Anda di halaman 1dari 109

1

KANDUNGAN FOSFOR RASIO C/N DAN pH PUPUK CAIR HASIL


FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC






SKRIPSI















Oleh
Erna Hidayati
NPM 09320284









IKIP PGRI SEMARANG
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEMARANG
2013
i
2

KANDUNGAN FOSFOR RASIO C/N DAN pH PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC





Skripsi

Diajukan kepada IKIP PGRI Semarang
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Biologi










Oleh

Erna Hidayati
NPM 09320284











IKIP PGRI SEMARANG
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEMARANG
2013



ii
3

Halaman Pengesahan

Skripsi Berjudul

KANDUNGAN FOSFOR RASIO C/N DAN pH PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC
yang dipersiapkan dan disusun oleh

Erna Hidayati
NPM 09320284

telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
pada hari Senin, tanggal 17 Juni 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan

PanitiaUjian
Ketua


Drs. Nizaruddin, M.Si.
NIP. 19680325 199403 1 004
Sekretaris


Endah Rita S.D., S.Si., M.Si.
NPP. 937001100

Anggota Penguji
1. Drs. Ben Suharno, SH., M.Si. (...)
NIP. 19510616 198003 1 002
2. Maria Ulfah S.Si., M.Pd. ()
NPP. 108001296
3. Dr. Fenny Roshayanti, S.Pd.,M.Pd. ()
NPP. 19690929 199403 2 002

iii
4

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Erna Hidayati
NPM : 09320284
Program Studi : Pendidikan Biologi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil
karya sendiri, bukan plagiasi atau duplikasi dari karya ilmiah lain. Pernyataan ini
saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari terbukti atau
dibuktikan bahwa skripsi ini bukan merupakan karya asli saya sendiri, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh, serta sanksi lainnya sesuai dengan hukum yang berlaku.

Semarang, 17 Juni 2013
Yang membuat pernyataan,


Erna Hidayati











iv
5

KANDUNGAN FOSFOR RASIO C/N DAN pH PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC
Erna Hidayati
Program Studi Pendidikan Biologi

ABSTRAK

Meningkatnya usaha peternakan akan berpengaruh pula pada tingkat pencemaran
yang ditimbulkan oleh sisa metabolisme dari hewan ternak yang berupa kotoran
ternak. Untuk itu perlu adanya inovasi dalam mengatasi pencemaran tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis semua bahan dasar kotoran ternak
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kandungan fosfor, rasio C/N dan pH
pada pupuk cair hasil fermentasi kotoran bebagai ternak dengan starter stardec.
Penelitian dilaksanakan di jalan Amposari Raya, No. 31 RT 01 / RW 03 Gemah
Kecamatan Tembalang Kabupaten Semarang selama kurang lebih 9 minggu, dari
bulan Desember sampai Februari 2013. Objek penelitian adalah kotoran berbagai
ternak: ayam (Gallus domestica), kambing (Capra hircus), kuda (Equus caballus),
dan sapi (Bos taurus). Dan analisis kandungan N, P, K di laboratorium pertanian
Universitas Sebelas Maret (USM) Solo Jawa Tengah
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 4 kali ulangan. Parameter yang diukur adalah kandungan fosfor,
rasio C/N dan pH. Data yang diperoleh diuji homogenitas menggunakan uji
Barlett dilanjutkan dengan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dan Uji Jarak Ganda
Duncan (UJGD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kotoran dari ayam, kambing,
kuda dan sapi memberikan pengaruh yang nyata pada rasio C/N dan pH. Namun
berpengaruh tidak nyata pada kandungan fosfor karena kandungan fosfor pada
masing-masing kotoran ternak hampir sama.
Kata-kata kunci: kotoran ternak, fosfor, rasio C/N, pH pupuk cair, fermentasi
kotoran, pupuk cair, starter.




v
6

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas limpahan rahmat
dan kasihnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Skripsi yang berjudul Kandungan Fosfor, Rasio C/N dan pH Pupuk Cair Hasil
Fermentasi Kotoran Berbagai Ternak dengan Starter Stardec ini disusun untuk
memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar
besaranya kepada semua pihak yang telah membantu, mulai dari persiapan sampai
terselesaikannya penelitian ini, kepada:
1. Dr. Muhdi, S.H., M.Hum., selaku Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di IKIP PGRI
Semarang.
2. Drs. Nizaruddin, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
3. Endah Rita S.D., S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
yang telah menyetujui usulan topik skripsi penulis.
4. Drs. Ben Suharno, SH., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
mengarahkan penulis dengan penuh ketekunan.
5. Drs. Harsoyo Purnomo, M.Si. (Alm.) selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing penulis dengan penuh dedikasi yang tinggi.
6. Maria Ulfah., S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing penulis dengan penuh dedikasi yang tinggi.
7. Semua pihak yang turut membantu kelancaran penelitian ini.
Penulis berharap semoga skripsi yang telah penulis susun ini dapat mem-
berikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.



vi
7

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
E. Definisi Istilah .......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
A. Landasan Teori ........................................................................ 7
1. Kotoran Ternak Sapi Sebagai Pupuk Kandang .................... 7
2. Fermentasi Kotoran Ternak .................................................. 8
3. Degradasi Selulosa Kotoran Ternak .................................... 9
4. Starter Stardec ...................................................................... 10
5. Fosfor ................................................................................... 11
6. Rasio C/N ............................................................................. 13
7. pH ......................................................................................... 14
B. Kerangka Berpikir ................................................................... 15
C. Paradigma Penelitian ............................................................... 16
D. Hipotesis .................................................................................. 17
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 18
A. Objek Penelitian ...................................................................... 18
B. Bahan Penelitian . ..................................................................... 18

vii
8

C. Alat Penelitian . ........................................................................ 18
D. Variabel Penelitian ................................................................... 18
E. Desain Eksperimen ................................................................... 19
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .............................................. 20
G. Skema Penataan Dalam Tong . ................................................ 21
H. Metode Analisa Data . .............................................................. 21
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 25
A. Kandungan Fosfor Pupuk Cair ................................................ 25
B. Analisis Kandungan Fosfor Pupuk Cair .................................. 26
C. Rasio C/N Pupuk Cair ............................................................. 28
D. Analisis Data Rasio C/N Pupuk Cair ...................................... 29
E. Perubahan pH Selama Proses Fermentasi ............................... 31
BAB V PEMBAHASAN................................................................... ......... 33
A. Rasio C/N Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Berbagai
Ternak dengan Starter Stardec . ................................................ 33
B. Kandungan Fosfor Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran
Berbagai Ternak Dengan Starter Stardec ................................ 35
C. pH Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Berbagai Ternak
dengan Starter Stardec . ............................................................. 37
D. Implementasi Dalam Bidang Pendidikan . ............................... 40
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 42
A. Kesimpulan .............................................................................. 42
B. Saran ........................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................................... 44
LAMPIRAN-LAMPIRAN







viii
9

DAFTAR TABEL
1. Komposisi Kimia Kotoran Ternak ........................................................... 8
2. Rataan kandungan fosfor pupuk cair ........................................................ 21
3. Rataan Kandungan Rasio C/N Pupuk Cair ............................................... 22
4. Rataan pH Pupuk Cair .............................................................................. 22
5. Analisis Varians dari RAL (Rancangan Acak Lengkap) .......................... 23
6. Kandungan Fosfor Pupuk Cair .................................................................. 25
7. Analisis Sidik Ragam (RAL) terhadap Kandungan Fosfor ..................... 26
8. Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) Kandungan Fosfor .............................. 27
9. Rasio C/N dalam Pupuk cair .................................................................... 28
10. Analisis Sidik Ragam (RAL) terhadap rasio C/N ..................................... 29

11. Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) Rasio C/N ........................................... 30
12. Rataan Hasil Pengamatan Perubahan pH selama Proses Fermentasi
Minggu Awal sampai Minggu ke 9 ........................................................ 31
13. Standar Kualitas Pupuk Cair SNI 19-7030 2004 ...................................... 39













Tabel Halaman

ix
10

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan Paradigma Penelitian ................................................................. 16
2. Denah Rancangan Acak Lengkap ......................................................... 19
3. Penataan dalam Tong Fermentasi pupuk .............................................. 21
4. Histogram Kandungan Fosfor pada Pupuk Cair Hasil Fermentasi
Kotoran Berbagai Ternak dengan Starter Stardec ................................ 26
5. Histogram Kandungan Rasio C/N pada Pupuk Cair Hasil Fermentasi
Kotoran Berbagai Ternak dengan Starter Stardec ................................ 29
6. Histogram Perubahan pH selama Proses Fermentasi dari minggu
awal sampai minggu akhir .................................................................... 32


















Gambar Halaman
x
11

DAFTAR LAMPIRAN


1. Analisis Data Kandungan Fosfor Pupuk Cair ...................................... 46
2. Uji Homogenitas Kandungan Pupuk Cair ............................................. 47
3. Perhitungan analisis sidik ragam kandungan fosfor pada pupuk cair ... 50
4. Daftar sidik ragam kandungan fosfor pada pupuk cair ......................... 53
5. Perhitungan Uji Jarak Ganda Duncan terhadap kandungan fosfor
dalam pupuk cair .................................................................................. 54
6. Daftar Uji Jarak Ganda Duncan terhadap kandungan fosfor dalam
pupuk cair ............................................................................................. 56
7. Analisis Data Rasio C/N Pupuk Cair .................................................... 57
8. Uji Homogenitas Rasio C/N Pupuk Cair .............................................. 58
9. Perhitungan Analisis Sidik Rasio C/N pada Pupuk Cair ...................... 62
10.Daftar Sidik Ragam Rasio C/N pada Pupuk Cair ................................ 65
11.Perhitungan Uji Jarak Ganda Duncan terhadap Rasio C/N dalam
pupuk cair ............................................................................................. 66
12.Daftar Uji Jarak Ganda Duncan terhadap Rasio C/N dalam pupuk
cair ........................................................................................................ 68
13.Derajat keasaman (pH) pada fermentasi pupuk cair dengan Starter
Stardec .................................................................................................. 69
14.Analisis Varians Kandungan Fosfor pada Pupuk Cair dengan SPSS .. 70
Analisis Varians Rasio C/N pada Pupuk Cair dengan SPSS ............... 73
15.Histogram pH pada fermentasi pupuk cair dengan Starter Stardec ..... 76
16.Lampiran foto penelitian
17.RPP Pembelajaran
18.Hasil Analisis Kimia POC (Pupuk Organik Cair)


Lampiran Halaman
xi
12

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha peternakan merupakan kegiatan mengembangbiakkan dan
membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari
kegiatan tersebut. Namun selain memiliki manfaat, hewan ternak juga
menghasilkan sisa peternakan berupa kotoran ternak padat dan cair yang
berpotensi sebagai bahan pencemar lingkungan apabila tidak dikelola dengan
baik. Pencemaran lingkungan yang ditimbulkan yaitu masalah bau busuk
yang ditimbulkan kotoran ternak, terjadinya pencemaran air disekitar
pembuangan kotoran ternak dan lingkungan yang tidak sedap dipandang
mata.
Kotoran ternak yang dapat mencemari lingkungan juga memiliki
manfaat bagi lingkungan. Manfaat dari kotoran ternak yaitu kotoran ternak
ternyata memiliki kandungan unsur hara yang baik untuk tanaman. Unsur
hara yang terkandung dari setiap jenis kotoran ternak akan memiliki kadar
yang berbeda. Ada yang memiliki kadar unsur hara yang lebih tinggi dan ada
pula yang memiliki kadar unsur hara yang rendah. Tinggi atau rendahnya
kadar unsur hara yang dimiliki oleh kotoran ternak dari jenis hewan yang
berbeda ini disebabkan oleh asupan nutrisi yang dikonsumsi oleh hewan
ternak tersebut.
Berdasarkan masalah tersebut, timbul gagasan untuk memanfaatkan
kotoran ternak yang oleh warga dianggap sebagai bahan pencemar
lingkungan menjadi bahan yang bermanfaat sehingga tidak hanya dianggap
sebagai bahan pencemar yang tidak berguna. Pemanfaatan kotoran ternak
tersebut adalah dengan mengelolanya sebagai pupuk cair organik yang
bermanfaat bagi usaha tani dan sekaligus dapat memecahkan permasalahan
tentang pencemaran lingkungan akibat limbah peternakan berupa kotoran
ternak yang ternyata memiliki kandungan unsur hara bermanfaat untuk
tanaman.

1
13

Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi pupuk organik yang
bermanfaat tidak sederhana serta memerlukan suatu proses yang disebut
dengan proses fermentasi. Proses fermentasi tersebut memerlukan waktu yang
lama untuk mendegradasi bahan-bahan organik mentah menjadi bahan-bahan
organik yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Maka, untuk mempercepat
pembuatan pupuk cair biasanya ditambahkan mikroorganisme pengurai yang
terkandung dalam beberapa starter atau bioaktivator misalnya stardec.
Dengan penggunaan stardec ini, proses pembuatan pupuk cair akan menjadi
lebih cepat dibandingkan dengan fermentasi yang dilakukan secara alami.
Starter stardec dipilih sebagai bioaktivator dalam fermentasi karena stardec
merupakan bioaktivator yang mengandung mikroorganisme seperti lignolitik,
selulotik, proteolitik, lipolitik, serta aminolitik. Menurut Oman (2003: 12)
mikroorganisme tersebut memiliki peranan dalam proses degradasi atau
penguraian bahan organik yang difermentasi sehingga proses fermentasi
kotoran ternak menjadi pupuk cair menjadi lebih cepat. Lebih lanjut Oman
juga menyebutkan bahwa stardec juga mampu menambah kandungan
kandungan N, P, K karena mikroorganisme yang dikandungnya mampu
menguraikan bahan organik sehingga mampu menyediakan nutrisi untuk
tanaman. Oman juga menyebutkan bahwa kelebihan dari stardec ini adalah
terbuat dari akar rerumputan yang mengandung bakteri fiksasi nitrogen non
simbiotik sehingga dapat mengikat nitrogen bebas dari udara. Karena dapat
mengikat nitrogen bebas maka, kandungan nitrogen dalam pupuk cair juga
akan bertambah.
Pupuk organik lebih aman digunakan untuk tanaman maupun untuk
tanah karena, proses penguraian pupuk organik dapat mengubah unsur hara
yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik
larut sehingga berguna bagi tanaman. Bahan organik berfungsi sebagai
pengikat butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan
agregat yang mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada porositas,
penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah (Balai
Penelitian Tanah 2005:2)
2
14

Pupuk organik kotoran ternak memiliki kandungan unsur hara yang
tinggi terutama setelah dilakukan fermentasi. Melihat banyaknya peternakan
dengan kotoran ternak yang tidak dimanfaatkan oleh para peternak, maka
timbul gagasan adanya penelitian pemanfaatan kotoran berbagai ternak
dengan fermentasi menggunakan starter stardec guna mengetahui pengaruh
bahan dasar kotoran ternak terhadap kualitas pupuk organik cair. Melalui
fermentasi ini, diharapkan dapat menambah nilai guna dari kotoran ternak
yang sebagian besar belum dimanfaatkan dengan baik oleh para peternak dan
memberikan nilai ekonomis kotoran ternak melalui penjualan pupuk organik
cair yang dihasilkan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat di implementasikan dalam
kegiatan pembelajaran biologi di sekolah, terutama pada materi jenis-jenis
limbah dan daur ulang limbah. Dengan mengimplementasikan penelitian ini
akan mampu menambah wawasan dan juga informasi yang konkrit bahwa
pupuk kimia dapat digantikan dengan pupuk organik cair hasil fermentasi
kotoran berbagai ternak dengan starter stardec, dimana pupuk organik cair ini
mampu menyediakan nitrogen dan unsur hara lainnya yang dibutuhkan oleh
tanaman.
B. Permasalahan
Permasalahan yang akan dicari pemecahannya dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah semua bahan dasar kotoran ternak memiliki pengaruh yang
berbeda terhadap kandungan fosfor, rasio C/N dan pH pada pupuk cair
hasil fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec ?
2. Dari bahan kotoran manakah yang memiliki kualitas pupuk cair lebih baik
dilihat dari kandungan fosfor, rasio C/N dan pH dari hasil fermentasi
kotoran bebagai ternak dengan starter stardec pada pupuk cair?
3. Apakah penelitian kandungan fosfor, rasio C/N dan pH pada pupuk cair
hasil fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec dapat di
implementasikan dalam pembelajaran, bagaimana caranya?

