perusahaan pelayaran. alam periode ini, usaha patungan amat penting bagi pembentukan kelompok perusahaan. i bidang tekstil, eletronika, pabrik ka.a, 6armasi, dan keuangan, modal dalam negeri berkembang pesat hingga memperoleh kemudahaan bukan hanya untuk mendapatkan dana tetapi juga teknologi, jaringan perusahaan dan ketrampilan mengelola perusahaan yang dibutuhkan untuk kegiatan industri modern. 'ubungan antara modal dan pusat kekuasaan birokrasi&politik juga dilembagakan, dalam bentuk perusahaan patungan. Karena itu, hampir semua saham milik keluarga Soeharto adalah saham minoritas dalam kelompok&kelompok perusahan besar yang pada dasarnya milik orang $ionghoa. khususnya milik )iem Sioe )iong, dan juga kapitalis&kapitalis $ionghoa lainnya, termasuk >illiam Soeryadjaya, !gus Bursalim dan Mukmin !li. #@i.hard @obison, 1998 9 114 , 11+ dan @osita Boer, 1998 9 -1 , --%. (ara kapitalis yang men.oba menjalin hubungan dengan pemerintah demi keuntungan bisnis dapat disebut pemburu rente #rent seeker% karena pada pokoknya mereka men.ari peluang&peluang untuk menjadi penerima rente yang dapat pemerintah berikan dengan menyerahkan sumberdayanya, menawarkan proteksi, atau memberi wewenang untuk jenis& jenis kegiatan tertentu, yang diaturnya. @ente di sini dide6iniskan sebagai selisih antara nilai pasar dari suatu kebaikan hati pemerintah dengan jumlah
15

yang dibayar oleh si penerima kepada pemerintah danD atau se.ara pribadi kepada penolongnya di pemerintahan #:oshihara Kunio, 1993 9 9+ % i samping man6aat yang diperoleh dari usaha patungan dan perlindungan politik, para kapitalis yang telah memperoleh konsesi hutan, atau konsesi negara yang lain atau yang terjun dalam usaha industri pemberintah, pengurangan pajak dan bea impor, serta bahan bahan mentah, listrik dan air, dan energi yang murah dan disubsidi negara, dan kredit. Karena proteksi ini usaha mereka berkembang dengan pesat, tetapi tidak lama kemudian mereka menghadapi masalah klasik dalam industri substiusi impor, yakni ekonomi dalam negeri tidak mampu menyerap barang&barang konsumen yang mereka hasilkan. Menghadapi jalan buntu ini para nasionalis ekonomi di kalangan pemimpin birokratik&politik 0ndonesia mendesak agar industri subtitusi impor diperdalam, industri barang modal dan barang antara dikembangkan, dan agar industri digeser ke bidang industri ekspor bernilai tambah lebih tinggi. *paya&upaya ini pada awalnya dipelopori oleh 0bnu Sutowo, yang menggunakan (ertamina sebagai sumber keuangan untuk usaha&usaha industri baja, petrokimia, dan perkapalan yang berada di luar ren.ana rumusan "adan (eren.anaan (embangunan Basional #"appenas% yang lebih berorientasi pasar. $etapi garis besar strategi untuk membangun basis industri yang terpadu diran.ang oleh 7enter 6or Strategi. and 0nternational Studies #7S0S% di bawah !li Moertopo dan dipimpin oleh Jusu6 (anglaykim Sejalan dengan tujuan politik negara&perusahaan Moertopo, pengembangan industri nasionalis menghendaki koordinasi antara modal negara dan modal swasta. # @i.hard @obison, 1998 9 114& 11+ %

18

Setelah peristiwa Malari, dengan adanya penerimaan besar dari minyak, dikotomi antara pengusaha $ionghoa dan pribumi mulai mun.ul. 0ni ditandai dengan penggunaan istilah pengusaha ?pribumiC dan ?non&pribumiC di dunia usaha. (enggunaan istilah yang berbeda ini diprakarsai oleh !minuddin !Ais dan '.1. Kowara, ketua dan wakil Eorum Swasta Basional pada bulan Juni tahun 1958. (enggunaan istilah ini, pada tahun yang sama juga diikuti dengan pembentukan sebuah organisasi bisnis dengan nama 'impunan (engusaha (ribumi 0ndonesia #'ippi% yang berdiri di bawah Kamar agang dan 0ndustri 0ndonesia #Kadin%. 'ippi di.iptakan dengan tujuan untuk melindungi pengusaha pribumi, dan penggunaan istilah ? non&pribumi C memang disengaja sebagai kritikan terhadap pengusaha $ionghoa. *ntuk mengurangi ketegangan sema.am itu dan dengan bekal pendanaan dan penerimaan minyak pemerintah ;rba mengeluarkan kebijakan baru yang pada dasarnya untuk memberdayakan pengusaha pribumi. Kebijakan itu, antara lain misalnya, di dalam @epelita 00 di.antumkan bahwa kredit investasi dari bank negara, seperti Kredit 0nvestasi Ke.il #K0K%, Kredit Modak Kerja (ermanen #KMK(% dan Kredit *saha Ke.il #K*K% hanya akan diberikan kepada pengusaha pribumi. (ada tahun 1952 juga dikeluarkan a6tar Skala (rioritas # 0(% dengan tujuan di samping untuk "egitu juga keluarnya menyalurkan investasi asing dan domestik di luar areal perkotaan, tetapi juga untuk melindungi usaha&usaha pribumi. peraturan Bo +2 tahun 1955 menyangkut pelaksanaan batas waktu investasi F asing G di sektor perdagangan dan pengalihan saham milik ?asingC ke tangan pribumi atau >B0. (eraturan ini juga sekaligus menutup sektor perdagangan bagi kalangan ? asing C sehingga se.ara tidak langsung memaksa mereka mengalihkan usahanya ke sektor industri. ua tahun
19

