Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Radiasi Matahari
Radiasi matahari adalah sinar yang dipancarkan dari matahari
kepermukaan bumi, yang disebabkan oleh adanya emisi bumi dan gas pijar panas
matahari. Radiasi dan sinar matahari dipengaruhi oleh berbagai hal sehingga
pancarannya yang sampai dipermukaan bumi sangat bervariasi. Penyebabnya
adalah kedudukan matahari yang berubah-ubah, revolusi bumi, dan lain
sebagainya. Walaupun cuaca cerah dan sinar matahari tersedia banyak, besarnya
radiasi supaya tiap harinya selalu berubah-ubah.

2.1.1. Geometri Radiasi Matahari
Untuk mengetahui energi radiasi yang jatuh pada permukaan bumi
dibutuhkan beberapa parameter letak kedudukan dan posisi matahar, hal ini perlu
untuk mengkonversikan harga fluks berkas yang diterima dari arah matahari
menjadi hubungan harga ekivalen ke arah normal permukaan.
Berikut ini adalah beberapa definisi yang digunakan, antara lain :
1. Sudut datang u adalah sudut antara sinar datang dengan normal pada
permukaan pada sebuah bidang
2. Sudut latitude | pada suatu tempat adalah sudut yang dibentuk oleh garis
radial ke pusat bumi pada suatu lokasi dengan proyeksi garis pada bidang
equator. Sudut deklinasi berubah harga maksimum +23,45
0
pada tanggal
21 juni ke harga minimum -23,45
0
pada tanggal 21 desember. Deklinasi 00
terjadi pada tanggal 21 maret dan 22 desembar.
3. Sudut Zenit
Z
u adalah sudut yang dibuat oleh garis vertikal ke arah zenit
dengan garis ke arah titik pusat matahari.
4. Sudut Azimuth
Z
o adalah sudut yang dibuat oleh garis bidang horizontal
antara garis selatan dengan proyeksi garis normal pada bidang horizontal.
Sudut azimut posotif jika normal adalah sebelah timur dari selatan dan
negatif pada sebelah barat dan selatan.
Universitas Sumtarera Utara
5. Sudut latitude o adalah sudut yang di buat oleh garis ke titik pusat
matahari dengan garis proyeksinya pada bidang horizontal.
6. Sudut kemiringan (slope) | adalah sudut kemiringan yang di buat oleh
permukaan bidang dengan horizontal.

2.2. Intesitas Radiasi Surya
Karena adanya perubahan letak matahari terhadap bumi maka intensitas
radiasi surya yang tiba di permukaan buni juga berubah-ubah. Maka berkaitan
dengan hal tersebut di atas radiasi surya yang tiba pada suatu tempat di permukaan
bumi dapat kita bedakan menjadi 3 jenis. Ketiga jenis radisi itu adalah
1. Radiasi Lansung (direct radiation)
Intensitas radiasi lansung atau sorotan per jam pada sudut masuk normal
I
bn
dari persamaan berikut ini
z
b
bn
I
I
u cos
= . (2.1)
dimana I
b
adalah radiasi sorotan pada sumbu permukaan horisontal dan
cos
z
u adalah sudut zenit. Dengan demikian, untuk suatu permukaan yang
dimiringkan dengan sudut | terhadap bidang horisontal, intensitas dari
komponen sorotan adalah
z
T
b T bn bT
I I I
u
u
u
cos
cos
cos = = (2.2)
Dimana
T
u disebut sudut masuk, dan didefinisikan sebagai sudut antara
arah sorotan pada sudut masuk normal dan arah komponen tegak lurus
(90
0
) pada permukaan bidang miring.
2. Radiasi Sebaran (diffuse radiation)
Radiasi sebaran yang disebut juga radiasi langit (sky radiation), adalah
radiasi yang dipancarkan ke permukaan penerima oleh atmosfer, dan
karena itu berasal dai seluruh bagian hemisfer langit. Radiasi sebaran
(langit) didistribusikan merata pada hemisfer (disebut distribusi isotropik),
maka radiasi sebaran pada permukaan miring dinyatakan dengan :
(

