Anda di halaman 1dari 12

PERSEPSI PASIEN ASMA TENTANG EFEKTIVITAS SENAM ASMA DALAM MEMINIMALKAN KEJADIAN ULANG SERANGAN ASMA

PENULIS : Ns. ELIZABETH ARI.,S.Kep.,M.Kes.,AIFO

ALAMAT KORESPONDENSI : STIKES SANTO BORROMEUS BANDUNG Jl. Parahyangan Kav. 8 Blok B No 1 Kota Baru Parahyangan email : elizabeth.rini@yahoo.com

ABSTRAK
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang di dunia mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada tahun 2005 lalu. Penyakit asma tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dicegah dengan cara mengontrol faktor pemicu penyakit asma sehingga dapat mencegah terjadinya eksaserbasi, menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pasien asma tentang efektivitas senam asma dalam meminimalkan kejadian ulang serangan asma. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan sumber data dari pasien asma yang melakukan senam asma di RS X Bandung yang berjumlah 18 orang dengan cara mengisi questioner. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa persepsi pasien asma tentang penyakit asma baik (100%), Persepsi Pasien Asma tentang kejadian serangan asma adalah baik (77,78%) dan cukup (22,28%) dan Persepsi pasien Asma tentang Manfaat Senam Asma adalah baik (88,89%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi pasien asma tentang efektivitas senam asma dalam meminimalkan kejadian ulang serangan asma adalah baik (88,89%). Ini membuktikan bahwa senam asma memberikan dampak dalam menurunkan kejadian serangan asma. Rekomendasi dari penelitian ini adalah pentingnya melakukan senam asma secara teratur dalam meminimalkan kejadian serangan asma.

Kata kunci : persepsi, asma, senam asma

ABSTRACT
Based on data from the World Health Organization (WHO), 300 million people worldwide suffer from asthma and 225 thousand people died from asthma in 2005. Asthma is not curable, but can be prevented by controlling the factors that trigger asthma to prevent exacerbations, lung function is normal, obtain a good social activity and improve quality of life of patients. This study aims to measure perceptions of effectiveness in minimizing the incidence of asthma asthma attack asthma repetitive exercises. The design of this research is descriptive quantitative data sources from patients with asthma who do gymnastics asthma at X Hospital in Bandung, which numbered 18 people to fill out questionnaires. The results showed that perceptions of people with asthma about asthma is good (100%), Patient Perception of Asthma on the incidence of asthma attacks is good (77,78%) and adequate perception (22.28%) and patients about the benefits of Asthma Asthma is a Gymnastics good (88.89%) and sufficient (11.11%). From this study we can conclude that the perception of effectiveness in minimizing the incidence of asthma asthma attack asthma exercise is a good (88.89%). This proves that asthma gymnastics influential in lowering the incidence of asthma attacks. Recommendations from this study is the importance of regular exercise reduces the incidence of asthma in asthma attacks.

Keyword : perception, asthma, exercise of asthma

A. LATAR BELAKANG Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab, yang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Faktor-faktor penyebab dan pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lainlain.Penyakit ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang di dunia mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies in Childhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %. Penyakit asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma, pasien penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang mengganggu sehingga dapat menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol yang baik ini diharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi, menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Semua serangan penyakit asma harus dicegah. Serangan penyakit asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.

Persepsi pasien asma merupakan pengalaman tentang penyakit asma yang dideritanya, peristiwa yang dapat memungkinkan serangan asma dan hubungannya dengan kemampuan pasien asma dalam mengelola kondisi sakitnya. Jika serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah raga. Senam asma merupakan salah satu salah satu pilihan olah raga yang tepat bagi pasien asma, karena Senam asma bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan juga meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan sehingga diharapakan dapat meminimalkan serangan asma. Berdasarkan fenomena diatas maka perumusan masalahnya adalah Bagaimanakah Persepsi pasien Asma terhadap efektivitas senam asma dalam meminimalkan kejadian ulang serangan asma dan tujuan dari penelitian ini adalah mengukur persepsi pasien asma tentang efektivitas senam asma dalam meminimalkan kejadian ulang serangan asma B. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini meliputi : 1. Design Penelitian menggunakan design penelitian berupa metode deskriptif kuantitatif, yaitu untuk mengetahui persepsi pasien asma terhadap efektivitas senam asma dalam meminimalkan kejadian ulang serangan asma. 2. Sumber Data Sumber data diperoleh pada kelompok senam asma yang tergabung di Rumah Sakit X Bandung. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel jenuh, yang berarti semua populasi yang ada dijadikan sampel
4