3
15

C. Tujuan Penelitian
Suatu kegiatan yang akan dilaksanakan tentu mempunyai tujuan yang
ingin dicapai, seperti halnya dalam penelitian ini mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk menganalisis semua bahan dasar kotoran ternak memiliki pengaruh
yang berbeda terhadap kandungan fosfor, rasio C/N dan pH pada pupuk
cair hasil fermentasi kotoran bebagai ternak dengan starter stardec
2. Untuk mengetahui jenis bahan kotoran ternak yang memiliki kualitas
pupuk cair yang lebih tinggi dilihat dari kandungan fosfor, rasio C/N dan
pH dari hasil fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec
pada pupuk cair.
3. Mengetahui cara implementasi dalam pembelajaran biologi mengenai
penelitian kandungan fosfor, rasio C/N, dan pH pupuk cair produk kotoran
berbagai ternak yang difermentasi dengan starter stardec.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Dari segi ilmiah dengan didapatkan data dan informasi dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi tentang manfaat pengaruh
pemberian Stardec terhadap hasil fermentasi kotoran berbagai ternak.
2. Menambah sumbangan pengetahuan baru terhadap civitas akademika
tentang kandungan fosfor, rasio C/N dan pH pupuk cair hasil fermentasi
kotoran berbagai ternak dengan starter stardec.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian
lanjutan yang relevan.
4. Memberi manfaat konkrit terhadap masyarakat khususnya mengenai
pemanfaatan kotoran sapi, kambing, kuda dan ayam dalam fermentasi
limbah pertanian.
5. Memberikan informasi khususnya kepada mahasiswa calon guru biologi
sebagai bekal dan acuan dalam memberikan suatu materi pelajaran biologi
4
16

kepada siswa tentang pemanfaatan limbah organik dalam upaya pelestarian
lingkungan.
E. Definisi Istilah
Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari salah penafsiran
dalamjudul skripsi yang berjudul Kandungan Fosfor, Rasio C/N dan pH
Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Berbagai Ternak dengan Starter
Stardec, maka penulis memberi batasan-batasan suatu definisi istilah yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kandungan Fosfor Pupuk Cair
Jumlah fosfor dalam bentuk P
2
O
5
yang terdapat dalam kompos
hasil pengomposan kotoran berbagai ternak (Buckman dan Brady
1982:678)
2. Derajat Keasaman (pH) Pupuk Cair
Keasaman (pH) adalah derajat keasaman dari suatu zat, yang
dinyatakan dalam jumlah ion hidrogen (H
+
) dalam suatu zat (Yulipriyanto
2010:32).
3. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-
bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,dan
manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Sundari et
al 2012: 93)
4. Fermentasi
Fermentasi merupakan penguraian atau perombakan bahan organik
yang dilakukan dalam kondisi tertentu oleh mikroorganisme fermentatif
(Sundari et al 2012: 93)
5. Kotoran Ternak
Kotoran ternak merupakan sisa hasil metabolisme dari ternak yang
tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh ternak (Campbell dan Reece 2008:371).
6. Starter Stardec
5
17

Stardec merupakan bioaktivator dalam pembuatan pupuk organik
yang didalamnya terkandung mikroorganisme seperti lignolitik, selulotik,
proteolitik, lipolitik, serta aminolitik (Oman 2003: 12).
7. Rasio C/N
Perbandingan antara komposisi C dengan N yang dihasilkan oleh
pupuk cair hasil fermentasi kotoran berbagai ternak (Pancapalaga 2011:61)

























6
18

BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kotoran Ternak Sebagai Pupuk Kandang
Menurut Rinsema (1983:143) pupuk adalah suatu bahan yang
digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga
menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Lebih lanjut Rinsema
menyebutkan bahwa pupuk dibedakan menjadi dua yaitu pupuk organik dan
pupuk anorganik. Pupuk anorganik terdiri dari pupuk kimia seperti pupuk
urea, pupuk super fosfat, pupuk kalium, pupuk amoniak dan yang lainnya.
Pupuk organik terdiri dari berbagai macam pupuk hijau, hasil buangan dari
binatang serta kotoran binatang atau ternak (kotoran sapi, babi, ayam dan
lain-lain). Ahli lain yaitu Yulipriyanto (2010:232) menyebutkan bahwa
kotoran ayam (Gallus gallus domesticus) memiliki kandungan nutrien yang
lebih tinggi dari kotoran yang lainnya namun, kandungan Zn dan antibiotik
serta rendahnya material berserat yang dimiliki oleh kotoran ayam maka
kotoran ayam tidak bisa secara langsung pada tanah. Sedangkan pada kotoran
sapi (Bos taurus) mengandung material serat yang lebih tinggi dari kotoran
ternak yang lain.
Kotoran ternak menurut Campbell dan Reece (2008:371) merupakan
sisa hasil metabolisme dari ternak yang tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh
ternak. Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena
kotoran ternak memiliki komposisi kandungan unsur-unsur hara esensial yang
dibutuhkan oleh tumbuhan. Selain itu, kotoran ternak juga memiliki asal usul
hayati dan mengandung bahan organik yang terurai.
Menurut ahli lain yaitu Pancapalaga (2011: 66) menyebutkan bahwa
kotoran unggas yang terdiri dari feses dan urine mengandung N yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kotoran ternak lainnya. Faktor yang
mempengaruhi kualitas kotoran ternak unggas yaitu makanan utamanya
berupa biji-bijian dan serangga yang memiliki kandungan protein lebih tinggi

7
19

dan serat kasar yang rendah. Dibandingkan dengan kotoran unggas, kotoran
sapi memiliki kandungan hara yang lebih rendah dari kotoran unggas. Hal
tersebut dikarenakan sapi merupakan hewan ruminansia yang makanannya
berupa tumbuhan yang berserat tinggi dan sistem pencernaan yang lebih
kompleks dari ternak lainnya.
Lebih lanjut Pancapalaga (2011: 66) menambahkan bahwa kualitas
makanan mempengaruhi jumlah yang di makan oleh ternak, dan kemudian
akan berpengaruh terhadap kualitas limbah yang dihasilkan (komposisi kimia
limbah). Limbah tersebut mengandung semua komponen yang ada dalam
bahan pakan yang dikonsumsi ternak. Beberapa diantaranya masih asli dan
beberapa sudah mendapat proses modifikasi oleh beberapa reaksi dalam
saluran pencernaan dalam tubuh. Komposisi kotoran hewan tersebut dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kotoran Hewan
Kotoran
%
H
2
O N P
2
O
5
K
2
O
Kuda
padat cair
78 0,70 0,25 0,55
Sapi padat
cair
86 0,60 0,15 0,45
Kambing
padat cair
68 0,95 0,35 1,00
Ayam
padat cair
55 1,00 0,80 0,40

Sumber: L.L Van Slyke, dikutip oleh Buckman dan Brady (1982:678)
2. Fermentasi
Fermentasi menurut Yulipriyanto (2010: 152) merupakan proses
pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan
mikroorganisme penguraian atau perombakan bahan organik yang dilakukan
dalam kondisi tertentu. Lebih lanjut Yulipriyanto menyebutkan pada proses
fermentasi terjadi penguraian dan pemantapan bahan-bahan organik secara
biologis dibawah keadaan temperatur termofilik sebagai akibat produk
pemanasan secara biologis dengan hasil akhir bahan yang cukup matang
8
20

untuk disimpan dan digunakan untuk tanah tanpa merugikan pengaruh
lingkungan.
Menurut Martinsari et al (2010: 6) prinsip dari fermentasi adalah
penghancuran bahan limbah organik oleh mikroba dalam kisaran temperatur
dan kondisi tertentu yaitu fermentasi. Martinsari et.al juga menyebutkan
bahwa ada dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang
mengkonversi selulosa menjadi glukosa selama proses dekomposisi awal dan
bakteri obligate yang respon dalam proses dekomposisi akhir dari bahan
organik yang menghasilkan bahan yang sangat berguna dan dapat menjadi
bahan alternatif energi pedesaan.
3. Degradasi Selulosa Kotoran Ternak
Menurut Anindyawati (2010:70) bahan lignoselulosa merupakan
komponen organik yang terdiri dari yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Komponen terbesar adalah selulosa (35-50%), hemiselulosa (20-35%) dan
lignin (10-25%). Komponen ini merupakan sumber utama untuk
menghasilkan produk bernilai seperti gula dari hasil fermentasi, bahan kimia,
bahan bakar cair, sumber karbon dan energi.
Lebih lanjut Anindyawati (2010:70) menyebutkan bahan lignoselulosa
dapat diperoleh dari tangkai kayu, jerami padi, daun, rumput dan sebagainya.
Dalam proses degradasi, penggunaannya sebagai substrat harus melalui
beberapa tahapan antara lain delignifikasi untuk melepas selulosa dan
hemiselulosa dari ikatan kompleks lignin dan depolimerisasi untuk
mendapatkan gula bebas.
Anindyawati (2010:71) juga menyebutkan bahwa selain terdapat
dalam kayu, jerami padi, daun, rumput dan tumbuhan lainnya, lignoselulosa
juga terdapat dalam kotoran ternak seperti kotoran sapi, kotoran kuda,
kotoran kambing, dan kotoran ayam. Terdapatnya lignoselulosa di dalam
kotoran tersebut disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi oleh hewan-
hewan tersebut, sapi, kuda, kambing mengkonsumsi rerumputan sedangkan
ayam mengkonsumsi bekatul. Karena terdapat kandungan lignoselulosa di
dalam kotoran ternak itulah maka, kotoran ternak yang merupakan limbah
9
21

dengan kandungan lignoselulosanya dapat diolah lebih lanjut melalui
pemanfaatan mikroba dalam proses biokonversi limbah yang dilakukan guna
mendapatkan nilai tambah dari bahan limbah tersebut menjadi produk lain
seperti pupuk organik melalui proses fermentasi.
Pada fermentasi terjadi perombakan senyawa komplek menjadi
senyawa sederhana dengan bantuan kombinasi mikroba yang terdiri dari
bakteri, kapang, aktinomycetes dan cacing yang dapat meningkatkan nilai
limbah lignoselulosa (Anindyawati 2010: 75)
4. Starter Stardec
Stardec merupakan bioaktivator dalam pembuatan pupuk organik
yang didalamnya terkandung mikroorganisme seperti lignolitik, selulotik,
proteolitik, lipolitik, serta aminolitik. Mikroorganisme tersebut mempunyai
fungsi yang berbeda-beda bagi tanaman (Oman 2003: 12).
a. Mikroorganisme lignolitik berperan dalam menguraikan ikatan
legnoselulose menjadi selulosa dan lignin. Lignin ini kemudian diuraikan
lagi oleh enzim ligase menjadi derivat lignin yang lebih sederhana
sehingga mampu mengikat NH
4
+
.
b. Mikroorganisme selulotik akan mengeluarkan enzim selulose yang dapat
menghidrolisis selulosa menjadi selobiosa lalu dihidrolisis lagi menjadi D-
glukosa dan akhirnya difermentasikan sehingga menghasilkan asam laktat,
etanol, CO
2
dan ammonia.
c. Mikroorganisme proteolitik akan mengeluarkan enzim protease yang dapat
merombak protein menjadi polipeptida-polipeptida, lalu menjadi peptida
sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO
2
dan air.
d. Mikroorganisme lipolitik akan menghasilkan enzim lipase yang berperan
dalam perombakan lemak.
e. Mikroorganisme aminolitik akan menghasilkan amilase yang berperan
dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids dan keto acids
yang kemudian akan menjadi asam amino.
Mikroorganisme-mikroorganisme tersebut diperoleh dari isolasi tanah
lembab di hutan, akar rumput-rumputan, dan kolon sapi (Oman 2003: 12)
10
22

5. Fosfor
Yulipriyanto (2010:143) menyebutkan bahwa fosfor merupakan unsur
hara yang terpenting bagi tumbuhan setelah nitrogen. Unsur ini merupakan
bagian penting dari nukleoprotein inti sel yang mengendalikan pembelahan
dan pertumbuhan sel, demikian pula untuk Deoxyribonucleic Acid (DNA)
yang membawa sifat-sifat keturunan organisme hidup. Yuliprianto juga
menyebutkan bahwa senyawa fosfor mempunyai peranan dalam pembelahan
sel, merangsang pertumbuhan awal pada akar, pemasakan buah, transport
energi dalam sel, pembentukan buah dan produksi biji.
Fosfor menurut Salisbury dan Ross (1995:143) merupakan bahan
penting yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Fosfor di dalam tumbuhan tidak
pernah direduksi dan tetap dalam fosfat, baik dalam bentuk bebas maupun
terikat pada senyawa organik sebagai ester. Kekurangan fosfor pada
tumbuhan menyebabkan tanaman kerdil dan berwarna hijau tua. Lakitan
(2007:67) juga berpendapat bahwa tumbuhan memerlukan fosfor untuk
menunjang kegiatan fisiologis dalam tubuhnya yaitu dalam reaksi gelap
fotosintesis, proses respirasi dan berbagai proses metabolisme lainnya. Selain
berperan dalam proses-proses tersebut, fosfor juga merupakan bagian dari
nukleotida yaitu DNA dan RNA serta fosfolipida penyusun membran.
Salisbury dan Ross (1995:143) mengemukakan, tumbuhan menyerap
fosfor terutama dalam bentuk anion fosfat valensi satu (H
2
PO
4
-
), dan
menyerap anion valensi dua (HPO
4
2-
). Penyerapan kedua bentuk anion
tersebut dipengaruhi oleh pH pada area perakaran tanaman yaitu jika pH di
bawah 7 maka, tanaman akan menyerap fosfor dalam bentuk H
2
PO
4
-

sebaliknya jika pH di atas 7 maka, tumbuhan akan menyerap fosfor dalam
bentuk HPO
4
2-
.
Lebih lanjut Salisbury dan Ross juga menyatakan bahwa fosfor yang
diserap tanaman merupakan senyawa-senyawa organik dan anorganik dalam
bentuk teroksidasi. Fosfor anorganik banyak terdapat di dalam cairan sel
sebagai komponen sistem penyangga tanaman. Dalam bentuk organik, fosfor
terdapat sebagai fosfolipid, yang merupakan komponen membran sitoplasma
11
23

dan kloroplas; fitin, yang merupakan simpanan fosfat dalam biji; gula fosfat,
yang merupakan senyawa dalam berbagai proses metabolisme tanaman;
nukleoprotein, komponen utama DNA dan RNA inti sel; ATP, ADP, AMP,
dan PPi, sebagai senyawa berenergi tinggi untuk metabolisme; NAD dan
NADP, merupakan koenzim penting dalam proses reduksi dan oksidasi; dan
FAD dan berbagai senyawa lain, yang berfungsi sebagai pelengkap enzim
tanaman.
Menurut pendapat Sultenfuss dan Doyle (1999:6), didalam jaringan
tanaman, fosfor berperan dalam proses reaksi biokimia. Peran fosfor yang
istimewa adalah proses penangkapan energi cahaya matahari kemudian
digabungkan dengan air dan gula sederhana menjadi energi biokimia. Fosfor
merupakan komponen penyusun membran sel tanaman, penyusun enzim-
enzim, penyusun koenzim, nukleotida (bahan penyusun asam nukleat). selain
itu fosfor juga ambil bagian dalam sintesis protein, terutama yang terdapat
pada jaringan hijau, sintesis karbohidrat, memacu pembentukan bunga dan
biji serta menentukan kemampuan berkecambah biji yang dijadikan benih.
Peranan fosfor menurut Rakhmawati (2011:4) antara lain untuk
pertumbuhan sel, pembentukan akar halus dan rambut akar, memperkuat
jerami agar tanaman tidak mudah rebah, memperbaiki kualitas tanaman,
pembentukan bunga, buah, dan biji, serta memperkuat daya tahan terhadap
penyakit. Fosfor juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga dan
buah. Struktur perakaran yang sempurna memberikan daya serap nutrisi yang
lebih baik. Pada proses pembungaan kebutuhan fosfor akan meningkat drastis
karena kebutuhan energi meningkat dan fosfor adalah komponen penyusun
enzim dan ATP yang berguna dalam proses transfer energi.
Kekurangan fosfor pada tanaman menurut Sultenfuss dan Doyle
(1999:7) akan mengakibatkan hambatan dalam metabolisme, diantaranya
dalam proses sintesis protein yang menyebabkan terjadinya akumulasi
karbohidrat dan ikatan-ikatan nitrogen. Kekurangan fosfor tersebut dapat
diamati secara visual melalui daun-daun yang tua akan berwarna keunguan
atau kemerahan karena terbentuknya pigmen antisianin. Pigmen ini terbentuk
12
24

karena akumulasi gula di dalam daun sebagai akibat terhambatnya sintesis
protein. Gejala lain adalah nekrosis (kematian jaringan) pada pinggir atau
helai dan tangkai daun, diikuti melemahnya batang dan akar tanaman. Tepi
daun cokelat, tulang daun muda berwarna hijau gelap, pertumbuhan daun
kecil, kerdil, dan akhirnya rontok.
6. Rasio C/N
Menurut Pancapalaga (2011:61), rasio C/N merupakan perbandingan
antara karbon dan nitrogen. Jumlah rasio C/N dapat digunakan sebagai
indikator proses fermentasi yaitu jika jumlah perbandingan antara karbon
dengan nitrogen masih berkisar antara 20 persen sampai 30 persen maka hal
tersebut mengindikasikan bahwa pupuk yang difermentasi sudah bisa untuk
digunakan. Namun jika perbandingan antara karbon dan nitrogen tersebut
masih diatas 30% atau masih tinggi maka bahan penyusun pupuk cair belum
terurai atau belum terdegradasi secara sempurna. Perbedaan kandungan C dan
N tersebut akan menentukan kelangsungan proses fermentasi pupuk cair yang
pada akhirnya mempengaruhi kualitas pupuk cair yang dihasilkan.
Menurut Marvelia et al (2006: 11-12) jika perbandingan antara karbon
dengan nitrogen masih tinggi, maka ketersediaan karbon berlebih sedangkan
jumlah nitrogen sangat terbatas. Apabila produk pupuk cair dengan rasio C/N
yang tinggi diaplikasikan ke dalam tanah maka, mikroorganisme akan
tumbuh dengan memanfaatkan N tersedia didalam tanah untuk membentuk
protein dalam tubuh mikroorganisme tersebut, sehingga terjadi immobilisasi
N. Immobilisasi N adalah perubahan N anorganik menjadi N organik oleh
mikroorganisme tanah untuk menyusun jaringan-jaringan dalam tubuhnya
sehingga terjadilah immobilisasi N. Immobilisasi N adalah perubahan N
anorganik menjadi N organik oleh mikroorganisme tanah untuk menyusun
jaringan-jaringan dalam tubuhnya. Akibatnya tanaman akan bersaing dengan
mikroorganisme tanah untuk memperebutkan unsur hara. Dalam kompetisi
perebutan unsur hara tersebut kemungkinan besar tanaman kalah bersaing,
sehingga akar tanaman menjadi busuk dan menghambat pertumbuhan
vegetatif tanaman.
13
25

7. pH Pupuk Cair
Menurut Yulipriyanto (2010:32) pH adalah logaritma negatif dari
konsentrasi ion-ion H dalam larutan di mana konsentrasi Hidrogen dinyatakan
dalam gram ion per liter
pH=-log (H
+
)
Di dalam larutan tanah, sebagian molekul air akan mengalami ionisasi
menjadi H
+
dan OH
-

H
2
O H
+
dan OH
-
pH menurut Campbell dan Reece (2008:371) merupakan faktor yang
penting karena berpengaruh terhadap ketersediaan mineral yang dibutuhkan
oleh tumbuhan. Pentingnya pH tersebut berpengaruh pada pertukaran kation
serta bentuk kimiawi mineral. Suatu mineral tertentu pada keadaan pH
tertentu dapat diserap oleh akar tumbuhan namun ada pula yang berada
dalam bentuk kimiawi yang tidak bisa diserap oleh tumbuhan. Misalnya pada
pH 8 kalsium dapat diserap oleh tumbuhan namun, besi tidak dapat diserap
oleh akar tanaman.
Lebih lanjut Campbell dan Reece (2008:372) mengemukakan ketika
pH pupuk cair turun menjadi 5 atau lebih rendah dan diaplikasikan pada
tanaman maka, ion-ion aluminium yang bersifat toksik bagi tanaman menjadi
lebih terlarut dan diabsopsi oleh akar sehingga dapat menghambat
pertumbuhan akar dan menghambat pengambilan kalsium yang dibutuhkan
tanaman. Beberapa tumbuhan dapat mengatasi masalah tersebut dengan
menyekresi anion-anion organik yang dapat mengikat ion Al
3+
sehingga tidak
lagi berbahaya bagi tumbuhan. Akan tetapi, ketika kondisi pH yang rendah
terjadi secara terus menerus akan menimbulkan produksi pangan semakin
memburuk. Dari ilustrasi tersebut maka kondisi pH pupuk cair harus
disesuaikan dengan kebutuhan mineral tanaman. Jika pH pupuk cair terlalu
basa, dapat diturunkan dengan pemberian sulfat. Namun ketika kondisi pH
terlalu asam dapat disesuaikan dengan menambahkan kapur yakni kalsium
karbonat atau kalsium hidroksida.
14
26

Campbell dan Reece (2008:372) juga menyebutkan apabila pH terlalu
rendah akan berakibat tanaman kadang-kadang keracunan, karena terlalu
banyak menyerap aluminium, besi dan mangan. Unsur-unsur ini biasanya
lebih banyak tersedia pada pH sangat asam dalam bentuk persenyawaan yang
mudah larut. Inilah yang sering kali menjadi sebab utama gagalnya tanaman
jika pupuk cair yang digunakan memiliki pH yang sangat rendah. Dan apabila
pH terlalu tinggi juga menimbulkan gejala negatif karena kekurangan unsur-
unsur besi, mangan, tembaga dan boron. Lagi pula pengaruh pH terhadap
daya serap tanaman pada umumnya tidak sama besar dalam hubungannya
dengan semua unsur tersebut.
B. Kerangka Berpikir
Pupuk merupakan bahan pokok yang diperlukan oleh usaha tani dalam
upaya peningkatan hasil pertanian. Pupuk yang aman untuk pertanian adalah
pupuk organik. Pupuk organik tersebut dapat diperoleh dari proses fermentasi.
Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pupuk organik yang sangat
bermanfaat adalah kotoran ternak. Bagi para peternak, kotoran hewan yang
dihasilkan dapat dianggap sebagai limbah karena menimbulkan bau dan
pencemaran air disekitar peternakan. Namun kotoran ternak tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang baik bagi sektor pertanian serta
ramah lingkungan. Kotoran ternak tersebut dapat difermentasi menjadi pupuk
organik cair yang berkualitas dengan kandungan unsur hara yang tinggi dan
bermanfaat bagi dunia pertanian.
Pada fermentasi pupuk cair yang alami akan membutuhkan waktu yang
relatif lama untuk mendapatkan pupuk organik yang benar-benar matang dan
berkualitas. Maka untuk efisiensi waktu maka perlu ditambahkan
mikroorganisme yang dapat digunakan untuk mempercepat proses fermentasi
pupuk organik cair. Bahan yang digunakan dapat berupa stardec yang di
dalamnya terkandung beberapa mikroorganisme yang dapat mempercepat
proses fermentasi. Salah satu indikasi pupuk yang baik diantaranya adalah
kandugan fosfor yang terkandung di dalamnya.
15
27

Pemilihan bahan dasar yang digunakan dalam fermentasi pupuk organik
menjadi hal yang sangat penting. Hal tersebut juga sekaligus menjadi kendala
karena setiap bahan dasar yang digunakan akan menghasilkan kandungan
unsur hara (N, P, K, C/N ratio) yang berbeda. Maka untuk mengatasi
permasalahan tersebut dilakukan fermentasi kotoran berbagai ternak dengan
starter stardec yang dapat meningkatkan kandungan fosfor.
C. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini merupakan gambaran dan alur skematis dari
penelitian yang akan dilaksanakan.

















Gambar 1. Bagan Paradigma Penelitian

Penumpukan limbah kotoran
ternak
Kebutuhan Pupuk organik cair
Fermentasi Kotoran Ternak
Kotoran Ternak Starter Stardec
Menimbulkan permasalahan
berupa bau dan pencemaran air
Aktivator mempercepat
fermentasi pupuk cair
Kandungan Fosfor, rasio
C/N meningkat dan pH
Kompos Cair dengan kandungan Fosfor tinggi, Rasio C/N berstandar SNI dan pH
stabil
Peningkatan jumlah hasil pertanian
Peningkatan nilai ekonomi kotoran ternak
16
28

D. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut: Semua bahan dasar kotoran berbagai ternak yang difermentasi
dengan starter stardec memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kandungan
fosfor, rasio C/N dan pH pada pupuk cair.
Hipotesis Statistik:
Guna kepentingan uji statistik diajukan hipotesis statistik sebagai berikut:
H
0
=Tidak ada perbedaan pengaruh bahan dasar kotoran ternak yang digunakan
terhadap kandungan, fosfor, rasio C/N dan pH pupuk cair hasil
fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec.
H
A
=Ada perbedaan pengaruh bahan dasar kotoran ternak yang digunakan
terhadap kandungan, fosfor, Rasio C/N dan pH pupuk cair hasil
fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec.
H
0
:
1
=
2
=
3
=
4

H
A
:
1

2
,
4









17
29

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek
Objek penelitian ini adalah kotoran dari 4 ternak yaitu ayam, kambing,
kuda, sapi (Gallus gallus, Capra aegagrus hircus, Equus caballus, Bos
primigenius) yang dilarutkan dalam air 15 liter dengan campuran starter 50 g
berjumlah 16 larutan kotoran ternak.
B. Bahan
1. Air: 320 liter
2. Starter Stardec: 800 g
C. Alat yang digunakan
1. pH meter : 1 buah
2. Termometer : 3 buah
3. Gelas ukur : 2 buah
4. Timbangan digital : 1 buah
5. Timbangan kiloan : 1 buah
6. Tong fermentasi + tutup: 16 buah
7. Terpal : 2 buah
8. Plastik Hitam : 16 buah
9. Tali karet : 16 buah
10. Kertas label : 1 pak
11. Tongkat pengaduk : 4 buah
D. Variabel Penelitian
Terdapat variabel utama yang diidentifikasikan menurut fungsinya
dapat dibedakan menjadi :
1. Variabel Independen
Jenis kotoran ternak
2. Variabel Dependen
Kandungan fosfor, rasio C/N dan pH pupuk cair

18
30

3. Variabel Kendali
Starter stardec dengan dosis yang sama
E. Desain Eksperimen
Pada penelitian ini menggunakan penelitian True-Experimental Re-
search atau eksperimental sesungguhnya karena bertujuan untuk menyelidiki
kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan pada satu
atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih kelompok yang tidak
dikenali kondisi perlakuan.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Setiap unit eksperimen dibagi menjadi beberapa kelompok.
Jumlah kelompok sama dengan jumlah ulangan. Setiap kelompok mengandung
semua perlakuan yang diberikan (Gomez dan Gomez 1995: 6)
Dalam eksperimen ini dilakukan 4 perlakuan yang berbeda dan 4 kali
pengulangan sehingga ada 16 tong eksperimen dan ditempatkan secara acak.
Rancangan yang digunakan terdiri 4 perlakuan yaitu :
A : Kotoran ayam 5 kg + 15 liter air + 50 gr stardec
B : Kotoran kambing 5 kg + 15 liter air + 50 gr stardec
C : Kotoran kuda 5 kg + 15 liter air + 50 gr stardec
D : Kotoran sapi 5 kg + 15 liter air + 50 gr stardec






Gambar 2. Denah Rancangan Acak Lengkap
Keterangan :
Huruf : Perlakuan
Angka indeks : Ulangan

3
A
1
A
1
B
2
D
3
B
4
C
2
C
4
A
4
B
4
D
1
D
2
A
1
C
3
C
3
D
2
B
19
31

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap perencanaan
a. Merancang alat-alat dan bahan-bahan diperlukan untuk penelitian.
b. Mencari dan meninjau tempat penjualan alat-alat dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk penelitian.
c. Merancang takaran bahan dasar yang digunakan.
2. Persiapan
a. Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian.
b. Menyiapkan Stardec yang mempunyai kandungan mikroorganisme
seperti lignolitik, selulotik, proteolitik, lipolitik, serta aminolitik.
c. Mencuci tong yang akan digunakan
d. Menghancurkan bahan-bahan (kotoran hewan) menjadi lebih kecil agar
mudah larut dalam air.
e. Menimbang bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dosis yang
direncanakan.
3. Pelabelan
a. Menyiapkan kertas label yang bertuliskan rancangan perlakuan dan
ulangan
b. Menempelkan kertas label pada sisi tong.
c. Menutup label dengan lakban bening.
4. Pencampuran
a. Mengambil kotoran ternak yang sudah ditimbang sebesar 5 kg, kemudian
memasukan kedalam tong yang disesuaikan dengan label. Untuk tong
yang digunakan sebagai kontrol tidak diberi kotoran ternak.
b. Memasukan air sebanyak 15 liter kedalam masing-masing tong yang
sudah diisi dengan kotoran ternak.
c. Mengaduk dengan pengaduk yang berbeda pada setiap bahan sampai
homogen.
d. Memasukkan Stardec kedalam masing-masing tong dengan dosis yang
sama yaitu sebanyak 50 gram.
20
32

e. Mengaduknya kembali sampai benar-benar homogen dengan pengaduk
yang berbeda pada setiap bahan.
5. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan organoleptik bau pupuk cair dengan enam tester.
b. Mengukur suhu, pH pupuk cair.
G. Skema penataan dalam tong

Tutup plastik yang dilubangi
Ruang sisa
Campuran kotoran ternak dengan air

Gambar 3. Penataan dalam Tong Fermentasi Pupuk
H. Metode Analisis Data
Dari data pengamatan dan perhitungan tentang kandungan fosfor, Rasio
C/N, dan pH pupuk cair hasil fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter
stardec, maka dapat dimasukkan dalam tabel data kandungan Fosfor, Rasio
C/N, dan pH.
Tabel 2. Rataan Kandungan Fosfor Pupuk Cair dengan Starter Stardec.
Perlakuan Ulangan Jumlah
perlakuan
rataan
perlakuan 1 2 3 4
A ... .
B ... .
C ... .
D ... .
Jumlah Umum (G) ... .
Rataan Umum ... .


21
33

Tabel 3. Rataan Rasio C/N Pupuk Cair dengan Starter Stardec.
Perlakuan Ulangan Jumlah
perlakuan
rataan
perlakuan 1 2 3 4
A ... .
B ... .
C ... .
D ... .
Jumlah Umum (G) ... .
Rataan Umum ... .

Tabel 4. Rataan pH Pupuk Cair dengan Starter Stardec
Perlakuan
Hasil Pengukuran Ph
1 2 3 4
A .. .. .. ..
B .. .. .. ..
C .. .. .. ..
D .. .. .. ..

Keterangan Perlakuan:
A : Kotoran ayam 5 kg + 15 liter air + 50 gr stardec
B : Kotoran kambing 5 kg + 15 liter air + 50 gr stardec
C : Kotoran kuda 5 kg + 15 liter air + 50 gr stardec
D : Kotoran sapi 5 kg + 15 liter air + 50 gr stardec
Data tersebut kemudian dilakukan uji homogenitas Bartlett untuk
menguji homogenitas varian lebih dari dua kelompok data.
Untuk menghitung:


Keterangan :
X = data individual dalam setiap kelompok
n = jumlah data dalam setiap kelompok
K = jumlah kelompok yang diperbandingkan
df = derajat bebas (db) = (n 1)
22
34

Kemudian data tersebut kemudian dianalisis dengan analisis sidik
ragam (analisis varians) untuk data percobaan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan banyaknya ulangan yang sama akan dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 5. Analisis Varians dari RAL (Rancangan Acak Lengkap)
Sk Db Jk KT FH
F Tabel
5% 1%
Perlakuan t-1 JKP ..
Galat (rt-1) (t-1) JKG .. .. ..
Total rt-1 JKP+JKG ..

Sumber : Gomez A.A.dan K.A. Gomez 1995.
Keterangan :
t : Banyaknya perlakuan
r : Banyaknya ulangan
Sk : Sumber keragaman
Jk : Jumlah kuadrat
KT : Kuadrat tengah
JKP : Jumlah kuadrat perlakuan
Db : Derajat bebas
n : Jumlah pengulangan
FH : F
hitung
Untuk menghitung :
a. Faktor koreksi (FK) =
b. Untuk menghitung jumlah kuadrat (JK)
JK Umum
JK perlakuan = FK
JK Galat = JK umum JK perlakuan
Dimana : Xi : Pengukuran
n : Banyaknya peta percobaan
Ti : Jumlah perlakuan
G = x


23
35

c. Untuk menghitung Kuadrat Tengah (KT)
KT Perlakuan =
KT Galat =
d. Untuk menghitung F (beda uji nyata perbedaan perlakuan)
Nilai F diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
F =
Untuk menerima tau menolak hipotesis penelitian dengan kriteria
sebagai berikut :
Jika nilai F
hitung
> F
tabel
pada teraf nyata 5% atau 1% dinyatakan
berbeda sangat nyata signifikan, berarti H
0
ditolak H
A
diterima. Bila hasil uji
F tersebut dinyatakan beda nyata (signifikan), maka perlu dilakukan pengujian
selanjutnya yaitu Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) dengan rumus :
Rp =
Dimana sd =
Rp : Nilai t pada tabel
sd : Galat baku perbedaan rataan
s
2
: Ragam kuadrat tengan (KT)
r : Ulangan
t : Banyaknya perlakuan
p : Jarak
Sumber : Gomez A.A. dan K.A. Gomez (1995:21 )







24
36

BAB IV
HASIL PENELITIAN
Data hasil penelitian tentang kandungan fosfor, Rasio C/N dan pH pada
pupuk cair hasil fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec adalah
sebagai berikut :
A. Kandungan Fosfor Pupuk Cair

Berikut adalah data kandungan fosfor pada pupuk cair hasil fermentasi
kotoran berbagai ternak dengan starter stardec dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 6. Kandungan Fosfor dalam Pupuk Cair dengan Satuan %
Perlakuan Ulangan Jumlah
Perlakuan
Rataan
Perlakuan
1 2 3 4
A 0,22 0,27 0,32 0,24 1,050 0,263

B 0,26 0,24 0,07 0,17 0,740 0,185

C 0,24 0,25 0,15 0,27 0,910 0,228

D 0,18 0,17 0,14 0,12 0,610 0,153

Jumlah Umum
(G)

3,310

Rataan Umum 0,207

Keterangan :
A :Kotoran ayam 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
B :Kotoran kambing 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
C :Kotoran kuda 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
D :Kotoran sapi 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec

Berdasarkan tabel 6. di atas dapat dilihat bahwa kandungan fosfor pada
pupuk cair hasil fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec
memberikan hasil yang tertinggi pada perlakuan A yaitu ( X A =0,263)
sedangkan yang paling rendah terdapat pada perlakuan D yaitu ( X D
=0,153).

25
37

Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat Histogram kandungan
fosfor sebagai berikut:







Gambar 4.Histogram Kandungan Fosfor pada Pupuk Cair Hasil Fermentasi
Kotoran Berbagai Ternak dengan Starter Stardec
B. Analisis Data Kandungan Fosfor Pupuk Cair
Digunakan Test of homogeneity of variances untuk mengetahui variabel
homogen atau heterogen. Dari perhitungan uji Bartlett diperoleh X
2
corr
=
3,344 < X
2
tabel
(7,81) pada level probabilitas 0,05 artinya ke empat perlakuan
hasil fermentasi kotoran berbagai ternak memiliki varians yang sama
(homogen).
Perhitungan homogenitas varians selanjutnya dilakukan analisis sidik
ragam. Hasil analisis sidik ragam (RAL) terhadap kandungan fosfor dapat
dilihat dalam Tabel 7. di bawah ini :
Tabel 7. Analisis Sidik Ragam (RAL) terhadap Kandungan Fosfor
Sumber
Keragaman
(Sk)
Derajat
Bebas
(db)
Jumlah
Kuadrat
(Jk)
Kuadrat
Tengah
(Kt)
F
Hitung
F
tabel

5% 1%
Perlakuan
3
0,028 0,009 2,888ts
3,49 5,95
Galat Percobaan
12
0,029 0,0032

Umum
15
0,066

ts =tidak signifikan / tidak beda nyata pada taraf nyata 5% dan 1%
kk = 27,389%

0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
A B C D
0.263
0.185
0.226
0.153
R
a
t
a
a
n

P
e
r
l
a
k
u
a
n
Perlakuan
26
38

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa F
hitung
(2,88) < F
tabel
5%
(3,49) Hal ini menunjukkan bahwa Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh
berbagai hasil fermentasi kotoran ternak dengan starter stardec pada pupuk
cair terhadap kandungan fosfor diterima, maka Ha yang menyatakan ada
pengaruh berbagai hasil fermentasi kotoran ternak dengan starter stardec
pada pupuk cair terhadap kandungan fosfor ditolak.
Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan tiap pengaruh berbagai
hasil fermentasi kotoran ternak dengan starter stardec pada pupuk cair
terhadap kandungan fosfor dilakukan uji lanjut yaitu dengan menggunakan
Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) yang dapat dilihat pada tabel 8 sebagai
berikut:
Tabel 8. Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) Kandungan Fosfor
Perlakuan
Rataan
hasil
Nilai
UJGD
5%
Selisih rata-rata nilai tiap perlakuan
A C B D
A 0,263 - - - - -
C 0,228 0,0873 0,035ts - - -
B 0,185 0,0915 0,078ts 0,043ts - -
D 0,153 0,0943 0,110* 0,075ts 0,033ts -

Keterangan :
ts = tidak beda nyata (tidak signifikan) pada taraf nyata 5%
* = Beda nyata (signifikan) pada taraf 5%

Hasil UJGD kemudian dilakukan perhitungan antara rata-rata tengah
dan perlakuan yaitu perlakuan A dibandingkan dengan perlakuan C didapat
hasil 0,035 lebih kecil dari UJGD 5% 0,0873 maka perbedaan yang diamati
tidak signifikan. Perlakuan A dibandingkan B didapatkan hasil 0,078 lebih
kecil dari pada UJGD 5% 0,0915 maka perbedaan yang diamati tidak
signifikan. Perlakuan A dibandingkan dengan perlakuan D didapatkan hasil
0,110 lebih besar dari pada UJGD 5% 0,0943 maka perbedaan yang diamati
signifikan. Perlakuan C dibandingkan dengan perlakuan B didapat hasil
27
39

0,043 lebih kecil dari UJGD 5% 0,0873 maka perbedaan yang diamati tidak
signifikan. Perlakuan C dibandingkan D didapatkan hasil 0,075 lebih kecil
dari pada UJGD 5% 0,0915 maka perbedaan yang diamati tidak signifikan.
Perlakuan B dibandingkan dengan perlakuan D didapatkan hasil 0,033 lebih
kecil dari pada UJGD 5% 0,0873 maka perbedaan yang diamati tidak
signifikan.

C. Rasio C/N Pupuk Cair

Berikut adalah data rasio C/N pada pupuk cair hasil fermentasi kotoran
berbagai ternak dengan starter stardec dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 9. Rasio C/N dalam Pupuk cair
Perlakuan
Ulangan Jumlah
Perlakuan
Rataan
1 2 3 4
A 8,32 8,22 5,77 7,66 29,98 7,49
a
B 5,52 6,24 11,06 7,30 30,13 7,53
a
C 21,38 15,74 15,06 11,66 63,85 15,96
b
D 10,10 13,24 15,09 15,91 54,33 13,58
b
Jumlah Umum
(G)
193,895
Rataan Umum 9,695

Keterangan :
A :Kotoran ayam 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
B :Kotoran kambing 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
C :Kotoran kuda 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
D :Kotoran sapi 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
a, b
:Superscript yang berbeda menunjukan beda nyata pada taraf 5%
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa rasio C/N pupuk cair
hasil fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec memberikan
hasil yang tertinggi pada perlakuan C yaitu ( X C =15,96) sedangkan yang
paling rendah terdapat pada perlakuan A yaitu ( X A = 7,49).

28
40

Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat Histogram kandungan rasio
C/N sebagai berikut:







Gambar 5.Histogram Kandungan Rasio C/N pada Pupuk Cair Hasil
Fermentasi Kotoran Berbagai Ternak dengan Starter Stardec
D. Analisis Data Rasio C/N Pupuk Cair
Digunakan Test of homogeneity of variances untuk mengetahui variabel
homogen atau heterogen. Dari perhitungan uji Bartlett diperoleh X
2
corr
= 3,38
< X
2
tabel
(7,81) pada level probabilitas 0,05 artinya ke empat perlakuan hasil
fermentasi kotoran berbagai ternak memiliki varians yang sama (homogen).
Perhitungan homogenitas varians selanjutnya dilakukan analisis sidik
ragam. Hasil analisis sidik ragam (RAL) terhadap kandungan rasio C/N dapat
dilihat dalam Tabel 10. di bawah ini :
Tabel 10. Analisis Sidik Ragam (RAL) terhadap Rasio C/N
Sumber
Keragaman
(Sk)
Derajat
Bebas
(db)
Jumlah
Kuadrat
(Jk)
Kuadrat
Tengah
(Kt)
F
hitung
F
tabel

5% 1%
Perlakuan
3 222,09 74,03 9,75** 3,49 5,95
Galat Percobaan
12 91,16 7,60
Umum
15 313,25


** = sangat signifikan / sangat tidak beda nyata pada taraf nyata 1%
kk = 24,736%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
A B C D
7.6 7.3
11.6
15.9
R
a
t
a
a
n

P
e
r
l
a
k
u
a
n
Perlakuan
29
41

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa F
hitung
(9,745) > F
tabel
1%
(5,95) Hal ini menunjukkan bahwa Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh
berbagai hasil fermentasi kotoran ternak dengan starter stardec pada pupuk
cair terhadap rasio C/N ditolak, maka Ha yang menyatakan ada pengaruh
berbagai hasil fermentasi kotoran ternak dengan starter stardec pada pupuk
cair terhadap rasio C/N diterima.
Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan tiap pengaruh berbagai
hasil fermentasi kotoran ternak dengan starter stardec pada pupuk cair
terhadap rasio C/N dilakukan uji lanjut yaitu dengan menggunakan Uji Jarak
Ganda Duncan (UJGD) yang dapat dilihat pada tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11. Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) Rasio C/N
Perlakuan
Rataan
hasil
Nilai
UJGD
5%
Selisih rata-rata nilai tiap perlakuan
C D B A
C 15,96 - - - - -
D 13,58 4,29 2,38ts - - -
B 7,53 4,50 8,43* 6,05* - -
A 7,49 4,64 8,47* 6,09* 0,04ts -

Keterangan :
ts = tidak beda nyata (tidak signifikan) pada taraf nyata 5%
* = Beda nyata (signifikan) pada taraf 5%

Hasil UJGD kemudian dilakukan perhitungan antara rata-rata tengah
dan perlakuan yaitu perlakuan C dibandingkan dengan perlakuan D didapat
hasil (2,38) lebih kecil dari UJGD 5% (4,29) maka perbedaan yang diamati
tidak signifikan. Perlakuan C dibandingkan B didapatkan hasil (84,297) lebih
besar dari pada UJGD 5% (4,50) maka perbedaan yang diamati signifikan.
Perlakuan C dibandingkan dengan perlakuan A didapatkan hasil (6,09) lebih
besar dari pada UJGD 5% (4,64) maka perbedaan yang diamati signifikan.
Perlakuan D dibandingkan dengan perlakuan B didapat hasil (6,50) lebih
besar dari UJGD 5% (4,29) maka perbedaan yang diamati signifikan.
30
42

Perlakuan D dibandingkan A didapatkan hasil (6,09) lebih besar dari pada
UJGD 5% (4,50) maka perbedaan yang diamati signifikan. Perlakuan B
dibandingkan dengan perlakuan A didapatkan hasil (0,04) lebih kecil dari
pada UJGD 5% (4,29) maka perbedaan yang diamati tidak signifikan.
E. Perubahan pH selama Proses Fermentasi Pupuk Cair
Berikut adalah data perubahan pH selama proses hasil fermentasi
kotoran berbagai ternak dengan starter stardec pada pupuk cair dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 12. Rataan Hasil Pengamatan Perubahan pH selama Proses Fermentasi
Minggu Awal sampai Minggu ke 9
Perlakuan MINGGU KE -
Awal 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A U1 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
A U2 9 7 7 7 7 7 7 7 7 7
A U3 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
A U4 8 8 7 7 7 7 7 7 7 7

B U1 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
B U2 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
B U3 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
B U4 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

C UI 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
C U2 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
C U3 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
C U4 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

D U1 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
D U2 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
D U3 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
D U4 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7

Keterangan :
A :Kotoran ayam 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
B :Kotoran kambing 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
C :Kotoran kuda 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
D :Kotoran sapi 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
31
43

Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat histogram perubahan pH
selama proses fermentasi dari minggu awal sampai minggu ke 9 sebagai
berikut:


















Gambar 6.Histogram Perubahan pH selama Proses Fermentasi dari minggu awal
sampai minggu akhir
















6.4
6.6
6.8
7
7.2
7.4
7.6
7.8
8
8.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A
B
C
D
(Kotoran ayam)
(Kotoran
(Kotoran kuda)
(Kotoran sapi)

6.4
6.6
6.8
7
7.2
7.4
7.6
7.8
8
8.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A
B
C
D
(Kotoran ayam)
(Kotoran kambing)
(Kotoran kuda)
(Kotoran sapi)
32
44

BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil penelitian tentang Kandungan Fospor Rasio C/N
dan pH Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Berbagai Ternak Dengan Starter
Stardec, dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Rasio C/N Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Berbagai Ternak
dengan Starter Stardec.
Berdasarkan hasil analisis varian secara statistika rasio C/N pupuk cair
hasil fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec diketahui
bahwa F
hitung
(9,75) > F
tabel
5% (3,49) yang berarti bahwa uji statistik tersebut
menunjukkan hasil yang signifikan pada taraf 5%. Jadi hipotesis (Ha) yang
menyatakan bahwa Semua bahan dasar kotoran berbagai ternak yang
difermentasi dengan starter stardec memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
rasio C/N diterima.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan kotoran berbagai ternak
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap rasio C/N pupuk cair hasil
fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec. Rata-rata rasio C/N
tertinggi terdapat pada perlakuan D kotoran kuda yaitu 15,96. Secara berturut-
turut hasil yang ditunjukkan pada perlakuan A, B, C, D adalah 7,49; 7,53;
15,96; 13,58.
Berdasarkan data rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat
kematangan pupuk dari empat bahan dasar tersebut memiliki tingkat
kematangan yang berbeda. Pada perlakuan A (kotoran ayam) dan B (kotoran
kambing) memiliki rasio C/N yang lebih rendah dari perlakuan C (kotoran
kuda) dan D (kotoran sapi) yang memiliki rasio C/N yang lebih tinggi.
Perbedaan tingkat kematangan yang dilihat dari perbedaan nilai rasio C/N
tersebut terjadi karena perbedaan dari selulosa yang terkandung dalam kotoran
ternak yang secara tidak langsung berhubungan pula dengan makanan yang
dikonsumsi ternak tersebut. Kotoran ayam dan kambing memiliki rasio C/N

33
45

yang rendah karena kotoran ayam dan kambing memiliki serat dan selulosa
yang lebih rendah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi oleh ayam yang
berupa bekatul dan biji-bijian. Kotoran kambing juga memiliki kandungan
serat yang rendah karena kambing cenderung memilih makanan berupa
rerumputan yang berserat rendah. Berbeda dengan kotoran ayam dan kambing,
kotoran kuda dan sapi memiliki kandungan serat yang lebih tinggi karena
makanan yang dikonsumsi sapi dan kuda merupakan rerumputan berserat
tinggi. Kotoran kuda mengandung hemisellulosa sebesar 23,5 persen,
sellulosa 27,5 persen, lignin 14,2 persen, sedangkan kotoran sapi mengandung
hemisellulosa sebesar 18,6 persen, sellulosa 25,2 persen, lignin 20,2 persen
(Windyasmara et al 2012:40). Hal tersebut merupakan alasan terjadinya
perbedaan kematangan pada pupuk cair dengan empat bahan yang berbeda
yaitu kotoran ayam, kambing, kuda dan sapi.
Rasio C/N merupakan perbandingan antara karbon dan nitrogen.
Jumlah C/N ratio dapat digunakan sebagai indikator proses fermentasi yaitu
jika jumlah perbandingan antara karbon dengan nitrogen masih berkisar antara
20 sampai dengan 30 maka hal tersebut mengindikasikan bahwa pupuk yang
difermentasi sudah bisa untuk digunakan. Namun jika perbandingan antara
karbon dan nitrogen tersebut masih diatas 30 atau masih tinggi maka bahan
penyusun pupuk cair belum terurai atau belum terdegradasi secara sempurna.
Perbedaan kandungan C dan N akan menentukan kelangsungan proses
fermentasi yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas pupuk cair yang
dihasilkan.
Pada tabel rasio C/N menunjukkan bahwa pada semua perlakuan rasio
C/N pada pupuk cair antara 7 sampai dengan 15 yang menandakan bahwa
pupuk tersebut sudah matang. Sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa
bahan penyusun pupuk cair yaitu kotoran ternak sudah terurai atau terdegradasi
secara sempurna sehingga bisa diaplikasikan pada tanah.
Apabila produk pupuk cair dengan rasio C/N yang tinggi diaplikasikan
ke dalam tanah maka, mikroorganisme akan tumbuh dengan memanfaatkan N
tersedia didalam tanah untuk membentuk protein dalam tubuh
34
46

mikroorganisme tersebut, sehingga terjadi immobilisasi N. Immobilisasi N
adalah perubahan N anorganik menjadi N organik oleh mikroorganisme tanah
untuk menyusun jaringan-jaringan dalam tubuhnya sehingga terjadilah
immobilisasi N. Immobilisasi N adalah perubahan N anorganik menjadi N
organik oleh mikroorganisme tanah untuk menyusun jaringan-jaringan
dalam tubuhnya. Akibatnya tanaman akan bersaing dengan mikroorganisme
tanah untuk memperebutkan unsur hara. Dalam kompetisi perebutan unsur
hara tersebut kemungkinan besar tanaman kalah bersaing, sehingga akar
tanaman menjadi busuk dan menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman.
Berdasarkan nilai rasio C/N yang terbentuk menunjukan bahwa pupuk
cair yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar kualitas pupuk cair SNI 19-
7030-2004 yaitu antara 10 sampai 20 yang artinya pupuk tersebut dapat
diaplikasikan pada tanaman. SNI 19-7030-2004 pupuk cair dapat dilihat pada
tabel 13.
B. Kandungan Fosfor Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Berbagai
Ternak dengan Starter Stardec.
Berdasarkan hasil analisis varian secara statistika kandungan fosfor
pupuk Cair hasil fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec
diketahui bahwa F
hitung
(2,888) < F
tabel
5% (3,49) yang berarti bahwa uji
statistik tersebut menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada taraf 5%. Jadi
hipotesis (Ha) yang menyatakan bahwa ada perbedaan pengaruh bahan dasar
kotoran ternak yang digunakan terhadap kandungan, fosfor, Rasio C/N dan pH
pupuk cair hasil fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kandungan fosfor ditolak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan kandungan fosfor pupuk
cair hasil fermentasi kotoran berbagai ternak tidak memberikan perbedaan
pengaruh yang nyata. Hal ini karena kandungan fosfor pada kotoran ayam,
kambing, kuda dan sapi mempunyai nilai yang hampir sama sehingga
walaupun ada perbedaan pada rata-ratanya tetapi tetap tidak mampu
memberikan pengaruh yang nyata pada perhitungan statistiknya. Selain itu juga
35
47

dipengaruhi oleh starter stardec yang digunakan tidak memberikan perbedaan
pengaruh karena starter yang digunakan untuk semua perlakuan memiliki dosis
yang sama sehingga nilai fosfor pada semua perlakuan hampir sama. Namun,
walaupun demikian jumlah fosfor dari kelima perlakuan memiliki rata-rata
hasil yang berbeda. Perlakuan A yaitu kotoran ayam memiliki rata-rata fosfor
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya dengan nilai
0,263 persen. Secara berturut-turut hasil yang ditunjukkan pada perlakuan A,
B, C, D adalah 0,263; 0,185; 0,228; 0,153.
Kandungan fosfor yang hampir sama pada semua perlakuan terjadi
karena empat hewan yang kotorannya digunakan sebagai bahan dasar pupuk
cair, semuanya memakan bahan makanan yang berasal dari makhluk hidup.
Fosfor pada makhluk hidup merupakan bagian dari basa nukleotida yaitu DNA
dan RNA serta fosfolipida penyusun membran sel. Sehingga semua bagian
tubuh makhluk hidup memiliki kandungan fosfor. Begitu pula dengan
rerumputan yang dimakan oleh kambing, kuda, dan sapi. Selain itu fosfor juga
berperan dalam proses metabolisme dan pembentukan biji sehingga biji-bijian
yang dimakan ayam juga mengandung fosfor. Maka dapat disimpulkan bahwa
kandungan fosfor pada pupuk cair yang tidak memberikan perpedaan pengaruh
yang nyata disebabkan karena kandungan fosfor pada semua bahan dasar
hampir sama yang dikarenakan makanan dari semua jenis hewan yang
kotorannya digunakan sebagai bahan dasar berasal dari makhluk hidup yang
semua bagian tubuhnya mengandung fosfor.
Kotoran ternak merupakan sisa hasil metabolisme dari ternak yang
tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh ternak. Kotoran ternak dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik karena kotoran ternak memiliki komposisi kandungan
unsur-unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Selain itu, kotoran
ternak juga memiliki asal usul hayati dan mengandung bahan organik yang
terurai. Kotoran ternak yang berasal dari ternak yang berbeda akan
menghasilkan kandungan unsur hara yang berbeda pula (Campbell dan Reece
2008:371)
36
48

Pada tabel kandungan fosfor pupuk cair hasil fermentasi kotoran
berbagai ternak dengan starter stardec menunjukan bahwa rata-rata perlakuan
A yang berbahan dasar kotoran ayam memiliki kandungan fosfor sedikit lebih
tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena kotoran ayam merupakan sisa
metabolisme dari ayam yang termasuk dalam unggas, ayam merupakan hewan
jenis makanannya berupa biji-bijian dan serangga yang memiliki kandungan
protein lebih tinggi dan serat kasar yang rendah sehingga kandungan unsur
hara yang dimilikinya lebih tinggi dari kotoran lainnya. Kotoran unggas yang
terdiri dari feses dan urine mengandung unsur hara yang sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan kotoran ternak lainnya. Selain itu perbedaan kandungan
fosfor pada setiap jenis kotoran ternak yang digunakan dipengaruhi oleh
beberapa faktor misalnya kualitas makanan mempengaruhi jumlah yang di
makan oleh ternak, yang kemudian akan berpengaruh terhadap kualitas limbah
yang dihasilkan (komposisi kimia limbah) (Pancapalaga 2011:66). Pada
umumnya limbah tersebut mengandung semua komponen yang ada dalam
bahan pakan yang dikonsumsi ternak. Beberapa diantaranya masih asli dan
beberapa sudah mendapat proses modifikasi oleh beberapa reaksi dalam
saluran pencernaan dalam tubuh hewan ternak.
Berdasarkan nilai rata-rata kandungan fosfor yang ditunjukan tabel
sudah sesuai dengan standar kualitas pupuk cair SNI 19-7030 2004 yaitu
minimal mengandung fosfor 0,1 % yang artinya pupuk tersebut dapat
diaplikasikan pada tanaman. SNI 19-7030-2004 pupuk cair dapat dilihat pada
tabel 13. (Sundari et al 2012: 94)
C. pH Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Berbagai Ternak dengan
Starter Stardec.
Rata-rata pH dari hasil pengukuran yang dilakukan setiap minggu
menunjukkan adanya kenaikan dan penurunan menuju kestabilan selama
proses fermentasi berlangsung. Pada minggu awal proses fermentasi rata-rata
pH secara berturut-turut pada perlakuan A, B, C, D adalah 8; 7,75; 7,5; 8.
Tingginya pH disebabkan oleh aktivitas kelompok bakteri lainnya, misalnya
37
49

bakteri metanogen yang mengonversikan asam-asam organik menjadi senyawa
yang lebih sederhana seperti metana, ammoniak, dan karbondioksida. Setelah
mengalami pH yang tinggi terjadi proses penurunan pH menuju pada kondisi
yang optimal yaitu pH 7 (Prahesti dan Dwipayanti 2011:500). Berdasarkan
hasil penelitian menunjukan kestabilan pH pada seluruh perlakuan mulai
terjadi pada minggu ke-4 hingga minggu terakhir dengan rata-rata pH 7. Nilai
pH tersebut menunjukan bahwa pH sudah mencapai nilai yang optimal.
Pada proses fermentasi pupuk organik cair dari kotoran berbagai ternak
pH merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui kesiapan
pupuk organik untuk diaplikasikan pada tanah. Apabila pH pupuk organik cair
yang difermentasi menunjukan angka 5 sampai 6 atau diatas 7 maka pupuk
yang difermentasi belum siap untuk digunakan dan masih terjadi proses
degradasi bahan organik dari pupuk cair tersebut. Pupuk cair yang sudah siap
untuk diaplikasikan pada tanah adalah pupuk organik yang memiliki pH yang
mendekati normal atau mendekati angka 7.
Apabila pH pupuk cair yang masih menunjukan keadaan asam atau
basa diaplikasikan pada tanaman maka akan berpengaruh pada proses
pertukaran kation serta bentuk kimiawi mineral. Jika kondisi pH dalam
keadaan basa atau pH diatas 8 maka akan berakibat kurangnya unsur besi
didalam tubuh tumbuhan. Hal tersebut dikarenakan pada pH yang cenderung
basa tanaman akan menyerap kalsium lebih banyak dan besi tidak dapat
diserap oleh tanaman (Campbell dan Reece 2008:372). Akibat dari kurangnya
unsur besi pada menyebabkan daun muda klorosis, urat pokoknya berwarna
hijau khas, tangkai pendek dan pipih.
Ketika pH tanah turun menjadi 5 atau lebih rendah maka ion-ion
alumunium yang bersifat toksik bagi tanaman menjadi lebih terlarut dan
diabsopsi oleh akar sehingga dapat menghambat pertumbuhan akar dan
menghambat pengambilan kalsium yang dibutuhkan tanaman. Beberapa
tumbuhan dapat mengatasi masalah tersebut dengan menyekresi anion-anion
organik yang dapat mengikat ion Al
3+
sehingga tidak lagi berbahaya bagi
tumbuhan. Akan tetapi, ketika kondisi pH yang rendah terjadi secara terus
38
50

menerus akan menimbulkan produksi pangan semakin memburuk. Dari
ilustrasi tersebut maka kondisi pH tanah harus disesuaikan dengan kebutuhan
mineral tanaman. Menurut Campbell dan Reece (2008:372) jika tanah terlalu
basa, dapat diturunkan dengan pemberian sulfat. Namun ketika kondisi pH
terlalu asam dapat disesuaikan dengan menambahkan kapur yakni kalsium
karbonat atau kalsium hidroksida. Apabila pH terlalu rendah akan berakibat
tanaman keracunan, karena terlalu banyak menyerap aluminium, besi dan
mangan. Unsur-unsur ini biasanya ada pada kondisi pH sangat asam dalam
bentuk persenyawaan yang mudah larut. Inilah yang sering kali menjadi sebab
utama gagalnya tanaman pada tanah dengan pH yang sangat rendah. Dan
apabila pH terlalu tinggi juga menimbulkan gejala negatif karena kekurangan
unsur-unsur besi, mangan, tembaga dan boron.
Berdasarkan nilai pH yang terbentuk menunjukan bahwa pupuk cair
yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar kualitas pupuk cair SNI 19-7030-
2004 yaitu antara 6,8 sampai 7,49 yang artinya pupuk tersebut dapat
diaplikasikan pada tanaman. SNI 19-7030-2004 dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Standar Kualitas Pupuk Cair SNI 19-7030 2004
No. Parameter Satuan Minimum Maksimum
1. Kadar air % * 50
2. Temperatur
o
C * Suhu air tanah
3. Warna * Kecoklatan
4. Bau * Bau
5. Bahan organic % 27 58
6. Nitrogen % 0.4 *
7. Karbon % 9.8 32
8. Fosfor (P
2
O
5
) % 0.1 *
9. Rasio C/N 10 20
10. Kalium (K
2
O) % 0.2 *
11. pH 6.8 7.49
12. Ukuran partikel Mm 0.55 25
13. Bahan asing % * 1.5

Sumber: Sundari et al (2012: 94)

39
51

D. Implementasi Dalam Bidang Pendidikan
Penelitian mengenai Kandungan fosfor, rasio C/N dan pH pupuk cair
hasil fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter stardec dapat
diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah pada tingkat SMA kelas X
semester 2 materi pencemaran lingkungan dan daur ulang limbah.
Implementasi pembelajaran yang sesuai dengan penelitian kandungan
fosfor, rasio C/N dan pH pupuk cair hasil fermentasi kotoran berbagai ternak
dengan starter stardec adalah dengan pembelajaran yang mengarahkan siswa
utuk membuat produk berupa pupuk cair hasil daur ulang dari limbah kotoran
ternak sesuai standar kompetensi 4 yaitu Menganalisis hubungan komponen
ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam
keseimbangan ekosistem pada kompetensi dasar 4.4 yaitu membuat daur ulang
limbah.
Pembelajaran dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu penugasan,
demonstrasi dan tanya jawab. Metode penugasan digunakan ketika siswa
diberikan tugas untuk membuat produk daur ulang limbah kotoran ternak.
Metode demonstrasi digunakan ketika pembelajaran berlangsung yaitu pada
kegiatan inti siswa diminta untuk mendemonstrasikan pemmembuat produk
pupuk cair dari limbah kotoran ternak. Kemudian metode tanya jawab yang
diberikan oleh guru kepada siswa maupun oleh siswa kepada guru ketika
pembelajaran berlangsung.
Pada pembelajaran digunakan pendekatan secara kontekstual yaitu
berdasarkan pengalaman siswa secara langsung melalui pembuatan produk
daur ulang limbah kotoran ternak yang umumnya ada di lingkungan sekitar
mereka menjadi pupuk cair. Sedangkan model yang digunakan pada
pembelajaran adalah PJBL, siswa dihadapkan pada masalah pencemaran
lingkungan dan siswa dituntut memecahkan masalah tersebut melalui
pembuatan produk yaitu produk daur ulang limbah kotoran ternak menjadi
pupuk cair sehingga tidak lagi mencemari lingkungan.
Pembelajaran dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dimana dalam satu
kali pertemuan dibutuhkan waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Tiga minggu
40
52

sebelum pembelajaran siswa sudah diarahkan untuk membagi siswa dalam satu
kelas menjadi 4 kelompok dan diberikan tugas untuk membuat produk dari
limbah kotoran ternak ayam, kambing, kuda dan sapi. Masing-masing
kelompok memiliki bahan kotoran ternak yang berbeda. Selain itu guru juga
membekali siswa dengan LKS yang dilengkapi dengan petunjuk kerja.
Kemudian pada pembelajaran yang diadakan pada minggu ke empat setelah
pembuatan produk diadakan demonstrasi pembuatan produk dan presentasi
untuk semua kelompok serta diskusi secara klasikal mengenai pertanyaan yang
muncul ketika presentasi. Dan yang trakhir adalah pembuatan laporan
kelompok sebagai tugas akhir semester.