+
=
2
cos 0 , 1 |
d dT
I I . (2.3)
Universitas Sumtarera Utara
Dimana | adalah sudut miring dari permukaan miring dan I
d
menunjukan
besarnya radiasi sebaran per jam pada suatu permukaan horisontal.
3. Radiasi Pantulan
Selain komponen radiasi lansung dan sebaran, permukaan penerima juga
mendapatkan radiasi yang dipantulkan dari permukaan yang berdekatan,
jumlah radiasi yang dipantulkan tergantung dari reflektansi o (albeldo)
dari permukaan yang berdekatan itu, dan kemiringan permukaan yang
menerima .Radiasi yang dipantulkan per jam, juga disebut radiasi
pantulan.
( )
(


+ =
2
cos 1 |
o
d b rT
I I I . (2.4)
Dimana reflektansi o dianggap 0,20 0,25 untuk permukaan-permukaan
tanpa salju dan 0,7 untuk lapisan salju yang baru turun, kecuali jika
tersedia data yang lain.










Gambar 2.1..Jenis-jenis radiasi

Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki keadaan cuaca yang
cukup berawan sehingga porsi radiasi hambur cukup besar. Alat yang digunakan
untuk melakukan pengukuran terhadap besarnya radiasi global di sebut
Piranometer. Alat ini mengukur besarnya radiasi matahari yang datang dan segala
arah. Sedangkan untuk mengukur radiasi lansung kita menggunakan alat yang
disebut Piranograp.
Universitas Sumtarera Utara







Gambar 2.2. Piranometer (kiri) dan Piranograp (kanan)

Lapisan luar dari matahari yang disebut fotosfer memancarkan suatu
spektrum radiasi yang kontinu. Untuk pembahasan ini cukup dianggap matahari
sebagai sebuah benda hitam, sebuah radiator sempurna pada 5762 K. Dalam ilmu
fotovoltaik dan studi mengenai permukaan tertentu, distribusi spektral adalah
penting.









Gambar 2.3. Bola Surya
Dimana :
ds = Diameter matahari
R = Jarak rata-rata matahari bumi.

Radiasi yang dipancarkan oleh permukaan matahari, E
S,
adalah sama
dengan hasil perkalian konstanta Stefan-Bolzman o , pangkat empat temperatur
permukaan absolut T
S
4
dan luas permukaan t d
s
2
,
W T d E
s s s
4 2
.t o = (2.5)
Universitas Sumtarera Utara
Dimana o = 5,67 x 10
-8
W/(m
2
.K
4
), temperatur permukaan T
s
dalam K, dan
diameter matahari d
s
dalam meter.dari gambar di atas dapat dilihat jari-jari R
adalah sama dengan jarak rata-rata antara matahari dan bumi. Luas permukaan
bumi adalah sama dengan 4t R
2
, dan fluksa radiasi pada satu satuan luas dari
permukaan bola tersebut yang dinamakan iradiansi, menjadi

2
4 2
4R
T d
G
s s
o
= W/m
2
.... (2.6)

Dengan garis tengah matahari 1,39 x 10
9
m, temperatur permukaan
matahari 5762 K, dan jarak rata-rata antara matahari dan bumi sebesar 1,5 x 10
11

m, maka fluksa radiasi persatuan luas dalam arah yang tegak lurus pada radiasi
tepat diluar atmosfer bumi adalah


2 2 11
4 4 3 2 2 9 4 2 8
) 10 5 , 1 ( 4
) 10 762 , 5 ( ) 10 39 , 1 ( ) . /( 10 67 , 5
m x x
K x x m x x K m W x
G

=
= 1353 W/m
2


Radiasi surya yang diterima pada satuan luasan di luar atmosfir tegak lurus
permukaa matahari pada jarak rata-rata antara matahari dengan bumi disebut
konstanta surya adalah 1353 W/m
2
dikurangi intesitasnya oleh penyerapan dan
pemantulan atmosfer sebelum mencapai permukaan bumi. Ozon di atmosfer
menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek (ultraviolet), karbondioksida
dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang gelombang yang lebih
panjang (inframerah). Selain pengurangan radiasi bumi yang lansung atau sorotan
oleh penyerapan tersebut, masih ada radiasi yang dipancarkan oleh molekul-
molekul gas, debu, dan uap air dalam atmosfer sebelum mencapai bumi sebagai
radiasi sebaran, Pengukuran berikutnya terjadi apabila permukaan penerima
radiasi itu tidak pada kedudukan tegak-lurus sorotan radiasi yang masuk.