penelitian pada kelompok senam asma yang tergabung di Rumah Sakit X Bandung. 3. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan varibel tunggal yaitu persepsi pasien asma tentang efektivitas senam asma dalam meminimalkan kejadian ulang serangan asma 4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat ukur terhadap variabel yang akan diteliti. Instrument penelitian berdasarkan skala Likert yaitu dengan menggunakan questioner dengan pertanyaanpertanyaan dan responden tinggal memilih jawaban. (SS : sangat setuju, S : setuju RR : ragu-ragu, TS : tidak setuju, STS : sangat tidak setuju). 5. Prosedur Penelitian a. Peneliti meminta ijin kepada koordinator senam asma di RS X dan mengikuti kegiatan senam asma setiap hari Sabtu pukul 08.00-10.00 b. Memberitahukan rencana peneliti untuk melakukan penelitian kepada peserta senam asma. c. Setelah mendapat persetujuan dari koordinator, peneliti meminta kepada responden untuk mengisi inform consent d. Menjelaskan maksud dan tujuan kepada responden dan diminta unutk mengisi quesioner. e. Mengumpulkan hasil quesioner 6. Analisa Data Analisa data yang digunakan dengan memberikan skor pada setiap jawaban pertanyaan questioner. Penghitungan jumlah skor dengan pada setiap pertanyaan yang dijawab oleh responden

adalah skor 5 = Sangat setuju, skor 4 = setuju, skor 3 = ragu-ragu, skor 2 = tidak setuju, skor 1 = sangat tidak setuju dengan menggunakan rumus : P = X x 100% N Ket : P = prosentase jawaban responden X = jumlah jawaban responden N = jumlah nilai maksimal jawaban responden setelah itu dilihat berdasarkan skor : (Arikunto,2002) Baik : > 75% Cukup : 60 75% Kurang : <60% 7. Pengolahan Data Pengolahan data yang akan dilakukan oleh peneliti secara manual mengunakan cara sbb : a. Editing : melakukan pengecekan questioner yang telah diisi oleh responden b. Coding : melakukan pengkodean sesuai dengan kelompok data yang telah disusun c. Skoring : melakukan penghitungan terhadap jawaban dengan teli pada selembar kertas d. Processing : melakukan entry data dari kuesioner ke program komputer e. Cleaning : kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry untuk menghindari terjadinya data yang bias. 8. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai tanggal 10 April sampai dengan 8 Mei 2011 C. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Asma tentang Penyakit Asma
5

Ketegori Persepsi pasien asma tentang penyakit asma

Baik 100 %

Cukup Kurang -

Interpretasi : Persepsi pasien asma tentang penyakit asma baik (100%). Tabel 2. Distribusi Frekwensi Persepsi Pasien Asma tentang kejadian serangan asma Kategori Baik Cukup Kurang Persepsi 77,78% 22,28 pasien % asma tentang kejadian serangan asma Interpretasi : Persepsi Pasien Asma tentang kejadian serangan asma adalah baik (77,78%) dan cukup (22,28%). Tabel 3. Distribusi Frekwensi Persepsi pasien Asma tentang Manfaat Senam Asma Persepsi pasien asma terhadap efektivitas senam asma
Baik 88,89% Cukup 11,11 % Kurang -

Interpretasi : Persepsi pasien Asma tentang Manfaat Senam Asma adalah baik (88,89%) dan cukup (11,11%).

D. PEMBAHASAN Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini maka dapat dibahas mengenai: 1. Persepsi Pasien Asma tentang Penyakit Asma Istilah asma berasal dari kata Yunani yang berarti terengah-engah dan mengandung makna terjadinya serangan nafas pendek. Arti yang sesungguhnya adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan ini bersifat sementara. Pada pasien asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini menjadi penyabab asma dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga. Mekanisme yang terjadi pada pasien asma disebabkan karena otot polos dari bronkiolus mengalami spasme dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan pasien harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas. Sel mast diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamine dan leukotrin yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot polos , peningkatan pembentukan lendir dan perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.
6

Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien. Sel eosnofil yang ditemukan di dalam saluran udara pasien asma melepaskan bahan lainnya ( leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara.(Brunner,2001). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa persepsi responden tentang Persepsi pasien asma tentang penyakit asma baik (100%). Pasien asma yang memahami tentang Penyakit Asma karena penyakit yang dialami antara 1-3 tahun (44,4%) dan > 3 tahun (55,6%). Responden memahami bahwa penyakit Asma yang dialaminya karena factor keturunan dari orangtuanya (88,9%) Persepsi merupakan aktivitas penginderaan, mengintegrasikan dan memberikan penilaian terhadap objek, dengan demikian informasi yang didapat pasien asma dari media cetak, tim kesehatan maupun dari media elektronik lainnya dapat meningkatkan pemahaman yang benar tentang penyakit asma. 2. Persepsi Pasien Asma tentang kejadian serangan asma Asma dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : a. Asma alergika atau asma ekstrinsik

disebabkan karena suatu allergen tertentu biasanya protein, dalam bentuk yang dihisap seperti tepung sari, tungau binatang, spora jamur, debu bulu atau kain tiras. Dapat juga disebabkan karena jenis makanan tertentu seperti susu atau coklat. b. Asma idiopatik atau asma intrinsic ditandai dengan tidak adanya faktorfaktor penyebab yang jelas, dapat disebabkan karena factor non spesifik antara lain karena influenza, latihan fisik, dan emosi c. Asma campuran bentuk asma yang yang menyerang kebanyakan pasien dan terdiri dari komponen asma ekstrinsik dan asma intrinsik. Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa pasien lebih sering terbebas dari gejala asma dan hanya mengalami serangan sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Pasien lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika pasien ekspirasi. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang pasien asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam,
7

bahkan selama beberapa hari. (Brunner,2008) Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, pasien juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada serangan yang sangat berat, pasien menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana pasien seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen pasien sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya pasien akan sembuh sempurna, Kadang beberapa alveoli dapat pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh pasien.Untuk memperkuat diagnosa asma bisa dilakukan pemeriksaan spirometri berulang. Spirometri juga digunakan untuk menilai beratnya penyumbatan saluran udara dan untuk memantau pengobatan. (Lemone,2004) Obat-obatan dapat membuat pasien asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah serangan. Agonis reseptor betaadrenergik merupakan obat asma terbaik untuk mengurangi serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik. Bronkodilator yang yang bekerja pada

semua reseptor beta-adrenergik (misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor betaadrenergik. Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjadi alternative yang paling baik. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa Persepsi Pasien Asma tentang kejadian serangan asma adalah baik (77,78%) dan cukup (22,28%). Responden mengetahui bahwa kejadian serangan asma akibat factor intrinsik (55,6%) dan akibat factor ekstrinsik (44,4%). Responden mengeluh serangan asma terjadi 1- 2 x seminggu (33,3%), 12x sebulan (44,4%) dan 1-2x setahun (22,2%). Di dalam proses persepsi memungkinkan individu untuk mengolah informasi yang diperoleh dan mengadakan perubahan di lingkungannya. Dengan persepsi yang baik mengenai kejadian serangan asma dapat memudahkan pasien untuk melakukan tindakan segera yang dapat mengurangi penyempitan jalan nafas sehingga nafas dapat teratur kembali.
8

3. Persepsi pasien Asma tentang Manfaat Senam Asma Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Senam asma merupakan salah satu pilihan olah raga yang tepat bagi pasien asma. Persepsi pasien Asma tentang Manfaat Senam Asma adalah baik (88,89%) dan cukup (11,11%). Persepsi seseorang akan mempengaruhi minat seseorang dan mendorongnya untuk melakukan kegiatan sehingga memungkinkan motivasi yang baik untuk mencapai suatu keberhasilan. Hal ini disebabkan karena senam asma bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan juga meningkatkan kemampuan benapas. Selain senam asma, masih ada beberapa pilihan olahraga lain, di antaranya berenang dan jalan santai (jogging). (Doenges, 2004). Namun perlu diperhatikan pula faktor pemicu asma tersebut, jika asma muncul karena udara dingin, hindari berenang di kolam dengan suhu rendah atau melakukan jogging di pegunungan. Senam asma juga merupakan salah satu penunjang pengobatan asma karena keberhasilan pengobatan asma tidak hanya ditentukan oleh obat asma yang dikonsumsi, namun juga faktor gizi dan olah raga. Bagi pasien asma, olah raga diperlukan untuk memperkuat otot-otot pernapasan. (Daru Kumoro,2008) Senam asma bertujuan untuk: Melatih cara bernafas yang benar. Melenturkan dan memperkuat otot pernafasan. o Melatih ekspektorasi yang efektif. o Meningkatkan sirkulasi. o Mempercepat asma yang terkontrol.
o o

