Anda di halaman 1dari 31

BLOK 5 : THORAKS RESUME SKENARIO 3 DEMAM

TUTORIAL F Disusun Oleh : 122010101035 Sarah Andriani 122010101039 Rediana Murti Novia 122010101041 Fawziah Putri Maulida 122010101044 Yunita Wulansari 122010101046 Novita Dwi Cahyani 122010101048 Niki Rahmawati 122010101050 Sarah Daniswara 122010101054 Laily Rahmawati 122010101056 Intan Palupi 122010101059 Meytika Fauziah Sugiartanti 122010101061 Mochamad Fatchi 122010101062 Nugroho Priyo Utomo 122010101073 Aditya Widya Pramana 122010101077 Imam Adi Nugroho

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2012-2013

SKENARIO 3 Jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari ketika seorang ibu yang berusia di akhir dekade 2 itu tergesa-gesa menggendong putrinya yang berusia 3 tahun ke UGD Rumah Sakit Subandi. Putrinya sedang demam tinggi, sebelumnya ia mengalami sakit di tenggorokannya. Ia sudah minum obat dari dokter yang dikunjunginya pada sore hari. Sang ibu merasa sangat khawatir jika demam dan sakit tenggorokan putrinya merupakan tanda bahwa ia sedang sakit berat karena terlebih lagi wabah Difteri sedang meluas di kota Jember. Dokter jaga segera terbangun dari tidurnya yang lelap dan mendengarkan cerita anamnesis singkat dari perawat jaga, segera dokter jaga menemui ibu tersebut dan mengatakan bahwa anaknya tidak gawat, dan tidak perlu rawat inap. Kemudian dokter jaga tersebut memberikan resep obat, dan meminta perawat jaga untuk memberikannya kepada ibu tersebut, sambil beranjak kembali ke kamar istirahat dokter. Sang ibu tersebut, nampak masih cemas dan tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan.

KLARIFIKASI ISTILAH 1. Difteri : penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae,

biasanya terbatas pada saluran napas bagian atas, dan bersifat menular. 2. Wabah : peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara

cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit

RUMUSAN MASALAH 1. Apa hubungan sakit tenggorokan dengan demam tinggi ? 2. Apa saja gejala-gejala difteri ? 3. Apakah sikap dokter ini sudah benar dan bagaimana seharusnya sikap dokter terhadap pasien ? 4. Apa bedanya gawat dan darurat ?

MIND MAP

DEMAM
Mengenai Demam Pengaturan suhu tubuh Penyebab demam Patofisiologi demam infeksi dan noninfeksi Mekanisme kenaikan suhu tubuh Lain-lain Fisiologi bakteri Pengantar helmintologi Bakteriemia dan septikemia pada neonatus Metabolisme protein dan glikogen Sikap profesional dan etik dokter Penyembuhan dan fibrosis

ANALISIS MASALAH

1.

PENGATURAN SUHU TUBUH


Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat

menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan proses metabolisme yang utama. Suhu tubuh dihasilkan dari : 1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh. 2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat menggigil). 3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron). 4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel. 5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.

Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20C sampai 40C. Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah 1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu : a. Vasodilatasi Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak. b. Berkeringat Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin. c. Penurunan pembentukan panas Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.

2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu : a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior. b. Piloereksi Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan. c. Peningkatan pembentukan panas Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin. Penjalaran Sinyal Suhu Pada Sistem Saraf Hipotalamus Hipotalamus adalah bagian yang sangat peka, yang merupakan pusat integrasi utama untuk memelihara keseimbangan energi dan suhu tubuh. Hipotalamus berfungsi sebagai termostat tubuh, dengan menerima informasi dari berbagai bagian tubuh di kulit. Penyesuaian dikoordinasi dengan sangat rumit dalam mekanisme penambahan dan pengurangan suhu sesuai dengan keperluan untuk mengorekasi setiap penyimpangan suhu inti dari nilai patokan normal. Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01C. Hipotalamus terus-menerus mendapat informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti melalui reseptor khusus yang peka terhadap suhu yang disebut termoreseptor (reseptor hangat, dingin dan nyeri di perifer). Reseptor suhu sangat aktif selama perubahan temperatur. Sensasi suhu primer diadaptasi dengan sangat cepat. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus serta di susunan syaraf pusat dan organ abdomen (Sherwood, 1996). Di hipotalamus diketahui terdapat 2 pusat pengaturan suhu, yaitu di regio posterior dan anteror. Regio posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu refleks yang

memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Sedang, regio anterior yang diaktifkan oleh rasa hangat, memicu refleks yang memperantarai pengurangan panas. Termoregulasi pada Manusia Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan.Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi Tubuh kita dilengkapi berbagai sistem pengaturan canggih, termasuk pengaturan suhu tubuh. Manusia memiliki pusat pengaturan suhu tubuh (termostat), terletak di bagian otak yang disebut dengan hipotalamus. Pusat pengaturan suhu tubuh itu mematok suhu badan kita di satu titik yang disebut set point. Hipotalamus bertugas mempertahankan suhu tubuh agar senantiasa konstan, berkisar pada suhu 37C. Itu sebabnya, di mana pun manusia berada, di kutub atau di padang pasir, suhu tubuh harus selalu diupayakan stabil, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang mampu beradaptasi. Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan

suhu darah yang beredar di tubuh. Di udara dingin hipotalamus akan membuat program agar tubuh tidak kedinginan, dengan menaikkan set point alias menaikkan suhu tubuh. Caranya dengan mengerutkan pembuluh darah, badan menggigil dan tampak pucat. Sedangkan di udara panas, hipotalamus tentu saja harus menurunkan suhu tubuh untuk mencegah heatstroke. Caranya dengan mengeluarkan panas melalui penguapan. Pembuluh darah melebar, pernapasan pun menjadi lebih cepat. Karena itu, pada saat kepanasan, selain berkeringat, kulit kita juga tampak kemerahan (flushing). Mekanisme pengaturan suhu Kulit --> Reseptor ferifer --> hipotalamus (posterior dan anterior) --> Preoptika hypotalamus --> Nervus eferent --> kehilangan/pembentukan panas. Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan ke dalam otak melalui jaras spinotalamikus (mekanismenya hampir sama dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai di tingkat medulla spinalis , sinyal akan menjalar dalam traktus Lissauer beberapa segmen di atas atau di bawah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II dan III radiks dorsalis. Setelah mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular batang otak dan komplek ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal suhu pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke korteks somatosensorik. Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh 1. Kecepatan metabolisme basal Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. 2. Rangsangan saraf simpatis Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang

menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme. 3. Hormone pertumbuhan Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat. 4. Hormone tiroid Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50100% diatas normal. 5. Hormone kelamin Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 0,6C di atas suhu basal. 6. Demam ( peradangan ) Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10C. 7. Status gizi Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain. 8. Aktivitas

Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 40,0 C. 9. Gangguan organ Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu. 10. Lingkungan Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit 1. Radiasi Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah dengan panjang gelombang 5 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi

hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh. 2. Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus. 3. Evaporasi Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.

Gambar Keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran panas (Tamsuri Anas, 2007) Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh actual ( yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.

4. Usia Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme hormonal sehingga memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Pada neonatus dan bayi, terdapat mekanisme pembentukan panas melalui pemecahan (metabolisme) lemak coklat sehingga terjadi proses termogenesis tanpa menggigil (non-shivering thermogenesis). Secara umum, proses ini mampu meningkatkan metabolisme hingga lebih dari 100%. Pembentukan panas melalui mekanisme ini dapat terjadi karena pada neonatus banyak terdapat lemak coklat. Mekanisme ini sangat penting untuk mencegah hipotermi pada bayi.

2.

PENYEBAB DAN PATOFISIOLOGI DEMAM


Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen

terbagi dua yaitu pirogen eksogen(pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien) dan pirogen endogen (pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien). Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi. Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut.

Demam memiliki tiga fase yaitu:

1. Fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. 2. Fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. 3. Fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan.

Penyebab demam Demam karena infeksi : Bakteri : Pneumonia, bronchitis, osteomyelitis, appendicitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bacterial gastroenteritis, meningitis, dll. Virus : Viral pneumonia, influenza, dbd Jamur : Coccidioides imitis, criptococcosis Parasit : Malaria, toksoplasma, helmintiasis Demam non-infeksi : Suhu lingkungan Pertumbuhan gigi susu Adanya penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus eritematosus, vaskulitis, dll) Pemakaian obat Efek imunisasi Gangguan / cedera pada sistim syaraf pusat terutama pada bagian hipotalamus Keadaan toksemia karena keganasan/ reaksi terhadap obat/ gangguan pada pusat regulasi suhu sentral seperti pada heat sroke,perdarahan otak, dan koma.

3.

MEKANISME KENAIKAN SUHU TUBUH


Demam berarti temperature tubuh diatas batas normal. Hal ini dapat disebabkan oleh

kelainan di dalam otak, atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan temperature.Banyak protein dan toksin liposakarida yang dilepaskan oleh bakteri sehingga dapat meningkatkan thermostat hipothalamaus. Ketika set point pusat pengaturan temperature hypothalamus meningkat lebih tinggi dari tingkat normal, semua mekanisme untuk meningkatkan temperature tubuh meningkat, termasuk perubahan panas dan peningkatan

pembentukan panas. Beberapa jam setelah set point meningkat, temperature tubuh juga akan meningkat. Bakteri dan hasil pencernaannya yang berada di jaringan atau di aliran darah, akan difagosit oleh leukosit, makrofag jaringan dan limfosit. Lalu sel ini akan mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat Interleukin 1 ke cairan tubuh (pirogen endogen ), selanjutnya IL-1 ini akan mencapai hypothalamus dan dalam waktu 8-10 menit suhu tubuh akan meningkat dan akhirnya menimbulkan demam.

4.

FISIOLOGI BAKTERI
Diantara enam kingdom seperti Archaebacteria, Eubacteria, Protista, Fungi, Plant,

Klasifikasi Bakteri

Animals, bakteri masuk pada kingdom Archaebacteria dan Eubacteria. Kingdom Archaebacteria merupakan kelompok bakteri yang hidup di tempat ekstrim, contoh pada tempat dengan kadar garam tinggi, suhu dan keasaman ekstrim, serta lingkungan yang bebas Oksigen. Sedangkan kingdom Eubacteria diklasifisikan menjadi tiga kelompok lagi yaitu heterotrof, fotosintetik autotrof, dan kemosintetik autotrof. Kelompok heterotrof merupakan bakteri yang tumbuh dengan bahan bahan makanan di sekitarnya. Heterotrof dapat memperoleh makanan dari mana saja, ada yang bersifat parasit (menumpang di organisme lain) dan ada yang saprofit (hidup pada organisme mati sebagai recycle). Fotosintetik autotrof merupakan bakteri yang menggunakan sinar matahari, contohnya kelompok bakteri cyanobacteria. Kelompok kemosintetik autotrof merupakan bakteri yang hidup menggunakan senyawa-senyawa dengan memecah senyawa anorganik seperti pada solanaceae.