Universitas Sumtarera Utara
Tabel 2.1 Satuan lain untuk Konstanta Surya
Konstanta Surya ( G
sc
)
1353 W/m
2

429 Btu/(hr.ft
2)

116.4 Langley/hr
4.871 MJ/m
2
.hr
(sumber Tekhnologi Rekayasa Surya, Diterjemahkan oleh Prof. Wiranto
Arismunandar,)

Konstanta surya (G) adalah konstanta yang digunakan sebagai dasar acuan
untuk mengetahui besarnya intensitas radiasi surya sebelum mengalami
penurunan karena berbagai macam hambatan dalam perjalanannya menuju
permukaan bumi. Hambatan yang timbul itu adalah seperti, ketika radiasi surya
melewati lapisan-lapisan atmosfir, itu terjadinya yang mempengaruhi posisi
matahari, posisi dan letak permukaan pada bumi, dan kondisi-kondisi lainnya.
Dari tabel diatas memuat konstanta surya dalam satuan lain. Satuan
langley sama dengan 1 kalori/cm
2
, adalah satuan yang umumnya dapat dijumpai
dalam literatur mengenai radiasi surya, dimana 1 kalori = 4,187 Joul, maka 1
langley = 1 kalori/cm
2
= 0,04187 MJ/m
2
, suatu faktor konversi yang sering
digunakan.

2.2.1 Intensitas Radiasi Surya Pada Bidang Permukaan
Bumi berevolusi pada sumbunya selama 365 hari, bumi juga berrotasi
pada sumbunya selama satu hari. Selama berevolusi dan berrotasi pada sumbunya
bumi mengalami kemiringan terhadap sumbu vertikalnya sebesar 23,5
O
.





Gambar 2.4 Deklinasi matahari, posisi pada musim panas
Universitas Sumtarera Utara
Pada gambar diatas (gambar 2.4) dapat dinyatakan di dalam suatu
hubungan persamaan sebagai berikut :

( ) ( ) e | o o | o o u cos . cos . cos sin cos + = (2.7)
(sumber Tekhnologi Rekayasa Surya, Diterjemahkan oleh prof. Wiranto Arismunandar)


Dimana :
u : Sudut sinar datang terhadap garis normal permukaan
o : Sudut deklinasi
o : Garis lintang dari posisi alat
| : Kemiringan sudut permukaan dan alat
e : Sudut waktu

Besarnya sudut yang dialami bumi terhadap sumbu vertikalnya di sebut
deklinasi. Dan deklinasi inilah yang mempengaruhi terjadinya distribusi sinar
matahari dan energi panas surya pada bidang permukaan bumi.
Bila hasil perkalian intensitas surya yang diterima bumi dengan cosinus
sudut sinar datang, maka besarnya laju energi yang diterima oleh suatu permukaan
di bumi dengan luasan persegi dapat ditulis dengan persamaan.

u cos . /
T
G A q = (2.8)
(sumber Tekhnologi Rekayasa Surya, Diterjemahkan oleh prof. Wiranto Arismunandar)


Dimana :
q : Laju energi, (W)
A : Satuan luas pada bidang, (m
2
)
G
T
: Intensitas radiasi surya yang diterima oleh permukaan bumi, (W/m
2
)
u : Sudut sinar dating



Universitas Sumtarera Utara
2.2.2. Data Radiasi Matahari di Wilayah Indonesia
Bedasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari beberapa lokasi
di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
- Untuk Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m
2
/hari dengan
variasi bulanan sekitar 10 %.
- Untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m
2
/hari dengan
variasi bulanan 9 %.
- Dengan demikian, kecepatan angin rata-rata di Indonesia sekitar
4,8kWh/m
2
/hari dengan variasi bulanan 9 %.

Catatan :
Pada tengah hari yang cerah radiasi sinar matahari di bumi mampu mencapai nilai
1000 W/m
2
= 1 kW/m
2
= 100mW/cm
2
.

Tabel 2.2 Radiasi Penyinaran Matahari di Indonesia Pebruari 2008
WILAYAH POTENSI RADIASI VARIASI
BULANAN
Kawasan Barat
Indonesia (KBI)

Per hari 4,5 kWh/m
2


10 %
Kawasan Timur
Indonesia (KTI)

Per hari 5,1 kWh/m
2


9 %
Rata-Rata Wilayah
Indonesia

4,5 4,8 kWh/m
2
/hari

9,5 %
(sumber htp;//theindonesiannoor.com/index2.html.)