kemudian, lewat Keppres Bo 18 tahun 1959 yang kemudian disempurnakan oleh Keppres Bo 18 !D1983, pemerintah ;rba menyatakan bahwa seluruh departemen dan institusi pemerintah harus memberikan kontrak proyek senilai sampai dengan @p 133.333,& kepada ? usaha golongan ekonomi lemah ?. Sementara, usaha golongan ekonomi lemah itu dide6inisikan sebagai sebuah perusahaan asing -3 H kepemilikannya berada di tangan pribumi dan sebagian kepemimpinannya juga berada di tangan pribumi. # B Buranto, 1999 9 2- , 28 % Keppres 18 ! memberikan keuntungan politik langsung kepada pemerintah Soeharto. Keppres ini tidak hanya membantu meredakan keben.ian pribumi pada orang&orang $ionghoa (erantauan dan memusatkan kontrol pada pengeluaran sektor publik dalam tangan eksekuti6, tetapi juga men.iptakan suatu pengaruh yang kuat bagi tumbuhnya sektor swasta di 0ndonesia. $ambahan pula, pilihan waktu oleh Soeharto sangat bagus , memberlakukan peraturan baru di tengah&tengah ekspnasi ekonomi yang digerakkan minyak pada tahun 1983 mendorong peluang peraturan itu ke tingkat setinggi&tingginya # Jean !den, 1999 9 1-8 % Memang Keppres Bo 18 ini menghasilkan pengusaha&pengusaha pribumi, terutama yang bergerak di sektor kontruksi dalam rangka pengembangan in6rastuktur. Sebagai .ontoh antara lain, Siswono Judo 'usodo, putera mantan gubernur Jakarta Suwondo, Eahmi 0dris, mantan aktivis mahasiswa angkatan 22 dan (ontjo Sutowo, putra dirut (ertamina 0bnu Sutowo. Mereka semua merupakan anggota teras 'ipmi #'impunan (engusaha Muda 0ndonesia%. 0ni juga disusul dengan mun.ulnya putra&putri Soeharto, seperti "ambang $rihatmojo, Siti 'ardiyanti @ukmana, Sigit 'aryoyudanto, dan 'utomo Mandala (utra, di dunia bisnis di awal tahun 1983&an. sukses

43

!kan tetapi, walaupun ada peraturan seperti Keppres 18, se.ara keseluruhan, pengusaha etnis $ionghoa ternyata lebih banyak tumbuh dan menjadi besar. Salah satu penyebabnya, adalah, aturan itu hanya membantu sebagian pengusaha pribumi, terutama mereka yang memiliki hubungan dengan kekuasaan atau memang sudah memiliki aliansi dengan pengusaha $ionghoa. !lhasil, porsi kepemilikan di sektor swasta memang masih di tangan pengusaha $ionghoa. i samping itu, perlindungan pemerintah setelah tahun 1958 terhadap ? infant industry C ternyata juga membantu pengusaha $ionghoa, karena mereka juga mulai berpindah dari perdagangan ke industri manu6aktur seperti makanan dan minuman, tekstil, kimia, produk&produk metal atau produk konsumsi&konsumsi pengganti barang impor yang menyerap banyak tenaga kerja. Sehingga, dapatlah dikatakan, bahwa di awal tahun 1953&an mereka melalui aliansi dengan modal asing, terutama dengan produsen barang yang telah lama mereka distribusikan, memang telah meletakkan dasar&dasar usaha di bidang manu6aktur yang kemudian tumbuh dan berkembang besar di awal tahun 1983&an. (otensi mereka untuk menanamkan modal lewat investasi dan penyediaan lapangan kerja memang diakui oleh pemerintah ;rba. Sehingga, tidaklah mengherankan apabila di awal tahun 1983&an ketika penerimaan dari minyak mengalami penurunan, pemerintah ;rba berpaling ke pada sektor swasta, yang umumnya di dominasi $ionghoa, untuk investasi dan menyediakan lapangan kerja. 0ni ter.ermin dalam pidato Soeharto ketika menyampaikan program @epelita 0I #1988 , 1989% yang menyatakan bahwa pemerintah hanya dapat menyediakan -8.1 H dari keseluruhan biaya yang dibutuhkan bagi pembangunan tanah 0I. Sementara sisanya 8-.9 H diharapkan datang dari
41