Struktur Bakteri Berdasarkan strukturnya dikelompokkan lagi yaitu berdasar pada susunan dan bentuknya. Berdasarkan susunannya, (berpasangan), (bergerombol). Berdasarkan bentuknya ada coccus, bacillus, dan spirillum. Contoh streptococcus, Staphylospirillum, Streptobacillus. bakteri strepto dibagi menjadi dan diplo stapilo

(berderet),

Reproduksi Bakteri 1. Aseksual Pembelahan menjadi 2 bagian (binary division), ada waktu diantara 2 pembelahan (generation time). Pembentukan tunas kemudian tunas melepaskan diri membentuk kuman baru. contoh: family streptomycetaceae Pembentukan filamen dengan cara sel mengeluarkan serabut panjang, bahan kromosom masuk ke filamen dan filamen terputus- putus menjadi beberapa bagian kemudian membentuk kuman baru. 2. Seksual : peleburan bahan kromosom dari dua kuman sehingga timbul sel bakteri dengan sifat yang berasal dari kedua induk. Pertumbuhan Bakteri Bakteri termasuk kelompok omnivora yaitu memanfaatkan segala sumber bahan makanan(organic dan anorganik) untuk metabolisme. Substansi yang diperlukan: Air Garam- garam organic Mineral Sumber nitrogen CO2. Berdasarkanjenis karbon yang dibutuhkan bakteri dibagi menjadi : 1. Autotrof : energi diperoleh dari cahaya dan bahan kimia 2. Heterotrof : perlu C dalam bentuk senyawa organic / karbohidrat. Factor pertumbuhan O2. Berdasarkan kebutuhan O2 bakteri dibagi menjadi : 1. Anaerob obligat 2. Anaerob fakultatif 3. Aerob obligat 4. Mikroaerofilik 5. Anaerob aerotoleran

5.

PENGANTAR HELMINTOLOGI

6. PENGANTAR HELMINTOLOGI
Cacing dalam biologi dibagi atas banyak jenis. Namun, dalam kedokteran yang paling sering dipelajari adalah jenis-jenis cacing dari kelas nematoda dan cestoda NEMATODA

Kelas nematode merupakan cacing yang berbentuk bulat, panjang, dan tidak bersegmen. Kelas nematode dibagi atas dibagi atas jenis nematode intestinal dan nematode jaringan. Nematoda intestinal sendiri dibagi atas tiga jenis yaitu tipe langsung, modif tidak langsung, dan peneterasi kulit. Cacing tipe langsung merupakan tipe cacing yang siklus hidupnya dari mulai berbentuk telur di luar tubuh dan menetas di usus. Di dalam usus cacing jenis ini tumbuh dan bertelur. Contoh dari cacing tipe ini adalah Enterobius vermicularis. Enterobius vermicularis tumbuh dan bertelur di dalam usus. Telur-telur tersebut akan keluar dari feces, masuk ke dalam jaringan intestinal dan mengulangi siklus hidupnya. Cacing tipe langsung modifikasi merupakan tipe cacing yang hampir sama degan tipe hidup langsung. Perbedaannya adalah pada tipe langsung pematangan telur berada di dalam jaringan intestinal sedangkan pada tipe langsung modifikasi telur mengalami pematangan di luar tubuh. Namun, fase penetasan, pertumbuhan, dan perkembangbiakan terjadi di dalam jaringan intestinal. Larva yang telah menetas di jaringan intestinal kemudian bergerak ke alveolus. Larva selanjutnya naik ke oeshopagus dan tertelan menuju jaringan intestinal. Akhirnya larva menjadi dewasa dan bertelur di usus untuk memulai siklus hidupnya lagi. Contoh jenis cacing tipe ini adalah Ascaris Lumbricoides. Cacing tipe penetrasi kulit merupakan cacing yang berubah menjadi menjadi filaria sebelum masuk ke dalam kulit. Cacing tipe ini menetaskan telurnya di luar tubuh dan berubah menjadi larva. Larva kemudian berubah menjadi filaria lalu masuk ke dalam tubuh melalui bagian kulit yang tidak terproteksi. Filaria bersirkulasi di pembuluh darah dan masuk ke kapiler paru. Filaria meneruskan perjalanannya ke trakea lalu tertelan ke oeshopagus sehingga masuk ke dalam jaringan intestinal. Contoh cacing tipe ini adalah Anclystoma duodenale. CONTOH JENIS NEMATODA JARINGAN INTESTINAL Enterobius vermicularis Sering juga disebut cacing kremi. Merupakan cacing tipe langsung. Telur dari Enterobius vermicularis keluar dari anus dan sering menimbulkan gatal yang disebut pruritus ani. Penderita yang menggaruk pantatnya akan menyalurkan telur-telur dari Enterobius vermicularis kembali ke jaringan intestinalnya sehingga mengalami infeksi ulang atau menyebar ke orang lain. Gejala pertama dari Enterobius vermicularis sering tidak tampak namun ketika sudah terjadi infeksi berat maka penderita akan mengalami pruritus ani yang hebat,

insomnia, gelisah dan anoreksia. Pada wanita sering mengakibatkan pruritus vulva dan keputihan. Ascaris Lumbricoides Ascaris Lumbricoides jenis cacing yang menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi telurnya. Penyebaran telur melalui feces dari penderita. Ascaris Lumbricoides merupakan tipe langsung modifikasi. Ascaris Lumbricoides memiliki panjang 20- 35 cm untuk betina dan 15-30 cm untuk jantan Gejala awal dari masuknya telur ini sering tidak terdeteksi. Namun, ketika masuk ke daerah trakea sering terjadi demam, batuk-batuk, dan kadang-kadang terjadi hemopthysis. Gejala selanjutnya terjadi ketika cacing menjadi dewasa. Penderita akan merasakan nyeri di bagian epigastrium, umbilicus, perut buncit dan terkadang obstipasi. Komplikasi paling berat dari cacing Ascaris Lumbricoides adalah obstruksi intestinal baik total maupun parsial. Anclystoma duodenale Sering juga disebut cacing tambang. Memiliki panjang 10-30 mm, diameter 0,60 nm untuk betina. Untuk jantan memiliki panjang 8-11 mm diameter 0,45 nm. Anclystoma duodenale memiliki 2 pasang gigi dan telurnya menyebar melalui feces. Anclystoma duodenale menjadi larva ketika terkena tanah basah. Anclystoma duodenale merupakan tipe cacing penetrasi kulit. Gejala yang dialami ketika filaria masuk ke dalam tubuh adalah rasa gatal. Filaria yang menembus alveolus juga sering tidak menimbulkan gejala. Setelah cacing dewasa cacing akan menghisap darah di usus halus sehingga sering mengakibatkan penderitanya mengalami anemia berat. Gejala lain adalah perut buncit dan malnutirsi. CONTOH NEMATODA INFESTASI JARINGAN Wuchereria Brancrofti (filariasis) Wuchereria Brancrofti memiliki host perantara seperti nyamuk (Culex fatigans, Aedes Agypti) untuk menjalankan siklus hidupnya. Siklus hidup Wuchereria Brancrofti dimulai dari cacing dewasa yang kawin akan mengasilkan mikrofilaria. Mikrofilaria akan masuk ke darah dan dihisap oleh nyamuk. Dalam nyamuk microfilaria akan berpindah ke dalam tubuh manusia ketika nyamuk menghisap darah. Microfilaria yang masuk ke dalam tubuh, menuju pembuluh limfe untuk tumbuh dan berkembang biak. Gejala yang terjadi pada penderita adalah pembesaran jaringan limfe yang disertai oleh demam. Pembesaran yang paling sering terjadi adalah di bagian kaki (elephantiasis) dan scrotum. TREMATODA Trematoda merupakan cacing yang berbentuk pipih, memiliki bagian ventral dan dorsal. Namun, ada juga trematoda yang berbentuk agak bulat. Trematoda telurnya sering

keluar lewat feces, (Fasciola, Clonorochiasis, Schistosoma mansoni, dan Schistosoma japonicum) urin, (Schistosoma haematobium) dan sputum (Paragonimus). Setelah telur dikeluarkan, mereka menetas di dalam air dan berubah menjadi larva. Larva lalu bergerak ke intermediate host sebagai tempat berkembang sebagai serkaria (biasanya berupa siput air). Pada beberapa jenis cacing, serkaria masih memerlukan bantuan intermediate host kedua untuk berkembang seperti ikan (Clonorchis sp), kepiting (Paragonimus sp), dan terkadang tanaman sebagi tempat menempelnya kista (Fasciola sp). CONTOH TREMATODA Schistosoma haematobium Schistosoma haematobium biasanya hidup di dalam pembuluh vena di daerah pelvis dan vesica urinaria. Siklus hidupnya dimulai dari menetas dari telur dan menjadi larva. Larva bergerak ke tubuh siput, berkembang menjadi sporokista. Dalam siput sporokista berubah menjadi cercaria dan meninggalkan siput. Cercaria memasuki kulit manusia lalu berkembang menjadi dewasa di dalam pembuluh darah. Gejala ketika terinfeksi cacing ini adalah demam biasanya pada sore hari, sering kencing disertai rasa panas dan sakit bercampur dengan darah. Kelainan patologis lainnya telur akan menumpuk di daerah kandung kemih, menumpuk jadi abses, pecah dan mengeluarkan telur Schistosoma haematobium bersama urin. Clonorchiasis sinensis Clonorchiasis sinensis memiliki panjang 10-25 mm, lebar 3-5 mm, hemaprodit, hidup di saluran empedu dan telur keluar dari feces. Siklus hidup Clonorchiasis sinensis dimulai dari mirasidium telur yang menetas di dalam air, mencari siput untuk berkembang menjadi sporokista. Sporokista berkembang menjadi serkaria, meninggalkan siput untuk mencari ikan sebagai tempat kista menempel. Bila ikan ini dikonsumsi dan dimasak dengan tidak benar, kista tersebut akan berubah menjadi metaserkaria bergerak menuju duodenum. Dalam duodenum, metaserkaria akan berkembang menjadi dewasa lalu bergerak menuju empedu untuk meneruskan siklus hidupnya. Gejala yang terjadi bila terinfeksi adalah demam, sakit di daerah epigastrium, diare, anoreksia, hepatomegali dan ikterus. Infeksi lebih berat akan mengakibatkan sirosis hati sampai kelainan fungsi hati yang mengakibatkan kematian. Fasciola hepatica Fasciola hepatica memiliki panjang 25 mm, lebar 13 mm, hemprodit, hidup di saluran empedu dan liver, telur keluar dengan feces penderita. Siklus hidup Fasciola hepatica dimulai ketika telur Fasciola hepatica masuk ke air dan menetas. Mirasidium akan mencari siput, berkembang menjadi sporokista. Sprokista berkembang menjadi redia, meninggalkan

