Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KAPITA SELEKTA Komunikasi dalam Praktek Kefarmasian

Oleh :
Novi Sartika 2012000164

Nurfadilla
Nursriati Nuryani Wiro Alexander Willy Yunia Wiraswasti

2012000165
2012000166 2012000167 2012000168 2012000169

PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2012

Latar belakang perlunya komunikasi konseling


Salah satu bentuk praktek asuhan kefarmasian patient oriented adalah komunikasi konseling pasien dengan tujuan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapinya.

Pergeseran praktek asuhan kefarmasian dari drug oriented beralih ke patient oriented

Prevalensi kasus kegagalan terapi pasien karena faktor ketidakpatuhan (incompliance) pasien terhadap terapinya

Tujuan dari penulisan makalah mengenai konseling sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam praktek kefarmasian adalah sebagai berikut :
Menjelaskan mengenai manfaat konseling sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam praktek kefarmasian.

Mengetahui hubungan tingkat kepatuhan pasien dalam penggunaan obat dengan pemberian konseling dalam praktek kefarmasian.

MATERI POKOK
KOMUNIKASI penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh menyampai pikiranpikiran atau informasi

PENGIRIM/ SENDER
PESAN YANG DISAMPAIKAN

PENERIMA /RECEIVER

Sebagai penghubung antara farmasis dan pasien

KOMUNIKASI DALAM PRAKTEK KEFARMASIAN MEMPUNYAI 2 FUNGSI :

memberikan pertukaran informasi yang dibutuhkan untuk : menilai kondisi kesehatan pasien, mencapai keputusan dalam rencana pengobatan, implementasi rencana pengobatan dan mengevaluasi dampak pengobatan terhadap kualitas hidup pasien.

Konseling

Tujuan konseling : 1. Mewujudkan hubungan profesional antara apoteker dan pasien. 2. Mengenal dan menyelesaikan masalah penggunaan obat. 3. Mengumpulkan informasi tentang cara dan tindakan pengambilan dan penggunaan obat (patients drug taking and drug use). 4. Membimbing, mengarahkan dan memberikan pengetahuan kepada pasien tentang penggunaan obat secara rasional (promote rational drug use). 5. Meningkatkan kualitas hidup pasien (patient quality of life).

Suatu proses untuk membantu pasien memperbaiki masalah penggunaan, pemilihan obat dalam rangka tujuan pengobatan optimal

Tahapan konseling
Pembukaan Mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah dan mempelajarinya Memastikan pasien telah memahami informasi yang diperoleh.

Menutup diskusi
Follow-up diskusi

Cara Pendekatan dalam Meningkatkan Kepatuhan : 1. Berkomunikasi dengan pasien 2. Informasi yang tepat 3. Strategi untuk mencegah ketidakpatuhan

Pembahasan
Gambaran pelaksanaan konseling di masyarakat :

I. Pengaruh konseling obat terhadap kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Khusus Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang. II. Gambaran pelaksanaan tugas Pengawas Minum Obat dan kepatuhan pasien penderita TBC dalam mengkonsumsi OAT di Rumah Sakit Umum Daerah Toto

Pembahasan #1
Dalam penelitian tersebut, konseling dilakukan pada 50 pasien DM tipe 2 rawat jalan yang mendapatkan terapi Obat Anti Diabetes (OAD) oral. Dilakukan penelitian pengaruh konseling dalam meningkatkan kepatuhan pasien melalui penilaian pengetahuan dan sikap pasien berdasarkan kelompok usia pasien, jenis kelamin, pendidikan dan lama menderita DM.

Hasil Penelitian

Hubungan usia terhadap pengetahuan dan sikap pasien yang berusia >70 tahun memiliki pengetahuan dan sikap yang baik yaitu sebesar 50%. Hal ini terjadi karena berdasarkan pengamatan, pasien yang berusia ini lebih aktif dan terbuka menerima konseling dari konselor mengenai informasi penyakit dan terapi yang diberikan. Hubungan jenis kelamin terhadap pengetahuan dan sikap menunjukkan bahwa pasien laki-laki lebih tinggi pengetahuannya dan lebih baik sikapnya dibandingkan dengan pasien perempuan. Hal ini disebabkan karena pasien laki-laki dalam hal ini lebih terbuka menerima konseling obat yang diberikan dibandingkan dengan pasien perempuan.