41
53

KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian tentang Kandungan Fosfor Rasio
C/N dan pH Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Berbagai Ternak Dengan
Starter Stardec, dapat disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan bahan kotoran ternak dalam fermentasi kotoran berbagai
ternak menjadi pupuk cair dengan starter stardec memberikan pengaruh
yang sama terhadap kandungan fosfor.
2. Penggunaan bahan kotoran ternak dalam fermentasi kotoran berbagai
ternak menjadi pupuk cair dengan starter stardec memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap rasio C/N dan pH yang berbeda.
3. Perlakuan yang memiliki kualitas pupuk cair yang lebih baik dilihat dari
kandungan fosfor, rasio C/N dan pH yang pada penelitian tentang
kandungan fosfor, rasio C/N dan pH pupuk cair hasil fermentasi kotoran
berbagai ternak dengan starter stardec adalah pada perlakuan A yang
memiliki bahan dasar berupa kotoran ayam.
4. Menunjang dan memperkaya materi pembelajaran tingkat sekolah
menengah atas (SMA) kelas X semester 2. Pembelajaran dilakukan dengan
cara siswa diarahkan untuk membuat produk daur ulang limbah kotoran
ternak menjadi pupuk cair. Pembelajaran dilaksanakan dengan metode
penugasan, demostrasi, tanya jawab. pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kontekstual dan dengan model PjBL.







42
54

B. SARAN
1. Perlu diadakannya penambahan bahan yang dapat menambah tinggi
kandungan fosfor pada proses fermentasi kotoran berbagai ternak menjadi
pupuk cair dengan starter stardec.
2. Perlu diadakan uji coba dilapangan untuk mengetahui pengaruh pupuk
organik cair hasil fermentasi kotoran berbagai ternak dengan starter
stardec yang dihasilkan terhadap tanaman.
3. Dalam pembelajaran di Sekolah perlu adanya praktik langsung aplikasi
kandungan fosfor, rasio C/N dan pH pupuk cair hasil fermentasi kotoran
berbagai ternak dengan starter stardec kaitannya pada materi mengenai
jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah. Pembelajaran dapat dilakukan
dengan metode penugasan, demostrasi, tanya jawab. pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kontekstual dan dengan model PjBL.












43
55

DAFTAR PUSTAKA
Anindyawati, T. 2010. Potensi selulase dalam mendegradasi lignoselulosa limbah
pertanian untuk pupuk organik. Berita Selulosa, 45 (2),: 7077
Balai Penelitian Tanah. 2005. jurnal pupuk organik tingkatkan produksi pertanian
warta penelitian dan pengembangan pertanian vol.27, no.6
Buckman, H.O. dan N.C.Brady. 1982. Ilmu tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara
Campbell, N. A. dan J.B. Reece. 2008. Biologi edisi kedelapan Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Gomez, A.A dan K.A.Gomez. 1995. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian.
Jakarta : UI-Press
Lakitan, B. 2007. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada
Martinsari T., Y. Wijayanti dan E. Purwanti. 2010. Optimalisasi fermentasi urin
sapi dengan aditif tetes tebu (molasses) untuk menghasilkan pupuk organic
cair yang berkualitas tinggi. Program kreativitas mahasiswa bidang PKM-
GT
Marvelia A., S. Darmanti dan S.Parman. 2006. Produksi tanaman jagung manis
(Zea mays L. Saccharata) yang diperlakukan dengan kompos kascing
dengan dosis yang berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol. XIV, No. 2
Oman. 2003. Skripsi Kandungan Nitrogen Pupuk Organik Cair Dari Hasil
Penambahan Urine pada limbah (sludge) keluaran instalasi gas bio dengan
masukan feses sapi. Fakultas peternakan IPB.
Pancapalaga, W. 2011. Pengaruh rasio penggunaan limbah ternak dan hijauan
terhadap kualitas pupuk cair. Gamma 7(1), 61- 68
Prahesti R.Y. dan N.U. Dwipayanti. 2011. Pengaruh penambahan nasi basi dan
gula merah terhadap kualitas kompos dengan proses anaerobik; studi kasus
pada sampah domestik lingkungan Banjar Sari, Kelurahan Ubung,
Denpasar Utara: 497-506
Purnomo, H. 2011. Metodologi penelitian. Semarang: IKIP PGRI Semarang
Rakhmawati D.A. 2011. Pengaruh fosfor terhadap proses fisiologi tanaman.
Fakultas Pertanian, Jurusan Agroteknologi UPN Veteran Jawa Timur
Rinsema,W.T.1983. Pupuk dan cara pemupukan. Jakarta: Penerbit Bhratara karya
aksara

44
56

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu kesuburan tanah. Yogyakarta:
Kanisius
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan jilid satu. Terjemahan
oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB
Sultenfuss J.H. dan W.J Doyle. 1999. Functions of phosphorus in plants. Better
Crops, Vol. 83 No. 1
Sundari E.,E. Sari, R. Rinaldo. 2012. Pembuatan pupuk organik cair
menggunakan bioaktivator biosca dan EM4. ISSN. 1907 - 0500
Windyasmara L., A. Pertiwiningrum, L.M. Yusiati. 2012. Pengaruh jenis kotoran
ternak sebagai substrat dengan penambahan serasah daun jati (Tectona
grandis) terhadap karakteristik biogas pada proses fermentasi. Buletin
Peternakan Vol. 36(1 ): 40-47
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi tanah dan strategi pengolahannya. Yogyakarta:
Graha Ilmu















45
57

LAMPIRAN 1

ANALISIS DATA KANDUNGAN FOSFOR PUPUK CAIR
Perlakuan Ulangan Jumlah
Perlakuan
Rataan
Perlakuan
1 2 3 4
A 0,22 0,27 0,32 0,24 1,050 0,263
B 0,26 0,24 0,07 0,17 0,740 0,185
C 0,24 0,25 0,15 0,27 0,910 0,228
D 0,18 0,17 0,14 0,12 0,610 0,153
Jumlah Umum
(G) 3,310
Rataan Umum 0,207

Keterangan :
A :Kotoran ayam 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
B:Kotoran kambing 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
C :Kotoran kuda 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
D :Kotoran sapi 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec














46
58

LAMPIRAN 2
UJI HOMOGENITAS KANDUNGAN FOSFOR PUPUK CAIR
Dimana :
X : Data Individual
N : Jumlah data dalam kelompok ( 4 ulangan)
K : Jumlah kelompok yang dibandingkan (4 perlakuan)
df : derajat bebas untuk tiap kelompok
df
1
= N-1
= 4 1
= 3
df
2
= N-1
= 4 1
= 3
df
3
= N-1
= 4 1
= 3
df
4
= N-1
= 4 1
= 3

3 3 3 3 3 + + + + =

df = 15
S
2
= varians =
( ) [ ]
1
/
2
2


N
N X X N

X
2
1
= (0,22)
2
+(0,27)
2
+(0,32)
2
+(0,24)
2
= 0,281
X
2
2
= (0,26)
2
+(0,24)
2
+(0,07)
2
+(0,17)
2
= 0,159
X
2
3
= (0,24)
2
+(0,25)
2
+(0,15)
2
+(0,27)
2
= 0,216
X
2
4
= (0,18)
2
+(0,17)
2
+(0,14)
2
+(0,12)
2
=0,095

S
2
= varians =
( ) [ ]
1
/
2
2


N
N X X N

47
59

S
2
1
=
( ) ( )
1 4
4 / 050 , 1 281 , 0 4
2


= 0,0019
Log S
2
1
= -2,723
S
2
2
=
( ) ( )
1 4
4 /
2
740 , 0 159 , 0 4


= 0,007
Log S
2
2
= -2,133
S
2
3
=
( ) ( )
1 4
4 / 910 , 0 2155 , 0 4
2


= 0,0028
Log S
2
3
= -2,49
S
2
4
=
( ) ( )
1 4
4 / 610 , 0 0953 , 0 4
2


= 0,00076
Log S
2
4
= -3,120

X
2
corr.
=
( ) { }
( ) [ ]
( )
(
(

(
(

|
|

\
|

df df K
S df
df
S df
df
1 1
1 3
1
1
log log
3026 , 2
2
10
2
10

( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( ) [ ]
( )
(

\
|
(

\
|
+ + +

+
+ + +
+ + +
=

12
1
3
1
3
1
3
1
3
1
1 4 3
1
1
3 549 , 2 3 133 , 2 3 723 , 2 3
12
0008 , 0 3 0028 , 0 3 0074 , 0 3 002 , 0 3
10
log 12
3026 , 2
120 , 3

48
60

( )
|

\
|
+

(

\
|
=
12
1
3
4
9
1
1
575 , 31
12
0385 , 0
10 log 12
3026 , 2
[ ]
1389 , 1
) 575 , 31 ( ) 00321 , 0 ( 10 log 12
3026 , 2

=
=
( ) ( )
1389 , 1
575 , 31 4934 , 2 12
3026 , 2


=
1389 , 1
) 575 , 31 ( ) 921 , 29 (
3026 , 2


=
1389 , 1
654 , 1
3026 , 2
= ( ) 452 , 1 3026 , 2
=3,344
X
2
corr
= 3,344
X
2
tabel
= 7, 81
Sehingga X
2
corr
< X
2
tabel
maka kelompok yang diperbandingkan heterogen












49
61

LAMPIRAN 3

PERHITUNGAN ANALISIS SIDIK RAGAM TERHADAP KANDUNGAN
FOSFOR PUPUK CAIR

1. db Galat = t (r 1 )
= 4 (4 1)
= 12
2. db Perlakuan = t 1
= 4 - 1
= 3
3. db Umum = r . t 1
= 4 . 4 - 1
= 15
4. Faktor koreksi ( Fk ) =
rt
X
r
l
t
l
2
|

\
|


FK =
rt
X
r
l
t
l
2
|

\
|


=
16
) 310 , 3 (
2

=
16 `
956 , 10

= 0,685






50
62

5. JK Umum = FK X
r
l
t
l
|

\
|

2

= { (0,22)
2
+ (0,27)
2
+ (0,32)
2
+ (0,24)
2
+ (0,26)
2
+ (0,24)
2
+ (0,07)
2
+
(0,17)
2
+(0,24)
2
+ (0,25)
2
+ (0,15)
2
+ (0,27)
2
+ (0,18)
2
+ (0,17)
2
+ (0,14)
2

+ (0,12)
2
} (0,685)
= { (0,048)+(0,073)+(0,102) +(0,058)+(0,068)+(0,058)+(0,005)
+(0,029)+(0,058)+(0,063)+(0,023)+(0,073)+(0,032)+(0,029)+(0,02)+(0
,014)}- (0,685)
= 0,751 0,685
= 0,066
JK Perlakuan =
( ) ( ) ( )
FK
r
X
r
X
r
X
t
t
+ +

2
2
2
2
1
2
1
........
=
( ) ( ) ( ) ( ) { }
685 , 0 -
4
610 , 0 910 , 0 740 , 0 050 , 1
2 2 2 2
+ + +


( ) ( ) ( ) ( ) { }
0,685 -
4
372 , 0 828 , 0 548 , 0 103 , 1 + + +
=

= 0,028

JK Galat = JK Umum JK Perlakuan
= 0,066 0,028
= 0,039
6. KT Perlakuan
=
1 - 4
028 , 0

= 0,009

KT Galat
=
1) - 4(4
039 , 0

= 0,0032
51
63

7. F
hitung

=
0032 , 0
009 , 0

= 2,888

F
tabel
dari db perlakuan = 3 dan db galat = 12
F
tabel
5 % = 3,49
1 % = 5,95
8. Rataan umum dan koefisien keragaman (KK)
Rataan umum =

16
310 , 3
=
= 0,207
9. Koefisien Keragaman (kk) 100 =
umum Rataan
KTgalat


100
0,207
0,0032
=

= 27,389 %










52
64

LAMPIRAN 4

DAFTAR SIDIK RAGAM KANDUNGAN FOSFOR PUPUK CAIR


Sumber Keragaman
(Sk)
Derajat
Bebas
(db)
Jumlah
Kuadrat
(Jk)
Kuadrat
Tengah
(Kt)
F
hitung
F
tabel

5% 1%
Perlakuan
3 0,028 0,009 2,888ts 3,49 5,95
Galat Percobaan
12 0,029 0,0032
Umum
15 0,066
Ts = tidak signifikan / tidak beda nyata pada taraf nyata 5% dan 1%
kk = 27,389 %














53
65

LAMPIRAN 5
PERHITUNGAN UJI JARAK GANDA DUNCAN TERHADAP
KANDUNGAN FOSFOR PUPUK CAIR
P rp (0,05) rp (0,01)
2
3
4
3,08
3,23
3,33
4,32
4,55
4,68
Rp =
2
) (S . (rp)
-d
, nilai S
-d
=
r
S
2
. 2

Dimana :
S
2
: Ragam :KuadratTengah (KT) Galat
r : Ulangan
S
-d
=
r
S
2
. 2


=
( )
4
0032 , 0 . 2

=
4
0064 , 0


= 0016 , 0

= 0,0401
Rp =
( )( )
2
d
S rp

2 =
( )( )
2
0401 , 0 08 , 3

=
2
1234 , 0

= 0,0873

Rp =
( )( )
2
d
S rp

3 =
( )( )
2
401 , 0 23 , 3

=
2
1294 , 0

54
66

= 0,0915
Rp =
( )( )
2
d
S rp

4 =
( )( )
2
0401 , 0 33 , 3

=
2
1334 , 0

= 0,0943































55
67

LAMPIRAN 6


DAFTAR UJI JARAK GANDA DUNCAN TERHADAP KANDUNGAN
FOSFOR PUPUK CAIR
Perlakuan
Rataan
hasil
Nilai
UJGD
5%
Selisih rata-rata nilai tiap perlakuan
A C B D
A
0,263
- - - - -
C
0,228
0,0873 0,035ts - - -
B
0,185
0,0915 0,078ts 0,043ts - -
D
0,153
0,0943 0,110* 0,075ts 0,033ts -

Keterangan :
ts =Tidak beda nyata (tidak signifikan) pada taraf 5%
* = beda nyata (signifikan) pada taraf nyata 5%



















56
68

LAMPIRAN 7

ANALISIS DATA KANDUNGAN RASIO C/N PUPUK CAIR
Perlakuan
Ulangan Jumlah
Perlakuan
Rataan
1 2 3 4
A 8,322 8,223 5,772 7,661 29,978 7,495
B 5,517 6,243 11,061 7,304 30,125 7,531
C 21,382 15,742 15,064 11,657 63,845 15,961
D 10,095 13,24 15,086 15,909 54,33 13,583
Jumlah Umum
(G)
193,895
Rataan Umum 9,695

Keterangan :
A :Kotoran ayam 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
B :Kotoran kambing 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
C :Kotoran kuda 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
D :Kotoran sapi 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec














57
69

LAMPIRAN 8
UJI HOMOGENITAS RASIO C/N PUPUK CAIR
Dimana :
X : Data Individual
N : Jumlah data dalam kelompok ( 4 ulangan)
K : Jumlah kelompok yang dibandingkan (5 perlakuan)
df : derajat bebas untuk tiap kelompok
df
1
= N-1
= 4 1
= 3
df
2
= N-1
= 4 1
= 3
df
3
= N-1
= 4 1
= 3
df
4
= N-1
= 4 1
= 3

+ + + = 3 3 3 3 df = 12
Rumus uji homogenitas Bartlett


Keterangan :
X = data individual dalam setiap kelompok
n = jumlah data dalam setiap kelompok
K = jumlah kelompok yang diperbandingkan
df = atau derajat bebas (db) = (n 1)

X
2
A
= (8,32)
2
+ (8,22)
2
+ (5,77)
2
+ (7,66)
2
= 69,26 + 67,62 + 33,32 + 58,69
= 228,88
X
2
B
= (5,52)
2
+ (6,24)
2
+ (11,06)
2
+ (7,30)
2

= 30,44 + 38,98 + 122,35 + 53,35
= 245,11
58
70

X
2
C
= (21,38)
2
+ (15,74)
2
+ (15,06)
2
+ (11,66)
2

= 457,19 + 247,81+ 226,92 + 135,89
= 1067,81
X
2
D
= (10,095)
2
+ (13,240)
2
+ (15,086)
2
+ (15,909)
2

= 101,91 + 175,30 + 227,59 + 253,10
= 757,89

(X
A
)
2
= (29,978)
2
= 898,68
(X
B
)
2
= (30,125)
2
= 907,52
(X
C
)
2
= (63,845)
2
= 4076,18
(X
D
)
2
= (54,33)
2
= 2951,75


S
2
A
Varian =
=
= 1,40
log
10
S
2
B
Varian = 0,15
S
2
B
Varian =
=
= 6,08
log
10
S
2
C
Varian = 0,78


59
71

S
2
C
Varian =
=
= 16,25
log
10
S
2
D
Varian = 1,21
S
2
D
Varian =
=
= 6,65
log
10
S
2
E
Varian = 0,82
X
2
corr.
=
( ) { }
( ) [ ]
( )
(
(

(
(

|
|

\
|

df df K
S df
df
S df
df
1 1
1 3
1
1
log log
3026 , 2
2
10
2
10







60
72
























61
73

LAMPIRAN 9

PERHITUNGAN ANALISIS SIDIK RAGAM TERHADAP RASIO C/N

1. db Galat = t (r 1 )
= 4 (4 1)
= 12
2. db Perlakuan = t 1
= 4 - 1
= 3
3. db Umum = r . t 1
= 4 . 4 - 1
= 15
4.
=
16
) 83 , 17 (
2

=
16
05 , 31783

= 1986,44
5.
= { (8,32)
2
+ (8,22)
2
+ (5,77)
2
+ (7,66)
2
+ (5,52)
2
+ (6,24)
2
+ (11,06)
2
+
(7,30)
2
+(21,38)
2
+ (15,74)
2
+ (15,06)
2
+ (11,66)
2
+ (10,09)
2
+ (13,24)
2
+
(15,09)
2
+ (15,91)
2
} (1986,44)
= {(69,25)+(67,61)+(33,32)+(58,69)+(30,43)
+(38,98)+(122,37)+(53,34)+(457,18)+(247,80)+(226,91)+(135,89)+(10
1,90)+(175,30)+(227,58)+(253,10)}- (1986,40)
= 2299,65 1986,40
= 313,25
6.
( ) ( ) ( ) ( ) { }
44 , 1986 -
4
33 , 54 84 , 63 13 , 30 98 , 29
2 2 2 2
+ + +
=

62
74

( ) ( ) ( ) ( ) { }
1986,44 -
4
75 , 2951 4076,08 907,54 898,63 + + +
=

= 2208,53 1986,44
= 313,25

7.
= 313,25 222,09
= 91,16
8.
1 - 4
09 , 222
=
= 74,03
9.
=
1) - 4(4
16 , 91

= 7,60
10.
=
60 , 7
03 , 74

= 9,75
F
tabel
dari db perlakuan = 3 dan db galat = 12
F
tabel
5 % = 3,49
1 % = 5,95
11. Rataan umum dan koefisien keragaman (KK)
Rataan umum =

16
83 , 17
=
= 11,14
63
75

Koefisien Keragaman (kk) 100 =
umum Rataan
KTgalat


100
11,14
7,60
=

= 24,74%





















64
76

LAMPIRAN 10

DAFTAR SIDIK RAGAM RASIO C/N


Sumber
Keragaman
(Sk)
Derajat
Bebas
(db)
Jumlah
Kuadrat
(Jk)
Kuadrat
Tengah
(Kt)
F
hitung
F
tabel

5% 1%
Perlakuan
3 222,09 74,03 9,75** 3,49 5,95
Galat Percobaan
12 91,16 7,60
Umum
15 313,25
**= sangat signifikan / sangat beda nyata pada taraf nyata 1%
kk = 24,74%















65
77

LAMPIRAN 11
PERHITUNGAN UJI JARAK GANDA DUNCAN TERHADAP
RASIO C/N
P rp (0,05) rp (0,01)
2
3
4
3,08
3,23
3,33
4,32
4,55
4,68
Rp =
2
) (S . (rp)
-d
, nilai S
-d
=
r
S
2
. 2

Dimana :
S
2
: Ragam :Kuadrat Tengah (KT) Galat
r : Ulangan
S
-d
=
r
S
2
. 2


=
( )
4
60 , 7 . 2

=
4
19 , 15


= 80 , 3

= 1,95

Rp =
( )( )
2
d
S rp

2 =
( )( )
2
95 , 1 08 , 3

=
2
00 , 6

= 4,29





66
78

Rp =
( )( )
2
d
S rp

3 =
( )( )
2
95 , 1 23 , 3

=
2
29 , 6

= 4,50
Rp =
( )( )
2
d
S rp

4 =
( )( )
2
95 , 1 33 , 3

=
2
49 , 6

= 4,59

























67
79

LAMPIRAN 12


DAFTAR UJI JARAK GANDA DUNCAN TERHADAP RASIO C/N
Perlakuan
Rataan
hasil
Nilai
UJGD
5%
Selisih rata-rata nilai tiap perlakuan
C D B A
C 15,96 - - - - -
D 13,58 4,29 2,38ts - - -
B 7,53 4,50 8,43* 6,05* - -
A 7,49 4,64 8,47* 6,09* 0,04ts -

Keterangan :
ts =Tidak beda nyata (tidak signifikan) pada taraf 5%
* = beda nyata (signifikan) pada taraf nyata 5%
















68
80

LAMPIRAN 13
DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA PUPUK CAIR HASIL FERMENTASI
KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER STARDEC

Perlakuan MINGGU KE -
Awal 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A U1 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
A U2 9 7 7 7 7 7 7 7 7 7
A U3 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
A U4 8 8 7 7 7 7 7 7 7 7

B U1 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
B U2 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
B U3 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
B U4 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

C UI 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
C U2 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
C U3 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
C U4 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

D U1 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
D U2 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
D U3 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
D U4 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7

Keterangan :
A :Kotoran ayam 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
B :Kotoran kambing 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
C :Kotoran kuda 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec
D :Kotoran sapi 5 kg + 15 liter air + 50 g stardec










69
81

ANALISIS VARIANS KANDUNGAN FOSFOR PADA PUPUK CAIR
HASIL FERMNTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK
DENGAN STARTER STARDEC
Oneway
Descriptives
Kandungan Fosfor
N Mean Std. Deviation Std. Error 95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound
A (Kotoran Ayam) 4 ,2625 ,04349 ,02175 ,1933
B (Kotoran Kambing) 4 ,1850 ,08583 ,04291 ,0484
C (Kotoran Kuda) 4 ,2275 ,05315 ,02658 ,1429
D (Kotoran Sapi) 4 ,1525 ,02754 ,01377 ,1087
Total 16 ,2069 ,06651 ,01663 ,1714

Descriptives
Kandungan Fosfor
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Upper Bound
A (Kotoran Ayam) ,3317 ,22 ,32
B (Kotoran Kambing) ,3216 ,07 ,26
C (Kotoran Kuda) ,3121 ,15 ,27
D (Kotoran Sapi) ,1963 ,12 ,18
Total ,2423 ,07 ,32

Test of Homogeneity of Variances
Kandungan Fosfor
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,688 3 12 ,222

ANOVA
Kandungan Fosfor
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,028 3 ,009 2,888 ,079
Within Groups ,039 12 ,003
Total ,066 15


70
82

Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kandungan Fosfor
(I) Perlakuan
(Stardec)
(J) Perlakuan
(Stardec)
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig.
LSD
A (Kotoran Ayam)
B (Kotoran Kambing) ,07750 ,04007 ,077
C (Kotoran Kuda) ,03500 ,04007 ,399
D (Kotoran Sapi) ,11000
*
,04007 ,018
B (Kotoran Kambing)
A (Kotoran Ayam) -,07750 ,04007 ,077
C (Kotoran Kuda) -,04250 ,04007 ,310
D (Kotoran Sapi) ,03250 ,04007 ,433
C (Kotoran Kuda)
A (Kotoran Ayam) -,03500 ,04007 ,399
B (Kotoran Kambing) ,04250 ,04007 ,310
D (Kotoran Sapi) ,07500 ,04007 ,086
D (Kotoran Sapi)
A (Kotoran Ayam) -,11000
*
,04007 ,018
B (Kotoran Kambing) -,03250 ,04007 ,433
C (Kotoran Kuda) -,07500 ,04007 ,086

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kandungan Fosfor
(I) Perlakuan (Stardec) (J) Perlakuan (Stardec) 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD
A (Kotoran Ayam)
B (Kotoran Kambing) -,0098 ,1648
C (Kotoran Kuda) -,0523 ,1223
D (Kotoran Sapi) ,0227
*
,1973
B (Kotoran Kambing)
A (Kotoran Ayam) -,1648 ,0098
C (Kotoran Kuda) -,1298 ,0448
D (Kotoran Sapi) -,0548 ,1198
C (Kotoran Kuda)
A (Kotoran Ayam) -,1223 ,0523
B (Kotoran Kambing) -,0448 ,1298
D (Kotoran Sapi) -,0123 ,1623
D (Kotoran Sapi)
A (Kotoran Ayam) -,1973
*
-,0227
B (Kotoran Kambing) -,1198 ,0548
C (Kotoran Kuda) -,1623 ,0123

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.




71
83

Homogeneous Subsets

Kandungan Fosfor
Perlakuan (Stardec) N Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncan
a

D (Kotoran Sapi) 4 ,1525
B (Kotoran Kambing) 4 ,1850 ,1850
C (Kotoran Kuda) 4 ,2275 ,2275
A (Kotoran Ayam) 4 ,2625
Sig. ,099 ,090

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.



Means Plots








72
84

ANALISIS VARIANS RASIO C/N

Oneway

Descriptives
Kandungan Rasio C/N
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower
Bound
A (Kotoran Ayam) 4 7,49450 1,184651 ,592326 5,60946
B (Kotoran Kambing) 4 7,53125 2,464925 1,232463 3,60900
C (Kotoran Kuda) 4 15,96125 4,031717 2,015859 9,54589
D (Kotoran Sapi) 4 13,58250 2,578958 1,289479 9,47880
Total 16 11,14238 4,569807 1,142452 8,70730

Descriptives
Kandungan Rasio C/N
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Upper Bound
A (Kotoran Ayam) 9,37954 5,772 8,322
B (Kotoran Kambing) 11,45350 5,517 11,061
C (Kotoran Kuda) 22,37661 11,657 21,382
D (Kotoran Sapi) 17,68620 10,095 15,909
Total 13,57745 5,517 21,382


Test of Homogeneity of Variances
Kandungan Rasio C/N
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,871 3 12 ,483

ANOVA
Kandungan Rasio C/N
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between Groups 222,092 3 74,031 9,746 ,002
Within Groups 91,155 12 7,596
Total 313,247 15

73
85

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kandungan Rasio C/N
(I) Perlakuan
(Stardec)
(J) Perlakuan
(Stardec)
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error
Sig.
LSD
A (Kotoran Ayam)
B (Kotoran
Kambing)
-,036750 1,948879 ,985
C (Kotoran Kuda) -8,466750
*
1,948879 ,001
D (Kotoran Sapi) -6,088000
*
1,948879 ,009
B (Kotoran
Kambing)
A (Kotoran Ayam) ,036750 1,948879 ,985
C (Kotoran Kuda) -8,430000
*
1,948879 ,001
D (Kotoran Sapi) -6,051250
*
1,948879 ,009
C (Kotoran Kuda)
A (Kotoran Ayam) 8,466750
*
1,948879 ,001
B (Kotoran
Kambing)
8,430000
*
1,948879 ,001
D (Kotoran Sapi) 2,378750 1,948879 ,246
D (Kotoran Sapi)
A (Kotoran Ayam) 6,088000
*
1,948879 ,009
B (Kotoran
Kambing)
6,051250
*
1,948879 ,009
C (Kotoran Kuda) -2,378750 1,948879 ,246

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kandungan Rasio C/N
(I) Perlakuan (Stardec) (J) Perlakuan (Stardec) 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD
A (Kotoran Ayam)
B (Kotoran Kambing) -4,28299 4,20949
C (Kotoran Kuda) -12,71299
*
-4,22051
D (Kotoran Sapi) -10,33424
*
-1,84176
B (Kotoran Kambing)
A (Kotoran Ayam) -4,20949 4,28299
C (Kotoran Kuda) -12,67624
*
-4,18376
D (Kotoran Sapi) -10,29749
*
-1,80501
C (Kotoran Kuda)
A (Kotoran Ayam) 4,22051
*
12,71299
B (Kotoran Kambing) 4,18376
*
12,67624
D (Kotoran Sapi) -1,86749 6,62499
D (Kotoran Sapi)
A (Kotoran Ayam) 1,84176
*
10,33424
B (Kotoran Kambing) 1,80501
*
10,29749
C (Kotoran Kuda) -6,62499 1,86749

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
74
86

Homogeneous Subsets

Kandungan Rasio C/N
Perlakuan (Stardec) N Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncan
a

A (Kotoran Ayam) 4 7,49450
B (Kotoran Kambing) 4 7,53125
D (Kotoran Sapi) 4 13,58250
C (Kotoran Kuda) 4 15,96125
Sig. ,985 ,246

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Means Plots







75
87

HISTOGRAM DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC MINGGU AWAL MINGGU 9

HISTOGRAM DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC MINGGU AWAL


76
88

HISTOGRAM DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC MINGGU 1

HISTOGRAM DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC MINGGU 2



77
89

HISTOGRAM DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC MINGGU 3

HISTOGRAM DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC MINGGU 4


78
90

HISTOGRAM DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC MINGGU 5


HISTOGRAM DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC MINGGU AWAL 6


79
91

HISTOGRAM DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC MINGGU 7

HISTOGRAM DERAJAT KEASAMAN (pH) PADA PUPUK CAIR HASIL
FERMENTASI KOTORAN BERBAGAI TERNAK DENGAN STARTER
STARDEC MINGGU 8

80
92

FOTO HASIL PENELITIAN
Bahan dasar kotoran ternak






















Kotoran Ayam Kotoran Kambing
Kotoran Kuda Kotoran Sapi

93

Proses pembuatan pupuk

























Penimbangan Kotoran Ternak
Proses Penumbukan Kotoran Ternak

94


























Tong dan Pengaduk
Botol Digunakan untuk Uji
Lab
Bioaktivator Stardec Sebagai
Starter
Proses Penimbangan Starter

95


























Proses Pengadukan
Organoleptik

96












Proses pemanenan pupuk cair
















Pengacakan Penempatan Fermentasi Pupuk Cair
Pemindahan Pupuk Cair Kewadah Jerrycan untuk Meminimalisir
Terjadinya Kontaminasi Faktor Luar yang Merugikan.