siput menjadi cercaria. Cercaria menempel pada tanaman air atau ikan akan menjadi kista. Kista ini bila termakan akan masuk ke tubuh dan akan berkembang menjadi larva dalam usus. Larva kemudian bergerak menuju hati dan saluran empedu untuk melanjutkan siklus hidupnya. Gejala yang terjadi bila terinfeksi adalah demam, urticaria, diare, dan ikterus. Bila infeksi makin parah akan terjadi peradangan yang menimbulkan peradangan menimbulkan hyperplasia, nekrosis, dan fibrosis parenkim liver. Paragominus westermani Paragominus westermani panjangnya mencapai 8-20 mm lebar 5-9 mm, hemaprodit, hidup di parenkim paru, dan telur menyebar melalui sputum. Siklus hidup Paragominus westermani dimulai dengan telur yang menetas di air, mejadi mirasidium. Mirasidium masuk ke dalam siput, berubah menjadi redia lalu meninggalkan siput dalam bentuk cercaria. Cercaria masuk ke dalam ketam atau udang untuk merubah diri menjadi metaserkaria. Bila mengkonsumsi ketam atau udang yang tidak dimasak dengan benar, metaserkaria akan masuk ke dalam usus halus untuk berkembang menjadi larva. Larva kemudian akan bergerak ke parenkim paru untuk menjadi dewasa. Cacing dewasa akan menghasilkan telur yang akan menempel pada saluran pernafasan atas. Telur-telur ini akan dinaikkan mukosa ke saluran yang lebih tinggi dan dibuang melalui sputum. Gejala yang terjadi bila terinfeksi cacing ini adalah bronchitis kronis, batuk yang sangat produktif di pagi hari dengan sputum berwarna kecoklatan terkadang disertai dispnea. Penyakit dengan cacing ini juga sering disebut endemic hemoypytosis karena gejala utama adalah batuk darah. Pada kasus berat sering ditemukan pleural effusion dan abses paru. CESTODA Cestoda atau cacing pita merupakan cacing yang memerlukan air atau tanah untuk menetaskan telurnya. Hanya satu jenis cacing yang memerlukan air yaitu Diphyllobothrium latum. Cestoda memerlukan intermediate host, baik 1 maupun 2 host. Jenis cacing yang tidak memerlukan intermediate host adalah Hymenolepis nana. Panjang jenis-jenis cestoda beragam mulai dari 40 mm (Hymenolepis nana) sampai 10-12 meter (Taenia saginata dan Diphyllobothrium latum). Cestoda merupakan cacing yang hemaprodit. Cestoda terdiri atas scolex (kepala), leher, dan proglotid (segmen). Proglotid ini berisi alat reproduksi jantan dan betina. Proglotid semakin tua semakin menjauh dari scolex. Proglotid paling ujung disebut proglotid grovinda, sedangkan proglotid antara scolex dan proglotid grovinda disebut strobila. Cestoda tidak memiliki usus sehingga kulit permukaan yang menyerap nutrisi dari usus. CONTOH CESTODA

Diphyllobothrium latum Cacing dewasa dapat mencapai 10 meter. Menempel di dinding usus dengan scolex dengan panjang scolex dan leher mencapai 10 mm tetapi jumlah proglotidnya mencapai 3.000 buah. Diphyllobothrium latum dapat menhasilkan sebanyak 1.000.000 telur setiap hari. Siklus hidupnya dimulai dengan telur yang menetas di dalam air dengan perantara feces. Telur yang menetas berubah menjadi Coracidium (larva) dimakan oleh Cyclops atau Diaptomus, berkembang menjadi lava procercoid. Cylops yang mengandung larva procercoid dimakan ikan, larva precercoid tumbuh menjadi larva plerocercoid dalam daging ikan. Ikan yang mengandung larva plerocercoid bila tidak dimasak dengan benar, akan masuk intestinum akan berkembang menjadi dewasa. Gejala penyakit biasanya asymptomatis, tetapi kadang-kadang berupa sakit perut, berat badan menurun, dan anemia. Taenia solium Cacing dewasa mencapai 2-7 meter, hemprodit, menempel di usus dengan scolex sedangkan badan menempel di jaringan subkutan atau otot. Siklus hidup dimulai ketika proglotid lepas dari cacing masuk ke feces. Telur termakan babi atau manusia lalu masuk ke usus. Telur menetas, berubah menjadi larva, dan berpindah ke jaringan subkutan. Dalam waktu 60-70 hari akan berubah menjadi cysticerus yang menetap di jaringan otot atau subkutan. Cysticerus ini juga merupakan metode penularan karena babi juga sering memakan telur cacing sehingga dapat dipastikan daging babi juga mengandung cysticerus dari taenia solium. Cysticerus kemudian menjadi dewasa di intestinum. Gejala yang terjadi bila terinfeksi oleh cacing dewasa biasanya adalah sakit di epigastrium, nafsu makan meningkat, lemah dan berat badan turun. Cysticerus yang menetap dalam jaringan akan menimbulkan berbagai reaksi tergantung dari jaringan yang didiami. Bila di jaringan subkutan, terdapat bentol-bentol yang muncul di kulit. Bila di jaringan otak, sumsum tulang maupun mata akan berakibat fatal dan dapat menyebabkan kematian. Hymenolepis nana Panjang berkisar antara 25-40 mm lebar mencapai 1 mm, bersifat hemaprodit, menimbulkan penyakit pada manusia dan tikus. Cacing ini tidak memerlukan intermediate host untuk masuk ke tubuh manusia. Hymenolepis nana bisa menginfeksi dengan makan atau minum dari sumber yang terkontaminasi telurnya. Telur yang keluar dari feces, tertelan akan masuk ke dalam duodenum menetas menjadi onchosphere. Onchosphere akan menembus villus usus berkembang menjadi cysticerus. Cysticerus akan menghasilkan parasit yang akan menetap di vili usus. Gejala umum yang terjadi biasanya asymptomatis tetapi, bila infeksinya berat maka timbul diare dan sakit perut.