Penjelasan tabel

Hubungan tingkat pendidikan terhadap pengetahuan dan sikap menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi peningkatan pengetahuan dan sikapnya. Hubungan lama menderita DM dengan pengetahuan dan sikap menunjukkan bahwa pasien yang masih tergolong baru didiagnosa DM pada umumnya mereka sangat terbuka dan senang untuk diberikan konseling obat, karena mereka masih belum paham mengenai penyakit dan pengobatan yang dideritanya, sehingga mereka mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap itu.

membantu pasien untuk mendapatkan pemeriksaan yang diperlukan untuk mengetahui tipe diabetes yang diderita,

membantu pasien untuk mendapatkan perawatan rutin yang diperlukan, mengajarkan pasien untuk dapat mengontrol kadar gula darah dan kondisi diabetesnya dengan rutin dan teratur Manfaat Konseling
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi yang dijalani dengan memberikan informasi yang jelas tentang terapi yang dijalaninya dan akibat yang dapat timbul jika terapi tidak dijalankan dengan baik,

membantu pasien untuk mengantisipasi dan mencegah timbulnya masalah kesehatan jangka panjang yang disebabkan oleh keadaan diabetes atau efek samping terapi yang dilakukan, serta membantu pasien untuk mengatasi masalah atau komplikasi yang timbul.

Pembahasan #2
Hasil penelitian yang diperoleh Lebih dari 50% pasien penderita TBC paham tentang penyakit TBC dan patuh dalam mengkonsumsi OAT yang diberikan dokter. Kepatuhan ditinjau dari :
1. ketepatan dosis 2. kesesuaian aturan minum, sehingga obat yang diberikan habis sesuai waktunya. Lebih dari 50% PMO menunjukkan bahwa mereka peduli dan ikut serta memotivasi pasien dalam mengkonsumsi OAT yang diberikan dokter sesuai dengan aturan minum dan dosis yang diberikan serta sangat berperan penting dalam kesembuhan dan mendoakan pasien agar cepat sembuh.

Pasien sangat paham dengan penyakit tuberkulosis, baik dari segi pengobatan, bahaya, maupun penularannya. Namun, tidak ada penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pengobatan dapat terhambat karena kurangnya perhatian dari tenaga kesehatan, pihak rumah sakit, maupun dari dinas kesehatan setempat. Oleh karena itu perlu strategi observasi langsung pada program ini maksudnya satu pengawas minum obat (PMO) melihat pasien menelan (obat anti tuberculosis) OAT yang diberikan. Diperlukan petugas kesehatan atau anggota masyarakat yang sudah dilatih untuk mendukung. Keluarga pasien hanya sekedar mengingatkan dan memotivasi pasien untuk mengkonsumsi OATnya Pasien tergolong patuh minum obat, karena obat yang diberikan dokter diminum sesuai aturan minum, dan dosis yang telah ditetapkan, didasari atas keinginan pasien sendiri.

KESIMPULAN SARAN
Kesimpulan : 1. Konseling salah satu bentuk komunikasi dalam praktek kefarmasian memiliki manfaat bagi pasien seperti yang dijabarkan pada pembahasan dalam penulisan makalah ini. 2. Penerapan konseling obat dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat karena pasien mendapatkan penjelasan mengenai manfaat penggunaan obat yang sesuai dengan aturan pakai yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.

Saran : Perlu adanya kesadaran seluruh tenaga profesional kesehatan terutama apoteker untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat melalui penerapan konseling obat yang merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam praktek kefarmasian dengan orientasi pada pasien

Daftar Pustaka
Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Menejemen. Jakarta : Bumi Aksara h. 138 Koontz & Weihrich. 1988. Management, 9th ed, Mc Graw Hill Inc, Singapore, pp.461 465 Masniah, Konseling Pasien Pemakaian Obat di Apotek oleh Petugas Apotek, Perlukah?. eJournal Of University Sumatera Utara : 65-70. Muchid, Abdul. 2006. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian Di Sarana Kesehatan. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Rumanti, Maria. 2005. Dasar Dasar Public Relations Teori dan Praktek. Jakarta : Penerbit PT. Grasindo Saragih, Sahat. 2011. Panduan Penggunaan Obat. Jakarta : Rosemata Publisher. Schermerhorn, Hunt & Osborn. 1994. Managing Organizational Behavior, 5th ed, John Wiley & Sons, Inc, Canada, pp 562 578

Anda mungkin juga menyukai