Oleh: Rolly Mandari Tri Rahmayaniyawati Nekky Sulastri J500070052 J500080077 J500080023
10/03/2014
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien Umur Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Status perkawinan Agama Suku Tanggal pemeriksaan
: Ny. Y : 50 tahun : Perempuan : Cemani, Grogol : Ibu Rumah Tangga : Menikah : Islam : Jawa : 8 November 2013
ANAMNESA
Riwayat penyakit serupa yang lalu Riwayat asma Riwayat pengobatan OAT Riwayat hipertensi Riwayat diabetes mellitus Riwayat penyakit paru Riwayat penyakit jantung Riwayat penyakit ginjal Riwayat penyakit liver Riwayat alergi Riwayat trauma
: diakui, 2 tahun
: disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal
7
Riwayat pribadi Merokok Kontak penderita TB Konsumsi alkohol Konsumsi obat bebas Konsumsi kopi Riwayat keluarga Riwayat penyakit serupa Riwayat hipertensi Riwayat diabetes mellitus Riwayat asma Riwayat penyakit TB paru Riwayat penyakit jantung Riwayat penyakit liver Riwayat alergi : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal
8
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Baik Kesadaran compos mentis (E4V5M6)
Vital Signs
TD :130/81 mmHg Nadi : 110 x/menit RR : 24 x/menit Suhu :36, 6C (aksiler)
10
Kulit Ikterik (-), petekie (-), purpura (-), hiperpigmentasi(-), turgor cukup, kulit kering(-), hiperemis (-).
Kepala Bentuk mesosefal, rambut warna hitam, mudah rontok (-), luka (-)
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), injeksi konjungtiva (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), reflek cahaya (+/+), mata cekung (-/-)
Hidung Napas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
11
Mulut Sianosis (-), stomatitis (-), gusi berdarah (-), kering (-), papil lidah atrofi (-), mukosa pucat(-), lidah tifoid (-), luka pada tengah bibir (), luka pada sudut bibir (-), karies gigi (-)
Leher Retraksi supra sternal (-), deviasi trakea (-), peningkatan JVP R0, pembesaran kelenjar limfe (-/-)
12
Thorax inspeksi : Kelainan bentuk (-), simetris (+/+), pelebaran vena superfisial (-), spider nevi (-), ketinggalan gerak (-/-), retraksi otot bantu pernapasan (-) Paru-paru Inspeksi : gerakan pernafasan simetris kanan kiri, retraksi intercostae (-),
13
Palpasi : fremitus
DEPAN
Kanan Kiri
BELAKANG
Kanan Kiri
N
N
N
N
N
N
N
N
N
14
Perkusi
DEPAN BELAKANG
Kanan
S S S
Kiri
S S S
Kanan
S S S
Kiri
S S S
Keterangan: S = Sonor
15
Rh (-/-), Wh (-/-)
Inspeksi
Palpasi
Ka-atas: SIC III parasternal dex Ka-bawah: SIC IV parasternal dex Ki atas: SIC III parasternal sin Ki bawah: SIC V midclavicula sin
Auskultasi
inspeksi
auskultasi
Peristaltik normal
Perkusi
Timpani, pekak alih (-), undulasi (-), hepatomegali (-), splenomegali (-).
Palpasi
Hepar dan lien tidak teraba membesar, defans muskuler (-), nyeri tekan (-)
18
PEMERIKSAAN PENUNJANG
20
21
16/6/13
11,3 9 300 226
18/6/13
11,9 9000 265
19/6/13
11,4 7.900 267
20/6/13
12 8.400 267
Nilai Normal
14-17 g/dl 4.000-10.000 150-450
LED
38/75
0-15
meningkat
Kimia Darah SGOT 30 23 <35 meningkat SGPT HbsAg Ureum Kreatinin Asam Urat GDS 30 19 0,87 4,21 75 37 <45 meningkat Negatif 50 <1,4 <7
22
78-115
23
24
Anamnesa
Perempuan usia 50 tahun : Batuk darah sebanyak 2x Batuk darah pertama warna merah segar, tidak berbuih konsistensi kental cair, tidak berbuih sebanyak 2 sdm. Kedua warna merah tua, tidak berbuih konsistensi kental cair sebanyak gelas belimbing.