sektor swasta, terutama untuk menjangkau pengadaan lapangan kerja dan memperoleh dana bagi program pembangunan dan penerimaan ekspor non& migas. Salah satu upaya untuk menarik investasi itu adalah dipermudahnya prosedur naturalisasi. (emerintah menjamin pemberian kewarganegaraan dalam waktu singkat. (emohon hanya diminta menunjukkan akte perkawinan, K$( dan kopi pembayaran pajak. i samping itu, pemerintah juga mulai mengeliminir penggunaan istilah pengusaha pribumi dan non& pribumi dengan memasyarakat istilah ? pengusaha nasional ? # B Buranto, 1999 9 2- , 28 %. Meskipun terjadi peningkatan tekanan untuk menahan modal pengusaha $ionghoa, pihak pribumi di lapisan birokrasi politik sadar akan pentingnya modal orang $ionghoa bagi proses umum pengumpulan modal dan pertumbuhan ekonomi di 0ndonesia. alam lingkungan kon6lik, ketegangan, dan kontradiksi inilah kapitalis $ionghoa melebarkan dominasi perusahaan mereka di dalam perekonomian 0ndonesia. $etapi tidak adil dan tidak benar, sebagaimana dikatakan !immes awis jika kita menanggap masyarakat $ionghoa semuanya makmur. Meskipun beberapa pengusaha $ionghoa benar&benar menjadi ?konglomeratC raksasa , istilah yang berarti .ukong paling besar dan paling berhasil yang kehadiran usahanya mengeruk pendapatan miliaran dolar , jumlah terbesar orang $ionghoa terdiri atas pemilik toko, penjual kerajinan tangan dan mebel, dan bahkan penyapu jalan dan tukang be.ak di wilayah kota yang kurang berada seperti $angerang dan Singkawang. #!imme awis, 43399 +8 % Sebagaimana dikatakan ;nghoham, kemakmuran orang&orang $ionghoa, rasialisme dan anti&
44

$ionghoa sudah ada sejak Aaman kolonial "elanda. Kerusuhan anti& $ionghoa pertama terjadi pada 1583 di "atavia, yang dilakukan oleh pemduduk "elanda terhadap $ionghoa. ari peristiwa ini se.ara resmi dilahirkan peraturan&peraturan segregasi rasial .;rang $ionghoa diharuskan tinggal di kampung&kampung $iongho dan untuk mengadakan perjalanam di luar kampung masing&masing atau antar kampung orang $ionghoa diharuskan membawa pas jalan. 0ni membatasi kebebasan bergerak se.ara 6isik penduduk $ionghoa dan diperlakukan pasang surut se.ara ketat atau tidak ketat. # ;nghoham, 4338 9 98%. (embatasan ruang gerak orang&orang $ionghoa tadi dihapus pada tahun 193- # ;nghokam , 4338 9 8 % eregulasi di bidang 6inasial yang mun.ul di tahun 1988, semakin membuka kesempatan untuk memperkokoh usaha yang dimiliki golongan $ionghoa. Melalui regulasi ini, sebagian besar pengusaha etnis $ionghoa dapat mengkonsentrasikan kekuatan 6inansialnya. Misalnnya, pendirian beberapa institusi 6inansial dan kerja sama yang mereka jalin dengan insitusi 6inansial asing, ternyata sangat membantu sebagai sumber dana yang esensial bagi perkembangan usaha orang&orang $ionghoa. 0nsitusi 6inansial tersebut ber6ungsi sebagai payung bagi golongan $ionghoa yang ingin menekuni dunia usaha. Melalui insitusi 6inansial yang mereka miliki, beberapa pengusaha besar se.ara tak langsung dapat memberikan suntikan dana ataupun memberikan kredit bagi pengusaha etnis $ionghoa lainnya, terutama bagi mereka yang baru menekuni dunia usaha. Buranto, 1999 9 28 , 59 % i samping itu, mereka juga semakin mundah mendapat pinjaman dari pihak luar negeri. # B

4+

$erpusatnya pembanguan di sektor keuangan hanya menimbulkan atau malah mempertahankan monopoli yang sudah ada di sektor riil dan hanya membuka lahan bagi ekspansi kelompok&kelompok bisnis yang lebih besar. Menjelang pertengahan 1983&an beberapa pemilik modal seperti )iem Sioe )iong, >illiam Soerjadjaja dan 1ka $jipta >idjaya dengan Sinar Mas&nya, menjadi pemimpin sejumlah besar perusahaan baik yang bergerak di bidang perbankan, perdagangan, maupun kontruksi. Mereka Mo.htar @iady dengan =roup )ippo&nya, 1ka $jipta >idjaya dengan Sinar Mas =roup&nya, dan yang paling terkenal, Kelompok !stra =roup milik keluarga Soerjadjaya semuanya mengadakan ekspansi ambisiusnya ke berbagai lahan baru. Semua konglomerat ini memulai bisnisnya dengan merangkul militer atau dengan keleluasaan yang diberikan oleh pemerintah. Memperoleh kesempatan dengan adanya program re6ormasi ekonomi dari pemerintah hanyalah merupakan sebuah bentuk patronase dalam .ara yang lain. )ippo memusatkan perhatiannya pada bisnis bank retail yang diliberatkan dengan adanya paket pembaruan di bulan ;ktober 1988 #(akto 88%. Sinar Mas menarik diri dari kepemimpinannya atas bisnis minyak goreng dan men.oba menjadi produsen kertas terbesar di kawasan !sia $enggara. Sedangkan !stra memper.epat diveri6ikasinya ke bisnis pertanian perbankan dan real& estate. )iberalisasi atas regulasi perbankan yang ada dalam (akto 1988, memperjelas .ara restrukturisasi radikal di sektor perbankan. (asar perbankan awalnya didominasi oleh bank&bank milik negara yang .enderung tidak e6isien. !turan&aturan baru yang ada memberikan ruang yang .ukup besar bagi bank&bank asing dan bank nasional swasta untuk beroperasi. Kelompok&kelompok pebisnis keturunan $ionghoa yang besar gagal
48

memperoleh iAin perbankan, dan melan.arkan skema penyimpanan yang li.ik. Bamun banyak juga dari mereka yang melakukan ekspansi dengan begitu .epat sehingga bank&bank asing yang memberi perpanjangan batas kredit kepada mereka mulai khawatir terhadap kekuatan basis asset mereka. Menjelang akhir tahun 1983&an, liberalisasi ekonomi mulai mengedepankan kekayaan dan keberhasilan komunitas etnis $ionghoa dan hal itu naik menjadi isu politis yang sentiti6. Salah seorang pebisnis kawakan $ionghoa, )iem Sioe )iong, bahkan digolongkan sebagai salah satu dari empat puluh orang terkaya di dunia, yang menjalankan kelompok bisnis yang terbesar dari pantai "arat !merika Serikat, melewati !sia $enggara, hingga 1ropa. i tahun 1988, sebanyak +33 kelompok bisnis papan atas, yang kebanyakan dari mereka berhutang kekayaan kepada ;rde "aru Soeharto, memamerkan kekayaan mereka yang berjumlah kira&kira 53.333 milyar #53 triliun% rupiah atau hampir tiga kali anggaran belanja negara yang dialokasikan untuk tahun 1983 , 1993 yakni sebesar @p 48.98+ milyar. ari +33 kelompok bisnis terbesar di akhir era 1983&an, Salim =roup #)iem Sioe )iong% berada di peringkat teratas dengan assetnya yang bernilai lebih dari *SJ + milyar, diikuti oleh Sinar Mas, !stra, lebih dari *SJ 133 juta "ila di Malaysia kebijakan liberalisasi sangat berkaitan dengan mun.ulnya borjuasi negara Melayu, di 0ndonesia sama sekali berbeda. "orjuasi etnis $ionghoa, yang sekian lama dilindungi Soeharto dan pejabat&pejabat tinggi dari kalangan militer, mun.ul sebagai kekuatan ekonomi yang paling kuat di luar negara. Bamun, karena posisi mereka agak rapuh dalam bidang politik
4-

jarum, )ippo,

harmala, Jan

armadi,

Mantrust, dan Busumba #"ob 'asan% masing&masing dengan total asset

#terutama dengan aksi anti&$ionghoa yang dilan.arkan oleh masyarakat pribumi se.ara diam&diam%, perlindungan dari elite politik #Soeharto dan pejabat militer lainnya% dirasa sangat perlu bagi mereka. Sudah menjadi rahasia umum di negeri ini bahwa pebisnis&pebisnis keturunan $ionghoa merupakan ? makanan empuk ? bagi birokrat dan pejabat militer yang korup, termasuk keluarga Soeharto sendiri. engan kekayaan ekonominya, mereka juga harus membantu =olkar terutama dalam masa kampanye dan di waktu =olkar mengadakan aktivis politiknya seperti Kongres, Munas dan hal&hal lain sejenisnya # Syamsul 'adi, 433- 9 422 , 428 %. Eungsi kelompok ini menjadi semakin jelas ketika, sebagaimana dikatakan :usiu )iem, pada saat badai krisis moneter menerpa, merka dikorbankan sebagai ? kambing hitamC dalam skenario reAim Soeharto. 0ni tepatnya terjadi antara tahun 1992 dan Mei 1998 # :usiu )iem, 4333 9 55 % alam dasawarsa&dasawarsa belakangan, koneksi&koneksi politik

memainkan peran yang begitu besar di dalam keberhasilan para .ukong paling kaya di !sia $enggara sehingga sejumlah perhatian harus diberikan kepada mereka. "eberapa individu sangat mengandalkan kontak&kontak politik untuk kepentingan dagang dengan )iem Sioe )iong dari 0ndonesia menjadi kasus yang terkenal< sedang yang lain&lain lebih kurang meman6aatkannya #misalnya >illiam Soeryadjaya dan $ah Kah Kee%. Bamun di luar Singapura, orang $ionghoa paling kaya di !sia $enggara pun jarang terkenal dalam kehidupan politik wilayah itu, apalagi ini CborjuasiC penting di dalam paham MarKis konvensional karena marjinalitas politik dan kerawanan sosial orang $ionghoa. Kemampuan mereka memanipulasi koneksi&koneksi politik dalam berbagai keadaan tergantung lebih pada

42

keadaan ekonomi dan sosial daripada berdasarkan watak politik navitis mana pun. Sebaliknya, menurut @obert > 'a6ner, adalah perlu untuk mempertanyakan argumen yang diberikan oleh :oshihara Kunio bahwa kaum kapitalis !sia $enggara, baik $ionghoa maupun pribumi, tidak lebih dari kapitalis semu #ersat!% atau pen.ari keuntungan #rent seeker%, sangat tergantung pada koneksi&koneksi politik, privilese khusus, dan langkanya lisensi maupun teknologi yang diimpor sehingga mereka sama sekali bukan kapitalis sejati. Meskipun terdapat bukti untuk mendukung generalisasi seperti itu terhadap sejumlah kapitalis $ionghoa, barangkali bahkan banyak, :oshihara telah memperlemah kasusnya dengan membesar&besarkannya. Jika wilayah tersebut benar&benar langka kapitalis sejak 1923&an, adalah sukar untuk menjelaskan dunia dunia bagaimana menggaet wilayah kesempatan itu mempertahankan keuntungan tingkat ketika pertumbuhannya yang begitu tinggi. Kaum kapitalis dan politisi seluruh men.ari dimungkinkan bagi mereka memperolehnya melalui koneksi&koneksi politik. =ambaran khusus tentang !sia $enggara bukan suatu kapitalisme semu, tetapi posisi unik orang $ionghoa yang se.ara ekonomi kuat dan sangat dibutuhkan, tetapi se.ara politik lemah dan rawan, suatu situasi dengan akar& akar politik dan sejarah yang rumit # @obert > 'e6ner, 1999 9 198 dan 7hristianto >ibisono, 1993 9 1+ , 15 % i kalangan generasi yang silam, para pengusaha $ionghoa 0ndonesia telah menunjukkan keahlian besar dalam meningkatkan organisasi ekonomi mereka. $etapi dalam melaksanakannya, mereka tanpa sadar mendorong penyingkiran kaum pengusaha Muslim dan menambah keragu&raguan dalam
45