7.

BAKTERIEMIA DAN SEPTIKEMIA PADA NEONATUS


Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang

terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Sepsis neonatal dapat terjadi secara dini, yaitu pada 5-7 hari pertama dengan organisme penyebab didapat dari intrapartum atau melalui saluran genital ibu. Sepsis neonatal dapat terjadi setelah bayi berumur 7 hari atau lebih yang disebut sepsis lambat, yang mudah menjadi berat dan sering menjadi meningitis. Sepsis nosokomial terutama terjadi pada bayi berat lahir sangat rendah atau bayi kurang bulan dengan angka kematian yang sangat tinggi. Daya Pertahanan Tubuh Lemahnya pertahanan tubuh pada bayi kurang bulan atau pada bayi cukup bulan risiko tinggi disebabkan oleh : 1. Sistem Imunitas Seluler Sel polimorfonuklear mempunyai kemampuan kemotaksis terbatas, menurunnya mobilisasi reseptor permukaan sel, kemampuan bakterisidal yang amat terbatas, dan fagositosis normal. Semua komponen komplemen kurang, terutama pada bayi kurang bulan juga, disertai kurangnya produksi zat kemotaktik opsonin. Sel limfosit T yang berfungsi dalam imunitas seluler telah normal pada gestasi muda, tetapi belum dapat memberikan respons terhadap antigen asing yang spesifik, hal ini menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi jamur dan virus, meningkatnya jumlah sel T supresor, dapat mengurangi produksi antibodi sewaktu antenatal. Sel limfosit B dalam makrofag membelah menjadi sel memori atau menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi. 2. Sistem Imunitas Humoral Kadar IgG pada neonatus tergantung dari transport aktif melalui plasenta oleh karena semua tipe IgG dari ibu dapat ditransport ke janin sedangkan IgM, IgA dan IgE tidak melalui plasenta, karena itu pada neonatus jumlahnya kurang. Antibodi yang ditransfer ke janin, akan menjadi pelindung terhadap infeksi spesifik yang pernah diderita ibu sebelumnya. Hal inilah yang merupakan faktor risiko terjadinya infeksi nosokomial pada masa neonatal, terutama untuk bayi berat lahir sangat rendah atau bayi kurang bulan. Patofisiologi Neonatus sangat rentan terhadap infeksi sebagai akibat rendahnya imunitas nonspesifik dan spesifik (humoral), seperti rendahnya fagositosis, keterlambatan respon

kemotaksis, minimal atau tidak adanya imunoglobulin A dan imunoglobulin M(IgA dan IgM), dan rendahnya kadar komplemen. Sepsis pada periode neonatal dapat diperoleh sebelum kelahiran melalui plasenta d a r i a l i r a n d a r a h m a t e r n a l a t a u s e l a m a p e r s a l i n a n k a r e n a i n g e s t i a t a u a s p i r a s i c a i r a n amnion yang terinfeksi. Sepsis awal (kurang dari 3 hari) didapat dalam periode perinatal, infeksi dapatt e r j a d i dari kontak atau langsung dengan organisme dari saluran

gastrointestinal

genitourinaria maternal. Organisme yang paling sering

menginfeksi adalah streptokokusg r o u p B ( G B S ) d a n e s c h e r i c h i a c o l i , ya n g terdapat di vagina. GBS muncul sebagaimikroorganisme yang sangat v i r u l e n p a d a n e o n a t u s , d e n g a n a n g k a k e m a t i a n t i n g g i (50%) pada bayi yang terkena Haemophilus influenzae dan stafilokoki koagulasi negatif juga sering terlihat pada awitan awal sepsis pada bayi BBLSR. Sepsis lanjut (1 sampai 3 minggu setelah lahir) utamanya nosokomial, stafilokoki, Stafilokokus dano r g a n i s m e klebsiella, koagulasi pada yang menyerang biasanya

enterokoki, baiasa BBLR

d a n pseudomonas. ditemukan sebagai Invasi

negatif, bayi

p e n ye b a b s e p t i k e m i a bakterial kulit, sistem dapat

dan

BBLSR.