25
Pemeriksaan penunjang BTA (sewaktu) : +1 Foto thorak : pulmo: corakan vaskuler kasar, terdapat infiltrat pada sebagian besar lapang pulmo dextra cor: dalam batas normal sudut cotofrenikus: dextra et sinistra membentuk sudut lancip diafragma: licin DL : LED : 38/75 ; SGOT 30 ; SGPT 30
26
27
POMR
Klinis PROBLEM ASSESMENT PLANNING DIAGNOSA
-Darah lengkap -LED -Kimia darah -pemeriksaan sputum
PLANNING TERAPI
PLANNING MONITORING
-Klinis
-Batuk darah sebanyak 2x, Batuk darah pertama warna merah segar, tidak berbuih,konsistensi kental cair, sebanyak 2 sdm. Batuk darah kedua warna merah tua, tidak berbuih, konsistensi sebanyak kental cair gelas
-Hemoptisis
(klinis)
-KP akut dextra (radiologis)
-Suspek Hemoptisis et causa TB paru -Suspek Hemoptisis et causa pneumonia -Suspek Hemoptisis et causa bronkiektasis
- Infus RL 20 tpm
-Drip Adona 1 amp/ 12 jam -Vital sign -Inj. Asam tranexamat 500mg/8 jam -Inj. Vit. K 1 amp/ 8 jam - Inj. Vit. C 1 amp/8 jam -DL
-Foto
pada
28
POMR
Klinis
-BTA (sewaktu) : +5 -Foto Thorak : Infiltrat
PROBLEM
-ditemukan M. Tuberkulosa
ASSESMENT
-TB paru BTA (+5) LLKB
PLANNING DIAGNOSA
PLANNING TERAPI
-OAT -2 bulan
PLANNING MONITORING
-Klinis (0-2-6/8
R/H/E -BTA
pada
sebagian
besar
(450/300/1000)
bulan)
lapang pulmo dextra -kimia darah faal hepar SGOT 47, SGPT 82
-Isoniasid tab 300mg 0- -Kimia darah faal 0-1 -Etambutol tab 500mg 0-0-2 hepar
-4 bulan R/H (450/300) -Rifampisin tab 300mg 0-0-1 -Isoniasid tab 300mg 00-1 -SGOT 47 -SGPT 82 Gangguan Hepar USG Proliva tab 1x1 -Klinis -Kimia darah faal 29 hepar
FOLLOW UP
30
Tanggal 17/6/2013
Monitoring Bangsal S : Batuk darah berkurang, dada panas, sesak (-), demam (-) tapi tadi malam demam. O : TD:110/60 mmHg N : 96 x/ menit RR : 24 x/menit S : 36,5 0C K/L : CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-) Thorak : Paru : simetri (+/+), retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-), fremitus (+/+), sonor (+/+), SDV (+/+), rh (-/). Wh (-/-) Cor : BJ I-II reguler, bising (-). Abdomen : Perislaltik (+), Nyeri tekan (-). Ekstremitas : akral hangat (+/+/+/+), oedem (-/-/-/-). Planning : Evaluasi batuk darah selama 24 jam.
Terapi Inf. RL 20 tpm Drip Adona 1 amp/ 12 jam Inj. As. Tranexamat 500 mg/ 8 jam Inj. Vit K 1amp/ 8 jam Inj. Vit C 1 amp 8 jam DMP tab 3x1 Inj. Dinasef 1g/ 12 jam Stoblet 3x1 Erdobet 2x1 Parasetamol 3x1 Imboost force 1x1
18/6/2013
S : Batuk darah (+) pukul 19.00 & 04.00 sebanyak 2x, warna merah kental, pusing (-), sesak (-), dada panas (+), nyeri dada (-). O : TD:118/82 mmHg N : 102 x/ menit RR : 24 x/menit S : 36,1 0C K/L : CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-) Thorak : Paru : simetri (+/+), retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-), fremitus (+/+), sonor (+/+), SDV (+/+), rh (-/). Wh (-/-) Cor : BJ I-II reguler, bising (-).
Inf. RL 20 tpm Drip Adona 1 1/2 amp/ 12 jam Inj. As. Tranexamat 500 mg/ 8 jam Inj. Vit K 1amp/ 8 jam Inj. Vit C 1 amp 8 jam Inj. Dinasef 1g/ 12 jam DMP tab 3x1 Stoblet 3x1 Erdobet 2x1 Parasetamol 3x1 31 R/H/E 450/300/1000
19/6/2013
S : Batuk darah (+) pukul 03.15 sebanyak 1x 6 sdm, pusing (-), sesak (-), dada panas (+), nyeri dada (+), demam (-). O : TD:96/68 mmHg N : 95 x/ menit RR : 20 x/menit S : 36,8 0C K/L : CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-) Thorak : Paru : simetri (+/+), retraksi (-/-), ketinggalan gerak (/-), fremitus (+/+), sonor (+/+), SDV (+/+), rh (-/-). Wh (-/-) Cor : BJ I-II reguler, bising (-). Abdomen : Perislaltik (+), Nyeri tekan (-). Ekstremitas : akral hangat (+/+/+/+), oedem (-/-/-/-). Planning : Cek Hb, Observasi hemoptisis 24 jam.
Terapi lanjut Codein 10 mg 3x1 Ekstra vit. K & As. Tranexamat 1 amp. Adona 30 tpm habis digrojok Alganac 0,5 mg 0-0-1
20/6/2013
S : Batuk darah (+) berkurang, pukul 22.00 sebanyak 1x, Terapi lanjut pusing (-), sesak (-), dada panas (+), nyeri dada (-), demam (-). Acetran 2/3 3x1 O : TD:109/68 mmHg Diazepam 2 mg N : 94 x/ menit RR : 24 x/menit S : 35 0C K/L : CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-) Thorak : Paru : simetri (+/+), retraksi (-/-), ketinggalan gerak (/-), fremitus (+/+), sonor (+/+), SDV (+/+), rh (-/-). Wh (-/-) Cor : BJ I-II reguler, bising (-). Abdomen : Perislaltik (+), Nyeri tekan (-). Ekstremitas : akral hangat (+/+/+/+), oedem (-/-/-/-). Planning : DL ulang, OT/PT.
32
21/6/2013
S : Batuk darah (+) berkurang, pusing (-), sesak (-), dada panas (+) berkurang, nyeri dada (-), demam (), mual (-), muntah (-). O : TD:110/70 mmHg N : 100 x/ menit RR : 24 x/menit S : 36,5 0C K/L : CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-) Thorak : Paru : simetri (+/+), retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-), fremitus (+/+), sonor (+/+), SDV (+/+), rh (-/-). Wh (-/-) Cor : BJ I-II reguler, bising (-). Abdomen : Perislaltik (+), Nyeri tekan (-). Ekstremitas : akral hangat (+/+/+/+), oedem (-/-/-/). Planning : Cek Hb, Observasi hemoptisis 24 jam.
Inf. RL : NaCl 0,9% 2:1 20 tpm Drip Adona 1 1/2 amp/ 12 jam Inj. As. Tranexamat 500 mg/ 8 jam Inj. Vit K 1amp/ 8 jam Inj. Vit C 1 amp 8 jam Inj. Dinasef 1g/ 12 jam DMP tab 3x1 Stoblet 3x1 Erdobet 2x1 Parasetamol 3x1 R/H/Z/E 400/300/1000/1000 Proliver 1x1 Acetran tab 2/3 3x1 Diazepam 2 mg
33
34
Definisi
35
Batuk Darah adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan, berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (mulai dari glotis keaarah distal), bukan berasal dari saluran pernafasan bagian atas atau saluran perncernaan. Sinonim batuk darah adalah hemoptoe atau hemoptysis
36
Berdasarkan jumlah darah yang keluar Pursel membagi batuk darah menjadi: Derajat 1 : bloodstreak Derajat 2 : 1-30 cc Derajat 3 : 30-150 cc Derajat 4 : 150-500 cc Massive : 500-1000 cc atau lebih
37
Etiologi
38
Penyebab hemoptysis secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi, neoplasma, kelainan kardiovaskular, dan hal lainnya.
Infeksi
Bronkitis Tuberkulosis Bronkiektasis Fibrosis kistik Abses paru Pneumonia, terutama Klebsiella Emboli paro septic Penyakit parenkim akibat jamur
Neoplasma
Kanker paru : sel skuamosa adenokarsinoa Adenoma bronkial
Lain-lain
Tromboemboli paru Stenosis mitral Gagal jantng kiri Trauma trakeobronkial termasuk benda asing dan benturan paru Bronkolitiasis Fistula bronkovaskular Hipertensi pulmonalis primer
39
> 40 tahun
karsinoma bronkogen, Tuberkulosis dan Bronkiektasis
40
Mekanisme terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut : 1. Radang mukosa 2. Infark paru Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.
42
3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.
43
4. Kelainan membran alveolokapiler Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran 5. Perdarahan kavitas tuberkulosa
44
TB kronis Infeksi paru oleh M. Tuberculosis reaksi imun nekrosis kaseosa terbentuk tuberkel tuberkel pecah darah masuk ke bronkiolus refleks batuk hemoptysis (Alsgaff,2005).
45
Pemeriksaan Jantung : - S1,S2, murmur, Gallop - JVP meningkat / tidak Pemeriksaan Abdomen: Hepatomegali Kulit : Echimosis, petechiae, telangiectasia, gingivitis atau perdarahan dari mulut atau hidung. Tungkai: edema / tidak
Pemeriksaan penunjang
48
49
Radiologi
Radiografi dada menunjukan massa paru, kavitas atau infiltrat yang mungkin menjadi sumber perdarahan. (Sudoyo dkk, 2006). Sebab perdarahan yang sukar dilihat pada pemeriksaan foto toraks seperti bronkiektasis, dapat dilihat dengan pemeriksaan bronkografi. Tindakan bronkoskopi dilakukan sebelum perdarahan berhenti untuk mengetahui asal perdarahan. (Wibisono, Winarni & Hariadi, 2010). Arteriografi bronkial selektif dilakukan bila bronkoskopi tidak dapat menunjukan lokasi perdarahan(Sudoyo masifdkk, 2006).
51
Bronkoskopi Saluran napas dapat divisualisasi dengan menggunakan bronkoskopi kaku atau fibrotik. Bronkoskopi fibrotik dengan anestesia topikal paling sering digunakan karena instrumen fleksibel ini dapat memvisualisasi bronki subsegmental dan saluran napas sentral serta lebih nyaman bagi pasien. Bronkoskopi kaku perlu bagi pasien dengan hemoptisis masif dan ketika dicurigai terjadi aspirasi benda asing
(Sudoyo dkk, 2006).
52
Indikasi bronkoskopi untuk batuk darah adalah: Bila tidak didapatkan kelainan radiologik Batuk darah yang berulang Batuk darah masif, sebagai tindakan terapeutik yaitu membersihkan gumpalan darah yang keluar / penghisapan dan untuk menghentikan perdarahan
(Wibisono, Winarni & Hariadi, 2010).
53
Diferential Diagnosis
Pneumonia ( demam, nyeri dada & Sesak ) TB ( Batuk lama, keringat malam, BB turun, & malas ) Pulmonary Embolism ( Edema & nyeri tungkai )
Penatalaksanaan
55
Batuk yang kurang/tidak masif dapat ditangani secar konsevatif sedang batuk darah masif memerlukan tindakan yang lebih agresifintensif seperti bronkoskopi atau operasi. Tujuan pokok terapi adalah mencegah tersumbatnya saluran pernapasan oleh bekuan darah, mencegah kemungkinan penyebaran infeksi dan menghentikan perdarahan.
(Wibisono, Winarni & Hariadi, 2010).
56
Terapi dasar berupa mengistirahatkan pasien, dengan posisi paru yang mengalami perdarahan dibawah. Reflek batuk ditekan dengan kodein fosfat 30-60 mg IM setiap 4-6 (Sudoyo dkk, 2006). jam selama 24 jam.
Obat penekan batuk diberikan bila batuk yang berlebihan dan merangsang timbulnya perdarahan lebih banyak.
