Anda di halaman 1dari 2

Optimalisasi Sistem Transportasi Terintegrasi Guna Mendukung MP3EI

Dikirim oleh humas3 pada 10 October 2013 | Komentar : 0 | Dilihat : 1273

Himpunan Mahasiswa Teknik Industri membahas sistem transportasi terintegrasi Transportasi merupakan penggerak pembangunan dan perekat antar wilayah. Tidak adanya batas wilayah administrative menjadikan transportasi tidak terpotong. Dengan posisi Indonesia yang strategis, maka infrastruktur transportasi harus dipenuhi guna mendukung konektivitas sistem logistik baik lokal maupun nasional. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub RI) Wendy Aritenang Yazid, M.Sc,DIC, PhD menyampaikan hal ini dihadapan peserta seminar nasional INTENSE yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT-UB). Kegiatan yang diselenggarakan pada Sabtu (5/10) di gedung Widyaloka ini mengambil tema "Optimalisasi Sistem Transportasi Terintegrasi Dalam Mendukung MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)". MP3EI merupakan konsep komprehensif yang memadukan berbagai potensi wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan semua dinamikanya. Setidaknya ada 6 koridor perekonomian yang diharapkan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Yakni koridor Sumatera sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional, koridor Jawa sebagai pendorong industri dan jasa nasional, koridor Kalimantan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional, koridor Sulawesi sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan serta pertambangan nikel nasional, koridor Bali-Nusa Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional, serta koridor Papua-Kepulauan Maluku sebagai pusat pengembangan pangan, perikanan, energi dan pertambangan nasional. Muatan MP3EI adalah debottlenecking dengan esensi antara lain pengembangan potensi daerah melalui koridor ekonomi, konektivitas nasional melalui rencana aksi nasional terkait insfrastruktur dan regulasi, kemitraan melalui public private partnership. Kemitraan antara pemerintah dan swasta, menurut Wendy bisa dilakukan dalam penyediaan infrastruktur seperti jalan, bandara, telekomunikasi, pelabuhan dan pembangkit listrik. Sejalan dengan potensi Industri yang besar, maka transportasi pun akan mendukung mobilitas barang dan manusia. Namun sayangnya, pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia masih menyisakan permasalahan seperti belum optimalnya kualitas dan kuantitas transportasi, ketepatan waktu, serta tingginya biaya perjalanan dan angka kecelakaan. Belum lagi transportasi di Indonesia yang dinilai tertinggal dari negara lain. Pada tahun 2013, The Global Competitiveness mencatat bahwa kualitas transportasi Indonesia berada pada posisi 92 dari 144 negara,

turun dari tahun 2012 yang masih pada posisi 51. "Hal Ini mengakibatkan biaya logistik sangat tinggi," kata Wendy. Penanganan permasalahan ini, menurutnya masih belum tuntas meskipun profil anggaran Kemenhub meningkat. Pada tahun 2013, anggaran yang diajukan sebesar Rp. 56 Triliun namun baru disetujui sekitar 64 persen yakni Rp. 36 triliun. Untuk menutup profil anggaran, maka Kemenhub berinisiatif menarik peran serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pemerintah daerah dan swasta. Kepala Badan Perencanaan Balitbang Kemenhub Ir. Zulkifli, MSc mengawali paparannya dengan menyampaikan 7 pilar kebijakan sistem transportasi nasional. Ketujuh pilar tersebut diantaranya meningkatnya pelayanan transportasi nasional, meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi, meningkatnya pembinaan pengusahaan transportasi meningkatnya kualitas SDM dan iptek, meningkatnya pemeliharaan dan kualitas lingkungan hidup serta penghematan penggunaan energi. Menurutnya ada 11 fokus Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabinet Indonesia Bersatu II. Lembaga yang dipimpinnya kebagian 2 hal yakni infrastruktur serta daerah tertinggal dan terluar. "Saat ini prioritas pemerintah masih pada penguatan sarana prasarana," kata Zulkifli. Hal ini bukan hanya mendukung penguatan konektivitas MP3EI tetapi juga skema komunitas ASEAN dan APEC. MP3EI, ASEAN maupun APEC menuntut freeflow pada barang, manusia, jasa dan modal sehingga mensaratkan kompatibilitas pada kelembagaan, infrastruktur, standar dan regulasi. Pembicara lain yang juga hadir dalam kesempatan tersebut adalah pakar transportasi ITB yang juga Ketua Forum Studi Transportasi antar perguruan tinggi se-Indonesia, Ir. Sonny Sulaksono Wibowo, M.Eng, PhD. Dalam paparan tentang "Kontribusi Fresh Graduate Dalam Sustainable Transportation", ia menyarankan kepada mahasiswa agar berpikir global dan aksi lokal. "Berpikirlah seluas mungkin dan mulai aksi pada hal-hal kecil yang bisa dilakukan seperti menaati rambu-rambu lalu lintas," kata dia. Lebih jauh, Sonny juga mengajak kepedulian generasi muda pada beberapa isu terkait transportasi berkelanjutan seperti efisiensi energi, kemacetan, ketidakefisienan jalan, keselamatan, kesehatan, pendidikan, kesehatan, teknologi transportasi, insfrastruktur dan keberpihakan. Perwakilan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Garuda Indonesia, Tbk (Persero) juga menjadi pembicara dalam seminar ini. [denok]

Artikel terkait
Raih Gelar Doktor, Rekomendasikan Jalur Sepeda di Jawa Timur Dadang Supriyatno Perjuangkan Angkutan Umum Massal Dalam Disertasinya Mock-Wyn-UB Mengantar I Wayan Sutapa Meraih Gelar Doktor Angkat Tema Lahan Parkir, Raih Gelar Doktor Pelatihan Penulisan Artikel dan Tertib pada Jurnal Internasional

Anda mungkin juga menyukai