pikiran kaum Muslimin tentang legitimasi pasar sebagai suatu keseluruhan. ;rang 0slam 0ndonesia telah bereaksi terhadap perkembangan& perkembangan ini dengan mempromosikan strategi mereka sendiri untuk meningkatkan usaha mereka. Bamun, karena tiadanya preseden organisasi sekonkret dan see6ekti6 yang dimiliki orang $ionghoa, mereka kurang menunjukkan kesepakatan tentang prakarsa&prakarsa apa yang dapat diambil. Menteri "J 'abibie telah menganjurkan peman6aatan industri , industri strategis pengembangan teknologi milik negara, karena melalui industri ini , dukungan pemerintah terhadap kelas bisnis elite Muslim dapat dilakukan. Kaum populis 0slam menyatakan bahwa berbagai penekanan lebih besar dapat diberikan kepada program&program berman6aat bagi kelompok massa 0slam yang miskin itu. (ilihan ketiga, yang umumnya dikaitkan langsung dengan !bdurra.hman >ahid, yang diupayakan bekerja sama dengan orang $ionghoa 0ndonesia, bertujuan untuk meningkatkan kerja sama bisnis bukan berkon6rontasi dan meremehkan gagasan bahwa, di samping dari isu kejujuran dan keadilan #yang penting sebagai haknya sendiri %, ada hal sebagai ekonomi 0slam. # @obert > 'e6ner, 1999 9 +81 % Memasuki dedake 1993&an, kesempatan untuk membesarkan usaha juga terbuka dengan akti6nya bursa saham. Maka saat itu satu&persatu perusahaan besar milik pengusaha etnis $ionghoa dida6tarkan dan diperjualbelikan sahamnya di bursa saham. 0ni juga mengakibatkan mereka mengubah struktur perusahaan, dari perusahaan keluarga ke perusahaan&perusahaan yang sebagian dimiliki oleh publik. Sampai pertengahan 199-, misalnya, dari 124 perusahaan yang terda6tar di bursa saham Jakarta, 83 H di antaranya adalah milik pengusaha $ionghoa. # B Buranto , 1999 9 28 , 59 %

48

Sementara itu ekonomi berkembang dan tentunya pro6il dari banyak etnis $ionghoa kaya, stereotip tentang kekayaan kelompok minoritas ini sebagai sebuah sebuah keseluruhan menjadi 6akta publik, yang tetap ada. :ang paling terkenal dari isu ini adalah bahwa etnis $ionghoa, yang hanya men.akup dua persen dari populasi, mengontrol presentasi kekayaan 0ndonesia yang sangat besar. "eberapa angka agregat sangatlah tendensius, mengingat etnis $ionghoa tidak diperbolehkan memiliki tanah dan mereka dipinggirkan dari beberapa sektor negara yang menggiurkan. Meskipun demikian angka&angka yang lebih akurat menunjukkan bahwa sebelum Mei 1998 bisnis golongan $ionghoa memang men.apai 83 persen dari kekayaan sektor korporat swasta. 0nti dari angka&angka tersebut, hanya pada perusahaan&perusahaan terbatas. 1tnis $ionghoa memiliki sembilan dari sepuluh group bisnis di 0ndonesia dan mengontrol 83 persen dari asset yang dimiliki +33 perusahaan peringkat atas. ari 1- pembayar pajak tertinggi, 1+ merupakan orang&orang $ionghoa , sisanya "ambang $riatmodjo dan 'utomo Mandala (utra #$ommy% Soeharto, putra&putra (residen. 'ubungan antara Soeharto dan pengusaha, seperi )iem Sioe )iong #Sadono Salim% pimpinan dari =roup Salim dan juga orang 0ndonesia terkaya, ditambah dengan tampilan kekayaan mereka yang menyolok sepanjang dedake terakhir, semakin memupuk persepsi tentang etnis $ionghoa sebagai komunitas yang kaya. !da pula persepsi bahwa etnis $ionghoa di 0ndonesia dan wilayah lainnya bahwa se.ara kultural, etnis $ionghoa telah mendapatkan start awal di dalam permainan kapitalisme. =eneralisasi seperti itu gagal melihat bahwa, meskipun beberapa etnis $ionghoa merupakan kelompok bisnis yang sangat kaya dan pemilik dari banyak konglomerasi, mereka berjumlah sangat sedikit dibandingkan
49

dengan keberagaman dari para pedagang ke.il dan pemilik toko. ;rde "aru 0ndonesia pandangan yang menekankan