Kemudian diadakan suatu pendekatan Intensitas radiasi surya (GT) yang
diterima oleh permukaan atmosfir bumi sesuai tanggal dan bulan sebagai waktu
pelaksanaan, sehingga pada akhirnya radiasi surya yang tiba pada permukaan
bumi akan berkurang. Intensitas surya yang diterima oleh permukaan atmosfir
bumi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Universitas Sumtarera Utara
G
T
= G
R

(

|
.
|

\
|
+
25 . 365
360
cos 033 . 0 1
xn
. (2.9)
(sumber Tekhnologi Rekayasa Surya. Diterjemahkan oleh prof. Wiranto Arismunandar)

Dimana :
G
T
: Intensitas radiasi surya yang diterima oleh permukaan bumi.
G
R
: Konstanta surya (4500 W/m
2
). (sumber tabel 2.2)
n : Jumlah hari, dihitung mulai 1 januari

2.3 Dasar-Dasar Perpindahan Kalor
Definisi dari perpindahan kalor adalah berpindahnya energi dari suatu
daerah ke daerah lainya sebagai akibat perbedaan suhu antara daerah-daerah
tersebut. Secara umum perpindahan kalor dapat dukategorikan dalam tiga cara
yang berbeda , yaitu :

a) Perpindahan kalor secara konduksi
Konduksi adalah suatu proses dimana kalor mengalir dari daerah yang
bersuhu tinggi menuju daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu
media (padat, cair dan gas), atau antara media-media yang berlainan yang
bersinggungan secara lansung. Untuk menghitung laju aliran secara
konduksi dapat dijabarkan dalam suatu persamaan yang dinyatakan
dengan hukum Fourier, yaitu :
(

=
dx
dT
kA q
kond
.. (2.11)
(Sumber Holman, J.P Perpindahan Panas, hal. 2)
Dimana :
q
kond
: Laju perpindahan kalor dengan cara konduksi, (W)
k : Konduktivitas thermal, (W/m.K)
: Luas penampang tegak lurus pada aliran kalor, (m
2
)

dx
dT
: Gradien temperatur dalam arah aliran panas
Universitas Sumtarera Utara
Dalam aliran kalor konduksi, perubahan energi terjadi karena hubungan
molekul secara lansung tanpa adanya perpindahan molekul-molekul yang
cukup besar.

b) Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan kerja gabungan dan
kalor konduksi, menyimpan energi dan gerakan mencampur. Perpindahan
kalor secara konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan
kalor antara permukaan benda padat dan cairan atau gas.
Panas secara konveksi menurut cara menggeraknnya dibagi dua bagian
yaitu :
- Konveksi alamiah (free convection) terjadi jika gerakan
mencampur berlansung, semata-mata akibat dari perbedaan
kerapatan yang disebabkan oleh gradien massa jenis.
- Konveksi paksa (forced convection) terjadi jika gerakan
mencampur di sebabkan oleh suatu alat dari luar, seperti pompa
atau kipas.

Pada umumnya,. Perpindahan kalor dengan cara konveksi antara suatu
permukaan dengan suatu fluida dapat dihitung dengan suatu persamaan,
yaitu :
| |
f W konv
T T hA q = (2.12)
(Sumber Holman, J.P Perpindahan Panas, hal. 11)

Dimana :
q
konv
: Laju perpindahan panas dengan cara konveksi, (W)
A : Luas permukaan perpindahan kalor, (m
2
)
h : Koefesien konveksi, (W/(m
2
.K))
T
f :
Temperatur fluida, (K)
T
w
: Temperatur dinding, (K)


Universitas Sumtarera Utara
c) Perpindahan Kalor Secara Radiasi
Radiasi adalah proses dimana kalor mengalir dari benda bersuhu tinggi
menuju ke suatu benda yang bersuhu lebih rendah, bila benda-benda itu
terpisah dalam ruangan dan bahkan bila terdapat ruang hampa di antara
benda-benda tersebut. Untuk menghitung laju pancaran radiasi pada suatu
permukaa dapat digunakan persamaan sebagai berikut :

4
. . .

A = T A q o c ... (2.13)
(Sumber Holman, J.P Perpindahan Panas, hal 11)

Dimana :
q : Laju perpindahan kalor radiasi, (W)
c : Emisivitas benda, (0<c <1)
o : Konstanta Stefan-Boltzznann, 5,67 x 10
-8
W/(m
2
.K
4
)
T A : Perpindahan temperatur, (K)
A : Luas permukaan bidang, (m
2
)

2.4. Penguapan pada Distilasi
Panas yang dipindahkan ke tutup oleh penguapan dinyatakan dengan
persamaan berikut :

2 3
/ 10 27 , 16 m kW
T T
P P
q x q
C W
C W
konv uap
|
|
.
|

\
|

=

..(2.14)

Dimana :
q
uap
: Kalor penguapan (kW/m
2
)
P
w
dan P
c
: Tekanan parsial uap air (N/m
2
)
T
W
: Temperatur permukaan air (
0
C)
T
C
: Temperatur Kaca (
0
C)

Untuk P
W
dan P
C
adalah tekanan parsial uap air (N/m
2
) yang diperoleh dari
tabel uap (lihat Lampiran) pada temperature air T
W
dan T
C
.

Universitas Sumtarera Utara
2.5. Sifat-Sifat Radiasi
Pada gelombang elektromagnet berjalan melalui suatu medium (vakum)
dan mengenai suatu permukaan atau medium lain maka sebagian gelombang akan
dipantulkan, sedangkan gelombang yang tidak dipantulkan akan menembus ke
dalam medium atau permukaan yang dikenainya. Pada saat melalui medium
gelombang secara berkelanjutan akan mengalami pengurangan. Jika pengurangan
tersebut berlansung sampai tidak ada lagi gelombang yang akan menembus
permukaan yang dikenainya maka permukaan itu disebut sebagai benda yang
bertingkahlaku seperti benda hitam.
Jika gelombang melalui suatu medium tanpa mengalami pengurangan hal
ini disebut sebagai benda (permukaan) transparan dan jika hanya sebagian dari
gelombang yang mengalami pengurangan hal ini disebut sebagai permukaan semi
transparan. Suatu benda bertingkahlaku seperti benda hitam, transparan atau semi
transparan tergantung kepada ketebalan lapisan materialnya. Benda logam
biasanya bersifat seperti benda hitam. Benda non logam umumnya memerlukan
ketebalan yang lebih besar sebelum benda ini bersifat seperti benda hitam.
Permukaan yang bersifat seperti benda hitam tidak akan memantulkan
cahaya radiasi yang diterimanya, oleh karena itu kita sebut sebagai penyerap
paling baik atau permukaan hitam. Jadi permukaan yang tidak memantulkan
radiasi akan terlihat hitam oleh kita karena tidak ada sinar radiasi yang
dipantulkan mengenai mata kita. Benda hitam merupakan penyerap dan penghasil
energi yang baik pada setiap panjang gelombang dan arah radiasi.


2.6. Karakteristik Radiasi dari Permukaan yang Bertingkahlaku Seperti
Benda Hitam
Sifat dari permukaan radiasi (emisivitas) didefinisikan sebagai
perbandingan radiasi yang dihasilkan oleh permukaan terhadap radiasi yang
dihasilkan oleh permukaan benda hitam pada temperatur yang sama. Emisivitas
mempunyai nilai yang berbeda tergantung kepada panjang gelombang dan
arahnya. Nilai emisivitas bervariasi dari 0 sampai dengan 1, dimana benda hitam
mempunyai nilai emisivitas 1.
Universitas Sumtarera Utara











Gambar 2.5 Nilai total, normal emisivitas dari beberapa benda

Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari gambar tersebut adalah :
- Emisivitas dari permukaan metalic umumnya kecil, hanya sekitar 0,02
untuk emas dan perak yang dilapisi.
- Keberadaan dari layers oxide sangat penting dalam meningkatkan
emisivitas dari permukaan metalic. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan
nilai 0,1 untuk stainless steel yang teroksidasi ringan dengan nilai yang
hampir mendekati 0,5 untuk stainless steel yang teroksidasi berat.
- Emisivitas dari non konduktor umumnya besar, melebihi nilai 0,6.
- Emisivitas dari konduktor meningkat dengan peningkatan temperatu,
walaupun demikian emisivitas juga tergantung kepada sifat-sifat khusus
dari material. Emisivitas dari non konduktor mungkin meningkat atau
menurun dengan peningkatan temperatur.
Kesimpulan terakhir yang dapat diambil bahwa emisivitas dari suatu
materi sangat tergantung kepada sifat atau ciri khas dari permukaan material
tersebutyang dipengaruhi oleh proses manupacturing, perlakuan panas, serta
reaksi kimia dengan lingkungan sekitarnya.