terjadi mukosa

m e l a l u i tampatseperti puntung tali pusat, mata, hidung, faring, dan t e l i n g a , dan

membran

internal

seperti

sistem

respirasi,

saraf,

p e r k e m i h a n , d a n gastrointestinal. Infeksi pascanatal didapat dari kontaminasi silang dengan bayi lain, personel, atau benda benda dilingkungan. Bakteri sering ditemukan dalam sumber air, alat pelembab, pipa wastafel, mesin penghisap, kebanyakan peralatan respirasi, dan kateter vena danarteri terpasang yan g digunakan untuk infus, pengambilan sampel darah, pemantauantanda vital. (Donna L. Wong, 2009)

Penyebab septikemia dan bakteriemia Berbagai macam kuman seperti bakteria, virus, parasit, atau jamur dapat menyebabkan infeksi berat yang mengarah ke terjadinya sepsis. Bakteria seperti Escherichia coli, Listeria monocytogenes, Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae tipe b, Salmonella, dan Streptococcus grup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi berusia 0 sampai 3 bulan. Sterptococcus grub B merupakan penyebab sepsis paling sering pada neonatus.

Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui ibu selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain: Perdarahan Demam yang terjadi pada ibu Infeksi pada uterus atau plasenta Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan) Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan) Proses kelahiran yang lama dan sulit. Tanda dan gejala Sepsis yang terjadi pada neonatus dan bayi muda memiliki beberapa gejala jelas. Biasanya, bayi-bayi ini tiba-tiba merasa tidak enak atau tampak tidak sehat. Gejala-gejala dini sepsis atau infeksi dapat bervariasi dari satu anak ke anak lain. Sebagian bayi menunjukkan gejala yang sangat sedikit atau bahkan tidak sama sekali sebelum akhirnya mereka benar-benar sakit. Beberapa tanda atau gejala umum sepsis pada neonatus atau bayi muda, antara lain: Apatis atau kesulitan makan Demam atau kadang-kadang temperatur tubuh yang rendah dan tidak stabil Rewel Letargi Tonus menurun Perubahan dalam detak nadi baik lebih cepat dari pada normal (sepsis dini) atau lebih lambat dari biasanya (sepsis lanjut, biasanya juga terjadi syok) Bernafas sngat cepat atau kesulitan bernafas Periode dimana bayi tampak berhenti bernafas lebih dari 10 detik (apnea) Jaundice

8. 9.

METABOLISME PROTEIN DAN GLIKOGEN SIKAP PROFESIONAL DAN ETIK KEDOKTERAN

Etik merupakan kajian sistematik dan keputusan moral yang menentukan seseorang, bisa berdimensi telah lalu, sekarang dan yang akan datang. Sedangkan etika kedokteran adalah

salah satu cabang dari ilmu etik yang terkait dengan isu moral dalam praktek kedokteran. Pengertian lain, merupakan sistem nilai yang dianut dalam profesi dokter dalam menjalankan profesi kedokterannya.

Pentingnya mempelajari etika kedokteran karena seorang dokter yang professional harus ditopang dan dibangun dari tiga unsur keilmuan yaitu skill, knowledge, dan ethics. Sayangnya kurikulum Fakultas Kedokteran belum menempatkan etika setara dengan pentingnya skill dan knowledge. Kondisi ini membuat ketimpangan praktek kedokteran sebagai profesi luhur saat ini, karena dokter hanya mengandalkan pengetahuan medis dan keterampilannya tanpa disentuh dengan moral dan etika. Akibatnya banyak terjadi pelanggaran etik yang bernuansa malpraktek medis. Cakupan etik kedokteran termasuk :
Pengembangan kode etik dan guidelines Sosialisasi dan penerapan etik kedokteran dalam praktek sehari-hari Pencegahan dan antisipasi pelanggaran etik Mengenali dan mengantisipasi terjadinya dilema etik Memecahkan persoalan pertentangan etik

Komponen etika kedokteran terdiri dari


Hubungan dokter-pasien Hubungan dokter dengan teman sejawat Hubungan dokter dengan tenaga kesehatan lainnya Hubungan dokter dengan masyarakat umumnya

Prinsip dasar pada etika kedokteran Non- maleficence (tidak mendatangkan mudarat) Jangan sampai tindakan kita mencelakakan atau mencederai pasien Menghormati dan menghargai setiap kehidupan insan Pertimbangkan betul resiko dan manfaat tindakan atau pengobatan yang kita berikan.