alam

keberagaman

kompleksitas dari posisi mereka, jarang dan tidak bisa bertahan. Malahan sebagaimana, sebagaimana S.hwartA mengutip sebuah wawan.aranya pada tahun 1989 9C *ntuk kebanyakan orang 0ndonesia, kata ? $ionghoa ? sinonim dengan korupsi. Setelah kekerasaan Mei 1998, majalah yang didukung komunitas $ionghoa seperti "inergy men.oba untuk menunjukkan bahwa persepsi tersebut tidak mengikutsertakan etnis $ionghoa yang bekerja di sawah&sawah seputar $angerang atau men.ari sesuap nasi sebagai nelayan ke.il di 7emarajaya, Jawa "arat, dan sebagian besar etnis $ionghoa yang menjalankan bisnis ke.il&ke.ilan, seperti toko&toko sembako, di seluruh penjuru negeri ini. (ertanda&tanda pertama .ampuran diskriminasi, asimilasi, hubungan .ukong, dan stereotip yang terkait semakin menguatkan sentimen anti&$ionghoa mulai tampak pada awal bulan Januari 1958. Kunjungan (erdana Menteri Jepang, Kakuei $anaka, pada bulan Januari 1958 mengundang kekerasaan anti asing, atau sepertinya anti&$ionghoa di Jakarta. Meskipun awalnya kekerasaan tersebut merupakan kekerasaan anti&Jepang, dengan dibakarnya mobil&mobil Jepang, properti etnis $ionghoa juga menjadi 6okus kekerasan, terutama yang dipimpin oleh mahasiswa yang memprotes kenaikan harga, korupsi, dan sistem kroni Soeharto. 0nsiden&insiden berikut terjadi pada tahun 1988 setelah kematian para demonstran Muslim di $anjung (riok. Kematian tersebut dilanjutkan dengan serangkaian pengeboman di Jakarta, di mana target pertama salah satu "ank 7entral !sia yang dimiliki oleh )iem Sioe )iong.

+3

"ukti adanya manipulasi publik terhadap sentimen ini dapat dilihat beberapa tahun kemudian pada tahun 1993. alam sesuatu yang disebut oleh para pengamat sebagai ? teater yang baik ?. Soeharto memanggil para pebisnis paling kuat di 0ndonesia, semuanya etnis $ionghoa. $erlepas dari kenyataan bahwa Soeharto dan keluarganya memegang rangking terkaya di !sia, Soeharto memainkan peran sebagai pembela kaum miskin. 0a memanggil para konglomerat untuk memberikan 4- persen dari kekayaan mereka untuk koperasi&koperasi. (ertemuan ini, yang berlangsung di $apos, perternakan pribadi Soeharto di Jawa "arat, ditampilkan di semua televisi di seluruh penjuru negeri. (ertemuan serupa juga diadakan pada tahun 199-, di mana pimpinan dan pemilik perusahaan terkaya di 0ndonesia #Jemma (urdey, 431+ 9 42 , 48 %. Menurut ouglas 1 @amage, peristiwa tersebut memberi kesan resmi yang sampai kepada rakyat adalah orang etnis $ionghoa bertanggung jawab atas kesenjangan ekonomi dalam masyarakat. (ara pengusaha pribumi, banyak diantaranya sangat kaya, tidak ditampilkan dalam a.ara itu. 0ni menimbulkan persepsi masyarakat bahwa irang $ionghoa bertanggung jawab atas ketimpangan ekonomi bangsa. 'al ini menempatkan orang $ionghoa dalam posisi serba salah. Mereka berterima kasih kepada ;rde "aru untuk ketenangan dan stablitas yang telah mereka nikmati. Bamun mereka merasa tidak enak telah dimanipulasi seperti itu. Manipulasi seperti itu tampaknya merupakan upaya untuk menanggapi pertanyaan&pertanyaan tentang siapa yang paling diuntungkan oleh pembangunan # ouglas 1 @amage, 4334 9 +39 , +13 %. (ermsalahan ketimpangan sosial ini tidak pernah selesai, sebagaimana dikatakan !dam S.hwartA, pemerintah telah gagal mengidenti6ikasi dua masalah pokok. (ertama, bahwa etnisitas adalah suatu masalah nasional, dan
+1

kedua, bahwa yang dikatakan masalah $ionghoa sendiri terdiri dari dua isu yang berbeda, yaitu masalah pribumi ke.il atau pengusaha pribumi ke.il dan menengah, dan masalah pribumi besar atau pengusaha pribumi yang tergolong 133 peringkat. (endapat !dam S.hwartA ini penting karena isu ke&$ionghoa&an terkait erat dengan kedua permasalahan pokok yang dikemukakannya. (ertama, bahwa etnisitas merupakan masalah nasional, hal ini dapat dijelas sebagai berikut. )arangan S!@! atau larangan untuk membi.arakan masalah&masalah yang berkaitan dengan Suku&!gama, @as dan !ntargolongan telah membungkam hampir semua pembi.araan publik yang berhubungan dengan masalah& masalah tersebut di atas, termasuk masalah hubungan antara etnis $ionghoa dan pribumi. Bamun, di sisi lain, hubungan tersebut menjadi suatu tema yang selalu dikemukakan oleh pemerintah ketika mun.ul rasa ketidaksukaan terhadap kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Misalnya, dengan menghimbau agar pengusaha etnis $ionghoa yang selama ini telah mendapat keuntungan mau membagi keuntungan itu dengan kelompok pribumi , seperti dalam pertemuan $apos tahun 1993 , se.ara langsung maupun tidak langsung pemerintah mengakui bahwa ada permasalahan dalam hubungan antara etnis $ionghoa dan pribumi, bahwa ada kesenjangan ekonomi di antara mereka. engan demikian, isu $ionghoa dan non&$ionghoa menjadi isu yang selalu diulang dan ditekankan keberadaannya, dan disahkan keberadaannya oleh pengakuan pemerintah. 0su $ionghoa dan non&$ionghoa setelah kurun waktu tertentu pernyataan&pernyataan yang resmi , baik disadari maupun tidak. menjadi masalah nasional yang disosialisasikan se.ara luas oleh pemerintah melalui