Universitas Sumtarera Utara
2.7 Sistem Distilasi
2.7.1 Konsep Dasar Sistem Destilasi
Diantara beberapa pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi,
sistem distilasi adalah salah satu sistem sederhana yang berguna untuk memenuhi
salah satu kebutuhan pokok manusia.
Dalam menghasilkan atau memproduksi garam dari air laut digunakan
energi/tenaga surya untuk menguapkan airnya dan menghasilkan butiran garam,
cara ini telah dilakukan sejak zaman dahulu kala oleh manusia. Dengan prinsip
dasar menghasilkan garam ini, digunakan juga prinsip yang sama namun disini
adalah untuk menghasilkan air bersih.












Gambar 2.6 Proses Kerja

Semua sistem distilasi menggunakan prinsip yang sama, yaitu air (air
payau, air laut) ditampung pada penampung dasar yang berwarna hitam, yang
berfungsi untuk mengabsorbsi/menyerap energi surya/kalor untuk pemanasan
sehingga dapat terjadi penguapan cairan yang akan menghasilkan air hasil distilasi
(aquabides). Uap air hasil distilasi kemudaian menempel pada bagian dalam dari
kaca penutup yang temperaturnya lebih rendah dari pada uap air itu sendiri dan
kemudian terkondensasi dan ditampung pada bagian penampung hasil distilasi,
kemudian dialirkan tempat penampung hasil distilasi.
Universitas Sumtarera Utara
Dengan pemikiran dasar pada sistem distilasi (penyulingan air laut), yakni
memisahkan garam dan air laut yang didesalinasikan maka dimulailah
perkembangan yang lebih luas, salah satunya adalah sistem distilasi. Berikut ini
adalah suatu bentuk awal dari alat desalinasi yang mana juga diterapkan pada
sistem distilasi.














Gambar 2.7 Distilator

Sistem distilasi atau juga biasa disebut Distilator mempunyai perbedaan
dalam hal produksi, sistem distilasi berorientasi pada produksi air bersih sehingga
air yang dimasukan (input) ke dalam distilator dapat berasal dari mana saja,
sedangkan desalinasi inputnya hanya berasal dari air laut karena tujuannya adalah
memperoleh garam. Sistem desalinasi dan sistem distilasi dapat disamakan
sehingga untuk teori distilasi dapat digunakan teori desalinasi dan juga
sebaliknya.
Maka dapat disimpulkan bahwa distilasi adalah sistem sistem yang
digunakan untuk memperoleh air bersih dengan cara memisahkan air dari
kandungan kotoran-kotoran pada air yang didistilasikan (air kotor).

Universitas Sumtarera Utara
2.7.2. Teori Dasar Perhitungan Sistem Distilasi
Didalam sistem distilasi terjadi proses penguapan air dengan cara
pemanasan menggunakan energi surya, sehingga dihasilkan uap air yang terpisah
dari kandungan unsur-unsur lainnya. Dalam menghasilkan uap air pada sistem
distilasi ada empat temperatur yang terkait dalam proses distilasi. Yaitu
temperatur permukaan air, termperatur dasar air, temperatur kaca dalam ruang
distilasi dan temperatur ruang distilasi.
Tapi di sub ini yang akan dibahas adalah untuk menghitung massa uap air
dan effsiensi distilasi. Untuk menghitung massa uap air digunakan rumus :


fg
uap
uap
h
q
m = Liter/(jam.m
2
) (2.15)
Sedangkan untuk effisiensi digunakan rumus :

% 100 x
G
q
R
uap
= q .. (2.16)