Benificence (bermanfaat)

Lakukanlah hal yang betul-betul bermanfaat terhadap pasien Kemaslahatan pasien mutlak menjadi pertimbangan utama setiap tindakan kita

Veracity (Kejujuran /Ketelitian) Berkata jujur dan benar dengan niat yg tulus Bertanggung jawab dan menyampaikan apa adanya tanpa menutup-nutupi

Confidentiality or Fidelity (Kerahasiaan /Ketaatan) Setia dan terpercaya Terpercaya menjaga kerahasiaan informasi pasien, medis dan terapi Hanya memberi informasi atas persetujuan pasien dan kemanfaatan diri pasien, kecuali atas pertimbangan etik dan hukum Tidak gampang membuka rahasia walau dibutuhkan kecuali atas persetujuan pasien dan kepentingan penyidik, Jauh sebelum perkembangan ilmu kedokteran, Hipocrates telah mencetuskan bahwa kedokteran adalah profesi. Asal kata profesi dan professional diambil dari bahasa latin profesio yang bermakna janji kepada masyarakat. Jadi profesi kedokteran adalah janji para dokter kepada masyarakat untuk menempatkan kepentingan pasien diatas kepentingan dokter. Adalah ciri, kejiwaan, dan cara-cara yang membedakan seorang professional dari seorang amatir. Professionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. Seseorang yang memiliki jiwa professionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja yang professional. Sedangkan professionalisme dokter adalah komitmen dokter untuk senantiasa mempertahankan kepentingan pasien diatas kepentingan dokter. Nilai professional kita akan dinilai bagaimana kita menghayati, berbicara, bersikap dan memperlakukan pasien, kolega dan masyarakat. Setiap dokter harus selalu menghayati tanggung jawab yang melekat pada dirinya sebagai profesi luhur, antara lain :

1) Berjiwa Altruism : seorang dokter berkewajiban memenuhi dan mengedepankan


kepentingan pasien dibanding kepentingan dirinya sebagai dokter. 2) Accountability : Dokter bertanggung jawab bukan hanya terbatas kepada pasiennya, tetapi terhadap profesinya termasuk isu-isu kesehatan di masyarakat. 3) Excellence : Dokter diwajibkan berkomitmen untuk belajar dan meningkatkan keilmuannya sepanjang hayat. 4) Duty : Setiap dokter berkewajiban memenuhi setiap saat dan kapanpun bila dibutuhkan oleh pasien dan profesinya. 5) Honour and Integrity : Dokter harus terhormat dan mempunyai integritas dengan berkata jujur, adil dan berterus terang terhadap pasien dan profesinya. 6) Respect for others : Seorang dokter harus bisa memahami dan menghargai pasien dan keluarganya, teman sejawat, mahasiswa dan masyarakat.

Tiga pilar yang dijadikan dasar untuk membentuk kemandirian dan atau otonomi profesi adalah : Expertise yaitu kepakaran baik dari segi ilmu pengetahuan medis maupun keterampilan yang ditunjang dari hasil penelitian terkini. Ethical Behaviour merupakan perpaduan antara nilai yang dianut dengan standar profesi Service adalah komitmen yang kuat untukk memberikan pelayanan yang tanggap, cepat dan tepat.

10. PENYEMBUHAN DAN FIBROSIS


Hal yang penting untuk ketahanan suatu organisme yaitu kemampuan untuk memperbaiki kerusakan (akibat inflamasi/ toksin). Repair/ perbaikan yaitu pemulihan arsitektur dan fungsi jaringan setelah jejas. 1. Regeneration/ ke keadaan normal 2. Healing : ketidakmampuan untuk restitusi lengkap / struktur penyangga jaringan rusak

Sel yg berproliferasi selama proses perbaikan jaringan: 1. 2. 3. Adekuasi proses perbaikan jaringan ditentukan oleh: 1. produksi faktor pertumbuhan 2. respon sel terhadap faktor pertumbuhan 3. kemampuan sel untuk membelah dan memperbanyak jumlah Ukuran normal populasi sel yaitu keseimbangan antara proliferasi sel, kematian sel dengan apoptosis, dan munculnya sel baru yg telah berdiferensiasi dari sel induk.

Kemampuan jaringan untuk memperbaiki dirinya dipengaruhi oleh kapasitas proliferasi intrinsiknya ada 3 Tipe jaringan : 1. Jaringan labil : continuously dividing cells terus menerus hilang dan digantikan oleh maturasi dari sel induk serta proliferasi dari sel matur

sel-sel hematopoetik di sumsum tulang, sebagian besar epitel permukaan (epitel bertatah kulit, mukosa rongga mulut, vagina, serviks , epitel kubis yang melapisi saluran kelenjar liur, pankreas, sistem bilier; epitel kolumnar saluran cerna, uterus, tuba falopi, dan epitel transisional traktus urinarius) 2. Jaringan stabil quiescent cells (dalam tahap G0 dari siklus sel) N responnya thd jejas atau hilangnya massa jaringan Meliputi jaringan solid spt liver, ginjal, pankreas; sel endothel, fibroblast, set otot polos Kapasitas terbatas untuk regenerasi setelah jejas (kecuali liver) 3. Jaringan permanen Sel-sel jaringan ini dianggap terminally differentiated dan nonproliferative dalam kehidupan postnatal (nondividing cells). Neuron dan sel-sel otot jantung Jejas bersifat ireversibel, perbaikan dengan membentuk jaringan parut

Berdasarkan sifat luka , penyembuhan luka kulit dapat dibedakan menjadi: 1. Healing by first intention: Luka insisi operasi yang bersih, tidak terinfeksi, yang didekatkan dengan

sedikit kematian sel-sel jaringan epitel dan jaringan fibrosis Jaringan 2. Healing by second intention Kehilangan sel/ jaringan yang sangat luas (luka yg luas, terbentuknya abses, ulserasi) Reaksi inflamasi lbh kuat Tumbuhnya jar granulasi >> Akumulasi ECM dan pembentukan jar parut >> Kontraksi luka >> (myofibroblast)

Anda mungkin juga menyukai