+4

Kedua, bahwa masalah pribumi ke.il dan masalah pribumi besar adalah dua masalah $ionghoa yang berbeda juga dapat dijelaskan sebagai berikut. (ermasalahan antara etnis $ionghoa dengan pribumi ke.il atau pengusaha pribumi ke.il dan menengah merupakan masalah pertumbuhan ekonomi. Bamun permasalahan antara etnis $ionghoa dengan pribumi besar atau pengusaha pribumi dalam peringkat 133 merupakan masalah kekuasaan atau power, mengenai siapa yang mengontrol bisnis, siapa yang besar atau terbesar. alam kedua kasus tersebut, isu ke&$ionghoa&an mempunyai proposisi yang berbeda. alan hubungan yang pertama, isu ke&$ionghoa&an merupakan isu yang tidak terkait dengan kekuasaan tetapi pada persaingan dalam memperoleh peluang bisnis, men.ari sumber permodalan, dan pendistribusian pendapatan. alam hal ini, isu ke&$onghoa&an adalah masalah antara ?akuC dan ?diaC atau antara ?kitaC dan ? mereka ? . Sementara dalam hubungan yang kedua, isu ke&$ionghoa&an terkait erat dengan masalah perebutan kekuasaan, siapa yang menguasai bagian #aset perekonomian% yang terbesar. alam hal ini, isu ke&$ionghoa&an sarat dengan dengan muatan politik karena seperti yang dikatakan oleh S.hwartA, kasus pribumi nesar merupakan kasus kelompok yang se.ara politik kuat tetapi dari segi ekonomi lemah. ari uraian di atas, jelas bahwa kebijaksanaan pembangunan ;rde "aru telah men.iptakan suatu kondisi di mana isu ke&$ionghoa&an terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan distribusi pendapatan ekonomi, baik di antara kelompok etnis $ionghoa dengan pribumi, maupun di antara pribumi sendiri # $hung Ju )an , 4333 9 152 , 158 %

++

)ebih dari 4- tahun lalu, seorang ahli terkemuka tentang $ionghoa (erantaauan, >ang =ungwu, memperikirakan bahwa kegagalan etnis $ionghoa untuk memenangkan klaim atas kesukuan mereka atau kelompok etnis mereka itu berarti bahwa peran mereka dalam masyarakat menjadi, se.ara prinsipil, sebuah peran instrumental bagi pertumbuhan ekonomi tanpa ambisi politik atau penghormatan sosial, dan akan tetap memainkan peran tersebut sampai mereka terasimilasi se.ara total dan, dengan demikian, tidak lagi menjadi $ionghoa. !kan tetapi, persepsi seputar asimilasi sebagai alat untuk menghapus etnis, sebenarnya kurang tepat dalam menginterprestasikan tujuan ;rde "aru. Sebenarnya ketimbang menghapus ketionghoan, membuat $ionghoa menjadi ? 0ndonesia ?, program tersebut dimaksudkan sebagai sumber tetap bagi keberadaan persepsi negati6. 1tnis $ionghoa terus menduduki status khusus dalam ekonomi, terpisah dari kelompok kelas menengah dan ditandai karena ketionghoan mereka. # Jemma (urdey , 431+ 9 42 , 48 % (erkembangan dan pertumbuhan bisnis etnis $ionghoa juga tidak lepas dari tarik&menarik kebijakan pada masa ;rba. 'anya saja tarik menarik ini lebih pada tingkat retorika politis daripada penerapan kebijakan yang non& diskriminati6. Salah satu bentuk dari tarik&menarik retoris ini adalah penggunaan istilah antara lain, pribumi&non pribumi, pengusaha kuat , pengusaha lemah, pengusaha besar&ke.il, yang pada dasarnya memang membedakan etnis $ionghoa dan pribumi. engan kata lain, pengusaha golongan $ionghoa memang sengaja ditempatkan dalam posisi yang rawan. i satu sisi, mereka dijadikan ? sapi perahan ? dalam arti dibiarkan tumbuh besar dan kemudian dalam setiap kesempatan mereka dipergunakan sebagai salah sumber 6inansial yang sangat potensial. Sedangkan di pihak lain, etnis
+8

$ionghoa se.ara diskriminati6 lewat kebijakan&kebijakan ? asimilasi ? pemerintah ;rba yang .enderung arti6isial dan merupakan penjinakan kultural. Sehingga etnis $ionghoa memang mudah menjadi sasaran dalam setiap kerusuhan dan se.ara ekonomi juga menjadi ? kambing hitam ? dari kegagalan pemerintah mengatasi kesenjangan sosial, kemiskinan dan pemberian kesempatan usaha yang sama. !rtinya, untuk kepentingan usaha dan keamanan usaha, pengusaha etnis $ionghoa, memang harus selalu adapti6 terhadap sistem pemerintahan ataupun sistem usaha yang ada. Sepanjang pemerintahan ;rba, adaptabilitas ini memang banyak terwujud lewat praktik KKB. an hal sema.am ini kemungkinan akan berlanjut terus sepanjang kebijakan jaman ;rba masih dipertahankan, dan etnis $ionghoa sendiri memilih untuk menerima kebijakan sema.am itu. # B Buranto, 1999 9 5+ , 58 % Menurut Mi.hael Iatikiotis dalam bukunya Indonesian politic under "oeharto pengusaha $ionghoa yang kurang berpengaruh lebih memilih menyogok pejabat pemerintah untuk mengatasi rintangan birokrasi yang mereka hadapi. Kendati mereka tidak suka KKB, mereka mengakui hal itu merupakan bagian dari kegiatan usaha di dunia perdagangan yang kejam di 0ndonesia. (raktik KKB yang dilakukan pengusaha $ionghoa ini yang di.emooh banyak orang pribumi #!miee awis, 4313 9 8- %. i negara&negara !sia $enggara lainnya, sentimen anti&$ionghoa tidak meledak sesering di 0ndonesia, tetapi etnis $ionghoa yang minoritasdan tetap memainlkan peranan sentral dalam ekonomi tetap menonjol. !danya sekelompok ke.il yang kebetulan adalah kelompok minoritas etnis yang memiliki kekayaan menonjol menjadi kekerasan.
+-

bisa menimbulkan iri hati dari pihak

kelompok mayoritas, @asa marah dan rasa iri bisa berkembang dan meledak

Bibliografi 7oppel, 7harles !. 1998. Tionghoa Indonesia Dalam #risis. Jakarta 9 (ustaka Sinar 'arapan. awis, !imee. 4313. $rang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas . Jakarta 9 ($ =ramedia (ustaka *tama. 'e6ner, @obert >,C (endahuluan 9 Masyarakat dan Moralitas dalam Kapitalisme !sia "aru,C dalam @obert > 'e6ner #ed% 1999. Budaya Pasar Masyarakat dan Moralitas dalam #apitalisme %sia Baru . Jakarta 9 )(+1S, 'lm. 1 , -8. 'istoria,C Busa $ionghoa Melintas Masa,C &istoria 13 , $ahun 1 , 431+, 'lm. +- , -3 . Kunio, :ishihara. 1993. #apitalisme "emu %sia Tenggara, Jakarta 9 )(+1S. )an, $hung Ju,C Susahnya Jadi ;rang 7ina 9 Ke&7ina&an sebagai Kontruksi Sosial,C dalam 0 >ibowo #ed% 4333. &arga 'ang &arus Di(ayar "ketsa Pergulatan )tnis Cina di Indonesia Jakarta 9 ($ =ramedia (ustaka *tama , 'lm. 129 , 193. )iem, :usiu. 4333. Prasangka Terhadap )tnis Cina. Jakarta 9 jambatan

+2

Boer, @osita . 1998. Menggugah )tika Bisnis $rde Baru. Jakarta 9 (ustaka Sinar 'arapan. Buranto B,C Kebijakan terhadap "isnis $ionghoa 1tnis 7ina di Masa ;rde "aru,C dalam 0 >ibowo #ed% 1999. *etrospeksi dan *ekontekstualisasi Masalah Cina . Jakarta 9 ($ =ramedia (ustaka *tama , 'lm. -3 , 58. ;nghokham. 4338. %nti Cina, #apitalisme Cina dan +erakan Cina "e,arah )tnis Cina di Indonesia. Jakarta 9 Komunitas "ambu. (urdey, Jemma. 431+. #ekerasan %nti-Tionghoa di Indonesia .//0 1 ./// enpasar 9 (ustaka )arasan.

@amage, ouglas 1. 4334. Percaturan Politik di Indonesia Demokrasi , Islam dan Ideologi Toleransi. Jogyakarta < Matabangsa. @obison, @i.hard, 4314. "oeharto 2 Bangkitnya #apitalisme Indonesia Jakarta 9 Komunitas "ambu. Skinner, = >illiam,C =olongan Minoritas $ionghoa ,C dalam Mely = $an #ed% 1981. +olongan )tnis Tionghoa di Indonmresia "uatu Masalah Pem(inaan #esatuan Bangsa . Jakarta 9 :ayasan ;bor 0ndonesioa, 'lm. 1 , 49. Sukma, @iAal,C Masalah 7ina alam Kerangka 'ubungan 0ndonesia , @@7,C dalam 0 >ibowo #ed% 1999. *etrosepksi dan *ekonteks+5

tualisasi Masalah Cina. Jakarta 9 ($ =ramedia (ustaka *tama, 'lm. 149 , 182 . Suparlan, (arsudi. 433-. "uku(angsa dan &u(ungan %ntar-"uku(angsa Jakarta 9 :(KK (ress. Supriatna, ! Made $ony,C "isnis dan (olitik 9 Kapitalisme dan =olongan $ionghoa di 0ndonesia, ? dalam $ 'ani 'andoko et al. 1992. Penguasa )konomi dan "iasat Pengusaha Tionghoa. :ogyakarta 9 (enerbit Kanisius, 'lm. 28 , 91. Suryadinata, )eo . 1988. Dilemma Minoritas Tionghoa. Jakarta 9 ($ =ra6iti (ers. Suryadinata, )eo. 4334. Negara dan )tnis Tionghoa #asus Indonesia Jakarta 9 )(+1S. >ibisono, 7hristianto,C !natomi Konglomerat 0ndonesia,C dalam Kwik Kian =ie dan "B Marbun #ed% 1993. #onglomerat Indonesia Permasalahan dan "epak Ter,angnya . Jakarta 9 (ustaka Sinar 'arapan, 'lm. 11 , +3. >ibowo, 0. 4311. Negara dan Bandit Demokrasi. Jakarta 9 (enerbit "uku Kompas. >inters, Je66rey !. 1999. Power In Motion Modal Berpindah, Modal Modal Bergerak . Jakarta 9 (ustaka Sinar 'arapan.

+8

>itanto, 1ddy (,C Mengapa (emukiman Mereka ijarah 9 Kajian 'istoris (emukiman 1tnis 7ina di 0ndonesia,C dalam 0 >ibowo #ed% 4333. &arga 'ang &arus Di(ayar "ketsa Pergulatan )tnis Cina di Indonesia . Jakarta 9 ($ =ramedia (ustaka *tama, 'lm. 191 , 414.

+9

Anda mungkin juga menyukai