Anda di halaman 1dari 4

Indonesia Berpeluang Menjadi Basis Produksi Toyota

in Industri & Jasa January 23, 2014 0 536 Views

(Berita Daerah Nasional) Indonesia memiliki peluang untuk menarik investasi Toyota Motor Corp yang saat ini meninjau ulang rencana investasinya di Thailand. Rencana tersebut seiring dengan pertumbuhan industri pendukung dan ketersediaan sumber daya manusia tenaga terampil serta akses pasar yang cukup besar di Indonesia dibandingkan Thailand. Peluang Indonesia untuk menjadi basis produksi cukup besar karena industri komponen otomotif di dalam negeri saat ini telah mencapai 1.500 pabrik dan memiliki sumber daya manusia di bidang engineering yang cukup handal. Peluang Indonesia untuk menarik investasi Toyota menguat setelah prinsipal asal Jepang itu meninjau ulang investasi senilai 20 miliar baht atau sekitar US$ 609 juta di Thailand atau bahkan memangkas produksi kendaraan di negara tersebut seiring dengan kisruh politik sejak dua bulan lalu. Toyota merupakan manufaktur kendaraan terbesar di Thailand, dengan kapasitas produksi 800 ribu unit mobil per tahun. Perseroan juga diketahui berencana meningkatkan kapasitasnya hingga 200 ribu unit mobil dalam tiga atau empat tahun ke depan. Namun, gejolak politik yang dipicu gelombang demonstrasi antipemerintah dalam dua bulan terakhir menyebabkan rencana Toyota tersebut menjadi tidak pasti. Ketidakstabilan politik di suatu negara bisa menyebabkan investor asing mencari peluang investasi di negara lain. Untuk investor asing baru, situasi politik ini bisa memaksa mereka mencari peluang di negara lain. Thailand merupakan pasar kendaraan roda empat terbesar di Asia Tenggara dan menjadi basis produksi regional sejumlah produsen otomotif besar seperti Honda Motor Co dan Ford Motor Co. Peluang Indonesia menarik investasi tambahan dari Toyota cukup terbuka, apalagi melihat kesiapan industri komponen. Hingga akhir 2013, sudah ada sekitar 1.500 industri komponen di Indonesia. Setiap tahun terdapat sekitar 100 industri komponen baru yang masuk seiring dengan realisasi investasi sektor otomotif. Sedangkan tahun ini, terdapat tambahan sekitar 20-30 industri komponen baru dengan total investasi senilai US$ 1,5 miliar. Realisasi investasi yang masuk ke industri otomotif nasional sepanjang 2012-2013 diperkirakan lebih dari Rp 10 triliun. Komitmen investasi tersebut antara lain berasal dari produsen kendaraan maupun komponen kendaraan sebagai mata rantai pemasok industri otomotif. Sementara berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jepang menempati urutan pertama sebagai negara dengan nilai investasi terbesar sepanjang 2013 sebesar US$ 4,7 miliar. Mayoritas investasi yang dialokasikan Jepang sepanjang tahun lalu mayoritas berasal dari aktivitas perluasan investasi di sektor otomotif.