Terapi spesifik berdasarkan atas penyakit dasar penyebab (Sudoyo dkk, 2006). perdarahan tersebut
57
Hemoptisis masif
Terapi umum Mempertahankan terbukanya saluran napas. Pemasangan selang endotrakeal untuk pengisapan darah dari saluran pernapasan dan kemudian menghubungkan dengan suatu ventilator. Pasien harus ditempatkan dengan paru yang mengalami perdarahan di bawah untuk melindungi paru yang baik. Menekan batuk dengan kodein fosfar 30-60 mg secara intramuskular. Mempertahankan tekanan darah dengan darah segar dan plasma ekspander.
(Sudoyo dkk, 2006).
58
Indikasi tindakan bedah menurut Busroh (1978) adalah Batuk darah > 600 cc / 24 jam dan dalam pengamatan batuk darah tidak berhenti atau batuk darah 250 600 cc / 24 jam, Hb < 10 gr% dan batuk darah berlangsung terus, atau Batuk darah 250 600 cc / 24 jam, Hb > 10 gr% dan dalam, pengamatan 48 jam perdarahan tidak berhenti (Wibisono, Winarni & Hariadi, 2010).
60
Reseksi paru
Untuk membuang sisa-sisa kerusakan akibat penyakit dasarnya. Prinsipnya mempertahankan sebanyak mungkin jaringan paru yang dianggap sehat
Bertujuan untuk mengistirahatkan bagian paru yang sakit dengan cara membuat kolaps jaringan paru yang sakit tesebut. Pendapat ini benar untuk kelainan berbentuk kavitas, tetapi cara ini banyak Terapi kolaps ditinggalkan karena komplikasi banyak.
Lain-lain
Tindakan embolisasi artifisial atau Bronchial Artery Embolization (penyuntikan gel-foam melaui kateterisasi pada arteri bronkialis. Meurut Ingbar (1999) embolisasi berhasil menghentikan 95% perdarahan
Komplikasi
62
Komplikasinya adalah asfiksia, sufokasi dan kegagalan sirkulasi akibat kehilangan banyak darah dalam waktu singkat. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah penyebaran penyakit ke sisi paru yang sehat dan atelektasis.
Asfiksia
Terjadinya asfiksia karena adanya pembekuan darah dalam saluran pernapasan. Asfiksia tergantung dari frekuensi batuk darah, jumlah darah yang dikeluarkan, kecemasan penderita, siklus inspirasi, reflek batuk yang buruk dan posisi penderita.
(Wibisono, Winarni & Hariadi, 2010).
64
Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya batuk darah dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Aspirasi pneumonia atau infeksi yang terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah perdarahan. Aspirasi pneumonia merupakan keadaan berat karena saluran napas dan bagian fungsional paru tidak dapat berfungsi dengan baik. (Wibisono, Winarni & Hariadi, 2010).
65
Prognosis
66
Pada batuk darah idiopatik prognosisnya baik, kecuali jika penderita mengalami batuk darah yang rekuren.
Pada batuk darah sekunder ada beberapa faktor yang menentukan prognosis, yaitu: Derajat batuk darah. Pada single hemoptysis mempunyai prognosis baik, sedang batuk darah yang profus dan bergumpal-gumpal prognosisnya jelek. Macam penyakit dasar yang menyebabkan batuk darah. Pada karsinoma bronkogenik prognosisnya jelek Kecepatan dalam penatalaksanaan batuk darah masif, misalnya tindakan trakeostomi, bronkoskopi atau tindakan bedah yang tepat.
(Wibisono, Winarni & Hariadi, 2010).
68
DAFTAR PUSTAKA
Ali, J., Summer, Levitsky. 2004. Pulmonary Pathophysiology. New York: McGraw-Hill. 409-12. Alsagaff, H. Mukty. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press. 301-305. Gunderman, R. B. 2006. Anatomy and Physiology:Essential Radiology. New York: Thieme. 69-73. Sudoyo AW dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV. Jakarta: pusat penerbitan departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Wibisono M.J, Alsagaff H. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Batuk Darah. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR- RS. Dr. Soetomo. 74-86. Wibisono MJ dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair: Surabaya.
69
70