97



























Hasil Pupuk yang Sudah Dikemas
Pengemasan Pupuk Cair Kedalam Wadah Jerrycan

98

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : X / II
Waktu : 2 x 45 menit
Standart Kompetensi : 4. Menganalisis hubungan antara komponen
ekosistem, perubahan materi dan energi serta
peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi Dasar : 4.4. Membuat produk daur ulang limbah
Indikator : 1. Mengidentifikasi jenis limbah yang mungkin dapat
didaur ulang
2. Membuat produk daur ulang dari limbah ternak
Tujuan : 1. Dengan mengidentifikasi siswa mampu
membedakan limbah yang bisa didaur ulang dan
limbah yang tidak dapat didaur ulang.
2. Dengan praktik langsung, siswa mampu membuat
produk daur ulang sendiri dan diharapkan mampu
menanggulangi masalah pencemaran lingkungan
dengan daur ulang limbah.
Karakter yang diharapkan : Rasa ingin tahu,
Tanggung jawab,
Peduli lingkungan
Pertemuan Pertama:
A. Materi Pembelajaran
1. Kotoran Ternak Sebagai Bahan Pencemar
Kotoran ternak merupakan salah satu dari jenis limbah yang dapat
didaur ulang. Alasan mengapa limbah tersebut perlu didaur ulang karena
limbah peternakan dari hewan-hewang berpotensi menjadi bahan
pencemar lingkungan yaitu berupa bau yang ditimbulkan dan juga

99

lingkungan menjadi kotor sehingga dapat menimbulkan penyakit bagi
ternak dan masyarakat sekitar lingkungan tersebut.
2. Daur Ulang Limbah Kotoran Ternak
Selain berpotensi sebagai bahan pencemar lingkungan, ternyata
limbah kotoran ternak juga mengandung unsur-unsur hara esensial yang
dibutuhkan tanaman. Hal tersebut juga diperkuat oleh pendapat Campbell
dan Reece (2008:371) yaitu Kotoran ternak merupakan sisa hasil
metabolisme dari ternak yang tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh ternak.
Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena kotoran
ternak memiliki komposisi kandungan unsur-unsur hara esensial yang
dibutuhkan oleh tumbuhan. Selain itu, kotoran ternak juga memiliki asal
usul hayati dan mengandung bahan organik yang terurai. Oleh karena itu
maka kotoran ternak yang berpotensi sebagai bahan pencemar dapat
diubah menjadi bahan yang berguna untuk tanaman yaitu sebagai pupuk
organik cair dan tentunya juga dapat meningkatkan nilai jual dari kotoran
yang awalnya dianggap limbah pencemar lingkungan.
Daur ulang adalah penggunaan kembali material atau barang yang
sudah tidak digunakan, menjadi bentuk lain.
a. Tujuan Daur Ulang dan Pemanfaatan Ulang
Daur ulang dan pemanfatan ulang mempunyai beberapa tujuan,
antara lain sebagai berikut :
1. Mengurangi jumlah limbah untuk mengurangi pencemaran atau
kerusakan lingkungan.
2. Mengurangi penggunaan bahan atau sumber daya alam.
3. Mendapatkan penghasilan karena dapat dijual ke masyarakat .
4. Melestarikan kehidupan makhluk yang terdapat di suatu lingkungan
tertentu.
5. Menjaga keseimbangan ekosistem makhluk hidup yang terdapat di
dalam lingkungan.
6. Mengurangi sampah anorganik karena sampah anorganik ada yang
dapat bertahan hingga 300 tahun ke depan.

100

B. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Kontekstual
Metode : Penugasan, demonstrasi dan tanya jawab
Model : PjBL
C. Langkah-langkah Kegiatan
1. Kegiatan pendahuluan (10 menit)
Guru meminta siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran
Guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa.
Apersepsi
Guru mengingatkan tugas untuk membuat produk daur ulang limbah
kotoran ternak menjadi pupuk cair dari 4 jenis ternak (siswa dibagi
dalam 4 kelompok yang mana setiap kelompoknya membuat 1 produk
pupuk cair dari satu jenis kotoran ternak) (Rasa ingin tahu)
Motivasi
Guru meminta siswa pada masing-masing kelompok untuk
mengeluarkan produk hasil daur ulang limbah kotoran ternak yang
sudah dibuat.(Rasa ingin tahu)
2. Kegiatan Inti (70 menit)
Eksplorasi (35 menit)
Setiap kelompok mendemonstrasikan cara pembuatan dari produk
hasil daur ulang limbah kotoran ternak dan mempresentasikan
analisis data hasil pengukuran pH, warna, serta bau dari minggu
awal sampai minggu ketiga (Rasa ingin tahu).
Elaborasi (35 menit)
Siswa dari kelompok yang lainnya diminta untuk memperhatikan
kelompok yang presentasi dan memberikan pertanyaan pada
kelompok penyaji (Tanggung jawab, rasa ingin tahu)
Guru meminta untuk mendiskusikan secara klasikal tentang masalah
atau pertanyaan yang muncul (Tanggung jawab, rasa ingin tahu)
Konfirmasi (10 menit)
Guru memberikan tambahan atau pembenaran konsep

101

3. Kegiatan Penutup (10 menit)
Membuat kesimpulan terkait dengan topik yang dipelajari
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang kurang jelas (Rasa ingin tahu).
Guru memberi tugas untuk membuat membuat laporan tertulis dari
hasil kegiatan pembuatan produk sampai hasil presentasi sebagai
tugas akhir semester. (Tanggung jawab, rasa ingin tahu)
D. Alat / Bahan / Sumber Belajar
1. Alat:
LCD, white board, alat tulis, gambar.
2. Bahan:
Power Point, Lembar Diskusi
3. Sumber:
Buku Biologi untuk SMA kelas X karangan Dra.D.A. Pratiwi dkk,
penerbit Erlangga
E. Penilaian
1). Kognitif:
a. Teknik : Tes tertulis
b. Bentuk Instumen : soal uraian
2). Afektif:
a. Teknik : penilaian sikap
b. Bentuk Instumen : lembar observasi sikap
3). Psikomotor:
a. Teknik : penilaian produk
b. Bentuk Instumen : lembar penilaian produk

Semarang, Mei 2013
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
.................................. ...................................
NIP NIP

102

LEMBAR KERJA SISWA
(LKS)

Kelompok :
Nama anggota :1.......................................................................................
2...
3...
4
5
6...
7
Petunjuk kerja :
a. Baca dengan cermat lembar diskusi sebelum melaksanakan pembelajaran.
b. Baca buku atau literatur lain untuk memperkuat pemahaman.
c. Kerjakan setiap langkah sesuai dengan pedoman

Kompetensi Dasar :
4.4. Membuat produk daur ulang limbah
Tujuan :
Membuat produk dengan memanfaatkan limbah kotoran ternak yang
difermentasi menjadi pupuk organik cair.
A. Landasan Teori:
Kotoran ternak merupakan salah satu dari jenis limbah yang dapat
didaur ulang. Alasan mengapa limbah tersebut perlu didaur ulang karena
limbah peternakan dari hewan-hewan berpotensi menjadi bahan pencemar
lingkungan yaitu berupa bau yang ditimbulkan dan juga lingkungan menjadi
kotor sehingga dapat menimbulkan penyakit bagi ternak dan masyarakat
sekitar lingkungan tersebut. Selain berpotensi sebagai bahan pencemar
lingkungan, ternyata limbah kotoran ternak juga mengandung unsur-unsur
hara esensial yang dibutuhkan tanaman. Hal tersebut juga diperkuat oleh
pendapat Cambell dan Reece (2008:371) yaitu Kotoran ternak merupakan sisa

103

hasil metabolisme dari ternak yang tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh ternak.
Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena kotoran
ternak memiliki komposisi kandungan unsur-unsur hara esensial yang
dibutuhkan oleh tumbuhan. Selain itu, kotoran ternak juga memiliki asal usul
hayati dan mengandung meterial organik yang terurai. Oleh karena itu maka
kotoran ternak yang berpotensi sebagai bahan pencemar dapat diubah menjadi
bahan yang berguna untuk tanaman yaitu sebagai pupuk organik cair dan
tentunya juga dapat meningkatkan nilai jual dari kotoran yang awalnya
dianggap limbah pencemar lingkungan.
B. Pembuatan Pupuk Cair
12. Alat yang digunakan
a. pH meter : 1 buah
b. Termometer : 1 buah
c. Gelas ukur : 1 buah/ kelompok
d. Timbangan digital : 1 buah/ satu kelas
e. Timbangan kiloan : 1 buah/ satu kelas
f. Tong fermentasi + tutup: 1 buah/ kelompok
g. Plastik Hitam besar : 1 buah/ kelompok
h. Tali karet : 1 buah/ kelompok
i. Tongkat pengaduk : 1 buah/ kelompok
13. Bahan yang diperlukan
a. Kotoran ternak (kotoran ayam/ kambing/ kuda/ sapi): masing-masing 2
kg
b. Air : 6 liter/ 2kg kotoran
c. Starter stardec : 5 g
14. Langkah Pembuatan
a. Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
penelitian.
b. Menyiapkan Stardec
c. Mencuci tong yang akan digunakan

104

d. Menghancurkan kotoran hewan menjadi lebih kecil agar mudah larut
dalam air.
e. Menimbang bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dosis yang
direncanakan.
f. Mengambil kotoran ternak yang sudah ditimbang sebesar 2 kg,
kemudian memasukan kedalam tong
g. Memasukan air sebanyak 6 liter kedalam masing-masing tong yang
sudah diisi dengan kotoran ternak.
h. Mengaduk dengan pengaduk yang berbeda pada setiap bahan sampai
homogen.
i. Memasukan Stardec kedalam masing-masing tong dengan dosis yang
sama yaitu sebanyak 50 gram.
j. Mengaduknya kembali sampai benar-benar homogen dengan pengaduk
k. Melakukan pengukuran pH, suhu di awal pembuatan dan akhir
pembuatan.
l. Menutup tong dengan plastik hitam dan diikat dengan tali rafia,
kemudian memberi beberapa lubang pada plastik.
m. Melakukan pengadukan pupuk cair setiap 3 hari sekali selama 2
minggu
15. Sistematika penulisan data hasil pengukuran
a. Data dicatat pada awal dan akhir pembuatan.
No. Data yang diamati
Hasil
Awal Akhir
1. pH
3. Suhu
5. Bau
6. Warna

b. Buatlah pembahasan dari hasil data pupuk organik cair dari
kotoran ternak yang diperoleh!


105

c. Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Apakah ada perbedaan pH, suhu, bau dan warna di awal dah akhir
fermentasi? Jelaskan!
2. Jelaskan mengapa pupuk organik lebih dianjurkan oleh pemerintah
disbanding pupuk kimia buatan!
d. Lampirkan soal dan jawaban pertanyaan di bawah ini beserta
dokumentasi pembuatan!
e. Laporan dikumpulkan setelah presentasi pada minggu ke 4.
Format laporan :
1. Cover laporan
o Judul
o Logo sekolah
o Nama guru pengajar
o Nama kelompok dan anggotanya
o Nama sekolah dan
o Tahun pembuatan
2. Isi Laporan
o Tujuan
o Alat dan bahan
o Hasil kegiatan dan prosedur pembuatan
o Kegunaan produk
o Hasil diskusi
o Kendala saat kegiatan
3. Format penulisan ditulis dengan model tulisan Times New Roman,
font 12,spasi 1,5







106

Rubrik penilaian kelompok
No. Aspek Yang Diamati
Nilai
1 2 3 4
1. Kesiapan


Membawa alat dan bahan

Membaca petunjuk praktikum

2. Pelaksanaan


Ketelitian

Kerjasama dalam kelompok

Mengerjakan sesuai prosedur

3. Hasil kegiatan


Produk

Presentasi
Laporan kegiatan

Jumlah

Rata-rata


Keterangan :
1 = 59-69
2 = 70-79
3 = 80-89
4 = 90-100








107

Instrumen Penilaian Kognitif
Soal:
1. Sikap boros dan konsumtif merupakan salah satu faktor pemicu
menurunnya kualitas lingkungan, setujukah kalian dengan pernyataan
tersebut? Jelaskan pendapatmu dan berilah contoh yang mendukung
alasanmu!(skor 8)
2. Anjuran apa yang dapat kita sampaikan pada para petani dalam
pencegahan populasi hama yang lebih ramah lingkungan? (skor 6)
3. Usaha-usaha apa yang dapat dilakukan untuk menekan agar jumlah limbah
domestik rumah kita tidak kian bertambah? sesuaikan dengan prinsip etika
lingkungan! (skor 6)

Keterangan :
Nilai: jumlah skor x 5

Jawaban :
1. Saya setuju jika sikap boros dan konsumtif merupakan salah satu
faktor yang memicu penurunan kualitas dari lingkungan. Hal tersebut
dapat terjadi karena ketika orang berbelanja pasti ada barang-barang
yang tidak terpakai yang akhirnya menjadi limbah dan akhirnya terjadi
penumpukan sampah yang dapat mencemari lingkungan. Selain itu
beberapa barang yang kita pakai berasal dari alam dan jika kita tidak
bisa berhemat maka sumber daya alam lama-lama akan habis sehingga
berdampak pada penurunan kualitas lingkungan.
2. Anjuran untuk para petani dalam dalam pencegahan populasi hama
yang lebih ramah lingkungan adalah dengan anjuran untuk
melaksanakan pergiliran tanaman pertanian untuk memutus siklus
hidup dari hama dan juga dengan memanfaatkan mikroorganisme
sebagai agen biologi pembasmi hama.
3. Limbah domestik dapat ditekan dengan melaksanakan 3R yaitu Reduce
(Pengurangan), Reuse (Penggunaan Kembali), Recycle (daur Ulang),

108

Replace (Menggantikan dengan bahan yang bisa dipakai ulang), Refill
(Refill artinya mengisi kembali wadah-wadah produk yang dipakai),
Repair (Repair artinya melakukan pemeliharaan atau perawatan agat
tidak menambah produksi limbah).




























109

Contoh Instrumen Penilaian Afektif:

No
.
Pernyataan
Skor
3 2 1
1. Aktif bertanya dan berpendapat
2. Pengumpulan tugas tepat waktu
4. Mematuhi aturan dan perintah dari guru

Keterangan Rubrik:
3 : Selalu
2 : Kadang-kadang
1 : pernah



Contoh Instrumen Penilaian Psikomotor:
No. Kriteria Skor Maksimal
1. Laporan dibuat komunikatif 25
2. Ketepatan prosedur pembuatan laporan 25
3. Kelengkapan penulisan laporan 50
4. Produk jadi tepat waktu 25
5. Pengemasan produk yang dibuat menarik dan rapi 25

Anda mungkin juga menyukai