Investasi Jepang di sektor otomotif diprediksi berpotensi terus berkembang di Indonesia pada tahun ini, sejalan dengan pekembangan industri otomotif serta tingginya kebutuhan kendaraan untuk mobilitas penduduk. Jepang juga kerap memuji Indonesia karena pertumbuhan kelas menengah, sehingga menjadikan mereka terus berminat berinvestasi. Toyota Motor Corporation pada pertengahan tahun lalu merealisasikan investasi pembangunan pabrik perakitan kendaraan (complete knock-down/CKD) di Karawang, Jawa Barat. Pabrik kedua yang akan beroperasi di bawah PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) tersebut menyerap investasi sebesar Rp 3,3 triliun, berkontribusi 25% dari total komitmen investasi Toyota Motor Corp di Indonesia. Toyota Group menyatakan komitmen investasi di Indonesia Rp 13 triliun hingga 2017. Nilai tersebut merupakan bagian dari rencana investasi jangka panjang perseroan yang mencapai Rp 26 triliun di Indonesia. Pasar otomotif Indonesia masih dipandang menarik oleh prinsipal. Dengan pencapaian penjualan mobil nasional 2012 sebesar 1,1 juta unit, penjualan Toyota di Indonesia tumbuh konsisten hingga mencapai 400 ribu unit. Sementara dari segi produksi, Indonesia memiliki arti penting seiring dengan meningkatnya ekspor multi purpose vehicle (MPV) Kijang Innova dan sport utility vehicle (SUV) Toyota Fortuner sebagai hasil produksi pabrik Karawang I hingga 60 ribu unit ke berbagai negara di ASEAN dan Timur tengah. Investasi untuk peningkatan kapasitas produksi diperlukan guna mengantisipasi pertumbuhan Toyota di masa mendatang.

Pengusaha Transportasi Darat Merugi Rp15 Miliar/Hari


in Featured, Industri & Jasa January 23, 2014 0 570 Views

(Berita Daerah Nasional) Pengusaha moda transportasi angkutan darat diperkirakan mengalami kerugian hingga sebesar Rp15 miliar per hari akibat lumpuhnya jalur pantai utara Jawa akibat banjir yang melanda kawasan tersebut. Kerugian akibat banjir bukan saja di oleh sektor industri dan properti, tapi banjir juga mengakibatkan sektor transportasi mengalami kerugian. Kalkulasi perhitungan kerugian tersebut baru dihitung secara sederhana berdasarkan dari penambahan hari operasional dengan catatan tidak ada masalah tambahan lainnya seperti mogok akibat banjir atau kecelakaan. Biaya kerugian itu berdasarkan setiap hari setidaknya ada 6.000 unit angkutan komersial di Pantura dan akibat banjir mengakibatkan biaya tambahan/operasional Rp2,5 juta/hari. Bila banjir terjadi di Pantura seperti tahun lalu, maka dapat diperkirakan total kerugian selama dua pekan dapat mengakibatkan kerugian sektor transportasi darat lebih dari Rp50 miliar.

Tidak hanya di darat, pengusaha angkutan laut seperti Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (INSA) menyoroti industri pelayaran di Tanah Air yang dinilai menderita kerugian hingga miliaran rupiah akibat cuaca buruk yang berdampak kepada terhentinya pelayaran di berbagai daerah. Hingga saat ini, perairan di Laut Jawa, Selatan Jawa, Selat Karimata, Laut Banda, dan Arafura masih dilanda terjadi gelombang tinggi sehingga mengganggu kegiatan pelayaran. Pihak (INSA) mematuhi maklumat yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan untuk melarang pelayaran guna mencegah peristiwa yang tidak diinginkan. Kondisi tersebut berdampak terhadap kerugian yang diderita lebih dari 12.000 unit kapal niaga nasional ditambah dengan sekitar 200 kapal penyeberangan dan 3.000 kapal pelayaran rakyat akibat cuaca buruk di berbagai kawasan perairan tersebut.