Keterangan :
m
uap
:Laju Distilasi (Kecepatan perpindahan massa penguapan),
(Liter/(jam.m
2
))
h
fg
: Panas laten penguapan, (2308 kJ/kg)
G
R
: Radiasi surya, (W/m
2
)
q : Effisiensi, (%)
q
uap
: Kecepatan perpindahan panas oleh penguapan (W/m
2
)








Universitas Sumtarera Utara
2.8. Kandungan Air Laut
Pada suatu air laut mempunyai berbagai macam kandungan elemen yang
berbentuk ion-ion,dan air laut mempunyai pH berkisar 7,5 8,4. Pada tabel
berikut ini dapat dilihat kandungan yang dimiliki air laut.
Tabel 2.3. Elemen-elemen yang dikandung air laut
(sumber : www.seafriend.org.nz/oceano/seawater html)
Chemical ion valence
concentration
ppm, mg/kg
part of
salinity %
molecular
weight
mmol/
kg
Chloride Cl -1 19345 55.03 35.453 546
Sodium Na +1 10752 30.59 22.990 468
Sulfate SO4 -2 2701 7.68 96.062 28.1
Magnesium Mg +2 1295 3.68 24.305 53.3
Calcium Ca +2 416 1.18 40.078 10.4
Potassium K +1 390 1.11 39.098 9.97
Bicarbonate HCO3 -1 145 0.41 61.016 2.34
Bromide Br -1 66 0.19 79.904 0.83
Borate BO3 -3 27 0.08 58.808 0.46
Strontium Sr +2 13 0.04 87.620 0.091
Fluoride F -1 1 0.003 18.998 0.068

Universitas Sumtarera Utara
Dan Disepanjang ekpedisi Challengerpada tahun1870, ditemukan bahwa
perbandingan antara elemen-elemen hampir konstan walaupun kadar garam (pada
jumlah H
2
O dapat bervariasi. Perhatikan bahwa dari table diatas membedakan
secara sekilas dalam publikasi yang berbeda. Begitu juga pada laut yang terkurung
oleh daratan seperti laut hitam dan laut Baltik memiliki konsentrasi yang berbeda.












Gambar 2.8. Lautan di muka Bumi
(sumber : www.seafriend.org.nz/oceano/seawater html)

Peta dunia ini menunjukan kadar air laut samudra sedikit berubah mulai
dari 32ppt (3,2%) sampai dengan 40ppt (4,0%). Kadar air garam yang rendah
ditemukan pada air laut dingin, khususnya selama musim panas ketika es mencair
kadar garam tinggi ditemukan pada hamparan laut pada samudra Continental.
Berhubungan dengan penurunan udara yang kering dan sejuk dan juga pemanasan
daerah padang pasir laut ini memiliki sangat sedikit curah hujan dan penguapan
yang tinggi.
Laut merah yang berlokasi di daerah padang laut tetapi hampir
keseluruhan tertutup menunjukan kadar garam tertinggi dari keseluruhan (40ppt)
tetapi laut Mediterania mengikuti laut merah yaitu 38ppt. Kadar garam terendah
ditemukan diatas area Laut Baltik (0.5%). Laut mati memiliki Kadar garam 24%
dan terdiri atas kebanyakan Magnesium Klorida MgCl
2.
Area laut dangkal
memiliki kadar garam 2,6 3,0% dan muara 0 3 %.
Universitas Sumtarera Utara
Pada pH 7,0 (air yang Netral) hanya 0,1 mol /kg(10
-7
) air dipisahkan
kedalam ion hidrogen positif (H
+
) dan ion hidrosil negatif (OH
-
). Dilautan dimana
pH yang ditemukan sebesar 8. Ini bahkan menjadi lebih kurang dari 0,01 mol
/kg yang mana menyebabkan ion hidrogen 20 kali lebih kecil dari pada oksigen
dan 200 kali lebih kecil dari pada karbondioksida. Hal ini mernerangkan bahwa
betapa pentingnya pH terhadap produktifitas ekosistem air.
Pada pengujian ini diambil air yang berasal dari air laut Belawan yang
mempunyai pH 8 yang diukur dengan kertas Lakmus. Pada gambar ini dapat
dilihat dilihat ph air pada setiap air laut yang ada dipermukaan bumi.



















Gambar 2.10. pH air pada air lautan dipermukaan Bumi
23
Universitas Sumtarera Utara

Anda mungkin juga menyukai