Mempertahankan asma yang terkontrol. o Kualitas hidup lebih baik. Senam asma tidak boleh dilakukan sembarangan. Ada syarat-syarat bagi mereka yang akan melakukan senam asma, yaitu: tidak dalam serangan asma, sesak dan batuk, tidak dalam serangan jantung, dan tidak dalam keadaan stamina menurun akibat flu atau kurang tidur dan baru sembuh. Rangkaian senam asma pada prinsipnya untuk melatih memperkuat otot-otot pernafasan agar pasien asma lebih mudah melakukan pernafasan dan ekspektorasi. Senam asma sebaiknya dilakukan rutin 3-4 kali seminggu dan setiap kali senam 30 menit. Senam asma akan memberikan hasil bila dilakukan selama 6-8 minggu. (Naniek,2008). Senam asma tidak berbeda dengan senam pada umumnya. Berikut rangkaian senam Asma: 1. Pemanasan Dimulai dengan pemanasan 2. Latihan Inti Latihan inti A: Bertujuan untuk melatih cara bernafas yang efektif bagi pasien asma. Dengan cara menarik nafas dan mengeluarkan nafas. Proses pengeluaran nafas lebih lama 2 hitungan. Latihan inti B: Bertujuan untuk melepaskan otot-otot pernafasan. Dengan irama yang ritmis, otot-otot akan menjadi santai, sehingga mempermudah pernafasan dan ekspektorasi.
9

3. Aerobik

Aerobik dilakukan supaya tubuh dapat menghasilkan pembakaran O2 tinggi untuk meningkatkan hembusan napas. Dan disesuaikan dengan kondisi dan usia peserta senam asma Diakhiri pendinginan. dalam pendinginan, dilakukan gerakan-gerakan lambat agar otot-otot kembali seperti keadaan semula yaitu dengan menggerakkan tangan sambil menarik napas pelan-pelan.

adalah salah satu intervensi yang tepat dalam mencegah serangan asma sehingga pasien memperoleh aktivitas sosial yang baik dan meningkatkan kualitas hidup pasien. 2. Rumah Sakit X Melalui kegiatan yang terfasilitasi dengan baik, senam asma yang dilakukan setiap hari Sabtu pukul 08.0010.00 dapat memberikan ruang kepada pasien asma untuk tetap sehat

4. Pendinginan

DAFTAR PUSTAKA Buku Pustaka : Brunner & Suddarth ,2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC. Carpenito (2000), Diagnosa KeperawatanAplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta Doengoes Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Dan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta:EGC Hartanto,Huriawati.2009.Kamus Saku Mosby: Kedokteran,Keperawatan,kesehatan.E disi 4 .EGC Hancock,Christin.1999.Kamus Keperawatan.Edisi 17. Jakarta : EGC Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika. Lemone, Priscilia. 2004. Medical Surgical Nursing : Crirical Thinking In Client Care. Jakarta : EGC.

E. SIMPULAN Penyakit asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma salah satunya dengan teratur melakukan senam asma, pasien penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang mengganggu sehingga dapat menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi pasien asma terhadap efektivitas senam asma dalam meminimalkan kejadian ulang serangan asma adalah baik (88,89%). Ini membuktikan bahwa senam asma memberikan dampak baik dalam menurunkan kejadian serangan asma. F. SARAN 1. Pasien Asma Pemahaman yang baik dan benar tentang penyakit asma memudahkan pasien asma mengelola tentang kondisi kesehatannnya dalam mengurangi kejadian serangan asma. Senam asma

10

Mubin, Halim. 2008. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis Dan Terapi. Jakarta : EGC. Price, Sylvia Anderson. 1994., Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC Internet : Daru Kumoro Cipto Jati, 2008., Pengaruh Pemberian Senam Asma Terhadap Frekwensi Kekambuhan Asma Bronkial, Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta, http://etd.eprints.ums.ac.id/3988/1/J11 0070078.pdf.


Daniek Kuntowati Pamudji Putri, 2008.,

Hubungan Antara Lama Senam Asma Dengan Frekuensi Serangan Asma Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Http://etd.eprints.ums.ac.id/916/1/J110 040019.pdf

11

12

Anda mungkin juga menyukai