Ekonomi Indonesia Dinilai Stabil pada Tahun Pemilu


in Ekonomi Bisnis, Featured January 22, 2014 0 531 Views

(Berita Daerah Nasional) Indonesia akan mendapatkan stabilitas ekonomi pada tahun Pemilihan Umum 2014 dengan pertumbuhan sekitar 5,76 persen. Kesuksesan pelaksanaan Pemilu 2004 dan 2009 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sudah dapat menjalankan politik dengan dewasa. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 didukung kondisi domestik dan eksternal yang masih baik, meski ada risiko ketidakpastian global. Tahun Pemilu justru akan mendorong sektor riil dan pertumbuhan ekonomi masyarakat karena ada pengeluaran yang cukup besar di tingkat domestik. Pertumbuhan daya beli dan kelas menengah Indonesia dipandang menjadi penentu utama pertumbuhan kita. Akan tetapi, gejolak perekonomian global akan memberi pengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia. Namun Pemerintah Indonesia telah membuat berbagai langkah kebijakan untuk mengurangi dampak gejolak perekonomian global. Langkah-langkah kebijakan pemerintah untuk mengurangi dampak gejolak perekonomian global yaitu pertama dengan meningkatkan kualitas dan penyerapan belanja pemerintah pada kuartal I dan kuartal II 2014. Langkah kedua adalah tetap menjaga stabilitas harga pangan pokok untuk menahan laju inflasi dan kurangi kemiskinan. Kemudian, yang ketiga yakni meningkatkan daya saing investasi melalui peningkatan infrastruktur dan konektivitas dengan target menurunkan biaya logistik dari 14,08 persen menjadi 10 persen pada 2015. Selanjutnya, langkah keempat yaitu peningkatan ketahanan energi dengan menghentikan ekspor-ekspor bahan energi primer. Langkah kelima atau yang terakhir

adalah hilirisasi industri dengan menghentikan ekspor bahan mentah secara konsisten hingga 2016. Sementara itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan pertumbuhan realisasi investasi proyek dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) meningkat 15 persen atau Rp450 triliun pada 2014. Angka 15 persen tersebut dinilai netral, tidak terlalu berlebihan optimistis-nya tapi juga tidak pesimis, karena peningkatan tidak akan terlalu luar biasa seperti tahun-tahun sebelumnya. Tentu bisa di luar perkiraan dan peluang nampaknya bisa lebih besar dari itu. Angka tersebut diyakini akan tercapai berdasarkan beberapa kebijakan dan program pemerintah misalnya keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014, Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2014, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.011/2014 yang terkait dengan hilirisasi produk mineral di dalam negeri. Selain itu, akan segera diterbitkannya revisi Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Misalnya mengenai hilirisasi mineral yang berlangsung saat ini, BKPM sudah menerbitkan izin untuk sejumlah perusahaan yang nilai investasinya kurang lebih mencapai Rp150 triliun. Angka tadi tidak semata-mata akan direalisasikan pada 2014, tapi akan dilangsungkan beberapa tahun ke depan. Saat ini ada 28 perusahaan yang sudah memiliki izin produksi yang tiga diantaranya sudah melakukan konstruksi dan akan mulai berproduksi tahun ini. BKPM juga sudah menerbitkan izin untuk investasi yang berkaitan dengan program pemerintah untuk mendorong hilirisasi minyak kelapa sawit guna mengurangi ketergantungan dari impor BBM dan meningkatkan ketahanan energi dalam negeri. Kini sudah ada beberapa perusahaan yang berinvestasi dengan nilai investasi mendekati Rp40 triliun yang akan memasok bahan bakar nabati dari minyak kelapa sawit pada pembangkit listrik PLN untuk memenuhi target volume 1.7 juta kilo liter menggantikan solar tahun ini. Dari dua hilirisasi minerba dan minya kelapa sawit saja sudah menyumbang sekitar Rp180 triliun, belum lagi ditambah dari lima sektor yakni tanaman pangan dan perkebunan, pertambangan, industri pengolahan (manufacturing), peternakan, dan jasa. Manufacturing dan jasa memberikan kontribusi besar yang cukup konsisten sejak 2010 dan merupakan nilai penting dalam menciptakan lapangan kerja. Dari dua sektor tersebut, menyumbang 80 persen atau Rp102,5 triliun. Hal tersebut lah yang menjadi alasan mengapa perkiraan 15 persen pertumbuhan cukup optimistis karena kinerja 2013 baik. Terutama perusahaan investasi baru semakin besar di lima plan real tersebut. Pada 2013, investasi baru meningkat hampir 63 persen dibandingkan 2010 dan 2011 yang didominasi dengan investasi perluasan atau pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai